Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

PERMASALAHAN GIZI DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN NUTRISI

Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Gizi dan Diet

DOSEN PENGAMPU

Ibu Dr. Anna Sunita, SKM, M.Epid

DISUSUN OLEH :

Ervira Afsari Putri (P17320320055)


Lucky Mahendra (P17320320061)
Nilna Amanina Wahidah (P17320320068)
Nurhayati Br Ginting (P17320320070)
Sahra Sahira (P17320320078)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

PRODI D3 KEPERAWATAN BOGOR

2020/2021

Jl. DR. Semeru No. 116, Menteng, Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat 16111, Indonesia
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Permasalahan Gizi dan Diagnosa Keperawatan
Nutrisi” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Gizi dan Diet. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan tentang permasalahan gizi dan diagnosa keperawatan nutrisi bagi para
pembaca dan juga penulis.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu Dr. Anna Sunita,
SKM, M.Epid selaku dosen penanggungjawab mata kuliah Gizi dan Diet yang telah memberikan
tugas ini, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari betul bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran
demi kesempurnaan makalah ini.

Bogor, Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................2

1.3 Tujuan..............................................................................................................................2

1.3.1 Tujuan Umum............................................................................................................2

1.3.2 Tujuan Khusus...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................4

2.1 Kurang Energi Protein (KEP).......................................................................................4

2.2 Anemia defisiensi besi.....................................................................................................8

2.3 Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).....................................................12

2.4 Pengertian Kekurangan Vitamin A (KVA)................................................................16

2.5 Obesitas..........................................................................................................................18

2.6 Klasifikasi Diagnosa Keperawatan NANDA ”Nutrisi masuk dalam DOMAIN 2


serta perbandingan Nutrisi dan metabolik yang lama”.......................................................21

2.7 Klasifikasi diagnosa keperawatan SDKI ”Diagnosa Keperawatan NUTRISI”......25

BAB III PENUTUP......................................................................................................................27

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................27

3.2 Saran..............................................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................29

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh banyak
faktor, sehingga penanggulangannya tidak cukup dengan pendekatan medis maupun
pelayanan kesehatan saja (Supariasa dkk, 2012). Masalah gizi baik kurang maupun lebih
akan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit, khususnya risiko terjadinya penyakit
tidak menular. Bila masalah ini terus berlanjut hingga dewasa dan menikah maka akan
berisiko mempengaruhi kesehatan janin yang dikandungnya.
Kasus gizi buruk di Indonesia masih terbilang sangat tinggi, yang berarti bahwa kasus
ini akan menyebabkan daya tahan tubuh anak menurun dan akan mudah terkena infeksi. Gizi
buruk jika tidak ditanggulangi dengan cepat, maka akan mempengaruhi kualitas pada
generasi selanjutnya (Yanti, 2015). Dampak jangka pendek gizi buruk terhadap
perkembangan anak yakni anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara dan gangguan
perkembangan yang lain. Sedangkan dampak jangka panjang mengalami penurunan skor tes
Intelligence Quotient (IQ) 10-13 poin, penurunan perkembangan kognitif, penurunan
integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa percaya diri dan
tentu saja merosotnya prestasi akademik di sekolah (Nency dkk, 2005; Moehji, 2003).
Penyebab gizi buruk secara langsung yaitu asupan makanan yang kurang dan penyakit
infeksi. Kedua penyebab langsung tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor yang merupakan
penyebab tidak langsung, yaitu ketahanan pangan keluarga, pola pengasuhan anak, dan
pelayanan kesehatan dan lingkungan yang kurang memadai (Achmadi, 2013).
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung
aktual maupun potensial. Sedangkan nutrisi merupakan zat-zat yang diperoleh dari makanan
yang berfungsi untuk membentuk dan memelihara jaringan tubuh, mengatur proses-proses
dalam tubuh, sebagai sumber tenaga, serta untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit
(Mubarak dan Chayatin, 2008).

1
Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan klien dengan kebutuhan
nutrisi sangat perlu diperhatikan. Perawat berkesempatan untuk mengenali tanda-tanda
nutrisi buruk dan membuat langkah-langkah perubahan. Lewat kontak sehari-hari dengan
klien dan keluarganya memungkinkan perawat untuk mengobservasi status fisik, asupan
makanan, penambahan atau kehilangan berat badan, dan respon pada terapi klien. Perawat
dapat mengidentifikasi masalah aktual atau potensial dalam status nutrisi dan
mengimplementasikan terapi perawatan medis dan nutrisi yang tepat untuk mengurangi dan
mengatasi masalah nutrisi atau gizi klien.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan permasalahan gizi Kurang Energi Protein (KEP),
dampak, dan bagaimana cara penanggulangannya?
2. Apa yang dimaksud dengan permasalahan gizi anemia defisiensi besi, dampak, dan
bagaimana cara penanggulangannya?
3. Apa yang dimaksud dengan permasalahan gizi Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium (GAKY), dampak, dan bagaimana cara penanggulangannya?
4. Apa yang dimaksud dengan permasalahan gizi kurang vitamin A (KVA), dampak,
dan bagaimana cara penanggulangannya?
5. Apa yang dimaksud dengan permasalahan gizi obesitas, dampak, dan bagaimana cara
penanggulangannya?
6. Apa saja klasifikasi diagnosa keperawatan nutrisi berdasarkan NANDA?
7. Apa saja klasifikasi diagnosa keperawatan nutrisi berdasarkan SDKI?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui permasalahan gizi dan diagnosa keperawatan nutrisi.


1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui permasalahan gizi Kurang Energi Protein (KEP), dampak,


dan bagaimana cara penanggulangannya
2. Untuk mengetahui permasalahan gizi anemia defisiensi besi, dampak, dan
bagaimana cara penanggulangannya

2
3. Untuk mengetahui permasalahan gizi Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY), dampak, dan bagaimana cara penanggulangannya
4. Untuk mengetahui permasalahan gizi kurang vitamin A (KVA), dampak, dan
bagaimana cara penanggulangannya
5. Untuk mengetahui permasalahan gizi obesitas, dampak, dan bagaimana cara
penanggulangannya
6. Untuk mengetahui klasifikasi diagnosa keperawatan nutrisi berdasarkan
NANDA
7. Untuk mengetahui klasifikasi diagnosa keperawatan nutrisi berdasarkan
SDKI

3
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Kurang Energi Protein (KEP)

KEP (Kurang Energi Protein) merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang
penting di indonesia maupun di negara yang sedang berkembang lainnya. Prevalensi
tertinggi terdapat pada anak-anak balita, ibu yang sedang mengandung dan menyusui.
Penderita KEP memiliki berbagai macam keadaan patologis yang disebabkan oleh
kekurangan energi maupun protein dalam proporsi yang bermacam-macam. Akibat
kekurangan tersebut timbul keadaan KEP pada derajat yang ringan sampai yang berat
(adriani dan wijatmadi, 2012).

