Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU BAHAN PANGAN

PERCOBAAN VIII
BUAH DAN SAYUR

DI SUSUN OLEH :
NAMA : ANA BELINDA SANDY
NIM : P21119050
KELOMPOK : 6 (ENAM)
ASISTEN : IJAN SAPUTR

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS TADULAKO
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. TINJAUAN PUSTAKA
Hasil pertanian ada beragam jenis, dan semuanya akan diproses sesuai dengan
keinginan konsumen dan produsen. Sebelum hasil pertanian sampai di tangan
produsen akan ada proses pengiriman barang dan penyimpanan. Seringkali bahan
baku mengalami kerusakan sebelum diolah, dan berpengaruh pada kualitas olahan
produk tersebut ketika sampai pada konsumen.
Dalam pengolahan hasil pertanian dibutuhkan perbedaan penangan pada tiap
jenis produknya. Hasil pertanian ada yang bersifat mudah rusak (perishable) dan tidak
mudah rusak (non-perishable). Untuk yang bersifat tidak mudah rusak, akan lebih
mudah untuk kita menanganinnya namun tetap harus berhati-hati. Tapi untuk yang
bersifat mudah rusak, sebelum kita mengetahui cara penanganannya, terlebih dahulu
kita harus mengetahui karakteristik produk tersebut dalam keadaan tertentu agar kita
bisa menentukan cara penanganan yang paling tepat dan efisien.
Sayuran dan buah-buahan mempunyai sifat fisik yang berbeda. Perbedaan
tingkat kematangan juga menyebabkan perbedaan sifat fisik. Sifat fisik buah dan
sayur yang sering meliputi parameter antara lain: warna, aroma, rasa, bentuk ukuran
dan kekerasan. Umumnya diamati secara subyektif.sedangkan parameter berat
ditetapkan secara obyektif menggunakan alat timbangan. Buah adalah pertumbuhan
sempurna dari bakal buah (Ovarium). Dan merupakan salah satu jenis makanan yang
memiliki kandungan gizi, vitamin, mineral, yang pada umumnya sangat baik untuk
dikonsumsi setiap hari. (Winarno 2009) Buah-buah dan sayuran merupakan zat
pangan yang memiliki kandungan mineral, serat dan vitamin yang cukup tinggi.
Berdasarkan zat gizi tersebut maka buah-buahan dan sayuran mudah sekali
mengalami kerusakan. Maka, dalam kehidupan sehari-hari kita harus lebih cermat
dalam pemilihan buah-buahan dan sayuran yang akan dibeli maupun untuk digunakan
sebagai bahan pangan.
1.2. TUJUAN
Untuk mengetahui kualitas atau mutu buah dan sayur berdasarkan pengamatan
sifat fisik buah sayur
BAB II
TUNJAUAN PUSTAKA
2.1. PISANG
Di Indonesia, komoditas pisang menduduki tempat pertama di antara jenis buah
buahan lainnya, baik dari segi luas pertanamannya maupun dari segi produksinya.
Total produksi pisang di Indonesia pada tahun 2006 berkisar antara 5.037.472 ton.
Berdasarkan data terakhir yang diperoleh, saat ini luas lahan yang ditanami pisang
di daerah Sumatera Utara berkisar 3.195,60 hektar dengan produktivitas 5,32
kuintal per hektar. Setiap tahunnya daerah tersebut bisa menghasilkan 160.888
ton buah pisang, termasuk di dalamnya buah pisang raja (Musa Sapientum )
[13].Bobot kulit pisang mencapai 40% dari buahnya [4]. Dengan demikian kulit
pisang menghasilkan limbah dengan volume yang besar [9].

Pektin adalah suatu komponen serat yang terdapatpada lapisan lamella tengah dan
dinding sel primer pada tanaman [13]. Sedangkan menurut Hoejgaard pektin
merupakan asam poligalakturonat yang mengandung metil ester [20]. Pektin
merupakan pangan fungsional bernilai tinggi yang berguna secara luas dalam
pembentukan gel dan bahan penstabil pada sari buah, bahan pembuatan jelly, jam
dan marmalade [20]. Konsentrasi pektin berpengaruh terhadap pembentukan gel
dengan tingkat kekenyalan dan kekuatan tertentu [12].

