Oleh :
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga laporan kasus magang dietetik pada pasien
penyakit General Weakness, Hipertensi dan Accute Kidney Injury (AKI() di
ruangan Melati Kelas III, pasien penyakit Hypertensive Heart Dieases di ruangan
Melati Kelas III, pasien penyakit Diabetes Melitus Tipe II dan Abses Mokular di
ruangan Seroja Kelas III, dan pasien penyakit Kolik Abdomal dan Lymphoma
Maligna di ruangan Teratai Kelas III di RSUD Undata Palu ini dapat diselesaikan.
Laporan ini diajukan sebagai bagian dari kegiatan proses asuhan gizi terstandar.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya
harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata saya ucapkan terima kasih
kepada setiap pihak yang telah membantu sampai selesainya laporan kasus wajib
Magang Dietetik ini. Semoga laporan ini berguna bagi kita semua. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu St. Ika Fitrasyah, S.Gz., M.Si sebagai Koordinator Program Studi Gizi
Universitas Tadulako Palu.
2. Linda Hairunnisa, S.Gz sebagai pembimbing klinik (CI/Clinical Insructure)
yang telah banyak membantu menyelesaikan laporan ini.
3. Seluruh staf Instalasi Gizi RSUD Undata Palu yang telah memberikan bantuan
moral bagi penulis, baik dalam proses pendidikan maupun dalam peyusunan
laporan kasus wajib magang dietetik.
4. Teman-teman serta pihak lain yang telah membantu dalam penulisan laporan.
1
1.2 Tujuan
2
BAB II
PENATALAKSANAAN DIET
PADA KASUS GENERAL WEAKNESS + HIPERTENSI + AKI + DM Tipe II
2.1 Gambaran Umum Penyakit
A. Gambaran Umum penyakit
1) General Weakness
Kelelahan merupakan salah satu keluhan yang paling sering
diutarakan oleh pasien. Kelelahan dikorelasikan dengan tingkat
tenaga yang rendah dan tidak spesifik, atau perasaan mudah letih
setelah melakukan akivitas. Kelelahan atau fatigue perlu dibedakan
dengan weakness atau kelemahan, di mana weakness
merupakan penurunan fungsi normal dari satu atau lebih otot manusia.
Fatigue dan weakness walaupun disebabkan hal yang berbeda, sering
terjadi pada golongan pasien tua (Harrison, 2013)
2) Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang
ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang
termasuk Indonesia. Hipertensi merupakan suatu keadaan
meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan 140
mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg. Hipertensi
dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau
esensial yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder
yang dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin,
penyakit jantung, dan gangguan anak ginjal. Hipertensi seringkali tidak
menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus-menerus
tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh
karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan
tekanan darah secara berkala (Sidabutar, 2009).
3) Accute KIdney Injury
Gangguan ginjal akut (GGA) atau Acute kidney injury (AKI) yang
sebelumnya diknal dengan ARF adalah penurunan fungsi ginjal yang
di tandai dengan peningkatan kadar kreatinin serum dibanding dengan
kadar sebelumnya atau penurunan urine output (UO)(Balqis,
Noormartany, Gondodiputra, & Rita, 2016). Acute kidney injury (AKI)
3
adalah penurunan cepat (dalam jam hingga minggu) laju filtrasi
glomerulus (LFG) yang umumnya berlangsung reversible, diiikuti
kegagalann ginjal untuk mengekskresi sisa metabolisme nitrogen
dengan / tanpa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
4) Diabetes Melitus Tipe II
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetik
dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya
toleransi karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara klinis maka
diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan
postprandial, aterosklerosis dan penyakit vaskular mikroangiopati.
Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat
insensivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit
menurun atau berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap
dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka diabetes mellitus tipe II
dianggap sebagai non insulin dependent diabetes mellitus.
B. Etiologi
1. General Weakness
Kelelahan memiliki banyak faktor penyebab, sehingga diperlukan
anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang yang cermat,
sehingga penyebab dari kelelahan dapat diidentifikasi dengan tepat.
Praktisi kesehatan perlu menanyakan mulai kapan kelelahan muncul,
bagaimana perkembangannya, sudah berapa lama, aktivitas sehari-
hari, nafsu makan, olah raga, kehidupan seksual, dan riwayat tidur
pasien. Dapat juga ditanyakan faktor stress, dementia, riwayat
perjalanan dan faktor-faktor penyebab infeksi dan juga riwayat
pengobatan. Dalam pemeriksaan fisik, juga diperlukan pengamatan
terhadap berat badan, status nutrisi, limfadenopati,
hepatosplenomegali, masa di abdomen, pallor, kemerahan, murmur,
kardiomegali, sendi-sendi yang sakit, dan juga fungsi neurologis
(Harrison, 2013).
2. Hipertensi
Berdasarkan etiologinya hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi
hipertensi primer/essensial dengan insiden 80-95% dimana pada
hipertensi jenis ini tidak diketahui penyebabnya. Selain itu terdapat pula
4
hipertensi sekunder akibat adanya suatu penyakit atau kelainan yang
mendasari, seperti stenosis arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,
feokromositoma, hiperaldosteronism, dan sebagainya
3. Accute Kidney Injury
Etiologi AKI di bagi menjadi 3 kelompok utama berdasarkan
patogenesis AKI yakni
a.Penyakit yang menyebabkan hipoperfusi ginjal tanpa
menyebabkan gangguan pada parenkim ginjal.
b. Penyakit yang secara langsung menyebabkan gangguan pada
parenkim ginjal
c. Penyakit dengan obstruksi saluran kemih Kondisi klinis yang
dapat menyebabkan terjadinya GGA dapat dipengaruhi oleh ginjal
sendiri dan oleh faktor luar.
a. Penyakit dari ginjal
1) Glomerolusitis
2) Pyelonefritis
3) Ureteritis.
4) Nefrolitiasis
5) Polcystis kidney
6) Trauma langsung pada ginjal.
7) Keganasan pada ginjal.
8) Adanya sumbatan di dalam ginjal seperti batu, tumor,
penyempitan/striktur.
b. Penyakit Umum di luar ginjal
1) Penyakit sistemik seperti diabetes melitus, hipertensi,
kolestrol tinggi.
2) Dysplidemia
3) SLE
4) Penyakit infeksi seperti TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis,
5) Preklamsi,
6) Obat-obatan
7) Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar)
(Muttaqin & Sari, Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan,
2012)
5
4. Diabetes Melitus Tipe II
Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara
genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa
hilangnya toleransi karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara
klinis maka diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan
postprandial, aterosklerosis dan penyakit vaskular mikroangiopati. 1,7
Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat
insensivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikitmenurun
atau berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh
sel-sel beta pankreas, maka diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai
non insulin dependent diabetes mellitus.
C. Patofisiologi
1. General Weakness
Sel-sel otot bekerja mendeteksi aliran impuls listrik dari otak,
yang member isinyal mereka berkontraksi melalui pelepasan
kalsium oleh retikulum sarkoplasma. Kalsium yang keluar dari sel
otot menyebabkan kelemahan dikarenakan kalsium yang tersedia
dalam otot menjadi sedikit sehingga otot sulit untuk berkontraksi.
Substrat dalam ototnya umumnya berfungsi memicu kontraksi otot,
namun akibat dari creatine fosfat yang menyimpan energi sehingga
dapat memungkinkan kontraksi kuat otot habis atau berkurang
menyebabkan kurangnya sumber energy intraseluler untuk memicu
kontraksi menyebabkan otot berhenti berkontraksi dan terjadilah
general weakness
2. Hipertensi
Menurut (Triyanto,2014) Meningkatnya tekanan darah didalam
arteri bisa rerjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih
kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya
arteri besar kehilangan kelenturanya dan menjadi kaku sehingga
mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah
melalui arteri tersebut. Darah di setiap denyutan jantung dipaksa untuk
melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan
naiknya tekanan. inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding
arterinya telah menebal dan kaku karena arterioskalierosis. Dengan
6
cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi
vasokonstriksi, yaitu jika arter kecil (arteriola) untuk sementara waktu
untuk mengarut karena perangsangan saraf atau hormon didalam
darah. Bertambahnya darah dalam sirkulasi bisa menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terhadap kelainan
fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air
dari dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.
3. Accute Kidney Injury
Umumnya gagal ginjal akut terjadi disebabkan oleh penurunan dan
kerusakan nefron yang mengakibatkan fungsi ginjal yang progresif
menghilang. Total laju filtrasi glomerolus (GFR) dan klirens mengalami
penurunan sedangkan terjadi peningkatan pada Blood urea nitrogen
dan kreatin. Kemudian nefron yang masih ada menjadi hipertrofi karena
fungsinya untuk menyaring menjadi lebih banyak. Hal ini berakibat
pada ginjal, dimana ginjal kehilangan kemampuan dalam
mengentalkan urine. Ditahap ekskresi urine dikeluarkan dalam jumlah
besar sehingga pasien mengalami kehilangan cairan. Tubulus pada
akhirnya akan kehilangan kemampuan dalam menerima elektrolit dan
urine yang dibuang mengandung banyak sodium yang mengakibatkan
terjadinya poliuri (Bayhakki,2013) dalam (Khanmohamadi, 2014).
4. Diabetes Melitus Tipe II
Patofisiologi menurut Suyanto (2016) adalah ilmu yang mempelajari
aspek dinamik dari proses penyakit. Artinya, patofisiologi merupakan
ilmu yang mempelajari proses terjadinya perubahan atau gangguan
fungsi tubuh akibat suatu penyakit. Patofisiologi Diabetes Melitus tipe 2
terdapat beberapa keadaan yang berperan yaitu (Fatimah, 2015):
1. Resistensi insulin
Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya
sekresi insulin, namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau
tidak mampu merespon insulin secara normal (resistensi
insulin). Resistensi insulin banyak terjadi akibat dari obesitas
dan kurang nya aktivitas fisik serta penuaan.
2. Disfungsi sel β pankreas
7
Pada penderita diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi
produksi glukosa hepatik yang berlebihan. Fase pertama sel β
menunjukan gangguan pada sekresi insulin, artinya sekresi
insulin gagal mengkompensasi akibat resistensi insulin. Apabila
tidak ditangani dengan baik, akan terjadi kerusakan sel-sel β
pankreas secara progresif.
