Anda di halaman 1dari 11

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Hortikultura

Sayuran merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki

potensi besar untuk dikembangkan. Potensi tersebut meliputi nilai ekonomi,

kandungan nutrisi yang relatif tinggi dan kemampuan menyerap tenaga kerja yang

relatif banyak. Sayuran merupakan sumber pangan yang penting untuk

dikonsumsi masyarakat setiap hari karena kandungan protein, vitamin, mineral

dan serat yang dimiliki sayuran berguna bagi tubuh manusia, sayuran

merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai ekonomis

yang cukup tinggi. Selain memiliki masa panen yang cukup pendek, permintaan

pasarnya pun cukup tinggi karena merupakan kebutuhan dapur sehari-hari.

Seiring dengan semakin cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan

menyebabkan masyarakat mulai sadar tentang pentingnya mutu makanan,

termasuk sayuran serta bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia

sintesis dalam produk pertanian. Masyarakat sebagai konsumen semakin arif

dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan.

Gaya hidup sehat dengan slogan “back to nature” telah menjadi kecenderungan

baru meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non alami,

seperti pupuk, pestisida kimia sintesis, dan hormon tumbuh dalam produksi

pertanian.

Keberhasilan budidaya hortikultura di Indonesia sangat ditentukan oleh

ketersediaan benih hortikultura yang bermutu secara berkesinambungan. Sedangkan

Studi Komparatif Penggunaan…, Imam Bagus Panuntun, Fakultas Pertanian UMP, 2020
9

ketersediaan benih sangat dipengaruhi oleh berbagai kebijakan dalam bidang

pertanían oleh pemerintah Indonesia. Selain itu, berbagai aspek penunjang yang

terkait dengan masalah perbenihan juga dapat memberikan suasana yang kondusif

bagi pengembangan industri benih.

Dalam pengertian botani Buah adalah organ pada tumbuhan berbunga yang

merupakan perkembangan lanjutan dari bakal buah. Buah biasanya membungkus

dan melindungi biji. Buah dalam pengertian holtikultura atau pangan adalah

terminologi umum yang digunakan oleh masyarakat luas, yaitu setiap bagian

tumbuhan dipermukaan tanah yang tumbuh membesar dan memiliki daging atau

juga mengandung air. Buah dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu klimakterik dan

nonklimakterik. Buah klimakterik adalah bauh yang mengalami pematangan setelah

dipetik, sedangkan buah nonklimakterik adalah buah yang tidak dapat melakukan

proses pematangan setelah dipetik. Buah merupakan sumber vitamin dan mineral

(Budiyanto, 2002).

Buah-buahan merupakan sumber vitamin (terutama vitamin C dan karoten

atau provitamin A dan mineral (seperti zat kalsium, pospor, kalium, natrium, zat

besi, dan zat mineral lainnya) dalam jumlah kecil. Serat banyak terdapat pada buah-

buahan dibagian kulitnya. Jadi, bila buah yang dapat dimakan dengan kulitnya,

dinjurkan tidak perlu dikupas, hanya dicuci sampai bersih. Hal ini karena dalam

daging buah dan dalam kulit buah sering terdapat komponen atau zat yang saling

melengkapi (saling suplementasi), sehingga buah yang dimakan lengkap tanpa

terlebih dahulu membuang kulitnya, akan memberikan zat gizi yang lebih lengkap,

suatu hal yang menguntungkan bagi kesehatan badan (Anonim, 2010).

Studi Komparatif Penggunaan…, Imam Bagus Panuntun, Fakultas Pertanian UMP, 2020
10

B. Pengawasan Mutu Benih Tanaman Hortikultura

Dalam arti luas, pengawasan mutu diartikan sebagai upaya memuaskan

pelanggan bagi setiap produk yang dihasilkan. Dalam manajemen modern yang

memfokuskan perhatian kepada kepuasan pelanggan (customer’s satisfaction), pola

pengendalian mutu sudah diubah menjadi manajemen mutu. Pengendalian mutu

adalah teknik dan kegiatan operasional yang digunakan untuk memenuhi

persyaratan mutu, sedangkan manajemen mutu merupakan seluruh kegiatan yang

menetapkan kebijakan mutu, jaminan mutu, dan peningkatan mutu dalam suatu

sistem mutu (BSN, 2000). Sistem mutu yang mengacu pada SNI 19-17025- 2000

yang disertai dengan akreditasi oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) memberi

pengakuan secara internasional kepada laboratorium yang lulus akreditasi (Soeroto,

2004).

Sampai dengan tahun 2003, di Indonesia sudah ada lima laboratorium penguji

benih yang telah lolos akreditasi. Salah satu aspek dalam manajemen mutu benih

adalah manajemen kesehatan benih, yang meliputi aspek pencegahan infeksi atau

kontaminasi benih selama proses produksi benih, pencegahan terjadinya

kontaminasi silang antar lot benih selama panen, prosesing, pengemasan dan

pendistribusian benih, mengurangi tingkat infeksi atau kontaminasi pada lot benih

berpenyakit, tidak mendistribusikan benih terinfeksi ke daerah yang masih bebas

atau daerah yang berpotensi menimbulkan resiko ledakan penyakit,

mengembangkan dan menggunakan varietas resisten, dan melakukan inspeksi dan

roguing serta pengendalian penyakit dan gulma di lapang produksi (Langerak,

2002). Dalam proses pengadaan benih hortikultura di Indonesia langkah-langkah

manajemen tersebut seharusnya melibatkan Badan Karantina Pertanian (BKP),

Studi Komparatif Penggunaan…, Imam Bagus Panuntun, Fakultas Pertanian UMP, 2020
11

Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSB

TPH), dan produsen benih.