Pektin secara luas berguna sebagai bahan tekstur dan pengental dalam makanan
[3], mampu membungkus logam berat [17] dan juga sebagai bahan tambahan
produk susu terfermentasi [16]. Selain itu menurut Yamada rantai sisi pektin
yang komplek mempunyai aktivitas anti kanker dan senyawa bioaktif lainnya [7].
Kondisi ekstraksi pektin berpengaruh terhadap karakteristik pektin [8] dan sifat
fisik pektin tergantung dari karakteristik kimia pektin [2]. Suhu yang tinggi
selama ekstraksi dapat meningkatkan rendemen pektin. Suhu yang agak tinggi.
Buah pisang mengandung pektin dalam konsentrasi tinggi.

Buah pisang mengandung pektin dalam konsentrasi tinggi. Kandungan pektin


pada kulit pisang berkisar antara 0,9% dari berat kering. Pektin tersebut dapat
diekstraksi dengan cara sederhana, biaya yang tidak mahal dan dapat diterapkan
dalam skala kecil [7]. Hingga tahun 2011, seluruh pektin yang digunakan di
industri-industri Indonesia adalah barang impor. Jumlah impor pektin cukup
besar, yaitu lebih besar dari 100 ton per tahun dan harganya sangat mahal,
membuat biaya impor pektin berdampak terhadap pengurangan devisa negara
yang besar pula [2].
2.2. TOMAT
Tomat (Lycopersicon esculentum Miller) merupakan salah satu komoditas
hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Tomat adalah
salah satu jenis sayuran buah yang mempunyai prospek yang baik dalam
pengembangan agribisnis, karena nilai ekonominya tinggi, gizi yang dikandung
seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin (Bernadus & Wahyu,
2002)
Tomat dapat meningkatkan penda- patan dibandingkan komoditas sayuran
lainnya. Pollage melaporkan hasil analisa usahatani yang dilakukan di Sulawesi
Selatan pada tahun 1990, dari lima komoditas sayuran utama yang diusahakan,
tomat menduduki urutan kedua dalam dalam hal besarnya pendapatan bersih.
Tercatat bahwa pendapatan bersih yang diperoleh dari usaha tani kubis, tomat,
kentang, dan bawang merah berturut-turut 1,93; 1,75; 1,58; 1,10 dan 0,90 juta
rupiah permusim tanam (Duriat, 1997).
Terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam pengusahaan penanaman tomat
dataran rendah, diantaranya suhu yangtinggi, kesuburan tanah yang rendah,
tingkat kemasaman tanah yang tinggi, dan serangan hama penyakit. Agar
pemanfaatan lahan dataran rendah optimal, perlu adanya perbaikan budidaya,
seperti pengaturan jarak tanam dan pemangkasan.
Mengatur jarak tanam berarti memberi ruang lingkup hidup yang sama/merata
bagi setiap tanaman. Dengan mengatur jarak tanam akan diperoleh barisan-
barisan tanaman yang teratur sehingga mudah dalam melakukan pengelolaan
tanaman. Jarak tanam yang tidak teratur, akan mengakibatkan kerugian bagi
pertumbuhan maupun bagi produksi buah tomat itu sendiri. Untuk penanaman
tanaman tomat, dibutuhkan jarak tanam yang ideal sehingga pertumbuhan dan
perkembangan dapat terjadi secara optimal, serta dapat menghasilkan produksi
buah yang tinggi. Jarak tanam untuk tanaman tomat yang ideal adalah 40cm x
50cm, sedangkan menurut Wiryanta (2002) penanaman bibit tomat pada
bedengan dengan jarak tanam 70cmx50cm. Jarak tanam adalah jarak yang sesuai
dengan perkembangan bagian atas tanaman serta cukup tersedianya ruang bagi
perkembangan perakaran di dalam tanah, dengan demikian pilihan jarak tanam
erat kaitannya dengan sifat pertumbuhan, sumber bahan makanan dan kesuburan
tanah (Nuraini, 1993).
Faktor lain yang berpengaruh terhadap produksi adalah pemangkasan. Pada