Penyakit KEP diberi nama seara internasional yaitu calory protein malnutrition
(cpm), kemudian diubah menjadi protein energy malnutrition (pem). Penyakit ini mulai
banyak diselidiki di afrika, dan di benua tersebut KEP dikenal dengan nama lokal
kwashiorkhor yang berarti penyakit rambut merah. Masyarakat di tempat tersebut
menganggap kwashiorkhor sebagai kondisi yang biasa terdapat pada anak kecil yang
sudah mendapat adik (adriani dan wijatmadi, 2012).

Menurut arisman (2004) Kurang Energi Protein (KEP) akan terjadi disaat
kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Kedua
bentuk defisiensi ini tidak jarang berjalan bersisian, meskipun salah satu lebih dominan
daripada yang lain. Sedangkan menurut merryana adriani dan bambang wijatmadi (2012)
KEP merupakan keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi
dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi kecukupan yang
dianjurkan.

Menurut Kemenkes RI, klasifikasi KEP didasarkan pada indeks berat badan
menurut umur (bb/u), tinggi badan menurut umur (tb/u), berat badan menurut tinggi
badan (bb/tb), dan indeks masa tubuh berdasarkan umur (imt/u). Kategori dan ambang
batas status gizi anak adalah sebagaimana yang terdapat pada tabel di bawah ini:

4
Tabel 1. Kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan indeks

Indeks Kategori status gizi Ambang batas

(z-score)
Berat badan menurut Gizi buruk < -3 sd
umur (bb/u) Gizi kurang -3 sd s/d < -2 sd
Gizi baik -2 sd s/d 2 sd
Anak umur 0 – 60 bulan
Gizi lebih > 2 sd
Panjang badan menurut Sangat pendek < -3 sd
umur (pb/u) atau tinggi Pendek - 3 sd s/d < -2 sd
badan menurut umur Normal -2 sd s/d 2 sd
(tb/u) Tinggi > 2 sd

Anak umur 0 – 60 bulan


Berat badan menurut Sangat kurus < -3 sd
panjang badan (bb/pb) Kurus - 3 sd s/d < -2 sd
atau Normal -2 sd s/d 2 sd

Berat badan menurut


tinggi badan (bb/tb) Gemuk > 2 sd
anak umur 0 – 60 bulan
Indeks massa tubuh Sangat kurus < -3 sd
menurut umur (imt/u) Kurus - 3 sd s/d < -2 sd
anak umur 0 – 60 bulan Normal -2 sd s/d 2 sd
Gemuk > 2 sd
Sumber: keputusan menteri kesehatan ri nomor: 1995/menkes/sk/xii/2010
tentang standar antropometri penilaian status gizi anak

5
Berdasarkan gejalanya, KEP dibagi menjadi dua jenis, yaitu KEP ringan dan KEP
berat. Kejadian KEP ringan lebih banyak terjadi di masyarakat, KEP ringan sering terjadi
pada anak-anak pada masa pertumbuhan. Gejala klinis yang muncul diantaranya adalah
pertumbuhan linier terganggu atau terhenti, kenaikan berat badan berkurang atau terhenti,
ukuran lingkar lengan atas (lila) menurun, dan maturasi tulang terhambat. Nilai z-skor
indeks berat badan menurut tinggi badan (bb/tb) juga menunjukkan nilai yang normal
atau menurun, tebal lipatan kulit normal atau berkurang, dan biasanya disertai anemia
ringan. Selain itu, aktivitas dan konsentrasi berkurang serta kadang disertai dengan
kelainan kulit dan rambut (par’i, 2016).

KEP berat terdiri dari tiga tipe, yaitu kwashiorkor, marasmus, dan marasmik-
kwashiorkor. Kwashiorkor adalah keadaan yang diakibatkan oleh kekurangan makanan
sumber protein. Tipe ini banyak dijumpai pada anak usia 1 sampai 3 tahun. Gejala utama
kwashiorkor adalah pertumbuhan terhalang dan badan bengkak, tangan, kaki, serta ajah
tambak sembab dan ototnya kendur. Wajah tampak bengong dan pandangan kosong,
tidak aktif dan sering menangis. Rambut menjadi berwarna lebih terang atau coklat
tembaga. Perut buncit, serta kaki kurus dan bengkok. Karena adanya pembengkakan,
maka tidak terjadi penurunan berat badan, tetapi pertambahan tinggi terhambat. Lingkar
kepala mengalami penurunan. Serum albumin selalu rendah, bila turun sampai 2,5 ml
atau lebih rendah, mulai terjadi pembengkakan (budiyanto, 2002).

Marasmus adalah gejala kelaparan yang hebat karena makanan yang dikonsumsi
tidak menyediakan energi yang cukup untuk mempertahankan hidupnya sehingga badan
menjadi sangat kecil dan tinggal kulit pembalut tulang. Marasmus biasanya terjadi pada
bayi berusia setahun pertama. Hal ini terjadi apabila ibu tidak dapat menyusui karena
produksi ASI sangat rendah atau ibu memutuskan untuk tidak menyusui bayinya. Tanda-
tanda marasmus yaitu :

(a) berat badan sangat rendah

(b) kemunduran pertumbuhan otot (atrophi)

(c) wajah anak seperti orang tua (old face)

(d) ukuran kepala tidak sebanding dengan ukuran tubuh

6
(e) cengeng dan apatis (kesadaran menurun)

(f) mudah terkena penyakit infeksi

(g) kulit kering dan berlipat-lipat karena tidak ada jaringan lemak di bawah kulit

(h) sering diare

(i) rambut tipis dan mudah rontok. (budiyanto, 2002).