Lebih lanjut Fatimah (2015) menjelaskan bahwa kerusakan sel-sel
β pankreas secara progresif dapat menyebabkan defisiensi insulin,
sehingga penderita memerlukan insulin eksogen.
2.2 Screening Gizi
Berdasarkan hasil skrining gizi menggunakan formulir Subjective Global
Assesment (SGA), pasien mendapat poin B yang artinya perlu assement gizi
lanjut dengan penilaian SGA tergolong malnutrisi sedang.
8
ptg sdg (40g) 2-3x/seminggu dengan cara di goreng. Dan tempe 1 ptg sdg
(25g) 2-3x/seminggu. Untuk sayuran, pasien suka mengonsumsi tumis
kangkung 1 sdm (10g) 1-2x/seminggu, sayur sop2 sendok sayur (60g)
2x/seminggu, sayur bening bayam 1 sendok sayur (15g) 2x/seminggu. Buah,
pasien suka mengonsumsi buah semangka 1 ptg (100 g) 2x/seminggu dan
pepaya 1 ptg (100g) 4x/seminggu.
A. ASESSMENT
1. Client History
a. Data Pasien
Nama : Tn. R
Usia : 54 thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 01-07-1968
Alamat : Sarudu, Pasangkayu
Agama : Islam
Tanggal MRS : 01-07-22
No. RM : 01-05-08-19
Diagnosa : General Weakness, Hipertensi, Accute Kidney Injury
b. Riwayat personal
- Riwayat penyakit dahulu : Diabetes Melitus tahun 2017
- Riwayat penyakit sekarang : General Weakness, Hipertensi, Accute kidney Injury
- Riwayat penyakit keluarga : Tidak Ada
2. Food Habit
a. Dietery History
• Frekuensi makan pasien teratur, 3x/hari dan jarang makan selingan.
• Dengan makanan pokok nasi 1-2 porsi kecil (100-200 g). Sumber karbohidrat lainnya
yaitu roti tawar 1 lembar (35g) selama 1x/seminggu, dan jagung rebus 1 bonggol
9180g) 3x/seminggu.
9
• Lauk hewani, pasien suka mengonsumsi ikan tongkol bagian ekor (70g) 1x/seminggu
dengan cara di goreng/ d bakar. Ikan batu bagian ekor (100g) 1x/seminggu dengan
cara di bakar. Sop saudara 1 mangkok sdg (150g) sebulan sekali, konro 1 mangkok
sdg (150g) sebulan sekali, telur rebus 1 butir (60g) 1-2x/seminggu.
• Lauk nabati, pasien suka mengonsumsi tahu 1 ptg sdg (40g) 2-3x/seminggu dengan
cara di goreng. Dan tempe 1 ptg sdg (25g) 2-3x/seminggu.
• Untuk sayuran, pasien suka mengonsumsi tumis kangkung 1 sdm (10g) 1-
2x/seminggu, sayur sop 2 sendok sayur (60g) 2x/seminggu, sayur bening bayam 1
sendok sayur (15g) 2x/seminggu.
• Buah, pasien suka mengonsumsi buah semangka 1 ptg (100 g) 2x/seminggu dan
pepaya 1 ptg (100g) 4x/seminggu.
b. Anamnesa MRS
Berdasarkan anamnesa RS. pasien masuk dengan keluhan terasa kram pada kedua tangan
dan kaki yang di rasakan ±4bulan yang lalu. perasaan menggigil serta badan terasa berat.
Berdasarkan recall 24 jam yang dilakukan hari pertama sebelum intervensi yang di dapatkan
adalah, asupan energi hanya 50% (defisit berat), protein 110% (baik), lemak 54% (defisit
berat), karbohidrat 47% (defisit berat).
Kategori pemenuhan asupan berdasarkan kategori kecukupan gizi. (Depkes.1999)
Kategori Keterangan
<60% Defisit berat
60-69% Defisit sedang
70-79% Defisit ringan
80-120% Baik
>120% Lebih
c. Antropometri
- Tilut = 49 cm
- LILA = 24 cm
- Estimasi tinggi badan : (2.02xTilut)-(0,04 x umur) - 64.19
= (2.02 x 49) – (0,04 x54) – 64.19
= 98.98 – 2.16 = 64.19
= 161 cm
10
𝐿𝐼𝐿𝐴 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑢𝑘𝑢𝑟
- BB (kg) = 𝐿𝐼𝐿𝐴 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝐶𝑒𝑟𝑟𝑎 𝑥 (𝑇𝑏 − 100)
24
= 32,2 𝑥 (161 − 100)
= 0,74 x (61)
= 45 g
- BBI : 90% (TB-100) 1 kg
= 90% (161-100) 1 kg
= 90% x 61 x 1
= 54,9 kg
𝐿𝐼𝐿𝐴 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑢𝑘𝑢𝑟
- %LILA yang diukur = 𝐿𝐼𝐿𝐴 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝐶𝑒𝑟𝑟𝑎 𝑥 100
24
= 32,2 𝑥 100 = 74,5%
= (Gizi Kurang)
Obesitas >120%
Overweight 110-120%
Kesimpulan : Berdasarkan hasil data antropometri diketahui bahwa pasien memiliki berat badan
yang perlu dinaikkan sebanyak 4,9 kg dan pasien memiliki status gizi, yaitu Gizi
Kurang.
= (Gizi Kurang)
11
Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan %LILA (WHO-NCHS, 2020)
Status Gizi %
Obesitas >120%
Overweight 110-120%
Kesimpulan : Berdasarkan hasil data antropometri diketahui bahwa pasien memiliki berat badan
yang perlu dinaikkan sebanyak 4,9 kg dan pasien memiliki status gizi, yaitu Gizi
Kurang.
3. Biokimia
Data Hasil Status Rujukan
Hb 13,4 g/dl Rendah 14-18 g/dl
MPV 60 fL Rendah 6.5-9.5 fL
Ureum 64 mg/dl Tinggi <50 mg/dl
Kreatinin 2.15 mg/dl Tinggi 0.6-1.1 mg/dl
K 3.47 mmol/l Normal 3.5-5.0 mmol/l
GDS 123,5 mg/dl Normal 70-200 mg/dl
Kesimpulan: Berdasarkan data biokimia diketahui bahwa pasien mengalami uremia atau
gangguan fungsi ginjal.
4. Fisik/Klinis
- Klinis
Pemeriksaan H-1 H-2 H-3 Rujukan
Tekanan darah 147/88 mmHg 140/70 mmHg 110/60 mmHg <120/80 mmHg
Nadi 67x/menit 84x/menit 80x/menir 60-100/menit
Respirasi 20x/menit 20x/menit 20x/menit 14-20/menit
Suhu 34,9C 36C 36,6C 36,1-37,2C
- Fisik
Pemeriksaan H-1 H-2 H3
12
Badan terasa lemas
Badan terasa lemas Badan terasa lemas
serta adanya kram
serta adanya kram serta adanya kram
pada kaki dan
pada kaki dan tangan pada kaki dan tangan
tangan
B. Diagnosis Gizi
Problem Etiologi Sign/Symptom
NI-5.5 asupan zat gizi Berkaitan dengan asupan Ditandai dengan asupan pasien
tidak berimbang makan pasien yang sebelum intervensi
kurang dari 80%-120% -energi= 50%,
-protein 110%,
-lemak 54% dan
-KH=47%.
Dan setelah intervensi asupan makan :
H1 H2 H3
E= 47% E=78% E=21%
P= 80% P=160% P=47%
L= 46% L=59% L=20%
KH=59% KH=91,6% KH=32%
NC-2.2 perubahan nilai Berkaitan dengan Ditandai dengan hasil laboratorium
lab terkait zat gizi penurunan fungsi ginjal diatas normal untuk ureum 64mg/dl &
kreatinin 2,15 mg/dl.
NC-3.1 berat badan Berkaitan dengan adanya Ditandai dengan hasil pengukuran
kurang (underweight) gangguan pola makan dan status gizi berdasarkan %LILA di
asupan energi inadekuat dapatkan status gizi kurang (74,5%)
C. Intervensi Gizi
Keterangan NI-5.1
P Asupan zat gizi tidak berimbang Tujuan Membantu pasien
memperbaiki asupan
makan dengan porsi kecil
atau bertahap sehingga
13
tingkat kecukupan zat gizi
seimbang
Keterangan NC-2.2
P Perubahan nilai laboratorium Tujuan Membantu mencapai hasil
terkait zat gizi laboratorium yang
mendekati normal
14
S Ditandai dengan hasil Target Hasil laboratorium untuk
laboratorium diata normal untuk ureum dan kreatinin
ureum 64mg/dl & kreatinin 2,15 mendekati normal
mg/dl.
Keterangan NC-3.1
P Berat badan kurang Tujuan Membantu mencapai
(underweight) status gizi optimal
b. Tujuan Diet
- Mendukung istirahat untuk menurunkan kerja jantung dengan menghindari
makanan yang terlalu banyak dan keras
- Menyediakan energi yang cukup sesuai kebutuhan yang digunakan untuk
mencapai dan atau memperhanakan BBI dan status gizi normal.
- Mempertahankan kadar gula darah mendekati normal dengan
menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin
15
- Meningkatkan pengetahuan terkait gizi dan pola konsumsi yang baik.
- Membantu menghilangkan referensi gsram atau air dalam jaringan tubuh dan
menurunkan tekanan darah dalam batas normal.
- Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
c. Syarat Diet
- Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal & status
gizi normal.
- Protein: 0,6-0,8 g/kg BB. Sebesar 50% kebutuhan protein harus bernilai
biologik tinggi. Sumber protein hewani, terutama ikan yang banyak
mengandung omega-3 dikonsumsi minimal 2x/seminggu.
- Lemak cukup yang diberikan sebesar 20-25% dari kebutuhan energi untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan lemak jenuh <7% kebutuhan kalori,
lemak tidak jenuh ganda <10%. Dan selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.
Serta konsumsi kolesterol dianjurkan <200 mg/hari.
- Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari perhitungan protein dan lemak. Makanan
diutamakan mengandung karbohidrat dengan kandungan serat tinggi, sukrosa
(gula pasir, gula merah) tidak lebih dari 5% total energi dan diutamakan
digunakan dalam bumbu. Penggunaan pemanis alternatif sebagai pengganti
gula di bolehkan dengan jumlah tidak melebihi batas aman konsumsi harian
- Rendah garam 2-3 gram/hari atau setara dengan natrium 800-1200 g/hari.