budidaya tanaman tomat dengan sistem pemangkasan dilakukan terhadap tunas-
tunas muda dan pucuk batang. Pemangkasan ini dimaksud untuk menjaga
tanaman tomat waktu berbuah (Primantoro, 2004). Pemangkasan pada tanaman
tomat di Indonesia jarang dilakukan hal ini disebabkan karena kurangnya
pengetahuan tentang teknik dan cara pemangkasan, serta pertimbang- an tenaga
kerja (Fitriani, 2012)
Pemangkasan dimaksudkan agar dapat diperoleh buah yang besar dan cepat
masak. Pemangkasan cabang utama bertujuan untuk mengurangi jumlah cabang
utama, dimana diharapkan fotosintat yang dihasilkan dapat lebih maksimal untuk
pembentukan dan perkembangan buah tomat. Pemangkasan dilakukan sekali atau
dua kali sebulan yaitu dengan cara memangkas bagian pucuk atau cabang ketiga
pada batang pokok, atau cabang kelima pada kedua cabang yang dibiarkan hidup.
Pemangkas- an tanaman tomat dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
pemangkasan tunas muda dan pemangkasan batang (Anonim, 2010).
Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui
pengaruh jarak tanam dan pemangkasan terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman tomat.
2.3. PNETROMETER
Secara tradisional kekerasan buah diukur dengan alat tekan penetrometer, yang
dikenalkan orang lebih dari 70 tahun yang lalu. Prinsip kerja alat ini adalah
menekan buah dengan sebuah besi berbentuk silindris yang mempunyai diameter
dengan ukuran tertentu, pada suatu kedalaman tertentu dan kemudian mengukur
besarnya gaya yang diperlukan untuk usaha tersebut. Jenis penetrometer yang
banyak ditemui dalam praktek adalah Magness-Taylor dan Effegi (Abbott et al.,
1992; Bourne, 1965). Alat-alat ini disukai karena "portable", mudah
dioperasikan, cepat dan murah. Akan tetapi di dalam pelaksanaannya ditemui
banyak kelemahan diantaranya: hasil pengukuran berkorelasi jelek dengan test
panel ( Abbott et al., 1992; Finney, 1971), tidak cocok untuk buah yang sangat
lunak dan buah yang jaringan buahnya heterogen (Duprat et al., 1995), hasil
pengukuran tergantung pada yang operatornya (Voisey, 1977).
Dengan berkembangnya teknologi dan komputer beberapa peneliti telah
mencoba mengatasi kelemahan tersebut. Bourne (1979) menggunakan sebuah
motor untuk menekan mata tekan ("indenter") penetrometer. Beberapa alat lain
juga telah dikembang dengan mengadaptasikannya dengan "Universal Testing
Machines". Akan tetapi alat-alat ini sangat rumit dan beroperasi dengan
kecepatan tetap, lagi sangat rendah. Untuk memperoleh sistem yang lebih
sederhana dan cepat Nicolas et al. (1986) menggunakan penetrometer mekanis
yang mencatatkan hasil pengukurannya pada sebuah komputer. Alat ini
mengukur deformasi buah kiwi dibawah tekanan beban 0,7 kg, gaya maksimum
yang diperlukan indenter untuk penetrasi ke dalam buah dan gaya yang
diperlukan oleh indenter untuk menerobos jaringan buah sedalam 10 mm. Alat
tersebut sekarang telah disempurnakan dan sepenuhnya terkendalikan oleh
komputer dan dapat digunakan untuk mengukur hampir semua jenis buah
(Duprat et al., 1995). Methode test lain juga telah dikenalkan, seperti "Massey
Twist Tester" yang beroperasi dengan sebilah besi yang diputar di dalam buah
untuk mengukur secara langsung kekerasan jaringan buah pada suatu kedalaman
yang diinginkan (Studman & Yuwana, 1992).
Sebagian besar metode yang disebutkan di atas adalah distruktif. Akhir-akhir ini