Faktor-faktor penyebab Kurang Energi Protein (KEP)

Penyebab langsung dari KEP adalah defisiensi kalori maupun protein, yang
berarti kurangnya konsumsi makanan yang mengandung kalori maupun protein,
hambatan utilisasi zat gizi. Adanya penyakit infeksi dan investasi cacing dapat
memberikan hambatan absorpsi dan hambatan utilisasi zat-zat gizi yang menjadi
dasar timbulnya KEP. Penyebab langsung KEP dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Penyakit infeksi

Adanya penyakit infeksi dan investasi cacing dapat memberikan hambatan


absorpsi dan hambatan utilisasi zat-zat gizi yang menjadi dasar timbulnya
KEP

2. Konsumsi makanan

Apabila kebutuhan zat gizi tidak terpenuhi maka tubuh akan menggunakan
cadangan zat gizi yang ada di dalam tubuh, yang berakibat semakin lama
cadangan semakin habis dan akan menyebabkan terjadinya kekurangan yang
menimbulkan perubahan pada gejala klinis.

3. Kebutuhan energi

4. Kebutuhan protein

5. Tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu

Seorang ibu dengan pendidikan yang tinggi akan dapat merencanakan menu
makan yang sehat dan bergizi bagi dirinya dan keluarganya. Pengetahuan ibu
tentang cara memperlakukan bahan pangan dalam pengolahan dengan tujuan

7
membersihkan kotoran, tetapi sering kali dilakukan berlebihan sehingga
merusak dan mengurangi zat gizi yang dikandungnya.
6. Tingkat pendapatan dan pekerjaan orangtua

Keluarga yang pendapatannya rendah membelanjakan sebagian besar untuk


serealia, sedangkan keluarga dengan pendapatan yang tinggi cenderung
membelanjakan sebagian besar untuk hasil olah susu. Jadi, penghasilan
merupakan faktor penting bagi kuantitas dan kualitas makanan.
7. Besar anggota keluarga

Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial ekonominya
cukup akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang
diterima anak, lebih-lebih kalau jarak anak terlalu dekat. Adapun pada keluarga
dengan keadaan sosial ekonomi yang kurang, jumlah anak yang banyak akan
mengakibatkan kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak, juga
kebutuhan primer seperti makanan, sandang, papan tidak terpenuhi.

Penyebab tidak langsung dari KEP ada beberapa hal yang dominan, antara lain
pendapatan yang rendah sehingga daya beli terhadap makanan terutama makanan
berprotein rendah. Penyebab tidak langsung yang lain adalah ekonomi negara, jika
ekonomi negara mengalami krisis moneter akan menyebabkan kenaikan harga
barang, termasuk bahan makanan sumber energi dan protein seperti beras, ayam,
daging, dan telur. Penyebab lain yang berpengaruh terhadap defisiensi konsumsi
makanan berenergi dan berprotein adalah rendahnya pendidikan umum dan
pendidikan gizi sehingga kurang adanya pemahaman peranan zat gizi bagi
manusia. Atau mungkin dengan adanya produksi pangan yang tidak mencukupi
kebutuhan, jumlah anak yang terlalu banyak, kondisi higiene yang kurang baik,
sistem perdagangan dan distribusi yang tidak lancar serta tidak merata (adriani dan
wijatmadi, 2012).

2.2 Anemia defisiensi besi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya


penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store)

8
yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang. Ditandai oleh
anemia hipokromik mikrositer, besi serum menurun, tibc meningkat, saturasi transferin.
Menurut WHO dikatakan anemia bila : .

 Laki dewasa : hemoglobin < 13 g/dl .

 Wanita dewasa tak hamil : hemoglobin < 12 g/dl .

 Wanita hamil : hemoglobin < 11g/dl .

 Anak umur 6-14 tahun : hemoglobin < 12g/dl .

 Anak umur 6 bulan-6 tahun : hemoglobin < 11g/dl

Kriteria klinik : untuk alasan praktis maka kriteria anemia klinik (di rumah sakit atau
praktek klinik) pada umumnya disepakati adalah :

1. Hemoglobin < 10 g/dl

2. Hematokrit < 30 % 3. Eritrosit < 2,8 juta/mm³

Klasifikasi Penyakit

Jika dilihat dari beratnya kekurangan besi dalam tubuh maka defisiensi dapat
dibagi menjadi 3 tingkatan :

a. Deplesi besi (iron depleted state) : cadangan besi menurun tetapi penyediaan besi
untuk eritropoesis belum terganggu.

b. Eritropoesis defisiensi besi (iron deficient erythropoesis) : cadangan besi kosong,


penyediaan besi untuk eritropoesis terganggu, tetapi belum timbul anemia secara
laboratorik.

c. Anemia defisiensi besi : cadangan besi kosong disertai anemia.

Faktor-faktor penyebab anemia defisiensi besi

Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya masukan besi,
gannguan absorpsi serta kehilangan besi akibat pendarahan menahun :

a. Kehilangan besi sebagai akibat pendarahan menahun berasal dari :

 Saluran cerna : akibat dari tukak peptik, pemakaian salisilat atau nsaid, kanker

9
lambung, kanker colon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.

 Saluran genitalia perempuan : menorrhagia, atau metrorhagia

 Saluran kemih : hematuria

 Saluran nafas : hemoptoe

b. Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas
besi (bioavailabilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin c
, dan rendah daging).

c. Kebutuhan besi meningkat : seperti pada prematuritas anak dalam masa


pertumbuhan dan kehamilan.

d. Gangguan absorpsi besi : gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik.

Pada orang dewasa anemia defisiensi besi yang dijumpai di klinik hampir
indentik dengan pendarahan menahun. Faktor nutrisi atau peningkatan kebutuhan besi
jarang sebagai penyebab utama. Penyebab pendarahan paling sering pada laki-laki ialah
pendarahan gastrointestinal, di negara tropik paling sering karena infeksi cacing
tambang. Sedangkan pada perempuan dalam masa reproduksi paling sering karena
meno-metrorhgia. Penurunan absorpsi zat besi, hal ini terjadi pada banyak keadaan
klinis. Setelah gastrektomi parsial atau total, asimilasi zat besi dari makanan terganggu,
terutama akibat peningkatan motilitas dan by pass usus halus proximal, yang menjadi
tempat utama absorpsi zat besi. Pasien dengan diare kronik atau malabsorpsi usus halus
juga dapat menderita defisiensi zat besi, terutama jika duodenum dan jejunum proximal
ikut terlibat. Kadang-kadang anemia defisiensi zat besi merupakan pelopor dari radang
usus non tropical (celiac sprue).

Yang beresiko mengalami anemia defisiensi zat besi:

 Wanita menstruasi

 Wanita menyusui atau hamil karena peningkatan kebutuhan zat besi

 Bayi, anak-anak dan remaja yang merupakan masa pertumbuhan yang cepat

 Orang yang kurang makan makanan yang mengandung zat besi, jarang makan

10
daging dan telur selama bertahun-tahun.

