Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGEMASAN

ANALISIS KEMASAN BUAH

OLEH:

HERRY JUAN FELIX


NIM 1806111352

ASISTEN:

1. DHIYATUL AMSIYAH

2. NURMADHONA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2020
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor pengemasan merupakan industri global yang sangat penting.
Pentingnya pengemasan dapat dilihat dari kenyataan di lapangan bahwa hampir
tidak mungkin ditemui produk yang dijual di pasar dalam kondisi tanpa kemasan.
Teknik pengemasan dan pemilihan kemasan yang tepat memerlukan banyak
pertimbangan. Untuk sebagian besar produk pangan, tujuan utamanya adalah:
kemasan harus menyediakan sifat-sifat perlindungan yang optimal untuk
melindungi produk dari penyebab kerusakan dari luar seperti cahaya, oksigen,
kelembaban, mikroba atau serangga dan juga untuk mempertahankan mutu dan
nilai gizi serta memperpanjang umur simpan.

Teknologi pengemasan berkembang pesat sejalan dengan perkembangan ilmu


pengetahuan dan peradaban manusia. Revolusi industri yang telah mengubah
tatanan hidup manusia ke arah kehidupanyang lebih modern, telah pula
mengubah teknologi kemasan hinggamencakup aspek perlindungan pangan
(mutu nutrisi, cita rasa, kontaminasidan penyebab kerusakan pangan) dan aspek
pemasaran (mempertahankanmutu, memperbaiki tampilan, identifikasi produk,
informasi komposisi dan promosi) (Dewi Anggriani, 2010)

Indonesia memiliki peluang dalam mengembangkan pertanian organik.


Berapa tahun terakhir ini, perhatian, masyarakat terhadap pertanian organik
semakin meningkat. Salah satu komoditi prospektif yang dapat dikembangkan di
Indonesia adalah sayur-sayuran dan buah-buahan. Sayuran dan buah organik
dalam budidayanya harus diberi perawatan dan perlindungan yang intensif dari
serangan hama, penyakit dan lain-lain.

Produk hortikultura Indonesia sangat beragam mulai dari yang banyak dijual
dipasaran tradisional sampai buah-buahan yang jarang sekali ditemukan
dipasaran. Banyak produk yang masih segar ataupun yang sudah diolah di ekspor
keluar negeri, tetapi ditolak dengan alasan salah satunya adalah penurunan
kualitas yang dikirim sehingga dapat menyebabkan permintaan pasar berkurang.

Pada dasarnya produk segar atau olahan pangan mudah mengalami


kerusakan . Untuk menghambat proses tersebut perlu adanya teknik dimana
dalam mengurangi proses terjadinya laju transpirasi. Cara yang paling efektif
untuk menurunkan laju respirasi adalah dengan menurunkan suhu produk namun
demikian beberapa cara tambahan dari cara pendinginan tersebut dapat
meningkatkan efektifitas penurunan laju respirasi. Cara tambahan selain
menurunkan suhu dilakukan pengemasan.

Dalam industri pangan pengemasan merupakan salah satu cara untuk


membantu melindungi bahan pangan dari kerusakan, melindungi bahan yang ada
di dalamnya dari pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan dan
getaran mikrobiologis selama pengangkutan, penyimpanan dan pemasaran.

Pengemasan komoditi hortikultura adalah suatu usaha menempatkan


komoditi segar ke dalam suatu wadah yang memenuhi syarat sehingga mutunya
tetap atau hanya mengalami sedikit penurunan pada saat diterima oleh konsumen
akhir dengan nilai pasar yang tetap tinggi. Dengan pengemasan, komoditi dapat
dilindungi dari kerusakan, benturan mekanis, fisik, kimia dan mikrobiologis
selama pengangkutan, penyimpanan dan pemasaran.

Berdasarkan uraian diatas maka dilakukanlah praktikum analisis kemasan


pada buah, dimana buah yang menjadi objek adalah buah mangga dan buah jeruk
dengan kemasan yang digunakan yaitu kemasan kayu dan kemasan kardus.

1.2 Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini yaitu utuk menganalisis kemasan
kayu dan karton yang biasa digunakan sebagai pengemas pada buah
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mangga (Mangifera indica L.)