- Serat, anjuran konsumsi serat adalah 20-25 g/hari yang berasal dari berbagai
sumber bahan makanan, seperti kacang-kacangan, buah, sayuran, dan sumber
karbohidrat yang tinggi serat.
- Cairan di batasi, yaitu sejumlah 500-700 mL di tambah sejumlah urine selama
24 jam
d. Perhitungan Kebutuhan
- BBI : 90% (TB-100) 1 kg
= 90% (161-100) 1 kg
= 90% x 61 x 1
= 54,9 kg
• Perhitungan kalori basal
= BBI x 30 kkal
16
= 54,9 kg x 30 kkal
= 1,647 kkal.
• Faktor usia
= 5% x 1,647 kkal
= 82,35 kkal
• Faktor aktivitas
= 10% x 1,647 kkal
= 164,7 kkal
• Faktor stress
= 10% x 1,647 kkal
= 164,7 kkal
Energi= energi basal + faktor aktivitas +faktor stress – faktor umur
= 1.647 + 164.7 + 164.7 – 82,35
= 1.894 kkal
1.900 kkal
• Kebutuhan Protein
= 0,8 x BBI
= 40 g
40 𝑥 4
%P= 1.900
𝑥 100%
160
= 1.900 𝑥 100 %
= 8,4 %
• Kebutuhan Lemak
= (25% x 1.900) : 9
= 47 g
• Kebutuhan Karbohidrat
= (66,6% x 1.900) : 4
= 316 g
(PERKENI, 2021)
E. Rencana Edukasi
a. Tujuan Edukasi :
17
- Meningkatkan pengetahuan pasien beserta keluarganya tentang pengertian,
jenis-jenis, prinsip-prinsip dan rencana edukasi Diet Diabetes Melitus 1.900
kkal, Diet Rendah Protein, Diet Rendah Garam III, & Diet Jantung III.
- Menjelaskan tujuan dan syarat pemberian diet yang sesuai kondisi serta
kebutuhan diet.
b. Sasaran : Pasien dan Keluarga
c. Tempat : R. Melati kelas III
d. Media : Leaflet Modifikasi Diet Diabetes Melitus 1.900 kkal, Diet Rendah Protein,
Diet Rendah Garam III, & Diet Jantung III, DPBM, dan Porsimetri
e. Metode : Tanya Jawab
f. Waktu : ±30 menit
g. Materi :
1. Memberi pengertian diet tentang penyakit diabetes melitus, Jantung, Accute
Kidney Injury dan Hipertensi.
2. Makanan yang akan di konsumsi, makanan yang di batasi, serta makanan
yang akan di hindari pada diet diabetes melitus 1.900 kkal, diet rendah
protein, diet rendah garam III dan diet jantung III.
3. Bagaimana cara pengolahan makanan yang baik dan benar, serta bahan
makanan yang di anjurkan dan yang tidak di anjurkan
F. Konseling Gizi
Memberikan pemahaman baik kepada pasien maupun keluarga akan pentingnya
memenuhi asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhan dengan memperhatikan prinsip
dan syarat diet yang diberikan untuk membantu proses penyembuhan.
G. Koordinasi Pihak Lain
- Dokter : Memeriksa terkait masalah klinis pasien
- Perawat : Memeriksa tanda-tanda vital (TTV) pasien.
- Keluarga : Memberi edukasi dan motivasi kepada pasien untuk mendukung
kelancaran diet yang diberikan.
H. Perencanaan Diet
Waktu Menu Bahan URT gr Energi Protein Lemak KH Na
makan makanan (kkal) (g) (g) (g) (mg)
Bubur Beras ½ 50 216,5 4,0 0,4 47,7 0,0
gls
18
Pagi Telur Telur I 60 93,1 7,6 6,4 0,7 74,4
(08.00) rebus ayam butir
Kentang 5 50 93,0 2,0 0,1 21,6 5,0
Sop sayur sdm
Wortel 5 50 12,9 0,5 0,1 2,4 30,0
sdm
Selingan Buah Pepaya 1 ptg 100 39,0 0,6 0,1 9,8 3,0
(10.00) segar
19
Tauge 2 20 4,7 0,6 0,1 0,4 1,0
sdm
Minyak 1 10 86,2 0,0 10,0 0,0 0,0
kelapa sdm
1.747 48 55,9 253,7 523
Total asupan
2. Hasil Monitoring
Parameter H1 Seb. H1 H2 H3 Rata- Standar
.intervensi Recall Recall Recall Rata Pembanding
Asupan Energi 50% 47% 78% 21% 49% 1.900 kkal
Protein 110% 80% 160% 47% 99% 40 g
Lemak 54% 46% 59% 20% 47% 47 g
KH 47% 50% 91,6% 32% 55% 316 g
Natrium 23% 13% 22% 17,5% 18,8% 800 mg
20
Antropometri LILA 24 cm Tidak ada pemeriksaan - 24 cm
terbaru
Biokimia Hb 13,49 g/dl - 14-18g/dl
MPV 6.0 fL Tidak ada pemeriksaan - 6,5-9,5 fL
Eusinofil 3,1% terbaru - 1-3 %
Kalium 3.47 - 3.5-5.0
mmol/L mmol/L
Ureum 64 mg/dl 51 Tidak ada - <50 mg/dl
mg/dl pemeriksaan
Kreatinin 2,15 1,02 terbaru - 0,6-1.1
mg/dl mg/dl mg/dl
GDS 123.5 156,9 - 70-200
mg/dl mg/dl mg/dl
Klinis TD 147/80 140/70 110/60 - 120-80
mmHg mmHg mmHg mmHg
R 20x/ 20x/ 20x/ - 14-
menit menit menit 20x/menit
N 67x/ 84x/ 80x/ - 60-
menit menit menit 100x/menit
S 36,8°C 36°C 36,5°C - 36,1-37,2°C
21
bonggol 3x/seminggu. Lauk hewani, pasien suka mengonsumsi ikan tongkol
bagian ekor 1x/seminggu dengan cara di goreng/ d bakar. Ikan batu bagian
ekor 1x/seminggu dengan cara di bakar. Sop saudara 1 mangkok sedang
1x/bulan, konro 1 mangkok sedang 1x/bulan, telur rebus 1 butir 1-
2x/seminggu. Lauk nabati, pasien suka mengonsumsi tahu 1 potong sedang
2-3x/seminggu dengan cara di goreng. Dan tempe 1 potong sedang 2-
3x/seminggu. Untuk sayuran, pasien suka mengonsumsi tumis kangkung 1
sdm 1-2x/seminggu, sayur sop2 sendok sayur 2x/seminggu, sayur bening
bayam 1 sendok sayur 2x/seminggu. Buah, pasien suka mengonsumsi buah
semangka 1 potong 2x/seminggu dan pepaya 1 potong 4x/seminggu.
Pasien diberikan beberapa diet antara lain, diet DM 1.900 kkal dengan
tujuan menurunkan kadar glukosa darah pasien mendekati normal. Walaupun
di saat pasien masuk rumah sakit gula darah pasien berada di range normal
tetapi pasien sudah di diagnosa diabetes melitus sejak tahun 2017, karena
syarat utama diet DM yaitu mengurangi dan mengatur konsumsi karbohidrat
sehingga tidak menjadi beban bagi mekanisme pengaturan gula darah.
Selanjutnya, pemberian diet rendah protein dengan tujuan mencukupi
kebutuhan zat gizi agar sesuai dengan fungsi ginjal, mengatur keseimbangan
cairan dan elektrolit , serta mengendalikan gejala uremia. Syarat utama diet
rendah protein yaitu membatasi konsumsi protein dari makanan yang di
konsumsi sehari-hari sehingga tidak terjadi penurunan fungsi ginjal. Diet yang
ketiga adalah diet Jantung III yang bertujuan untuk meringankan kerja jantung
dengan syarat utamanya yaitu pembatasan pengonsumsian lemak dan
menguatkan pengonsumsian serat larut air. Dan terakhir yaitu diet rendah
natrium III dengan tujuan menurunkan tekanan darah mendekati normal
sehingga kadar kolesterol juga dapat di tekan, karena syarat utama rendah
natrium yaitu membatasi konsumsi natrium dalam makanan yang dikonsumsi
setiap harinya.
Tata laksana gizi yang dapat dilakukan adalah pemberian makanan
dengan karbohidrat kompleks, membatasi karbohidrat sederhana untuk
menurunkan/menjaga gula darah pasien agar tetap normal, rendah protein
untuk menurunkan kadar ureum dan kreatinin sehingga fungsi ginjal normal,
rendah lemak jenuh dan kolesterol untuk mengurangi penumpukan plak atau
lemak dalam darah, serta rendah natrium untuk menurunkan tekanan darah.
22
Pemberian makanan secara oral dengan konsumsi 3 kali makanan utama dan
2 kali selingan.
A. Pemeriksaan Antropometri
Pada hari pengkajian pasien tidak dapat di ukur dengan
menggunakan berat badan aktual dan tinggi badan aktual. Sehingga
pasien di ukur menggunakan LILA yang diestimasikan ke berat badan dan
Tinggi Lutut yang diestimasikan ke tinggi badan. LILA pasien sebesar 24
cm dan tinggi lutut pasien sebesar 161 cm. Dan status gizi pasien dihitung
menggunakan estimasi %LILA didapatkan hasil sebesar 74,5% dan
klasifikasi %LILA menurut WHO-NCHS (2020) status gizi pasien adalah
gizi kurang.
B. Asupan Makan
1. Asupan Energi
Asupan Energi
Hari ke- Hari 1 Hari 2 Hari 3 Kebutuhan
Total Asupan 906,2 kkal 1486,1 kkal 399,6 kkal
% Kecukupan 47% 78% 21% 1.900 kkal
Target Kecukupan 80-120% 80-120% 80-120%
23
juga dipengaruhi oleh faktor stres, inflamasi, obat-obat yang menyebabkan
dispepsia, dan lama sakit. Mengonsumsi energi yang tidak adekuat dari
kecukupan gizi yang dianjurkan akan membawa dampak pada sistem
imunitas tubuh sehingga menyebabkan mudahnya serangan infeksi dan
penyakit lainnya serta lambatnya regenerasi sel tubuh. energi diperlukan
untuk kelangsungan proses di dalam tubuh seperti proses peredaran dan
sirkulasi darah, denyut jantung, pernafasan, pencernaan dan proses
fisiologis lainnya (Notoadmodjo, 1993). Energi dalam tubuh dapat timbul
karena adanya pembakaran karbohidrat, protein, dan lemak, karena itu
agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan yang cukup dengan
mengonsumsi makanan yang cukup dan seimbang (Kartasapoetra dan
Marsetyo, 2003).