 Menderita penyakit maag.

 Penggunaan aspirin jangka panjang

 Kanker kolon

 Vegetarian karena tidak makan daging, akan tetapi dapat digantikan dengan brokoli
dan bayam.

Gejala penyakit anemia defisiensi besi

Gejala khas defisiensi besi gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi
tidak dijumpai pada anemia jenis lain adalah :

a. Koilonychia, yaitu kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergarisgaris
vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip sendok.

b. Atrofi papil lidah, yaitu permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil
lidah menghilang.

c. Stomatitis angularis (cheilosis), yaitu adanya keradangan pada sudut mulut


sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan.

d. Disfagia, yaitu nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.

Dampak anemia defisiensi besi

Tubuh tidak dapat memproduksi salah satu hal di dalam sel darah merah yang memungki
nkannya untuk menghantarkan oksigen, yang disebut sebagai hemoglobin. Sebagai akibat
nya, anemia defisiensi besi dapat membuat seseorang merasa lelah dan sesak napas.
Penanggulangan anemia defisiensi besi
 Meningkatkan asupan makanan yang kaya zat besi seperti hati ayam, daging merah,
dan bayam.
 Mengonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin C untuk membantu pen
yerapan zat besi.
 Mengonsumsi suplemen zat besi dalam bentuk tablet secara rutin dua sampai tiga k
ali dalam sehari.

11
 Transfusi sel darah merah (RBC) pada anemia defisiensi besi berat.
 Hindari makanan, minuman, dan obat-obatan yang berpotensi menghambat penyera
pan zat besi. Menghindari makanan tinggi kalsium secara berlebih seperti susu dan
yoghurt, karena dapat menghambat penyerapan zat besi.
 Mencegah tukak lambung akibat penggunaan obat anti-inflamasi non-steroid dalam
jangka waktu yang panjang.
 Menghilangkan infeksi parasit dengan mengobati infeksi cacing tambang agar dapat
meningkatkan nutrisi dan mengobati anemia.
 Mengobati talasemia dengan mengontrol tingkat hemoglobin dalam darah untuk me
njaga anemia tidak bertambah berat.

Pencegahan Anemia Gizi Besi (AGB)

Pada bayi dan anak, pencegahan dilakukan dengan memberikan ASI atau susu
formula yang sudah difortifikasi zat besi selama satu tahun pertama. Setelah satu tahun
pertama, jangan memberikan susu lebih dari 700 mililiter per hari. Konsumsi susu yang
berlebihan akan menggantikan makanan lain yang kaya akan kandungan zat besi. Pada
bayi di bawah satu tahun, pemberian susu sapi murni tidak dianjurkan, karena susu sapi
murni bukan sumber zat besi yang baik untuk bayi. Pada wanita hamil, konsumsi
suplemen penambah zat besi secara rutin.

Pada orang dewasa, lakukan pencegahan dengan menghindari makanan dan


minuman yang dapat menghambat penyerapan zat besi, serta dengan mengonsumsi
makanan dan minuman kaya vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi.

2.3 Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan ancaman utama


bagi kesehatan dan perkembangan populasi di seluruh dunia, terutama pada anak-anak
pra sekolah dan ibu hamil. Masalah GAKY membutuhkan perhatian yang serius karena
merupakan penyebab paling sering kelainan mental dan kerusakan otak yang
sebenarnya dapat dicegah, dimana hal ini dapat berpengaruh pada rendahnya kualitas
sumber daya manusia. GAKY terjadi ketika kebutuhan yodium tidak terpenuhi

12
sehingga menyebabkan sintesis hormon tiroid terganggu. Mengakibatkan terjadinya
serangkaian kelainan fungsional dan perkembangan.

Yodium merupakan unsur vital pada sintesis hormon tiroid. Yodium yang
terdapat dalam makanan diubah menjadi iodide dan kemudian diabsorbsi. Tiroid adalah
organ utama yang mengambil yodium. Sekitar 120µg masuk kedalam tiroid pada
tingkat sintesis dan sekresi hormone tiroid yang normal. Setelah mengalami
metabolisme, tiroid menyekresi dalam bentuk hormon tiroid t3 dan t4. Hormon tiroid
memiliki efek fisiologis pada beberapa organ diantaranya ke jantung, otot, tulang,
saluran cerna, system saraf dan lemak. Pada sistem saraf, hormon tiroid mendorong
perkembangan otak normal.

WHO, unicef dan international council for control of iodine deficiency disorders
(iccidd) merekomendasikan kebutuhan yodium perhari 90 µg pada anak usia 0-59
bulan, 120 µg pada usia 6-12 tahun dan 150 µg pada usia diatas 12 tahun serta
kebutuhan tertinggi pada wanita hamil dan menyusui sebesar 250 µg. Bila asupan
yodium tidak terpenuhi sesuai yang direkomendasikan, kelenjar tiroid tidak akan
mampu mensintesis hormon tiroid dalam jumlah yang cukup, sehingga menyebabkan
kadarnya dalam darah menjadi rendah (hipotiroid). Hal ini menjadi faktor yang
berpengaruh pada gangguan perkembangan otak dan efek berbahaya lainnya.

Dampak Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)

Dampak GAKY defisiensi yodium mempunyai banyak dampak utama pada


pertumbuhan dan perkembangan manusia. Dampak-dampak tersebut secara bersama
disebut Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Salah satu tanda klasik
seseorang yang mengalami defisiensi yodium adalah goiter atau pembesaran kelenjar
gondok dan dapat terjadi pada semua usia, bahkan pada bayi baru lahir. Ketika asupan
yodium kurang memenuhi, terjadi peningkatan sekresi thyroid-stimulating hormone
(tsh) sebagai upaya untuk memaksimalkan penyerapan yodium yang tersedia, dan tsh
merangsang hipertrofi dan hiperplasia tiroid. hal ini merupakan bentuk adaptasi
fisiologis terhadap defisiensi yodium kronik.goiter ditandai dengan pembesaran difus
dan homogen, kemudian berkembang membentuk nodul. Defisiensi yodium berkaitan
dengan tingginya kejadian gondok beracun multinodular, terutama pada wanita usia

13
lebih dari 50 tahun.