Tanaman mangga ialah tanaman buah tahunan berupa pohon yang berasal dari
negara India. Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara
termasuk Malaysia dan Indonesia. Tanaman mangga berasal dari famili
Anarcadiaceae, genus Mangifera, species Mangifera indica (Singh, 1969). Genus
dari keluarga Anacardiaceae yang berasal dari Asia Tenggara tercatat ada 62
spesies enam belas spesies diantaranya memiliki buah yang dapat dimakan, tetapi
hanya spesies Mangifera caesia, Jack., Mangifera foetida, Lous., Mangifera
odorata, Grift., dan Mangifera indica, L. yang biasa dimakan. Diantara keempat
spesies mangga yang dapat dimakan tersebut, yang memiliki jenis paling banyak
adalah Mangifera indica, L. sebagian dari mangga tersebut terpenting memiliki
aroma yang cukup kuat (Broto, 2003). Pohon mangga termasuk tumbuhan tingkat
tinggi yang struktur batangnya (habitus) termasuk kelompok arboreus, yaitu
tumbuhan berkayu yang mempunyai tinggi batang lebih dari 5 m. Mangga bisa
mencapai tinggi 10-40 m (Wikipedia, 2010).

batang tegak, bercabang banyak, dan bertajuk rindang hijau sepanjang tahun.
Tinggi pohon dewasa bisa mencapai 10-40 m. umur pohon bisa mencapai 100
tahun lebih. Morfologi pohon mangga terdiri atas akar, batang, daun, dan bunga.
Bunga menghasilkan buah dan biji (plok) yang secara generatife dapat tumbuh
menjadi tanaman baru (Pracaya, 2006). Kulit batangnya tebal dan kasar dengan
banyak celah-celah kecil dan sisik-sisik bekas tangkai daun. Warna pepagan (kulit
batang) yang sudah tua biasanya coklat keabuan, kelabu tua sampai hampir hitam
(Wikipedia, 2010).

Akar tunggang pohon mangga sangat panjang, dapat mencapai 6 m dalamnya.


Pemanjangan akar tunggang akan berhenti kalau ujung akar telah mencapai
permukaan air tanah. Sesudah fase perpanjangan akar tunggang berhenti, lalu
bebentuk akar cabang dibawah makin sedikit. Paling banyak akar cabang terdapat
pada kedalaman 30-60 cm dibawah permukaan tanah (Pracaya, 2006). Daun
tunggal, dengan letak tersebar, tanpa daun penumpu. Panjang tangkai daun
bervariasi dari 1,25-12,5 cm, bagian pangkalnya membesar dan pada sisi sebelah
atas ada alurnya (Wikipedia, 2010). Aturan letak daun pada batang (phylloyaxy)
biasanya 3/8, tetapi makin mendekati ujung, letaknya makin berdekatan sehingga
nampaknya seperti dalam lingkaran (Pracaya, 2006).

Helai daun bervariasi namun kebanyakan berbentuk jorong sampai lanset, 2-


10 × 8-40 cm, agak liat seperti kulit, hijau tua berkilap, berpangkal melancip
dengan tepi daun bergelombang dan ujung meluncip, dengan 12-30 tulang daun
skunder. Beberapa variasi bentuk daun mangga yaitu: lonjong dan ujungnya
seperti mata tombak; berbentuk bulat telur, ujungnya runcing seperti mata
tombak; berbentuk segi empat, tetapi ujungnya runcing; berbentuk segi empat,
ujungnya membulat (Wikipedia, 2010). Daun yang masih muda biasanya bewarna
kemerahan, keunguan atau kekuningan; yang di kemudian hari akan berubah pada
bagian permukaan sebelah atas menjadi hijau mengkilat, sedangkan bagian
permukaan bawah berwarna hijau muda. Umur daun bisa mencapai 1 tahun atau
lebih (Wikipedia, 2010).

Mangga merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia dengan volume


ekspor yang terus meningkat. Permintaan mangga dunia pada tahun 2000 rata-
rata meningkat 26% (FAO 2002). Negara-negara pengimpor mangga terbesar
adalah Belanda, Inggris, Perancis, Amerika Serikat, Jepang, dan Singapura.
Sebagai komoditas ekspor, prosesdistribusi mangga arumanis merupakan tahapan
pemasaran yang krusial. Seperti halnya buah subtropis lainnya, per masalahan
utama pada penanganan buah mangga terletak pada proses penyimpanan dan
distribusi karena buah mudah rusak. Tingkat kerusakan buah mangga selama
proses distribusi mencapai 3540% (Anonim 2007).
2.2 Tomat (Solanum lycopersicum)

Tomat (Lycopersicum esculentum L.) merupakan tanaman sayuran buah yang


sangat dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan kecukupan gizi dan
vitamin. Vitamin dan mineral sangat berguna untuk mempertahankan kesehatan
dan mencegah penyakit (Manurung S, 2015). Buah tomat merupakan salah satu
jenis sayuran buah yang sangat dikenal oleh masyarakat. Rasa buah tomat manis
segar yang dapat memberikan kesegaran pada tubuh. Buah tomat dapat
menambah cita rasa dan kelezatan berbagai macam masakan dan minuman
(Cahyono B, 2002).