Mekanisme asupan energi juga berpengaruh terhadap berat badan.
Energi yang dihasilkan dari pemecahan tiga jenis zat gizi yaitu karbohidrat,
protein, dan lemak. Energi berfungsi untuk melakukan aktivitas fisik dan
fungsi fungsional dasar tubuh. Jika tubuh tidak menggunakan energi untuk
beraktivitas, tubuh akan menyimpannya menjadi senyawa simpanan,
seperti lemak tubuh. Jika makin banyak energi yang dikonsumsi dari
kebutuhan, maka simpanan energi akan meningkat dan terjadi kenaikan
berat badan. Sebaliknya, jika makin sedikit energi yang dikonsumsi dari
kebutuhan, simpanan energi akan turun dan terjadi penurunan berat badan
(Febrindari & Nuryanto, 2016).
2. Asupan Protein
Asupan Protein
Hari ke- Hari 1 Hari 2 Hari 3 Kebutuhan
Total Asupan 32,15 64 g 18,85
% Kecukupan 80% 160% 47% 40 g
Target Kecukupan 80-120% 80-120% 80-120%
24
pasien telah kembali ke rumah dan sumber protein yang di konsumsi
pasien di rumah hanyalah lauk hewani tanpa adanya lauk nabati yang
dapat mencukupi kecukupan protein pasien.
Asupan protein yang rendah dapat meningkatkan risiko morbiditas
dan mortalitas. Asupan protein dapat dipengaruhi oleh konsumsi protein
yang rendah dalam diet, asupan makanan yang kurang pengaruh dari
melemahnya kekebalan tubuh. Pengaruh asupan protein memegang
peranan yang penting dalam penanggulangan gizi penderita gagal ginjal
kronik, karena gejala sindrom uremik disebabkan menumpuknya
katabolisme protein tubuh oleh karena itu semakin baik asupan protein
semakin baik pula dalam mempertahankan status gizinya (Almatsier, 2005)
3. Asupan Lemak
Asupan Lemak
Hari ke- Hari 1 Hari 2 Hari 3 Kebutuhan
Total Asupan 22 g 28 g 9,78 g
% Kecukupan 46% 59% 47% 47 g
Target Kecukupan 80-120% 80-120% 80-120%
25
4. Asupan Karbohidrat
Asupan Karbohidrat
Hari ke- Hari 1 Hari 2 Hari 3 Kebutuhan
Total Asupan 188 g 289,6 g 102,57 g
% Kecukupan 59% 91,6% 47% 316 g
Target Kecukupan 80-120% 80-120% 80-120%
26
18 jam. Glikogen dapat meningkat hingga total kira-kira 5% sampai 6%
massa hati yang sepadan dengan hampir 100 gram glikogen yang
disimpan dalam hati (Guyton & Hall, 2005).
Berdasarkan sebuah penelitian, apabila pasien gagal ginjal yang
mengonsumsi karbohidrat di bawah nilai normal tidak akan bisa
mempertahankan keseimbangan nitrogen netral (Bellizi, 2003). Pasien
gagal ginjal yang memiliki daftar diet tersendiri yang dikhususkan untuk
mempertahankan keseimbangan metabolisme dalam tubuh. perilaku diet
pasien akan menggambarkan bagaimana kepatuhan maupun perubahan
kebiasaan makan pasien setelah mengetahui bahwa ginjalnya tidak dapat
berfungsi dengan baik (Devi, 2010) Pasien dengan penyakit gagal ginjal
kronik mempunyai risiko tinggi untuk mengalami komplikasi kardiovaskular.
Telah diketahui bahwa banyak faktor yang berperan terhadap kejadian
tersebut seperti hipertensi, anemia, kalsifikasi vaskullar. Di samping itu
resistensi pada gagal ginjal kronik termasuk salah satu faktor yang turut
berperan dalam peningkatan arterosklerosis kardiovaskular. Hilangnya
fungsi ginjal pada pasien gagal ginjal berarti proses filtrasi dan reabsorbsi
pankreas melalui insulin dalam mengontrol glukosa darah juga terganggu
(Corwin E, 2001).
C. Pemeriksaan Biokimia
Data biokimia meliputi hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
yang berkaitan dengan status gizi, status metabolik dan gambaran fungsi
organ yang berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi. Pengambilan
kesimpulan dari data laboratorium terkait masalah gizi harus selaras
dengan data assessmen gizi lainnya seperti riwayat gizi yang lengkap
termasuk penggunaan suplemen, pemeriksaan fisik, dan sebagainya
(Kementrian Kesehatan RI, 2014)
Berdasarkan tabel hasil monitoring di atas yang di lihat pada rekam
medik pasien yang dilakukan pemeriksaan setiap harinya selama 4 hari
berturut-turut. Adapun data lab yang di peroleh di hari pertama dimana
pemeriksaan yang tidak normal yaitu HB, MPV, Eusinofil, Kalium, Ureum,
Kreatinin dan GDS. Dan data lab untuk ureum, kreatinin dan GDS di hari
keduanya mengalami pembaharuan. Berdasarkan hasil pemeriksaan di
dapatkan bahwa :
27
a. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah lengkap terdiri dari data lab yang tidak normal
yaitu Hb, MPV, dan GDS pasien berkaitan dengan kadar sel darah
merah pasien yang berhubungan dengan HB pasien yang rendah
sebesar 13,4 g/dl tetapi bisa di abaikan mengingat nilai normal pada
HB ialah 14-18 g/dl sehingga tidak di kategorikan pasien mengalami
anemia dan nilai MCH, MCV dan RDW-CV yang normal.
Mean Platelet Volume (MPV) adalah penanda fungsi dan aktivitas
platelet dimana platelet berukuran besar secara hemostatik lebih aktif.
MPV telah lama dikenal sebagai penanda peradangan dan peran ini
telah ditunjukkan sebelumnya pada berbagai kelainan gastrointestinal
(Thomas & Storey, 2015).. Pemeriksaan MPV diperoleh nilai 60 fL
termasuk kategori rendah. MPV adalah ukuran rata-rata
trombosit/platelet. Trombosit baru lebih besar, dan peningkatan MPV
terjadi ketika terjadi peningkatan jumlah platelet yang sedang
diproduksi. Sebaliknya, penurunan MPV merupakan indikasi
penurunan jumlah trombosit (trombositopenia).
Pemeriksaan selanjutnya yaitu pemeriksaan gula darah sewaktu
(GDS). Hasil lab GDS di sebelum intervensi yaitu diperoleh nilai 123,5
mg/dl di mana nilai GDS pasien masih terkontrol sesuai dengan range
rujukan yaitu 70-200 mg/dl. Dan di hari setelah intervensi GDS pasien
mengalami kenaikkan tetapi masih di batas normal yaitu 156,9 mg/dl.
Jika kadar glukosa pada pasien tinggi berkaitan dengan penyakit
diabetes melitus di mana kadar glukosa darah meningkat di atas batas
normal. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu dapat dijadikan patokan
dalam mendiagnosa diabetes melitus jika kadar glukosa darah
mencapai antara 140 mg/dL dan 200 mg/dL, apalagi jika diatas 200
mg/dL. Menurut PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia,
2002), Orang didiagnosis mengalami diabetes melitus jika dari hasil
pemeriksaan kadar glukosa darah puasa lebih dari 126 mg/dL dan
glukosa darah sewaktu lebih dari 200 mg/dl dan mengalami gejala
polipagi, polidipsi, serta poliuri.
b. Pemeriksaan fungsi ginjal
28
Pemeriksaan fungsi ginjal adalah pemerikaan yang dilakukan untuk
melihat seberapa baik kerja ginjal dan mendeteksi jenis gangguan
yang terjadi pada organ ginjal. Pemeriksaan fungsi ginjal pada pasien
yaitu pemeriksaan kadar kreatinin dan kadar ureum. Di hari sebelum
intervensi di dapatkan hasil untuk ureum 64 mg/dl dan kreatinin 2,15
mg/dl di mana kategori untuk ureum dan kreatinin di nilai tersebut
sangat tinggi, yang artinya terdapat kerusakan pada ginjal. Dan hasil
lab terbaru setelah intervensi di dapatkan nilai lab untuk ureum
sebesar 51 mg/dl dan kreatinin 1,02 mg/dl karena ureum adalah
produk akhir katabolisme protein dan asam amino yang diproduksi
oleh hati dan didistribusikan melalui cairan intraseluler dan
ekstraseluler ke dalam darah untuk kemudian difiltrasi oleh glomerulus
dan sebagian direabsorbsi pada keadaan dimana urin terganggu
(Verdiansah, 2016). Semakin banyak asupan protein ke dalam tubuh,
maka akan mengalami peningkatan kadar ureum. Metabolisme ureum
dilakukan pada organ ginjal, sehingga apabila asupan protein
seseorang terlalu tinggi dan tidak diimbangi dengan asupan gizi yang
lain maka ginjal akan bekerja keras untuk merombak protein tersebut
menjadi asam amino, sehingga kadar ureum dalam darah akan
meningkat. Apabila kadar ureum menurun, maka semakin sedikit pula
asupan protein ke dalam tubuh (Kee & Joyce, 2007). Kadar kreatinin
yang melebihi 10 mg/dl sudah disarankan untuk melakukan cuci darah
karena ginjal sudah tidak dapat bekerja dengan maksimal sehingga
dibutuhkan tindakan hemodialisia.
Untuk ureum nilai lab tersebut masih tinggi dan untuk kreatinin
sudah berada di batas normal. Kondisi tersebut di namakan uremia.
Uremia merupakan kondisi ketika kadar urea/ureum dalam darah
sangat tinggi dan menjadi racun bagi tubuh. Ureum yang menumpuk
dalam darah dan tidak segera diatasi maka akan menyebabkan
komplikasi, mulai dari depresi, anemia, tekanan darah tinggi, gatal-
gatal yang parah akibat ketidakseimbangan mineral, penyakit
kardiovaskular, serangan jantung dan penyakit jantung koroner.