beberapa methode nondistruktif telah diperkenalkan, diantaranya adalah metode
akustik ( Abbott et al., 1992; Chen et al., 1992; Huarng et al., 1993; Sugiyama et
al., 1994; Van Woensel et al., 1988; Yamamoto et al., 1980, Finney, 1972).
Metode ini dikembangkan berdasarkan keyakinan bahwa kekerasan buah dapat
dideteksi dengan mendengarkan suara yang ditimbulkan oleh buah tersebut saat
dikenai ketukan. Kemudian peralatan dirancang untuk mengkuantifikasi besarnya
frekuensi resonan buah yang sedang bergetar tersebut. Finney (1972)
menggunakan frekuensi resonan yakni frekuensi yang beramplitudo terbesar, dan
massa buah sebagai indek kekerasan dalam bentuk :
IK = f2 m
2.4. KANDUNGAN GIZI
Jenis dan ketersediaan Sayuran dan buah-buahan di Indonesia banyak sekali
macam dan jumlahnya. Buah dan sayur dibutuhkan tubuh sebagai zat gizi mikro
dan sumber berbagai vitamin, mineral, dan serat pangan yang penting bagi
pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan tubuh. Sayuran hijau maupun
sayuran berwarna dan buah juga sebagai senyawa bioaktif sebagai antioksidan.
Sayuran berwarna seperti bayam merah, kobis ungu, terong ungu, wortel, tomat
merupakan sumber antioksidan (Kemkes RI,2017).
Konsumsi buah dan sayur masyarakat Indonesia pada tahuan 2016 mengalami
penurunan dan konsumsi yang tidak memadai. Data yang tercatat penduduk
Indonesia hanya mengkomsumsi 43% dari jumlah yang direkomendasikan,
berarti kurang dari setengah konsumsi yang direkomendasikan oleh
(AKG/FAO,2013). Dari Angka Kecukupan Gizi yang direkomendasikan oleh
WHO yang juga dianut oleh Departemen Kesehatan adalah sebesar 400 gram
perkapita perhari. Konsumsi buah dan sayur penduduk Indonesia yaitu konsumsi
buah 67 gram dan sayur 107 gram perkapita/hari. Pada tahun 2016 mengalami
tren penurunan selama periode lima tahun terakhir yaitu konsumsi buah
mengalami penurunan 3.5% dan konsumsi sayur menurun 5.3%. Jenis sayuran
dan buah yang banyak dikonsumsi oleh penduduk Indonesia pada tahun 2016
adalah dari jenis sayur: sayur kangkung, kacang panjang dan bayam. sedangkan
dari jenis buah yaitu buah pisang, jeruk dan rambutan (BPS,2016).
Dampak kekurangan buah dan sayur tentu tidak dalam jangka pendek.
Kandungan dalam buah-buahan dan sayuran sangat dibutuhkan oleh tubuh.
Serat, misalnya, akan membantu memperlambat penyerapan gula sehingga kadar
gula di dalam tubuh tidak berlebihan dan stabil sehingga dapat mencegah
penyakit Diabetes melitus dan penyakit pembuluh darah lainnya. Kekurangan
sayuran dan buahbuahan dapat menyebabkan gangguan pada pencernaan yaitu
buang air besar menjadi tidak lancar, diperkirakan kematian akibat saluran
cerna sebesar 14 persen, kematian akibat penyakit jantung koroner sebesar 11
persen, dan kematian akibat stroke sembilan persen (Dr.Fiastuti Witjaksono,
SpGK dalam Kompas.com)
Masyarakat Indonesia terutama balita dan anak usia sekolah dianjurkan untuk
mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan sesuai dengan yang direkomendasikan.
Anjuran konsumsi sayuran lebih banyak daripada buah karena buah juga
mengandung gula, ada yang sangat tinggi ada pula yang jumlahnya cukup.
Program pemerintah dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
mengkomsi sayur dan buah tertuang dalam program GERMAS yang telah
disosialisasikan oleh Departemen Kesehatan (Depkes RI,2017). Pemerintah juga
telah berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk konsumsi buah