Tomat di Indonesia merupakan tanaman yang berumur pendek. Tanaman ini


dapat hidup di dataran rendah maupun dataran tinggi asal tanahnya tidak terlalu
basah atau digenangi air. Tanamannya dapat mencapai ketinggian antara 2-3
meter. Syaratsyarat yang perlu diperhatikan untuk pertumbuhan tomat ialah tanah
gembur dan sedikit mengandung pasir, kadar keasamannya antara 5-6, banyak
mengandung humus dan air yang cukup (Arrahma, R. 2010). Suhu yang sesuai
untuk pertumbuhan dan pembungaan tomat adalah 20-30 °C pada siang hari dan
10-20 °C pada malam hari, sedangkan pada suhu di bawah 15 °C dan di atas 30
°C pembentukan buah berlangsung buruk (Rubatzky dan Yamaguci, 1997)

Tomat termasuk sayuran buah yang banyak digemari, karena mempunyai rasa
yang enak, segar dan sedikit asam. Tomat merupakan sumber vitamin A, C dan
sedikit vitamin B, terutama pada buah tomat yang telah masak. Tomat juga
mengandung mineral tertentu. Komposisi dari beberapa zat makanan, vitamin
dan mineral utama dalam 100 gram tomat dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1.
Komposisi kimia dan gizi dalam 100 gram tomat Bahan Jumlah Air (gr) 94,0
Protein (gr) 1,0 Lemak (gr) 0,3 Karbohidrat (gr) 4,2 Fosfat (mg) 5,0 Kalium (mg)
27,0 Besi (mg) 0,5 Vitamin A (si) 1500,0 Vitamin B1 (mg) 0,06 Vitamin C (mg)
40,0 Energi (kal) 20,0 sumber : Direktorat Dept. Kesehatan R. I. (1990)
Buah tomat merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai
ekonomi tinggi. Rendahnya produksi tomat disebabkan karena jenis tomat yang
ditanam tidak cocok, kultur teknis yang kurang baik dan pemberantasan hama
atau penyakit yang kurang efisien, jenis tomat terbagi menjadi 2 yaitu jenis
indeterminate (tomat untuk dataran tinggi) dan determinate (tomat untuk dataran
rendah). (Wijayani & Widodo, 2005)

Bagian yang dikonsumsi dari tanaman tomat adalah bagian buahnya. Buah
tomat memiliki rasa yang manis segar dan cita rasa yang khas, sehingga buah
tomat banyak digemari oleh masyarakat (Fitriani, 2012). Buah tomat merupakan
komoditas multiguna, yaitu sebagai minuman, tomat buah, tomat masakan,
penambah nafsu makan dan hasil pengolahan (Siagin, 2005).

Buah tomat umumnya dikonsumsi sebagai buah segar. Tomat merupakan


buah yang cepat mengalami kerusakan akibat masih berlangsungnya proses
fisiologis. Hal ini juga disebabkan karena produk hortikultura ini merupakan
struktur hidup yang masih mengalami perubahan kimia dan biokimiawi yang
diakibatkan aktivitas metabolisme. Oleh karena itu perlu dijaga mutu dan
kesegarannya agar tidak mudah rusak. Salah satu cara untuk megatasi kendala
tersebut adalah dengan pengemasan dan pengaturan atmosfir disekeliling
produk. Selain mengalami proses respirasi, setelah panen tomat akan mengalami
pelayuan akibat adanya proses transpirasi. Untuk menghindari hal ini dapat
dicegah dengan jalan menaikkan kelembaban nisbi udara, menurunkan suhu, dan
mengurangi gerak udara dengan menggunakan kemasan ( Ifmalinda,2017)

2.3 Kemasan Kayu

Kayu merupakan bahan pengemas tertua yang diketahui oleh manusia,


dansecara tradisional digunakan untuk mengemas berbagai macam produk pangan
padatdan cair seperti buah-buahan dan sayuran, teh, anggur, bir dan minuman
keras. Kayu adalah bahan baku dalam pembuatan palet, peti atau kotak
kayu di negara-negarayang mempunyai sumber kayu alam dalam jumlah banyak.
Tetapi saat ini penyediaan kayu untuk pembuatan kemasan juga banyak menimbulkan
masalah karena makin langkanya hutan penghasil kayu. Penggunaan kemasan kayu
baik berupa peti, tong kayu atau palet sangat umumdi dalam transportasi berbagai
komoditas dalam perdagangan intrenasional.