Peningkatan kadar ureum dan kreatinin didalam darah dapat
digunakan sebagai indeks keparahan uremia (Ganong, 2008). Karena
29
pada gagal ginjal kronik sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia
maka penderita gagal ginjal kronik akan memperlihatkan sejumlah
gejala. Keparahan gejala uremia tergantung pada tingkat kerusakan
ginjal, dan usia pasien (Smeltze & Bar, 2013).
D. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan H1 H2 H3 Standar
pembanding
Badan Badan Badan Badan terasa
terasa terasa terasa bugar, dan
lemas dan lemas dan lemas dan tidak ada nyeri
kram pada kram pada kram pada pada kaki dan
kaki dan kaki dan kaki dan tangan.
tangan tangan tangan
Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa data fisik pasien selama
tiga hari, pasien mengalami rasa lemas pada badan dan nyeri pada kaki
dan tangan yang berhubungan dengan penyakit general weakness yang di
diagnosa ke pasien. General weakness adalah kelemahan yang
merupakan suatu keluhan yang paling sering diutarakan oleh pasien.
Kelemahan adalah penurunan fungsi normal dari satu atau lebih otot
manusia, tingkat tenaga yang rendah dan perasaan mudah letih setelah
melakukan aktivitas
E. Pemeriksan Klinik
Pemeriksaan H1 H2 H3 Standar
pembanding
30
yang seharusnya. Pada pemeriksaan respirasi di hari pertama, respirasi
pasien tergolong normal. Pada pemeriksaan nadi di hari pertama, nadi
pasien juga tergolong normal, hal yang sama juga terjadi pada suhu di hari
pertama pasien yaitu suhu pasien berada di range normal. Di hari kedua
pemeriksaan pada tekanan darah pasien masih tinggi dari batas normal.
Pada pemeriksaan respirasi, respirasi pasien normal. Di pemeriksaan nadi
pasien masih berada di batas normal dan suhu pasien juga berada di
batas normal. Di pemeriksaan hari ketiga, tekanan darah pasien
mengalami penurunan di 110/60 mmHg di mana lebih rendah dari batas
normal. Pada pemeriksaan respirasi pasien masih berada di batas normal,
pada pemeriksaan nadi pasien juga berada di batas normal. Begitu juga
pada pemeriksaan suhu pasien yang berada di suhu normal.
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadi gagal jantung dan
penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung
akan mengikat, otot jantung akan mengendor dan berkurang
elastisitasnya, yang disebut dekompensasi akibatnya jantung tidak
mampu lagi memompa sehingga banyak cairan tertahan di paru maupun
jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak napas atau edema
kondisi ini disebut gagal jantung.
Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal, tekanan
darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan sistem penyaringan di dalam
ginjal akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang
tidak di butuhkan tubuh yang masuk mealui aliran darah dan terjadinya
penumpukan di dalam tubuh
F. Konseling Gizi
Pelaksanaan konseling gizi dilakukan dengan tujuan memberikan
pemahaman baik kepada pasien maupun keluarga akan pentingnya
memenuhi asupan makanan sesuai dengan kebtuuhan dengan
memperhaikan prinsip dan syarat diet yang diberikan untuk membantu
proses penyembuhan penyakit pasien. Materi konsleing yang
disampaikan yaitu seputar diet DM, diet rendah natrium, diet jantung, diet
rendah protein, dan diet rendah purin dimana pasien diberikan penjelasan
tentang gambaran umum penyakit yang diderita, menjelaskan prinsip diet
yang diberikan, serta menjelaskan tujuan dan syarat pemberian diet serta
31
anjuran makanan yang harus dihindari dan dibatasi, serta makanan yang
dapat diberikan sesuai dengan kondisi pasien. Pasien dan keluarga juga
dijelaskan mengenai hubungan penyakit yang diderita pasien dan pola
makan ataupun pola hidup pasien. Proses konseling yang dilakukan
menggunakan media leaflet, porsimetri, dan daftar penukar dengan
metode ceramah dan tanya jawab. Diharapkan setelah mendapatkan
konseling ada perubahan yang terkait pola makan atau kebiasaan makan
pasien menjadi lebih baik.
32
LAMPIRAN
33
Recall Hari 1 setelah Intervensi (05-07-2022)
34
Recall hari 2 setelah intervensi (06-07-2022)
Selingan Pepaya Pepaya 2 ptg kcl 20 0,2 0,1 2,4 13,8 0,6
(16.00)
Malam Bubur Beras ½ gls 50 128,5 4,2 0,8 38,5 0,0
jam 5
(19.00) Ikan Ikan I ptg bsr 60 65,4 3,2 1,02 0 36,6
bakar layang
Jagung Jangun 1 180 659 64 23 289, 30,6
rebus * g bonggol 6
1486 64 28 289, 178,0m
Total asupan
6 g
Kebutuhan (hasil hitungan rumus) 1900 40 47 316 800 mg
35
Recall hari-3 setelah intervensi (07-07-2022)
36
37
38
Daftar Bahan Penukar
39
Siklus Menu Tn. R
MENU IV
SIANG
VIP
NB BB + DIIT
− Sambal goreng daging + hati − Ayam panggang bb rujak
sapi + kentang goreng − Rolate tahu
(NB,BB) − Sup oyong + kacang Panjang
− Rolade tahu + kentang + wortel
− Ikan bandeng goreng bumbu − Sup kembang telur + wortel +
acar kentang + jamur hitam + ercis
− Sup oyong + tauge + kacang
Panjang + wortel
KLS I
NB BB + DIIT
− Sambal goreng daging + hati − Ayam panggang bb rujak
sapi + kentang goreng − Rolade tahu
− Sup oyong + tauge + kacang − Sup oyong (wortel + tauge +
Panjang+ wortel kol + 2 ptg dada ayam)
− Rolate tahu (wortel + tauge + − Sup oyong + kac. Panjang +
kol + 3 ptg dada ayam) kentang + wortel
− Ikan bandeng goreng bumbu − Sup kembang telur + ercis +
acar wortel + kentang + jamur
hitam
KLS II + III
− Ikan goreng bumbu bali (NB)
− Ikan goreng (RG, DM)
− Ikan bb rujak (BB, Diit)
CACRDIO
− Ayam panggang bb rujak suir2 (BS)
− Sup kembang telur + wortel + kentang
− Rolade tahu
MENU IV
MALAM
40
Bubur biasa (pake abon VIP, kls 1, 2, 3 UTK, NB, BB)
TELUR REBUS
MENU IV
SORE
VIP
NB BB + DIIT
− Ikan goreng bumbu ulek − Ikan masak bb ulek
− Ayam cah kemangi − Sup ayam macaroni + wortel
− Tempe kemul kentang
− Cah bayam + tauge + wortel − Cah tempe 1⁄2 goreng
+ labu siam + jagung iris − Bening bayam + labu siam +
wortel + tauge
KLS I
NB BB + DIIT
− Ikan goreng bumbu ulek − Ikan masak bb ulek
− Ayam cah kemangi − Sup ayam macaroni + wortel
− Tempe kemul kentang
− Cah bayam + tauge + wortel − Cah tempe 1⁄2 goreng
+ labu siam + jagung iris − Bening bayam + labu siam +
wortel + tauge
KLS II + III
− Ayam goreng asam manis + bawang Bombay (NB)
− Ayam bakar rica-rica LOMBOK BESAR + TOMAT (BB, Diit)
− Kalio tahu + santan (NB)
− Cah bayam + tauge + wortel + labu siam + jagung iris
− Bening bayam + labu siam + wortel + tauge
CARDIO
− Ikan masak bb ulek
− Sup ayam macaroni + wortel + kentang
− Cah tempe 1⁄2 goreng + rempelah
MENU IV
Malam
− Bubur biasa (pake abon VIP, kls 1, 2, 3 UTK NB, BB)
− TELUR REBUS
− CAH S. BUNGA + WORTEL + L. SIAM
− TELUR CEPLOK (VIP)
41
MENU V
SIANG
VIP
NB BB + DIIT
− Sup ikan tenggiri − Sup ikan tenggiri
− Ayam panggang − Ayam bakar rica-rica
− Perkedel jagung − Tahu isi kukus
− Cah labu siam + wortel + − Cah labu siam + wortel +
tauge tauge
Kls I
NB BB + DIIT
− Sup ikan tenggiri − Sup ikan tenggiri
− Ayam panggang − Ayam bakar rica-rica
− Perkedel jagung − Tahu isi kukus
− Cah labu siam + wortel + − Cah labu siam + wortel +
tauge tauge
Kls I + II
− Ikan katombo goreng BB bali (NB)
− Ikan goreng + SAYUR BUNGA + WORTEL (NB)
− Ikan KATOMBO woku (BB, Diit)
− Cah tempe 1⁄2 goreng + rempelah (BB, Diit)
− Cah labu siam + wortel + tauge
CARDIO
− AYAM PANGGANG CINCANG
− Tahu isi kukus
− SUP IKAN TENGGIRI
MENU V
MALAM
BUBUR BIASA
TELIR REBUS
CAH L.SIAM + WORTEL + KENTANG + BUNCIS
TELUR DADAR (VIP)
42
MENU V
SORE
VIP
NB BB + DIIT
− Ikan katombo bakar dabu- − Ikan bakar dabu-dabu
dabu − Soto ayam + wortel + laksa +
− Ayam goreng kalasan kentang
− Tempe goreng bb ketumbar − Tempe cah + rempelah
− Sayur lodeh (Nangka + labu − Bening sawi bunga + wortel +
siam + daun melinjo + kac. tauge
Tanah + jagung tongkol)
Kls I
NB BB + DIIT
− Ikan katombo bakar dabu- − Ikan bakar dabu-dabu
dabu − Soto ayam + wortel + laksa +
− Ayam goreng kalasan kentang
− Tempe goreng bb ketumbar − Tempe cah + rempelah
− Sayur lodeh (Nangka + labu − Bening sawi bunga + wortel +
siam + daun melinjo + kac. tauge (BB, Diit)
Tanah + jagung tongkol)
Kls II + III
− Daging bumbu sambal goreng (NB, BB)