Dampak yang paling serius dari GAKY adalah gangguan pada perkembangan
janin. Selama trimester pertama kehamilan, untuk menyediakan hormon tiroid, fetus
bergantung pada hormon tiroid ibu melalui plasenta sekitar 20-40%. Pada minggu ke-
10-12, kelenjar tiroid fetus mulai berfungsi namun tetap membutuhkan yodium dari ibu
untuk menghasilkan hormon tiroid. Yodium yang tidak memadai dapat menyebabkan
kerusakan otak (brain damage) yang bersifat irreversibel. Kekurangan yodium berat
selama kehamilan meningkatkan risiko bayi lahir mati, aborsi, dan kelainan kongenital.
Selain itu juga menyebabkan kretinisme, yang ditandai dengan retardasi mental berat
yang disertai dengan perawakan pendek, tuli-bisu, dan spastisitas. Di daerah defisiensi
yodium berat, sekitar 5-15% populasi mengalami kretinisme. Melalui program
profilaksis yodium, dapat mengurangi terjadinya kasus baru kretinisme di swiss dan
beberapa negara, namun kretinisme masih muncul di daerah cina barat.

Dampak kekurangan yodium ringan sampai sedang selama kehamilan belum


diketahui secara jelas. Ibu yang mengalami hipotiroidisme subklinis (peningkatan tsh
pada trimester kedua) dan hiptiroksinemia berhubungan dengan gangguan
perkembangan mental dan psikomotor keturunannya. Penelitian di eropa menyatakan
bahwa yodium mengurangi ukuran tiroid pada ibu dan bayi baru lahir, dan beberapa
dapat menurunkan kadar tsh ibu. GAKY diyakini mempunyai pengaruh terhadap fungsi
intelektual. Pada studi crosssectional dilaporkan, anak defisiensi yodium sedang sampai
berat mengalami gangguan fungsi intelektual dan keterampilan motorik halus. Dua
meta-analisis memperkirakan populasi dengan defisiensi yodium kronis mengalami
penurunan intelligence quotient (iq) antara 12,5-13,5 poin.

Asupan yodium juga berpengaruh terhadap pertumbuhan anak. Penelitian 5


negara di asia menyatakan bahwa konsumsi garam beryodium berhubungan dengan
peningkatan berat badan per usia dan lingkar lengan atas bayi. Pada anak defisiensi
yodium, gangguan fungsi tiroid dan goiter berbanding terbalik dengan konsentrasi
insuline-like growth factor-1 (igf-1) dan igf-binding protein-3 (igfbp-3). Beberapa
penelitian melaporkan bahwa kebutuhan yodium yang tercukupi dapat meningkatkan
igf-1 dan igfbp-3 serta meningkatkan somatic growth pada anak-anak.

14
Dampak GAKY pada berbagai usia

1) Fetus

 Aborsi

 Lahir mati

 Kelainan kongenital

 Kretinisme neurologis: defisiensi mental, bisu tuli, diplegia spastik, juling

 Kretinisme hipotiroid : defisiensi mental, dwarfisme, hipotiroidisme

 Cacat psikomotor

2) Neonatus

 Peningkatan kematian perinatal

 Hipotiroidisme neonatal

 Keterbelakangan perkembangan fisik dan mental

 Anak dan remaja

 Peningkatan kematian bayi

 Keterbelakangan perkembangan fisik dan mental

3) Dewasa

 Goiter dengan komplikasi

 Iodine-induced hyperthyroidism (iih)

4) Semua usia

 Goiter hipotiroidisme

 Kelainan fungsi mental

 Peningkatan kerentanan terhadap radiasi nuklir

Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)

15
Penanganan yang efektif dan efisien terhadap masalah (GAKY) adalah melalui
peningkatan konsumsi garam beryodium keluarga sesuai Standar nasional Indonesia (SNI)
30-80 ppm dan pengendalian peredaran garam beryodium.
2.4 Pengertian Kekurangan Vitamin A (KVA)

Kekurangan atau defisiensi vitamin A adalah kondisi ketika tubuh tidak


mendapatkan asupan vitamin A yang cukup dari makanan. Bila dibiarkan, kondisi ini
dapat memicu masalah penglihatan dan tubuh lebih rentan terhadap penyakit.

Umumnya, orang dewasa berusia di atas 19 tahun membutuhkan asupan vitamin A 700
mikrogram (mcg) per hari. Sementara itu, anak-anak memerlukan vitamin yang juga
disebut retinol ini sebanyak 300-600 mcg per hari berdasarkan usianya. Defisiensi
vitamin A adalah penyebab utama kebutaan yang terjadi pada anak-anak di seluruh dunia.
Diperkirakan terdapat 250.000 hingga 500.000 anak yang mengalami kebutaan akibat
tidak mendapatkan vitamin A yang cukup.

Dampak Kekurangan Vitamin A

Salah satu dampak paling umum dari kekurangan vitamin A adalah masalah pada mata,
seperti degenerasi makula, mata kering, penurunan fungsi penglihatan, dan kelainan
kornea yang disebut xerophthalmia. Selain mengganggu kesehatan mata, dampak
kekurangan vitamin A yang dapat terjadi antara lain:

1. Kulit kering

Orang-orang yang kekurangan vitamin A lebih berisiko terkena masalah pada kulit,
terutama penyakit eksim dan kulit kering. Hal itu terjadi karena vitamin A
merupakan salah satu vitamin penting yang ikut berperan dalam membantu
menciptakan dan memperbaiki sel-sel kulit.

2. Mudah terserang infeksi

Vitamin A memiliki peranan penting dalam menjaga daya tahan tubuh. Kurang
asupan vitamin A dikaitkan dengan berbagai risiko infeksi seperti ISPA, pneumonia,
diare, dan campak. Mereka yang kekurangan vitamin A, terutama anak-anak,
berisiko terkena komplikasi campak. Oleh karena itu, asupan vitamin A penting
untuk dipenuhi agar daya tahan tubuh tetap kuat.

16
3. Risiko kanker meningkat

Kaitan antara kekurangan vitamin A dengan kanker masih menjadi perdebatan.


Namun menurut suatu riset, rendahnya kadar vitamin A dalam tubuh berisiko
memicu tumbuhnya sel-sel kanker.

4. Gangguan pertumbuhan pada anak

Anak-anak membutuhkan nutrisi yang lengkap untuk mencapai tumbuh kembang


yang optimal. Salah satu nutrisi yang juga perlu tercukupi adalah vitamin A.
Kekurangan vitamin A pada anak-anak dalam jangka panjang diketahui dapat
membuat pertumbuhan anak terhambat, sehingga tubuh anak menjadi lebih pendek
dari teman-teman sebayanya.