Areal hutan meliputi sepertiga dari total permukaan tanah di bumi. Oleh
karenaitu tidak diragukan lagi bahwa kayu merupakan bahan pengemas tertua yang
diketahuioleh manusia. Pengambilan kayu dari hutan bertambah di bawah satu persen
per tahun,sedangkan hampir di semua negara berkembang, pengambilan kayu
bertambah sekitarempat persen per tahun. Industri-industri produk kayu termasuk
industri pengemaskayu, mengkonsumsi kurang lebih setengah dari persediaan kayu di
bumi, selebihnyayaitu 59 % biasanya digunakan sebagai bahan bakar. Sekitar
setengah dari pendudukdunia tergantung pada sumber energi kayu tersebut

Kemasan kayu umumnya digunakan sebagai kemasan tersier untuk


melindungi kemasan lain yang ada di dalamnya.Kelebihan kemasan kayu adalah
memberikan perlindungan mekanis yang baikterhadap bahan yang dikemas,
karakteristik tumpukan yang baik dan mempunyai rasiokompresi daya tarik terhadap
berat yang tinggi.Kayu yang digunakan dalam pembuatan palet, peti dan kotak kayu
merupakan bahan baku terpenting di negara berkembang, terutama negara yang mem
punyaisumber kayu alam dalam jumlah banyak. Dalam perdagangan antara negara-
negara berkembang, pengemas kayu tetap memegang peran penting di masa-masa
mendatang,meskipun masalah-masalah lingkungan dan pembuangan makin
meningkatsehubungan dengan penggunaan kemasan kayu dalam pengangkutan ke
negara-negara industri. 

Palet kayu, kotak dan peti kayu sangat sulit di daur ulang, padahal volume
ketiga jenis kemasan kayu tersebut cukup besar dalam sistem pembuangan
sampah.Meskipun demikian, kemasan kayu tetap digunakan pada industri-industri
berat alatdan mesin. Peti berkawat (wirebound box) dan kemasan kayu berat-ringan
(light-weight wooden packages) tetap merupakan salah satu alternatif untuk
pengangkutandan penyebaran buah segar, sayur mayur dan ikan. Kenyataannya, saat
ini penggunaandan produksi palet kayu selalu bertambah, baik di industri Barat (negara-
negaraindustri) maupun di negara berkembang.

2.4 Kemasan Karton

Karton adalah kemasan paling tebal. Pembuatannya tidak dilakukan


pengelantangan,tetapi digunakan filler tanah liat. Umumnya terdapat dalam
bentukcorrugated  atau bergelombang.
(Herudiyanto,M.S. 2008). Berdasarkan hal tersebut, maka yang termasukkarton
adalah kertas karton double liner, kertas
kartonciri bersifat kaku, tbal kasar dan fleksibel. Kardus 1 lapis biasanya digunakan s
ebagai kemasansekunder, karena memiliki sifat yang lebih kaku sedangkan kardus 2
lapis berwarna cokelatmuda, bergelombang dan bagian dalam lebih licin dibanding
bagian luar.

Kardus atauCorrugated Paper sebagai sebuah bahan dasar kemasan memiliki


daur hidup yangsangat singkat, dihargai hanya selama proses distribusi produk dari
produsen kekonsumenberlangsung. Material kardus untuk saat ini dipandang sebagai
kebutuhan sekunder dalam suatuproses produksi industri. Kenyataannya kardus
sangat rasionil dan potensial dalam saturekayasa desain, memenuhi kriteria untuk
digunakan sebagai bahan baku utama (Willy danYahya, 2001)