− Ayam bumbu lengkuas (DIIT)
− Tahu goreng pedas manis (NB)
− Tahu cah rempelah (BB, DIIT)
− Sayur lodeh (Nangka + labu siam + daun melinjo + kac. Tanah + jagung
tongkol)
− Bening bunga + wortel + tauge
CARDIO
− Ikan bakar suir-suir (BS)
− Soto ayam + wortel + laksa
Tempe cah + rempelah
MENU VI
MALAM
BUBUR BIASA
TELUR REBUS
43
MENU VI
SIANG
VIP
NB BB + DIIT
− Sup bakso ikan − Sup bakso ikan
− Daging semur + kentang − Ayam BB RW (DIIT)
potong kotak–kotak (NB, BB) − Tahu cah + repelah
− Rempeyek kacang − Bening buncis + wortel +
− Cah buncis + wortel + tauge tauge
Kls I
NB BB + DIIT
− Sup bakso ikan − Sup bakso ikan
− Daging semur + kentang − Ayam BB RW (DIIT)
potong kotak–kotak (NB, BB) − Tahu cah + repelah
− Rempeyek kacang − Bening buncis + wortel +
− Cah buncis + wortel + tauge tauge
Kls II + III
− Ikan goreng asam pedas
− Ikan bumbu merah (BB, DIIT)
− Perkedel tahu goreng special (NB)
− Perkedel tahu kukus (BB, DIIT)
− Cah buncis + wortel + tauge
− Bening buncis + wortel + tauge (BB, DIIT)
CARDIO
− Sup bskso ikan
− Ayam cah kemangi suir (BS)
− Tahu cah + rempelah
MENU VI
MALAM
VIP
44
Frekuensi Makan Tn. R
SUMBER KARBOHIDRAT
Nasi √ 1 piring 100
Roti √ 1 40
lembar
Jagung √ 1 180 Direbus
bengg
ol
SUMBER PROTEIN
Ikan batu √ 1 ekor 100 Digoreng/
dibakar
Ikan √ 1 ekor 70 Di
cakalang bakar/digo
reng
Daging √ √ 1 150 Sop
mangk saudara/k
ok sdg onro
Tempe √ 1 ptg 40 Digoreng
sdg
Telur √ 1 butir 60 Di rebus
Tahu √ 1 ptg 25 Di goreng
SAYURAN
Kangkung √ 1 sdm 10 Ditumis
Sayur sop √ 2 30 Kuah
sendok
sayur
Sayur √ 1 15 Kuah
bening sendok
sayur
BUAH
Semangk √ 1 ptg 100
a
Pepaya √ 1 ptg 100
LAIN-LAIN
45
46
47
BAB III
RESUME
3.1 Proses Asuhan Gizi Terstandar Pasien Ruangan Melati Di RSUD Undata
Palu
Pasien rawat jalan laki-laki Tn. A berjenis kelamin laki-laki dengan usia 67
tahun. Di rujuk ke ruangan melati dengan keluhan sesak sejak semalaman,
jika tidur malam menggunakan 2 bantal, sering terbangun karena sesak, nyeri
dada hilang timbul, mual, nyeri ulu hati, dan batuk sudah 2 hari. Hasil diagnosa
oleh dokter HHD. Hasil pengukuran antropometri di dapatkan BB=52 kg dan
TB 171 cm. Hasil pemeriksaan biokimia eritrosit 5,33 juta/uL, MPV 6,4 fL,
eusinofil 0,3%, neutrofil 70,8%, limfosit 17,8%, monosit 3,98 cutoff, SGOT 46,
Na 134 mmol/l, dan Cl 97 mmol/l. Hasil pemeriksaan fisik/klinis adalah TD
adalah 130/90 mmHg, N 110x?menit, R 20 x/menit, S 36,3 °C. Pasien
mempunyai riwayat penyakit asma.
A. ASESSMENT
1. Client History
a. Data Pasien
Nama : Tn. A
Usia : 67 tahun
Jenis Kelamin :Laki-laki
48
Tanggal lahir : 25-12-1955
Alamat : Lariang
Agama : Islam
Tanggal MRS : 06-07-2022
No. RM : 01-00-32-30
Diagnosa : HHD
b. Riwayat personal
- Riwayat penyakit dahulu : Asma
- Riwayat penyakit sekarang : HHD
- Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada riwayat
2. Food Habit
a. Dietery History
• Frekuensi makan pasien teratur, 3x/hari dan jarang makan selingan.
• Dengan makanan pokok nasi 1-2 centong rice cooker (50-100 g). Sumber karbohidrat
lainnya yaitu roti tawar 4 lembar (35g) selama 1-2x/seminggu.
• Lauk hewani, pasien suka mengonsumsi ikan kembung bagian ekor (70g) 1x/sehari dengan
cara di goreng/di kuah. Ikan bandeng bagian kepala (30g) 3-4x/seminggu dengan cara di
goreng/dikuah.
• Lauk nabati, pasien suka mengonsumsi tahu 1 ptg sdg (40g) 3-6x/seminggu dengan cara di
goreng. Dan tempe 1 ptg sdg (25g) 3-6x/seminggu.
• Untuk sayuran, pasien suka mengonsumsi sayur sop 2 sendok sayur (60g) 3-6x/seminggu,
sayur bening bayam 2 sendok sayur (30g) 3-6x/seminggu.
• Buah, pasien suka mengonsumsi buah semangka 1 ptg (100 g) 2x/seminggu.
b. Anamnesa MRS
Pasien masuk dengan keluhan sesak sejak semalaman, jika tidur malam menggunakan 2
bantal, sering terbangun karena sesak, nyeri dada hilang timbul, mual, nyeri ulu hati, dan
batuk sudah 2 hari. Hasil recall sebelum intervensi di dapatkan asupan energi 1146,2 kkal
(59%) defisit berat, protein 38,2 g (53%) defisit berat, lemak 37,0 g (69%) defisit sedang,
karbohidrat 166,9 g (58%) defisit berat dan natrium 911,6 mg (113%) baik.
Kategori pemenuhan asupan berdasarkan kategori kecukupan gizi. (Depkes.1999)
Kategori Keterangan
<60% Defisit berat
60-69% Defisit sedang
49
70-79% Defisit ringan
80-120% Baik
>120% Lebih
3. Antropometri
- BB = 52 kg
- TB = 171 cm
- BBI = 90% x ( TB-100) x 1
= 90% x (171-100) x 1
= 90% x 71
= 63,9 Kg
𝐵𝐵 52
- IMT = 𝑀2 = 1,712 = 17,8 kg/𝑚2 (Kurus)
Klasifikasi IMT bagi orang dewasa Indonesia (SK Menkes No. 41/2014 tentang pedoman gizi
seimbang)
Status Gizi Keterangan IMT (kg/m²)
Kesimpulan : Berdasarkan hasil data antropometri diketahui bahwa pasien memiliki berat
badan yang perlu dinaikkan sebanyak 11,9 kg dan pasien memiliki IMT yang
tergolong Kurus
4. Biokimia
50
Na 134mmol/l Rendah 136-146 mmol/L
Cl 97mmol/l Rendah 98-106 mmol/L
5. Fisik/Klinis
- Klinis
Pemeriksaan H-1 H-2 Rujukan
Tekanan darah 140/90 mmHg 140/90 mmHg <120/80 mmHg
Nadi 95x/menit 96x/menit 60-100/menit
Respirasi 38x/menit 20x/menit 14-20/menit
Suhu 36,3C 36,5C 36,1-37,2C
- Fisik
H-1 H-2
Adanya sesak nafas, Adanya sesak nafas,
Pemeriksaan pusing, perasaan perasaan pusing,
lemas dan nyeri lemas, mual dan yeri
pada ulu hati ulu hati menghilang
A. Diagnosis Gizi
51
NC-3.1 berat Berkaitan dengan Ditandai dengan hasil pengukuran antropometri
badan kurang adanya gangguan di dapatkan IMT=17,8 kg/𝑚2 yaitu kategori kurus
(underweight) pola makan dan
asupan energi
inadekuat
B. Intervensi Gizi
Keterangan NI-2.1
P Asupan oral tidak Tujuan Meningkatkan asupan oral sesuai
adekuat kebutuhan pasien
Keterangan NI-5.1
P NI-5.4 Penurunan Tujuan Membantu menurunkan tekanan
kebutuhan zat gizi darah pasien mendekati normal
tertentu (Natrium)
52
E Berkaitan dengan pasien Strategi Memberikan edukasi terkait diet
mengalami hipertensi rendah garam/natrium
Keterangan NC-3.1
P NC-3.1 berat badan Tujuan Membantu mencapai zat gizi optimal
kurang (underweight)
53
- Energi diberikan secara bertahap sesuai kebutuhan tubuh untuk memenuhi
kebutuhan yaitu; 30-35 g/kg BBI pada pria.
- Protein cukup 15-25% dari seluruh total kalori di berikan secara sesuai dengan
kondisi tubuh.
- Lemak sedang 20-25% kebutuhan energi total, dengan kondisi 10% lemak
jenuh dan 10-15% lemak tidak jenuh.
- Karbohidrat sedang 50-60% dari total kalori berasal dari karbohidrat kompleks.
- Bahan makanan sumber kolestrol di anjurkan dibatasi maksimal 200 mg/hari
- Asupan natrium dibatasi <2300 mg/hari.
- Bahan makanan sumber kolestrol dianjurkan dibatasi maksimal 200 mg/hari
- Asupan serat dianjurkan 25 gram/hari degan mengutamakan serat larut air
yang terdapat didalam sayur dan buah
- Vitamin dan mineral cukup, hindari penggunaan suplemen kalsium, kalium dan
magnesium jika dibutuhkan.
d. Perhitungan kebutuhan
- E= 30 g/kg x 63,9
= 1.917 kkal
- P= (15% x 1,917) :4
= 71,8 g
- L= (25% x 1917) : 9
= 53 g
- KH= (60% x 1917) : 4
= 287 g
2. Rencana Edukasi
A. Tujuan edukasi
- Meningkatkan pengetahuan pasien tentang prinsip diet jantung III dan
hipertensi
- Menjelaskan tujuan dan syarat pembertian diet yang sesuai kondisi dan
kebutuhan pasien
B. Sasaran: Pasien dan Keluarga
C. Tempat: R. Melati kelas III
D. Waktu: ±30 menit
E. Media: Leaflet Modifikasi Diet Jantung III dan Diet Rendah Garam III, DPBM dan
Porsimetri
54
F. Materi :
• Memberi pengertian diet tentang penyakit Jantung dan hipertensi
• Makanan yang akan di konsumsi, makanan yang di batasi, serta makanan yang
akan di hindari pada diet jantung III dan diet rendah garam III
• Bagaimana cara pengolahan makanan yang baik dan benar, serta bahan makanan
yang di anjurkan dan yang tidak di anjurkan
3. Konseling Gizi
Memberikan pemahaman yang baik kepada pasien maupun keluarga akan pentingnya
memenuhi asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhan, dengan mempertahankan
prinsip dan syarat diet yang di berikan untuk membantu proses penyembuhan
4. Koordinasi Pihak Lain
Dokter : Memeriksa terkait masalah klinis gizi
Perawat : Memeriksa tanda-tanda vital (TTV) pasien.