dan sayur, yaitu melalui Peraturan Presiden Nomor 42 tahun 2013 tentang
Gerakan Nasional Perbaikan Gizi (Kemkes,2017).
Bagi Anak, dalam upaya memenuhi kebutuhan zat gizi selama sehari dianjurkan
agar anak makan secara teratur 3 kali sehari dimulai dengan sarapan atau makan
pagi, makan siang dan makan malam dan juga dianjurkan untuk mengonsumsi
makanan selingan yang sehat, salah satu contohnya adalah mengganti camilan
tinggi kalori dengan sayuran dan buah-buahan dibutuhkan sebagai pangan
sumber vitamin, mineral dan serat (DepKes RI,2017). Riskesdas (2013)
menyatakan bahwa pada tahun 2013 sekitar 93% anak usia diatas 10 tahun
mengalami kekurangan konsumsi buah dan sayur.
BAB III
METODE
3.1. Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada pukul 08.00 a.m, tanggal 22 Desember 2020 Via
Zoom
3.2. Alat dan Bahan
Alat : Jangka sorong, timbangan, micrometer sekrup, penetrometer, tester
Bahan : Piang dan tomat
3.3. Prosedur Kerja
a. Pengamatan Sifat Fisik dan sayur
1. Berat dan ukuran
Timbang semua bahan yang disediakan persisir dana tau perbuah.. ukur panjang,
leber dan diameter bahan.
2. Warna, aroma, dan rasa
Amati warna, aroma, dan penampilan secara umum bahan yang disediakan.
Lakukan pencicipan utuk mengetahui rasanya(kusus buah)
3. Permukaan
Raba permukaan bahan dan catat hasil penamatan
4. Kadar kotoran
Amati ada tidaknya kotoran pada bahan
5. Bentuk
Amati bentuk tiap bahan. Gambar bahan yang anda amati dan berikan keterangan
yang diperlukan
6. Kerusakan
Amati kerusakan yang ada pada bahan kemudian analisis tingkat kerusakan,
penyebab, dan jenis keruakan
BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN
4.1 Hasil Pengamatan
a. Pengamatan Sifat Fisik Buah Dan Sayuran
1. Berat dan Ukuran
Setelah dilakukan penimbangan dan pengukuran di peroleh hasil
sebagai berikut :
 Pisang :
- Berat = 69 gram (SNI minimal 70 gram dengan mutu kelas A)
- Ukuran = Panjang = 9,6 cm = 96 mm (SNI minimal 13 cm)
Diameter = 3,7 cm = 37 mm(SNI minimal 8 cm
dengan mutu kelas C)
Tebal = 3,2 cm = 32 mm
 Tomat :
- Berat = 273 gram
- Ukuran = Panjang = 3 cm
Diameter = 2 cm
2. Warna, aroma, dan rasa
Setelah mengamati warna, aroma dan rasa buah dan sayur secara
organoleptik di perolh hasil sebagai berikut :
Pengamatan Pisang Tomat
Warna kuning putih bernoda (Mutu merah
II)
Aroma aroma khas pisang aroma khas tomat
Rasa Manis asam
3. Permukaan
 Pisang : agak kasar (Mutu I)
 Tomat : halus
4. Kadar kotoran
Tidak ada baik pada pisang dan tomat.
5. Bentuk
 Pisang : lonjong, seragam (Mutu I)
 Tomat : agak bulat
6. Kerusakan
Tidak ada baik pada pisang (Mutu I) dan tomat.
7. Kekerasan
a. Secara Subyektif
- Pisang : 0,68 N (Mutu II)
- Tomat : dilakukan sebanyak 5 kali dan di ambil nila rata-
ratanya, sebagai berikut
= 0,24 N, 0,21 N, 0,20 N, 0,23 N, 0,23
= 1,115
1,115 N
¿
5
= 0,222 N
b. Secara Objektif
c. BDD = Berat bersih / Berat utuh x 100%
- Pisang : diketahui : Berat utuh = 69 gram
Berat bersih = 33 gram
Berat bersih
BDD = × 100
Berat utuh
33 gram
= × 100
69 gram
= 47,8%
- Tomat : diketahui : Berat utuh = 273 gram
Berat bersih = 272 gram
Berat bersih
BDD = × 100
Berat utuh
272 gram
= × 100
273 gram
= 9,98%
d. Komposisi Zat Gizi
- Pisang
273 273
Energi = × 24 = 65,52 Protein = × 1,3 = 3,5
100 100
273 273
Lemak = × 0,5 = 1,3 Serat = × 1,5 = 4,0
100 100
273 273
Kalsium = × 8 = 21,8 Kalium = × 164,9 =
100 100
450,1
273 273
Natrium = × 10 = 27,3 Besi = × 0,6 = 1,6
100 100
273
Karbohidrat = × 4,7 = 12,8
100