5. Masalah kesuburan

Ada berbagai hal yang dapat menyebabkan masalah kesuburan atau infertilitas. Salah
satunya adalah kekurangan vitamin A. Tidak hanya pada wanita, gangguan
kesuburan akibat kekurangan vitamin A juga bisa terjadi pada pria. Lebih jauh lagi,
kekurangan vitamin A juga dapat meningkatkan risiko terjadinya keguguran dan
kelainan genetik atau cacat bawaan lahir pada janin yang dikandung.

Upaya Mencegah Kekurangan Vitamin A

Asupan vitamin A dapat diperoleh dari makanan. Beberapa makanan yang merupakan
sumber vitamin A adalah:

- Hati
- Daging ayam dan sapi
- Ikan salmon
- Telur
- Susu dan olahannya, yaitu keju dan yoghurt
- Buah-buahan, seperti mangga, blewah, labu, aprikot, cabai, dan jeruk
- Berbagai jenis sayuran, seperti wortel, brokoli, bayam, dan ubi

Kekurangan vitamin A masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Kondisi dapat


menimbulkan berbagai gangguan yang serius, sehingga perlu dilakukan upaya

17
pencegahan. Itulah sebabnya, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia melakukan
program pemberian vitamin A bagi anak usia bawah lima tahun (balita) secara nasional,
setiap bulan Februari dan Agustus.

Walaupun penting untuk kesehatan, vitamin A tidak boleh dikonsumsi dalam jumlah
berlebihan karena dapat menyebabkan overdosis atau keracunan vitamin A. Rekomendasi
asupan vitamin A per hari adalah 900 mikrogram bagi pria, 700 mikrogram bagi wanita,
dan 1300 mikrogram bagi ibu menyusui.

Untuk mendapatkan asupan vitamin A tambahan, Anda bisa mengonsumsi suplemen


vitamin A yang dijual bebas. Namun, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan
dokter gizi mengenai jenis suplemen dan dosis yang aman untuk dikonsumsi.
2.5 Obesitas

Obesitas adalah kondisi kronis akibat penumpukan lemak dalam tubuh yang
sangat tinggi. Obesitas terjadi karena asupan kalori yang lebih banyak dibanding aktivitas
membakar kalori, sehingga kalori yang berlebih menumpuk dalam bentuk lemak. Apabila
kondisi tersebut terjadi dalam waktu yang lama, maka akan menambah berat badan
hingga mengalami obesitas.

Dampak bahaya terkena Obesitas

Efek obesitas memiliki pengaruh yang besar terhadap kondisi kesehatan Anda. Banyak
sekali masalah kesehatan yang timbul sebagai dampak obesitas bagi tubuh antara lain :

1. Diabetes
Salah satu penyakit yang diakibatkan oleh obesitas adalah diabetes melitus tipe 2.
Diabetes melitus tipe 2 terjadi akibat peningkatan kadar gula darah yang terjadi akibat
konsumsi makanan tidak sehat secara berlebih.

2. Hipertensi
Lemak berlebih dalam tubuh akibat obesitas dapat menimbulkan plak pada pembuluh
darah. Hal ini dapat menimbulkan kan tekanan darah menjadi tinggi akibat munculnya
plak plak dalam pembuluh darah. Selain itu jantung juga mendapatkan beban yang
lebih besar ketika memompa darah akibat munculnya plak tersebut.

18
3. Penyakit Jantung
Efek obesitas lainnya adalah risiko akan terkena penyakit jantung. Lemak berlebih dan
munculnya plak dalam pembuluh darah dapat membuat jantung mengalami beban
yang lebih berat ketika memompa darah. Hal ini dapat menurunkan fungsi jantung dan
membuat jantung sewaktu-waktu mengalami serangan jantung.

4. Stroke
Stroke merupakan kematian mendadak beberapa sel otak karena kekurangan oksigen
ketika aliran darah ke otak hilang karena penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah
ke otak, yang juga merupakan penyebab utama demensia dan depresi. Penyakit ini
menyebabkan sebagian atau seluruh bagian tubuh mengalami kelumpuhan. Salah satu
faktor risiko yang menyebabkan penyakit ini adalah obesitas. Penyumbatan pembuluh
darah yang terjadi akibat plak-plak yang muncul dapat mengganggu aliran darah ke
otak dan membuat otak kekurangan oksigen.

5. Kematian
Siapa yang sangka obesitas juga berdampak pada kematian? Meski tidak menjadi
penyebab secara langsung, obesitas merupakan faktor risiko dari banyak penyakit-
penyakit kronis jangka panjang yang sangat berbahaya.

Upaya Penanggulangan Obesitas

1) Diet Rendah Karbohidrat


Cara mengatasi obesitas secara alami yang pertama adalah dengan melakukan diet
rendah karbohidrat. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa diet rendah karbohidrat
sangat efektif untuk menurunkan berat badan. Hal ini tentunya juga sangat baik
dilakukan sebagai cara mengatasi obesitas.

Membatasi karbohidrat, makan lebih banyak lemak sehat (HDL) dan protein dapat
mengurangi nafsu makan serta membantu kamu makan lebih sedikit. Bahkan, upaya
ini dapat memberikan penurunan berat badan hingga 3 kali lebih besar daripada diet
rendah lemak standar.

2) Kurangi Asupan Gula dan Kalori Cair

19
Cara mengatasi obesitas secara alami berikutnya adalah dengan membatasi asupan
gula dan kalori cair. Hal ini karena makan dengan banyak gula tambahan rentan
memicu munculnya penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan kanker. Oleh karena itu,
mengurangi asupan gula tambahan adalah cara yang bagus untuk memperbaiki pola
makan. Kamu juga perlu menghindari konsumsi kalori cair yang berasal dari minuman
soda, jus buah kemasan dan minuman berenergi, karena berdampak buruk bagi
kesehatan dan bisa meningkatkan risiko obesitas.

3) Perbanyak Konsumsi Buah dan Sayuran


Penelitian menunjukkan bahwa makanan yang disimpan di rumah atau di sekeliling
kamu sangat memengaruhi berat badan dan perilaku makan sehari-hari. Oleh karena
itu, kamu dianjurkan untuk selalu menyediakan makanan sehat dan tinggi serat seperti
buah dan sayuran.

Ganti semua makanan olahan atau camilan kamu yang tidak sehat dengan buah dan
sayuran yang mengandung serat larut untuk membantu menunda pengosongan
lambung dan mendorong pelepasan hormon stimulator rasa kenyang. Jadi, perbanyak
konsumsi makanan tinggi serta sebagai cara mencegah dan menghindari obesitas.