Keluarga : Memberi dukungan dan motivasi kepada pasien untuk mendkung kelancaran
diet yang diberikan.
5. Perencanaan Diet
Waktu Menu Bahan URT gram E(kkal P (g) L (g) KH Na
makan Makanan ) (g) (mg)
Pagi Bubur Beras ½ gls 50 180,4 3,3 0,3 39,8 0,0
07.00 Ayam Daging 1 ptg 60 170,9 16,1 11,3 0,0 43,8
bakar ayam sdg
Cah tahu Tahu 1 ptg 25 19,0 2,0 1,2 0,6 1,8
55
12.00 Ikan bakar Ikan 1 ekor 60 67,3 12,8 1,4 0,0 33,0
kembung
Tempe Tempe 2 sdm 20 29,8 3,8 1,5 3,4 1,2
orek Minyak 1 sdm 10 36,2 0,0 10,0 0,0 0,0
kelapa
Sayur sop Buncis 5 sdm 50 17,4 0,9 0,2 4,0 1,5
Buah segar Jeruk manis 1 100 47,2 0,9 0,1 11,9 0,0
buah
Selingan Buah segar Mangga 1 250 162,5 1,3 0,8 11,9 5,0
16.00 buah
Malam Bubur Beras ½ gls 50 180,4 3,3 0,3 39,8 0,0
19.00 Ikan bakar Ikan 1 ekor 80 67,1 11,8 1,8 0,0 32,0
bandeng
Tahu Tahu 2 sdm 20 15,2 1,6 1,0 0,4 1,4
tempe Tempe 2 sdm 20 39,8 3,8 1,5 3,4 1,2
bacem
Minyak 1 sdm 10 86,2 0,0 10,0 0,0 0,0
56
Parameter Target Waktu
Asupan Makanan Asupan makan pasien Setiap Hari
mencukupi >80% dari
kebutuhan
Antropometri Mencapai status gizi optimal Akhir perawatan
secara bertahap
2. Hasil Monitoring
57
Eusinofil 0,3% - 1-3%
Neutrofil 70,8% - 50-7-%
Limfosit 17,8% Tidak ada - 20-40%
pemeriksaan terbaru
Monosit 3,98 cutoff - 3,13 cutoff
SGOT 46 u/L - ≤45 u/L
Na 134 mmol/l - 136-146
mmol/l
Cl 97 mmol/l - 98-106
mmol/l
Klinis TD 123/80 140/90 140/90 - 120/80
mmHg mmHg mmHg mmHg
58
LAMPIRAN
59
Recall hari-1 setelah intervensi (07-08-2022)
Seling Pisang mas Pisang 3 buah 90 82,8 0,9 0,4 21,1 0,9
an mas
(16.00)
60
Bubur beras ½ gls 50 178,5 4,2 0,85 38,55 0,0
Pagi Telur rebus Telur 1 butir 60 93,1 7,6 6,4 0,7 74,2
(08.00) ayam
Buncis 3 sdm 30 10,5 0,6 0,1 2,4 0,9
Sayur
bening Kentang 3 sdm 30 27,9 0,6 0,0 6,5 1,5
Seling Pisang mas Pisang 1 buah 30 27,6 0,3 0,2 7,0 0,3
an
(10.00)
Siang Bubur Beras ½ gls 50 178,5 4,2 0,8 38,55 0,0
jam Ikan bakar Ikan ½ ekor 30 33,6 6,4 0,7 0,0 16,5
(12.00) kembung
Tempe Tempe 1 ptg 40 141,6 6,8 10.8 6,1 2,0
goreng sdg
Minyak 1 sdm 10 86,2 0,0 10,0 0,0 0,0
Cah sayur K. panjang 5 sdm 50 15 17,4 0,9 0,2 4,0
Wortel 5 sdm 50 12,9 0,5 0,1 2,4 30,0
Seling Semangka Semangka 1 buah 100 32,0 0,6 0,4 7,2 2,0
an
(16.00)
61
62
63
Daftar Bahan Penukar
64
Siklus Menu Tn. A
MENU VI
SIANG
VIP
NB BB + DIIT
− Sup bakso ikan − Sup bakso ikan
− Daging semur + kentang − Ayam BB RW (DIIT)
potong kotak–kotak (NB, BB) − Tahu cah + repelah
− Rempeyek kacang − Bening buncis + wortel +
− Cah buncis + wortel + tauge tauge
Kls I
NB BB + DIIT
− Sup bakso ikan − Sup bakso ikan
− Daging semur + kentang − Ayam BB RW (DIIT)
potong kotak–kotak (NB, BB) − Tahu cah + repelah
− Rempeyek kacang − Bening buncis + wortel +
− Cah buncis + wortel + tauge tauge
Kls II + III
− Ikan goreng asam pedas
− Ikan bumbu merah (BB, DIIT)
− Perkedel tahu goreng special (NB)
− Perkedel tahu kukus (BB, DIIT)
− Cah buncis + wortel + tauge
− Bening buncis + wortel + tauge (BB, DIIT)
CARDIO
− Sup bskso ikan
− Ayam cah kemangi suir (BS)
− Tahu cah + rempelah
MENU VI
MALAM
VIP
MENU VI
SORE
VIP
NB BB + DIIT
− Sup ayam + wortel + kentang − Sup ayam + wortel + kentang
+ macaroni + makaroni
− Ikan goreng − Ikan pesmol
65
− Tempe mendoaan − Tempe tumis kecap
− Cah (sawi putih + sawi bunga − Bening sawi bunga + wortel +
+ wortel + rempelah) labu siam
− Cah tempe (DM, RG, DJ)
Kls I
NB BB + DIIT
− Sup ayam + wortel + kentang − Sup ayam + wortel + kentang
+ macaroni + makaroni
− Ikan goreng − Ikan pesmol
− Tempe mendoaan − Tempe tumis kecap
− Cah (sawi putih + sawi bunga − Bening sawi bunga + wortel +
+ wortel + rempelah) labu siam
− Cah tempe (DM, RG, DJ)
Kls II + III
− Ikan goreng bumbu pecel (NB)
− Ikan bumbu woku (BB, DIIT)
− Mihin + rempelah (NB)
− Tempe tumis kecap (BB, DIIT)
− Cah (sawi putih, sawi bunga, wortel)
− Bening sawi bunga + wortel + labu siam (BB, DIIT)
CARDIO
− Sup ayam + wortel + kentang + macaroni
− Ikan pesmol suir-suir (BS)
− Tempe kukus
MENU VI
MALAM
VIP
MENU VII
SIANG
VIP
NB BB + DIIT
− Udang goreng asam manis − Ikan bandeng bakar + dabu-
− Uta dada ayam dabu
− Mihun+rampelah − Sup ayam+jamur
− Cap cay labu siam + wortel + hitam+kembang tahu+laksa
bunga − Orek tempe
kol+bengkoang+batang sawi − Cap cay labu
bunga+ jamur kaleng siam+wortel+sawi bunga
66
Kls I
NB BB + DIIT
− Udang goreng asam manis − Ikan bandeng bakar + dabu-
− Uta dada ayam dabu
− Mihun+rampelah − Sup ayam+jamur
− Cap cay labu siam + wortel + hitam+kembang tahu+laksa
bunga − Orek tempe
kol+bengkoang+batang sawi − Cap cay labu
bunga+ jamur kaleng siam+wortel+sawi bunga
Kls II + III
− Daging dendeng basah (NB, BB)
− Ayam bumbu tomat mentah +kunyit (DIIT)
− Tempe mendoan (NB)
− Cah tempe (BB, DIIT)
− Cap cay labu siam+wortel+bunga kol+bengkoang+batang sawi bunga
(NB)
− Cap cay labu siam+wortel+ sawi bunga (BB+DIIT)
−
CARDIO
− Ikan bandeng bakar + dabu-dabu suir (BS)
− Sup ayam+jamur hitam+kembang tahu+laksa
− Orek tempe
MENU VII
SORE
VIP
NB BB + DIIT
− Ayam goreng balado − Ayam cah kemangi
− Ikan pepes bungkus daun − Sup ikan
− Tahu isi goreng (wortel + tenggiri+laksa+wortel+kentang
tauge + kol) − Tahu isi kukus
− Sayur oreak arik kol kocok − Bening buncis+wortel+tauge
telur 1 butir
Kls I
NB BB + DIIT
67
− Ayam goreng balado − Ayam cah kemangi
− Ikan pepes bungksu dau − Sup ikan
− Tahu isi goreng (wortel + tenggiri+laksa+wortel+kentang
tauge + kol) − Tahu isi kukus
− Sayur oreak arik kol kocok − Bening buncis+wortel+tauge
telur 1 butir
Kls II + III
− Ikan goreng balado (NB)
− Ikan kuah asam (BB, DIIT)
− Perkedel jagung 3 BTR(NB)
− Oseng-oseng tahu (BB, DIIT)
− Orak arik kol+wortel
− Bening buncis +wortel+tauge (BB, DIIT)
CARDIO
− Ayam cah kemangi suir-suir
− Sup ikan tenggiri+laksa+wortel+kentang
− Tahu isi kukus
MENU VIi
MALAM
VIP
BUBUR AYAM
TELUR REBUS
KERUPUK
KETIMUN (VIP+1)
MENU VIII
SIANG
VIP
NB BB + DIIT
− Ikan ekor kuning goreng − Ikan ekor kuning bakar +
balado dabu-dabu
− Soto banjar + telur (1 btr utk 2 − Soto banjar + 1 telur ( i btr utk
org) 2 orang)
− Sate tempe − tempe cah ½ goreng
− Cah kacang panjang+wortel − bening kscang panjang +
diungkep dulu wortel +laksa
− tahu cah (DM)
Kls I
NB BB + DIIT
− Ikan ekor kuning goreng − Ikan ekor kuning bakar +
balado dabu-dabu
− Soto banjar + telur (1 btr utk 2 − Soto banjar + 1 telur ( i btr utk
org) 2 orang)
68
− Sate tempe − tempe cah ½ goreng
− Cah kacang panjang+wortel − bening kscang panjang +
diungkep dulu wortel +laksa
− tahu cah (DM)
Kls II + III
− Ikan goreng bumbu balado (NB)
− Ikan katombo bumbu pepes bakar daun pisang (BB+DIIT)
− Tempe goreng tepung kentucky (NB)
− Cah tempe +rampelh (BB, DIIT)
− Cah kac.panjang +wortel diungkep dulu
CARDIO
− Ikan bandeng bakar + dabu-dabu suir (BS)
− Soto banjar
− Perkedel kentang kukus
MENU VII
SORE
VIP
NB BB + DIIT
− Daging rendang (NB,BB) − Ikan bb merah (DIIT)
− Sup kimlo (ayam+jamur − Cah tempe ½ goreng+hati
hitam+wortel) rampelah
− Tempe mendoan − Bening bayam +wortel+labu
− Cah bayam+tauge siam +tauge
− Sup kimlo (ayam+jamur
hitam+wortel)
Kls I
NB BB + DIIT
− Daging rendang (NB,BB) − Ikan bb merah (DIIT)
− Sup kimlo (ayam+jamur − Cah tempe ½ goreng+hati
hitam+wortel) rampelah
− Tempe mendoan − Bening bayam +wortel+labu
− Cah bayam+tauge siam +tauge
− Sup kimlo (ayam+jamur
hitam+wortel)
Kls II + III
− Ikan goreng bumbu acar (NB)