- Tomat
69 69
Lemak = × 0,5 = 0,34 Protein = × 0,8 = 0,55
100 100
69 69
Karbohidrat = × 26,3 = Serat = × 5,7 = 3,93
100 100
18,14
69 69
Kalsium = × 10 = 6,9 Besi = × 0,5 = 0,34
100 100
69 69
Vitamin C = × 9 = 6,21 Riboflavin (B2) = × 0,00
100 100
=0
69
Niasin (B3) = × 0,1 = 0,06
100
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Manfaat konsumsi sayur dan buah tidak cukup mampu menggerakkan
masyarakat untuk mengkonsumsi sayur dan buah sesuai dengan kebutuhannya.
Survey yang dilakukan terhadap 124.098 sample didapatkan komsumsi sayur
penduduk Indonesia 94.8% dan komsumsi buah 33.2% dengan rerata komsumsi
sayur penduduk 70 gram/orang/hari, komsumsi buah 38.3 gram/orang/hari. Dari
hasil tersebut tercatat kelompok umur remaja adalah kelompok yang tertinggi
kurang mengkonsumsi sayur dan buah.
5.2. Saran
Disarankan setiap elemen masyarakat terlibat dalam gerakan masyarakat yang
dicanangkan oleh pemerintah dengan selalu mengkonsumsi buah dan sayur.
Remaja adalah kelompok umur yang rentan kurang mengkonsumsi buah dan
sayur karena adanya kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji, untuk itu
peran sekolah dan orang tua sangat dibutuhkan dalam penyediaan buah dan
sayur. Perlu ada informasi yang jelas tentang beragam jenis sayur dan buah serta
manfaatnya. Dengan konsumsi buah dan sayur yang beragam dan berimbang
maka kebutuhan zat gizi akan terpenuhi.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Nurdian (2014) Gambaran Pengetahuan, Sikap, Ketersediaan dan Pola
Komsumsi Sayur dan Buah Remaja di Makasar. Sripsi FKM Universitas
Hasanudin
Badan Pusat Statistik (BPS) (2016) Konsumsi Buah dan Sayur Susenas Maret 2016
Dalam rangka hari Gizi Nasional 25 Januari 2016
Depkes RI (2017) Mari ukseskan Gerakan “Germas” dan “Ayo Makan Sayur dan
Buah”17 July 2017
Farisa Soraya (2012) Hubungan Sikap, Penegtahuan, ketersediaan dan Keterpaparan
media masa dengan komsumsi buah dan sayur pada siswa SMP N 8 Depok.
Skripsi FKM UI.
Hermina dan Prihatinin (2016) Gambaran Konsumsi sayur dan Buah Penduduk
Indonesia dalam konteks Gizi seimbang. Buletin Penelitian Kesehatan Vol 44
No 43 September 2016: 205-2018
Kemkes (2017) Nusantara Menuju Masyarakat Hidup Sehat. Dipublikasikan Pada :
Rabu, 25 Januari 2017 http://www.depkes.go.id/article/
Kementrian Kesehatan RI.Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS 2013).
Jakarta:Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI, 2013.pp.142
Rachman Ba Nadya, Mustika (2017) Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Konsumsi buah dan sayur Siswa SMP di Denpasar. Skripsi. Jurnal Gizi
Indonesia 6 (1) 2017.
Lutfy Mairizal Putra (2017) "Kabar Buruk, Orang Indonesia Krisis Buah dan Sayur",
https://sains.kompas.com/ . Kompas.com - 13/07/2017
Peraturan Presiden Nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Perbaikan Gizi.
birohukum.bappenas.go.id
PriherdityoEndro (2017) Kaya Akan Sayur dan Buah, Indonesia Justru Kurang Gizi .
Rabu, 25/01/2017, CNN Indonesia
Soekidjo Notoatmodjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Renika
Cipta.Jakarta.

LEMBAR ASISTENSI

NAMA : ANA BELINDA SANDY


NIM : P21119050
KELOMPOK : 6
ASISTEN : IJAN SAPUTRA

No Hari/Tanggal Koreksi Paraf


       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
       
     
       

Anda mungkin juga menyukai