4)Makan Secara Perlahan


Selain memperbanyak konsumsi buah dan sayur, cara mengatasi obesitas lainnya juga
bisa dengan makan secara perlahan. Menurut penelitian, orang yang makan terburu-
buru lebih mungkin menjadi gemuk dibandingkan dengan mereka yang makan lebih
lambat.

Oleh karena itu, makan secara perlahan perlu kamu terapkan sebagai cara mencegah
dan menghindari obesitas. Pada dasarnya mengunyah makanan dengan lebih lambat
dapat membantu kamu makan lebih sedikit kalori, dan meningkatkan produksi hormon
yang terkait dengan penurunan berat badan.

5) Minum Air Putih


Asupan air putih juga sangat memengaruhi kenaikan berat badan. Pasalnya, minum 0,5
liter air putih dapat meningkatkan kalori yang dibakar hingga 24-30% selama satu jam
sesudahnya. Minum air putih sebelum makan juga dapat menyebabkan berkurangnya

20
asupan kalori, terutama untuk orang yang berusia paruh baya dan lansia. Dengan
begitu, minum air putih juga dapat diterapkan sebagai cara mencegah dan menghindari
obesitas.

6) Rutin Berolahraga
Cara mengatasi obesitas selanjutnya adalah dengan rutin berolahraga. Olahraga kardio
seperti jogging, bersepeda, berenang, atau jalan kaki adalah cara yang baik untuk
membakar kalori serta meningkatkan kesehatan mental dan fisik.

Menurut penelitian, rutin berolahraga selama 150 menit per minggu atau kurang lebih
20 menit per hari dapat mencegah obesitas. Hal ini karena olahraga bisa membakar
kalori dan lemak dalam tubuh. Bahkan, olahraga jantung atau kardio telah terbukti
mampu menekan risiko penyakit jantung dan mengurangi berat badan.

7) Cukup Tidur
Selain olahraga, untuk mengatasi obesitas seseorang juga sangat disarankan untuk
istirahat dengan cukup. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang kurang tidur lebih
mungkin menjadi gemuk dibandingkan dengan mereka yang cukup tidur. Oleh karena
itu, tidur yang cukup sangat penting untuk kestabilan berat badan dan harus dilakukan
sebagai cara mencegah dan menghindari obesitas

2.6 Klasifikasi Diagnosa Keperawatan NANDA ”Nutrisi masuk dalam DOMAIN 2


serta perbandingan Nutrisi dan metabolik yang lama”

NANDA 2015-2017 Metabolik Lama

Diagnosa Keperawatan Domain 2 Nutrisi

Aktivitas memasukkan, mencerna, dan menggunakan nutrien untuk tujuan


pemeliharaan jaringan, perbaikan jaringan, dan produksi energi

Kelas 1. Mencerna
Memasukkan makanan atau nutrisi ke dalam tubuh
Kode Diagnosis
00216 Ketidakcukupan Produksi ASI
00104 Ketidakefektifan Pemberian ASI

21
00105 Diskontiunuitas pemberian ASI
00106 Kesiapan meningkatkan pemberian ASI
00107 Ketidakefektifan pola makan bayi
00002 Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
00232 Obesitas
00233 Berat badan berlebih
00234 Risiko berat badan berlebih
00103 Gangguan menelan

Kelas 2. Pencernaan
Aktivitas fisik dan kimiawi yang mengubah makanan menjadi substansi yang
dapat diabsorpsi dan digunakan
Saat ini belum tersedia

Kelas 3. Absorpsi
Aktivitas penggunaan nutrien di dalam jaringan tubuh
Saat ini belum tersedia

Kelas 4. Metabolisme
Proses kimia dan fisik yang terjadi di dalam organisme dan sel hidup untuk
perkembangan dan penggunaan protoplasma, produksi sisa dan energi,
dengan pelepasan energi untuk semua proses vital.
Kode Diagnosa
00179 Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah

22
00194 Ikterik Neonatus
00230 Risiko Ikterik Neonatus
00178 Resiko Gangguan Fungsi Hati

Kelas 5. Cairan
Pemasukan dan absorpsi cairan dan elektrolit
Kode Diagnosis
00195 Risiko ketidakseimbangan elektrolit
00160 Kesiapan meningkatkan keseimbangan cairan
00027 Kurang volume cairan
00028 Risiko kekurangan volume cairan
00026 Kelebihan volume cairan
00025 Risiko ketidakseimbangan volume cairan

23
Domain 2

Nutrisi

NANDA 2018-2020

Kelas 1. Makan
Kode Diagnosis
00002 Ketidakseimbangan nutris: kurang dari kebutuhan tubuh
00163 Kesiapan meningkatkan nutrisi
00216 Ketidak cukupan produksi ASI
00104 Ketidakefektifan pemberian ASI
00105 Diskontinuitas pemberian ASI
00106 Kesiapan meningkatkan pemberian ASI
00269 Ketidakefektifan dinamika makan remaja
00270 Ketidakefektifan dinamika makan anak
00271 Ketidakefektifan dinamika menyusu bayi
00107 Ketidakefektifan pola menyusu bayi
00232 Obesitas
00233 Berat badan berlebih
00234 Risiko berat badan berlebih
00103 Gangguan menelan

24
Kelas 2. Pencernaan
Kode Diagnosis
Kelas ini belum memiliki diagnosis

Kelas 3. Absorpsi
Kode Diagnosis
Kelas ini belum memiliki diagnosis

Kelas 4. Metabolisme
Kode Diagnosis
00179 Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
00194 Hiperbilirubinemia neonatal
00230 Risiko hiperbilirubinemia neonatal
00178 Risiko gangguan fungsi hati
000263 Risiko sindrom ketidakseimbangan metabolik

Kelas 5. HidrASI
Kode Diagnosis
00195 Risiko ketidakseimbangan elektrolit
00025 Risiko ketidakseimbangan volume cairan
00027 Defisien volume cairan
00028 Risiko defisiensi volume cairan
00026 Kelebihan volume cairan

25
2.7 Klasifikasi diagnosa keperawatan SDKI ”Diagnosa Keperawatan NUTRISI”