Karton dupleks adalah karton yang terdiri dari dua lapisan atau lebih. Lapisan
atas berwarnaputih dan mempunyai sifat cetak yang baik. Beberapa perubahan
spesifikasi karton dupleks dilakukan untuk mengantisipasi kemajuan
dan perkembangan baru dibidang industri kertas dankarton serta untuk memenuhi
berbagai tuntutan dari konsumen. Spesifikasi karton dupleksdibuat berdasarkan hasil
studi literatur, pengujian contoh karton dupleks yang ada di pasaran,spesifikasi yang
diusulkan oleh pabrik kertas, dan keinginan pengguna karton dupleks (BSN,2008)
Kardus bersifat fleksibel sehingga dapat didesain dalam berbagai ukuran
maupun bentuk yang menarik. Meskipun bahan kemasan yang digunakan
produsen/pengekspor mangga sudah cukup baik, ukuran kemasan dalam kaitannya
dengan efisiensi distribusi belum menjadi pertimbangan utama. International Trade
Centre UNCTAD/WTO (1993) menyatakan, 7080% total biaya kemasan kardus
adalah untuk bahan kemasan. Oleh karena itu, sangatlah penting menentukan ukuran
kemasan yang paling efisien (Qantyah, 2010).

III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Buah Mangga Dengan Kemasan Kardus

Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kerusakan buah mangga


adalah penggunaan kemasan yang kurang sesuai (Anonim 2007). Kemasan memiliki
peran penting, antara lain untuk meningkatkan tampilan produk, membantu mencegah
atau mengurangi kerusakan, serta melindungi buah dari cemaran dan gangguan fisik
lainnya. Kemasan juga berfungsi memudahkan penyimpanan, pengangkutan, dan
meningkatkan efisiensi distribusi. Kemasan yang baik bukan hanya dapat
meminimalkan kerusakan danmempertahankan mutu buah, tetapi juga dapat menekan
biaya transportasi dan distribusi sehingga mengurangi biaya yang ditanggung
produsen. Menurut Trubusid (2008), penggunaan kemasan modern dapat menurunkan
kerusakan buah hingga kurang dari 5%.

3.1.1 Pengaruh Penyusunan Dan Jumlah Buah Terhadap Mutu Dan


Manfaatnya

Produk segar biasanya ditransportasikan melalui moda transportasi darat yaitu


dari petani ke konsumen, dan yang harus diperhatikan bahwa produk segar harus
tetap dalam kualitas terbaik dan harus dipertahankan kondisinya selama transportasi
(Sirivatanapa 2006). Produk segar rentan terhadap kerusakan mekanis selama
penanganan dan transportasi, ini bisa disebabkan oleh guncangan, getaran dan
tekanan (FAO 2011). Beberapa peneliti menyatakan 25% produk segar hilang setelah
panen, terutama selama pemanenan atau transportasi dari lapangan ke pasar jika tidak
dengan pengemasan yang baik (Techawongstien 2006 dalam Pangidoan et all., 2014).

Penggunaan kardus untuk kemasan buah telah populer di Indonesia sejak satu
tahun terakhir, terutama pada produsen buah-buahan skala besar. Sebelumnya,
kemasan kardus belum banyak digunakan karena kurang tahan terhadap air. Hal
tersebut karena teknologi kemasan kardus untuk buah-buahan belum berkembang.
Dengan berkembangnya teknologi pengemasan, kemasan kardus memiliki ketahanan
yang baik terhadap kelembapan dan dapat didesain sesuai dengan sifat buah segar.
Teknologi tersebut diadopsi dari teknologi penge produk hasil laut. Kemasan dari
bahan lokal yang terbuat dari kertas kondisinya tetap baik walaupun ditempatkan
pada ruangan dengan kelembapan hingga 80% (Trubusid 2008).

Untuk tujuan ekspor, para produsen/ pengekspor mengemas mangga arumanis


dengan menggunakan kemasan kardus berkapasitas 3 kg atau 5 kg, dengan ukuran
kemasan yang cukup beragam. Untuk mengetahui ukuran kemasan mangga arumanis
yang paling efisien sesuai dengan ukuran palet perlu dilakukan analisis efisiensi
muatan dalam palet .( Qanytah dan Ambarsari , 2011)
Menurut widodo et al (2010), Kemasan kotak karton bergelombang paling
baik untuk komoditas mangga dan pepaya karena mempunyai kelebihan, yaitu
dinding kemasan bersifat fleksibel sehingga sekaligus berfungsi sebagai bantalan
terhadap kemasan disekitarnya serta kegiatan penanganan kemasan mudah karena
ringan. Kelemahan kemasan ini adalah konstruksinya tidak kuat sehingga tidak bisa
menahan beban tumpukan.

Oleh karena itu maka kekuatan struktur kotak karton kemasan berpenagruh
terhadap penyusunan buah yang akan disusun, pada kemasan kardus pada buah
biasanya sudah ada tulisan yang memberikan informasi kapasitas dan kekuatan
tumpukan kardus pengemas tersebut.