− Ikan bumbu woku (BB, DIIT)
− Tahu gulai(NB)
− Tahu cah + rampelah (BB, DIIT)
69
− Cah bayam + taugre
− Bening buncis +wortel++labu siam+tauge (BB, DIIT)
CARDIO
− Ikan bb merah suir-suir (BS)
− Tempe cah ½ goreng +hati rampelah
− Sup kimlo (ayam+jamur hitam+wortel)
MENU VIi
MALAM
VIP
70
Frekuensi Makan Tn. A
Bahan Berapa Kali Konsumsi Per... Porsi Tiap Paling
Makanan Kali Sering
Konsumsi Dimasak
dengan
Cara
>1x 1x 3-6x 1-2x 2 Sebul Tidak URT GRA
Seh Seha Semin Semin Minggu an Perna M
ari ri ggu ggu Sekali Sekali h
SUMBER KARBOHIDRAT
Nasi √ 2ctg 10
plastik
Roti tawar √ √ 4 160
lemba
r
SUMBER PROTEIN
Ikan √ 1 ekor 70 Digoreng/
kembung dkuah
Ikan √ ½ 30 Digoreng/
bandeng ekor dikuah
Tahu √ 1 ptg 25 Digoreng
sdg
Tempe √ 1 ptg 40 Digoreng
sdg
SAYURAN
Sayur √ 1 30 Sop
bayam sendo
k
sayur
Sayur sop √ 2 30
sendo
k
sayur
BUAH
Semangk √ 1 bh 100
a
LAIN-LAIN
71
72
BAB IV
Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
1. Perkembangan Status Gizi
Status gizi pasien selama masa pengamatan dari hari pertama
hingga hari ketiga masih sama, yaitu status gizi kurang (underweight)
dengan status gizi dengan IMT 17 kg/m². Dan tidak terjadi penaikkan
berat badan dikarenakan nafsu makan pasien yang berubah-ubah setiap
harinya. Sehingga terjadi ketidakseimbangan zat gizi sehubungan
dengan kondisi pasien yang mengalami komplikasi penyakit yang
diderita.
2. Diagnosa Gizi
Diagnosa gizi pasien adalah asupan zat gizi tidak berimbang.
Berkaitan dengan asupan makan pasien yang kurang atau lebih dari 80-
120%. Ditandai dengan asupan pasien sebelum intervensi. E=50%,
P=110%, L=54% dan KH=47%. Setelah intervensi asupan hari pertama,
E= 47%, L=46%, dan KH= 69%. Hari kedua, E=78% dan L=59%, serta
hari ketiga E=21%, P=47%, L=20%, dan KH 32%. Kemudian perubahan
nilai lab terkait zat gizi yang berkaitan dengan penurunan fungsi ginjal
yang di tandai dengan hasil laboratorium di atas normal untuk ureum 64
mg/dl dan kreatinin 2,15 mg/dl. Dan setelah intervensi nilai laboratorium
untuk ureum dan kreatinin mulai mendekati normal yaitu ureum 51 mg/dl
dan kreatinin 1,02 mg/dl. Selanjutnya, berat badan kurang yang berkaitan
dengan gangguan pola makan dan asupan energi inadekuat yang
ditandai dengan hasil pengukuran status gizi berdasarkan %LILA di
dapatkan status gizi kurang (74,5%)
3. Intervensi Gizi
Intervensi pasien adalah diberikan diet diabetes melitus 1.900 kkal,
diet rendah protein, diet jantung III, dan diet rendah natrium dengan tujuan
memenuhi kebutuhan zat gizi yang tidak berimbang sesuai dengan
kemampuan ginjal, jantung, mengurangi dan menghindari bahan
makanan yang tinggi sumber protein, kolesterol, lemak jenuh, natrium,
serta karbohidrat sederhana. Mencapai status gizi optimal agar tidak
memperberat kerja jantung, memenuhi kebutuhan elektrolit, serta
73
meningkatkan konsumsi serat larut air. Sasaran yaitu pasien dan
keluarga, konseling yang dilakukan menggunakan media leaflet
modifikasi diet DM 1900 kkal, diet rendah protein, diet jantung III dan diet
rendah garam, porsimetri dan daftar bahan penukar.
4. Monotoring dan Evaluasi
Selama tiga hari asupan makan pasien tidak terjadi perubahan
signifikan dan masih mengalami ketidakseimbangan zat gizi.
4.2 Saran
1. Keluarga pasien dan pasien diharapkan dapat mengerti dan
mengetahui gambaran umum penyakit yang diderita dan penyebab
terjadinya serta jenis diet yang telah dianjurkan seperti apa yang
harusnya diberikan kepada pasien dan apa saja makanan yang di
anjurkan, dibatasi untuk dikonsumsi pasien, sehingga dapat
diterapkan dan menjadi kebiasaan sehari-hari pasien ke depannya.
2. Diharapkan pasien dapat menjalankan diet yang telah di tetapkan
serta mengerti penyebab penyakit yang diderita sehingga dapat
membatasi atau menghilangkan kebiasaan makanan yang kurang
baik. Serta pasien mengetahui bahan makanan yang dianjurkan, tidak
dianjurkan dan dibatasi untuk dikonsumsi serta menjaga dan
mengetahui asupan makan.
74
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Anna Poedjiadi. 2005. Sains Teknologi Masyarakat. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya
Bellizi.2003.Daily Nutrient Intake A Represent A Modifiable Determinant Of
Nutritional Status In Chronic Haemodialysis Patient
Corwin, Elizabeth.2001.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta :EGC
Devi, Nirmala.2010.Nutrition and Food.Jakarta : Kompas Media Nusantara
Fatimah, R.N. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. Jakarta: J MAJORITY. Vol. 4, No.
5:93-99
Guyton, A.C. & Hall, J.E. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed.11. Terj. dari
Review of Medical Physiology, oleh Setiawan, I. & Santoso, A . EGC.
Jakarta. Hal 512-525
Harrison & Saputra. (2013). Harrison’s Principles of Internal medicines 16th Edition
Medical Publishing Division, New York: McGraw-Hill.
Harrison. (2013). Harrison’s Cardiovascular Medicine, Third edition, New York :
Harrison's Principles of Internal Medicine. McGraw-Hill
Kartasapoetra, . dan Marsetyo, . 2003. Ilmu Gizi (Korelasi Gizi dan Kesehatan dan
Produktifitas Kerja). Jakarta: Rineka Cipta.
Kee, Joyce LeFever. 2007. Pedoman Pemerik saan Laboratorium dan Diagnostik
Edisi 6. Jakarta: EGC. Pp: 232.
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Kemenkes RI.
Lacey, K. & Pritchett, E. (2003) Nutrition Care Process and Model: ADA adopts
road map to quality care and outcomes management. J Am Diet Assoc, 103
(8): 1061-
Muttaqin dan Sari. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Salemba Medika, Jakarta
Notoadmodjo.1993.Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : PT Rineka Cipta
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). 2002. Konsensus Pengelolaan
dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.
Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih
Bahasa: Brahm U. Pendit. Editor: Huriawati Hartanto. Edisi VI. Jakarta:
EGC.
75
Pura, Lukman.2009.Hubungan Laju Filtrasi Glomerulus dengan Status Nutrisi
pada Penderita Penyakit Ginjal Kronik di RS Hasan Sadikin Bandung
Rahardjo.2000.Penyakit Gagal Ginjal Kronik, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
II Edisi III.Jakarta : BPFKUI
Sidabutar RP, Wiguno P. Hipertensi Essensial. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.
Jakarta: Balai Penerbit FK-UI. 1999:210-222
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC.
Soekidjo Notoatmodjo. 1993. Pengantar Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.
Yogyakarta: Andi Offset.
Sumapradja, M. G., Fayakun, Y. L. & Widyastuti, D. (2011). Proses Asuhan Gizi
Terstandar. In: Iwaningsih, S., Utami, S. & Moviana, Y. (eds.) Proses
Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Jakarta: Abadi Publishing & Printin
Sumapradja, M.G (2011). Pengkajian gizi dalam proses asuhan gizi terstandar.
Dalam : Buku Kumpulan Materi Pertemuan Ilmiah Nasional (PIN) Dietetik
IV AsDI, Jakarta : As
Thomas MR, Storey RF. 2015. The role of platelets in inflammation. Thromb
Haemost. 114(3):449-58.
Triyanto, E. (2014). Pelayanan keperawatan bagi penderita Hipertensi Secara
Terpadu. Yokyakarta: Graha Ilmu
Verdiansah, 2016. Pemeriksaan Fungsi Ginjal. Program Pendidikan Dokter
Spesialis Patologi Klinik Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, Indonesia,
43(2), 148–154.
76