SDKI EDISI 1 Cetakan Kedua

Fisiologis

Nutrisi dan Cairan

Kode Diagnosis
D.0018 Berat Badan Lebih
D.0019 Defisit Nutrisi
D.0020 Diare
D.0021 Disfungsi Motilitas Gastrointestinal
D.0022 Hipervolemia
D.0023 Hipovolemia
D.0024 Ikterik Neonatus
D.0025 Kesiapan Peningkatan Keseimbangan Cairan
D.0026 Kesiapan Peningkatan Nutrisi
D.0027 Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
D.0028 Menyusui Efektif
D.0029 Menyusui Tidak Efektif
D.0030 Obesitas
D.0031 Risiko Berat Badan Lebih
D.0032 Risiko Defisit Nutrisi
D.0033 Risiko Disfungsi Motilitas Gastrointestinal
D.0034 Risiko Hipovolemia
D.0045 Risiko Ikterik Neonatus
D.0036 Risiko Ketdakseimbangan Cairan
D.0037 Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit
D.0038 Risiko Ketidakseimbangan Kadar Glukosa Darah
D.0039 Risiko Syok

26
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh
banyak faktor, sehingga penanggulangannya tidak cukup dengan pendekatan medis
maupun pelayanan kesehatan saja (Supariasa dkk, 2012). Bila masalah ini terus berlanjut
hingga dewasa dan menikah maka akan berisiko mempengaruhi kesehatan janin yang
dikandungnya. Kasus gizi buruk di Indonesia masih terbilang sangat tinggi, yang berarti
bahwa kasus ini akan menyebabkan daya tahan tubuh anak menurun dan akan mudah
terkena infeksi. Penyebab gizi buruk secara langsung yaitu asupan makanan yang kurang
dan penyakit infeksi. Kedua penyebab langsung tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor
yang merupakan penyebab tidak langsung, yaitu ketahanan pangan keluarga, pola
pengasuhan anak, dan pelayanan kesehatan dan lingkungan yang kurang memadai
(Achmadi, 2013). Masalah gizi di Indonesia antara lain Kurang Energi Protein (KEP),
Anemia Defisiensi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Pengertian
Kekurangan Vitamin A (KVA), dan Obesitas.
KEP (Kurang Energi Protein) merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang
penting di indonesia maupun di negara yang sedang berkembang lainnya. Prevalensi
tertinggi terdapat pada anak-anak balita, ibu yang sedang mengandung dan menyusui.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi
untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada akhirnya
mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang.
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan ancaman utama bagi
kesehatan dan perkembangan populasi di seluruh dunia, terutama pada anak-anak
prasekolah dan ibu hamil. GAKY terjadi ketika kebutuhan yodium tidak terpenuhi
sehingga menyebabkan sintesis hormon tiroid terganggu. Mengakibat kanter jadinya
serangkaian kelainan fungsional dan perkembangan.
Kekurangan atau defisiensi vitamin A adalah kondisi ketika tubuh tidak

27
mendapatkan asupan vitamin A yang cukup dari makanan. Bila dibiarkan, kondisi ini
dapat memicu masalah penglihatan dan tubuh lebih rentan terhadap penyakit.
Obesitas adalah kondisi kronis akibat penumpukan lemak dalam tubuh yang
sangat tinggi. Obesitas terjadi karena asupan kalori yang lebih banyak dibanding aktivitas
membakar kalori, sehingga kalori yang berlebih menumpuk dalam bentuk lemak. Apabila
kondisiter sebut terjadi dalam waktu yang lama, maka akan menambah berat badan
hingga mengalami obesitas.
Klasifikasi diagnosa keperawatan tentang masalah gizi di Indonesia antara lain NANDA
”Nutrisi masuk dalam DOMAIN 2 serta perbandingan Nutrisi dan metabolik yang lama”
NANDA 2015-2017Metabolik Lama Diagnosa Keperawatan Domain 2 Nutrisi, dan
Klasifikasi diagnosa keperawatan SDKI ”Diagnosa Keperawatan NUTRISI” SDKI EDISI
1 Cetakan Kedua Fisiologis Nutrisi dan Cairan.

3.2 Saran
1. Untuk menghindarkan kita dari segala macam masalah gizi, perlulah kita untuk
selalu memperhatikan gizi yang tergandung dalam makanan yang kita makan.
Kandungan gizi yang kita konsumsi haruslah seimbang antara makronutrien dan
mikronutrien.
2. Terlapas dari cara kita mengonsumsi makanan, perlulah kita melengkapinya dengan
berolahraga agar tubuh kita semakin vit dan tidak ada penumpukan lemak dan
kolesterol berlebih di tubuh kita.
3. Untuk mencapai tubuh yang ideal dan sehat, kita juga perlu memperhatikan pola
istirahat kita, kita perlu beristirahat dengan cukup. Dengan istirahat yang cukup,
artinya kita juga membiarkan organ-organ kita untuk beristirahat.

28
DAFTAR PUSTAKA
Azmi,Nabila (2021,22 Februari). Kekurangan vitamin A. Dikutip 1 Maret 2021 dari
Hello Sehat: https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/bahaya-kekurangan-vitamin-a/?amp
Benedicto,Allert (2019, 25 Juni). Seperti Ini Dampak Kekurangan Vitamin A dan Cara
Mencegahnya. Dikutip 1 Maret 2021 dari Alodokter:
https://www.alodokter.com/seperti-ini-dampak-kekurangan-vitamin-a-dan-cara-mencegahnya
Willy,Tjin (2018,29 November). Pengertian Obesitas. Dikutip 1 Maret 2021 Dari Alodokter:
https://www.alodokter.com/obesitas#:~:text=Obesitas%20adalah%20kondisi%20kronis
%20akibat,berlebih%20menumpuk%20dalam%20bentuk%20lemak
Fuji,Novi (2020,18 November). 7 Cara mengatasi obesitas secara alami, aman, dan mudah.
Dikutip 1 Maret 2021 dari Merdeka:
https://m.merdeka.com/jabar/7-cara-mengatasi-obesitas-secara-alami-aman-dan-mudah-
dilakukan-kln.html?page=4
Ika, H (2019, 19 Maret). KEP (Kurang energy protein). Dikutip 1 Maret2021 dari Poltekkes
Jogja:
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1332/4/4.%20Chapter2.doc.pdf
Aru W. Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi Kelima. Jakarta. Interna
Publishing.
Sutrisno, MT (2015, 14 Februari). GAKY( Gangguan akibat kekurangan yodium). Dikutip 1
Maret 2021 dari Undip:
http://eprints.undip.ac.id/46247/3/Muhamad_Tri_Sutrisno_22010111120055_Lap.KTI_Bab2.pdf
NANDA, Internasional , Inc. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2015-2017.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017) . Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Defenisi dan
kriteria hasil keperawatan. (1 st ed.). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Indonesia.

29

Anda mungkin juga menyukai