3.1.2 Pengaruh Lubang Yang Ada Pada Kemasan Terhadap Mutu Dan Manfaat
Buah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kemasan kardus pada


mangga lebih baik dibandingkan dengan kemasan lainnya. Hasil penelitian Anwar et
al. (2008) menunjukkan bahwa mangga produksi CV Samar Bahisht Chaunsa yang
dikemas dalam kardus bergelombang dengan atau tanpa perlakuan etilen, memiliki
umur simpan pada suhu ruang yang lebih panjang dibandingkan dengan kemasan
kayu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur juga melaporkan, selama
transportasi mangga dari Pasuruan ke Jakarta, kerusakan buah paling kecil terjadi
pada mangga yang dikemas dalam kardus bergelombang (7%), diikuti oleh keranjang
plastik (11%), keranjang bambu dengan partisi (33%), dan keranjang bambu tanpa
partisi (56%) (FFTC 2001). Witiodo et al. (2000) juga menyatakan, kemasan terbaik
untuk mangga adalah kotak karton bergelombang.

3.1.3 Pengaruh Kemasan Terhadap Mutu Fisik Dan Kimiawi Buah Mangga

Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kerusakan buah mangga


adalah penggunaan kemasan yang kurang sesuai (Anonim 2007). Kemasan memiliki
peran penting, antara lain untuk meningkatkan tampilan produk, membantu mencegah
atau mengurangi kerusakan, serta melindungi buah dari cemaran dan gangguan fisik
lainnya. Kemasan juga berfungsi memudahkan penyimpanan, pengangkutan, dan
meningkatkan efisiensi distribusi. Kemasan yang baik bukan hanya dapat
meminimalkan kerusakan danmempertahankan mutu buah, tetapi juga dapat menekan
biaya transportasi dan distribusi sehingga mengurangi biaya yang ditanggung
produsen. Menurut Trubusid (2008), penggunaan kemasan modern dapat menurunkan
kerusakan buah hingga kurang dari 5%.

kegiatan-kegiatan pengemasan yang lebih spesifik dengan urutan


pengerjaannya tergantung pada sifat produk, kebutuhan pasar, jarak antara lahan
produksi dan pasar, dan sistem perdagangan yang telah disepakati. Tujuan
pengemasan produk hortikultura segar yang utama adalah untuk perlindungan
terhadap produk dan memudahkan penanganan, distribusi, serta pemasaran. Kemasan
yang digunakan merupakan suatu unit yang dapat mempermudah pemindahan produk
dari satu lokasi ke lokasi lainnya atau ke tempat dimana produk akan dipasarkan,
tanpa menimbulkan kerusakan terhadap produk. Menurut penelitain yang telah
dilakukan Kemasan karton pada penyimpanan 9 hari memiliki prosentase kebusukan
terendah dari kemasan plastik pp yaitu 0,26 % kemudian memiliki kadar air 76,17 %
dan kadar vitamin C 102,70% (Handoko, 2018).

3.2 Buah Tomat Dengan Kemasan Kayu


Pengemasan bertujuan melindungi buah tomat dari kerusakan mekanis,
memudahkan saat pengangkutan dan dapat pula menambah estetika sehingga
memberi nilai tambah yang berdampak pada harga. Pengemasan tomat yang baik
harus bisa melindungi tomat dari pengaruh lingkungan (sinar matahari, dan
kelembababan), atau hal lainnya.

Kemasan yang bisa digunakan adalah kemasan styrofoam, kemasan mika,


kemasan plastik polyethilene (PE), dan plastik saran/film untuk membalut sterofoam
dan mika (polypropylene) tomat tahan selama 8 hari, sedangkan tanpa kemasan
plastik tahan selama 7 hari dalam suhu ruang (Lila, 2015).

3.2.1 Pengaruh Penyusunan Dan Jumlah Buah Terhadap Mutu Dan


Manfaatnya

Kemasan lain yang dapat digunakan selama pengangkutan adalah keranjang


plastik atau bambu (pengangkutan jarak dekat) dan kotak kayu untuk pengangkutan
jarak jauh. Keranjang atau kotak kayu terlebih dahulu dialasi dengan kertas sebelum
tomat dikemas. Menurut Dessy nofriati et al (2018), Penyusunan tomat harus
dilakukan dengan rapi agar dapat menekan susut bobot selama pengangkutan.

Penyusunan buah pada kemasan juga menjadi suatu hal yang perlu disinggung
karena buah yang ditumpuk akanmengalami gesekan satu sama lain. Penumpukan
yang baik adalah dengan cara teratur, karena dapat meminimalisir kerusakan dan
gesekan saat terjadi getaran. Bahan pengisi sebagai peredam yang digunakan harus
memperhatikan buah yang ada dalam kemasan. Semakin keras bahan peredam dan
jenis kemasan maka akan semakin tinggi kerusakan mekanisnya (Arlini,2018).

Bahan kayu yang dipilih untuk pembuatan kotak


kayu ini biasanya kayu yang dan kuat sehingga mudah dipindah
pindahkan dan dapat dilakukan penumpukan. Permukaan papan kayu yang digunakan 
sebagai bahan kemasan harus dibuat sehalus mungkin. Hal ini dilakukan
untuk menghindarkan terjadinya luka pada buah atau sayuran
karena gesekan dari serat kayu yang mencuat keluar. Biasanya penyusunan pada
kemasan kayu lebih rapid an tertata dikarena hal ini dapat bisa merubah produk buah
yang ada didalamnya karena perlu nya kehati-hati an .
Penyusunan pada buah terhadap mutu buah yaitu apabila penyusunannya rapi
maka mutu buah pada kemasan kayu tidak menimbulkan kerusakan yang signifikan
hal ini karena adanya manfaat dari penyusunaan tersebut sehingga buah teresbut tidak
mengalami kerusakan dan mutu buah terjaga dengan sempurna.

3.2.2 Pengaruh Lubang Yang Ada Pada Kemasan Terhadap Mutu Dan Manfaat
Buah

Peti kayu merupakan salah satu alternatif kemasan yang masih banyak
digunakanuntuk pengangkutan komoditas hortikultura, misalnya untuk mengemas bu
ah jeruk, salak, tomat dankomoditi lainnya. Bahan baku dan tenaga kerja untuk
membuatnya juga tersedia dan relativemurah, disamping itu kebutuhan akan perlatan
khusus tidak terlalu banyak. Menurut Poernomo(1979), keuntungan pemakaian peti
kayu sebagai kemasan yaitu dapat ditumpuk denganketinggian tertentu tanpa
menyebabkan kerusakan yang diakibatkan oleh penumpukan tersebutdan mampu
melindungi komoditi yang dikemas terhadap kerusakan yang mungkin terjadi
akibatadanya tekanan dari segala arah.

Pada pengaruh lubang yang dikemas oleh kemasan kayu lubang ventilasi
lebih besar hal ini dikarenakan pada jenis kayu yang digunakan , biasanya lubang
pada kemasan kayu rata oleh sekelilingnya karena apabila lubang ventilasi berbeda-
beda maka kualitas mutu buah akan hilang dan mengalami kerusakan karena
pengaruh dari lubang yang tidak sama.

Pengemasan berfungsi untuk memudahkan proses pengangkutan dan untuk


melindungi buah-buahan dari kerusakan mekanis selama pengangkutan. Pengemas
tidak boleh menghalangi keluarnya panas hasil pernapasan dari produk yang dikemas,
dan harus mampu menahan beban tumpukan selama penyimpanan dan penanganan
engemasan mungkin perlu dilapisi dengan alas, bantalan atau peredam seperti kertas
pembungkus untuk menghindarkan kerusakan yang disebabkan oleh sentuhan dengan
permukaan kasar atau benda-benda disekitarnya. Jadi pada kemasan peti kayu
tentunya terdapat banyak lubang karena pembuatan peti biasanya tidak begitu rapat
penyusunan kayunya. Untuk itu lubang perlu adanya lapisan atau bahan pengisi
padan kemasan sebelum di lakukan pengemasan buah, agar mutu bauah dapat lebih
terjaga.

3.2.3 Pengaruh Kemasan Terhadap Mutu Fisik Dan Kimiawi Buah Tomat Yang
Dikemas

Frekuensi getaran pada kemasan kayu mempengaruhi tekstur buah, dimana


semakin tinggi frekuensi getaran yang dialami buah maka tingkat kerusakan buah
akan semakin besar, dimana akan mempengaruhi nilai teksturnya. Semakin rendah
nilai tekstur buah tomat maka mutu buah tersebut semakin menurun. Begitu pula
sebaliknya semakin tinggi nilai teksturnya maka mutu buah semakin baik. Tekstur
buah menunjukkan tingkat kesegaran buah, dimana semakin menurun nilai tekstur
buah tomat maka kesegeran buah akan menurun pula.

Penurunan kecerahan disebabkan oleh semakin bertambahnya umur


penyimpanan dan dengan terjadinya frekuensi getaran saat simulasi transportasi
berlangsung menyebabkan memar pada buah sehingga warna pada permukaan kulit
buah akan mengalami perubahan akibat adanya reaksi metabolisme pada kulit dan
rusaknya dinding sel. Frekuensi getaran mempengaruhi kecepatan reaksi metabolisme
tersebut, dimana semakin besar frekuensi maka reaksi metabolisme akan semakin
cepat pula, sehingga penurunan kecerahan warna kulit buah akan semakin cepat.
Perubahan warna pada buah merupakan hasil degradasi klorofil akibat adanya
pengaruh perubahan kimiawi dan fisiologis (Widhiantari et al, 2018).

Pada kemasan kayu pada buah tomat yang saat transportasi pendistribusian
mempengaruhi mutu fisik dan kimiawi buah tomat terjadi saat adanya getaraan atau
gesekan antara kemasan kayu dan buah tomat, untuk meminimalisir hal tersebut maka
buah tomat dapat dilapisi dengan foam jaring pelindung buah sehngga mutu fisik dan
kimiawi pada buah tomat dapat terjaga dengan baik.
KESIMPULAN

Kemasan dan produk yang dikemas sangat perlu di perhatikan dalam proses
penaganan pascapanen produk-produk pertanian, hal ini tentunya sangat berpengaruh
terhadap mutunya. Beradasarkan praktikum yang telah dilakukan penggunanan
kemasan karton atau kardus pada buah mangga berpengaruh terhadap umur simpan,
kapasitas, dan kerusakan yang terjadi pada buah mangga, selain itu penggunan
kemasan karton dapat mempermudah proses pengangkutan produk. Penggunaan peti
kayu pada pengemasan tomat juga berpengaruh terhadap sifat fisik dan kimiawi buah
selama proses pengangkutan kemasan kayu perlu di beri isian kemasan seperti foam
jaring atau bahan pelapis lainnya agar bahan yang dikemas dapat lebih terjaga.
DAFTAR PUSTAKA

Dessy Nofriati .2018. Penanganan Pasca Panen Tomat. Jambi:Balai Pengkajian


Teknologi Pertanian Jambi
Lila, 2015. Lila Hasni K., 2015. Pengaruh Pengemasan Pada Suhu Penyimpanan
Terhadap Mutu Buah Tomat (Lycopersicum esculentum)
Manurung, S. 2015. Penanganan Pascapanen Tomat (Lycopercum Escusien Mill)
Untuk Meningkatkan Keuntungan Di Mitra Tani Parahyangan
Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Laporan Tugas Akhir.
Program Studi Agribisnis. Jurusan Budidaya Tanaman Pangan.
Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.
Oktavianto, yoga, dkk. 2015. Karakterisasi Tanaman Mangga Cantek, Ireng, Empok,
Jempol Di Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri.
Jurnal Produksi Tanaman Vol 3 (2):91-97
Qantyah dan Indrie Ambarsari. 2011. Efisiensi Penggunaaan Kemasan Kardus
Distribusi Mangga Arum Manis. Jurnal Litbang Pertanian. Vol
3(1):8-15
Subhan,Maulana., S.P sari dan Ratna.2019. Pengaruh Jenis Bahan Pengisi Kemasan
Terhadap Mutu Fisik Pada Saat Transportasi Buah Alpukat (Persia
Americana MILL). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian . Vol 4 (4)
Hal: 373-376
Trubis . 2008. Perbaikan teknik pengemasan buah-buahan segar untuk mengurangi
tingkat kerusakan mekanis, studi kasus di Provinsi Jawa Tengah.
Agritech 17(1): 1417

Widhiantari, dkk. 2016. Rancangan Wadah Buah Tomat Untuk Menahan Getaran
Selama Transportasi Berbahan Eceng Gondok dan Pelepah Pisang.
Indonesian Green Technology Journal. Vol 2(3):1-6
Widodo, H Kuncoro, dkk. Perbaikan Teknik Pengemasan Buah-Buahan Segar Untuk
Mengurangi Tingkat Kerusakan Mekanis Studi Kasus Di Propinsi
Jawa Tengah. Jurnal Agritech. Vol 17(1):14-17

Anda mungkin juga menyukai