C. Sertifikasi Benih Hortikultura

Program perbenihan nasional selama ini lebih terfokus pada tanaman pangan

khususnya padi sementara perbenihan hortikultura belum begitu diperhatikan.

Untuk tanaman pangan, khususnya padi, secara formal program sertifikasi telah

dimulai semenjak tahun 1971, yakni dengan diterbitkannya SK Menteri Pertanian

no. 174/Kpts/Org/4/1971 tentang pembentukan Dinas Pengawasan dan Sertifikasi

Benih. Khusus untuk benih hortikultura, penyelesaian peraturan perundangan untuk

program sertifikasi harus menunggu hampir seperempat abad. Secara formal

sertifikasi untuk benih hortikultura termasuk baru dimulai tahun 1994 dengan

diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 468/Kpts/OT.210/ 6/94

tentang Perubahan BPSB menjadi BPSB TPH. Sepuluh tahun setelah penerbitan

SK Menteri Pertanian tersebut, diterbitkan Surat Keputusan Dirjen Bina Produksi

Hortikultura No. 04/SK.050/3/2004` tentang prosedur baku sertifikasi benih.

Dalam tahapan perkembangan berikutnya peranan pemerintah dalam proses

sertifikasi benih mulai Bul. Agron. (33) (1) 38 – 47 (2005) 44 Review Perbenihan

hortikultura di Indonesia bergeser. Dengan diterbitkannya Keputusan Mentan No.

1100.1/Kpts/Kp.150/10/1999 yang diperbarui dengan Keputusan Mentan No.

361/Kpts/Kp.150/5/2002 tentang pembentukan Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu

(LSSM), perusahaan benih swasta berhak memperoleh sertifikat sertifikasi sistem

mutu setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh LSSM. Sampai tahun

2003 perusahaan benih hortikultura yang telah memperoleh sertifikat sertifikasi

sistem mutu adalah PT. EWSI, PT. Tanindo dan PT. Fitotek Unggul (Soeroto,

Studi Komparatif Penggunaan…, Imam Bagus Panuntun, Fakultas Pertanian UMP, 2020
12

2004). Program sertifikasi masih terfokus pada aspek kemurnian, kadar air, dan

viabilitas benih, sementara pengujian kesehatan benih belum dimasukkan sebagai

bagian dari pengujian rutin dalam program sertifikasi benih di Indonesia. Beberapa

tahun terakhir, usaha ke arah itu sudah mulai terlihat dengan diadakannya beberapa

pelatihan tentang kesehatan benih yang diprakarsai oleh Balai Pengembangan Mutu

Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPMBTPH). Lembaga BPMBTPH

merupakan sebuah lembaga baru yang lahir berdasarkan Surat Keputusan Mentan

No. 284/Kpts/OT.210/4/2002.

D. Produksi dan Faktor Produksi

Produksi adalah kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan

(utility) suatu barang atau jasa untuk kegiatan dimana dibutuhkan faktor-faktor

produksi yang di dalam ilmu ekonomi terdiri dari modal, tenaga kerja, dan

managemen atau skill. Faktor produksi adalah input yang digunakan untuk

menghasilkan barang-barang dan jasa. Faktor produksi memang sangat menentukan

besar kecilnya produksi yang diperoleh (Kusuma, 2006). Faktor produksi adalah

semua pengorbanan yang diberikan tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh

dan menghasilkan produk pertanian yang baik. Dalam sektor pertanian, terdapat

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi yaitu lahan pertanian, modal,

benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja (Nicholson, 2002). Berikut adalah faktor-

faktor produksi pertanian :

1. Lahan Pertanian

Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi

komoditas pertanian. Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha dan

Studi Komparatif Penggunaan…, Imam Bagus Panuntun, Fakultas Pertanian UMP, 2020
13

akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian

Lahan sebagai salah satu faktor produksi yang mempunyai kontribusi cukup

besar terhadap usahatani. Perbedaan status penguasaan lahan dapat

memberikan pengaruh besar terhadap sistem pertanian yang berkelanjutan dan

status hak sewa atas tanah dalam kegiatan usahatani. Kepemilikan lahan

digolongkan menjadi beberapa jenis antara lain dibeli, disewa, disakap,

pemberian negara, warisan, wakaf dan lahan sendiri (Salikin, 2003).

2. Modal

Modal dalam usahatani didefinisikan sebagai bentuk kekayaan, baik

berupa uang atau barang yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu baik

secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu proses produksi. Modal

dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu modal tetap (fixed cost) dan modal tidak

tetap (variable cost). Modal tetap terdiri atas tanah, bangunan, mesin, dan

peralatan pertanian di mana biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi

tidak habis dalam sekali proses produksi, sedangkan modal tidak tetap terdiri

dari benih, pupuk, pestisida dan upah (Soekartawi, 2003).

3. Benih

Penggunaan benih dengan varietas yang bermutu dapat meningkatkan

produksi minimal 10 persen per hektar. Penggunaan benih yang unggul juga

harus diperhatikan ketersediaan benih, harga benih dan akses dalam

mendapatkan benih sehingga petani tidak memiliki kendala dalam

mendapatkan benih yang bermutu (Indriyanto, 2006).

Studi Komparatif Penggunaan…, Imam Bagus Panuntun, Fakultas Pertanian UMP, 2020
14

4. Pupuk

Penambahan pupuk kandang meningkatkan porositas tanah, C-

organik, kadar N, P, K, Ca, Mg dan dapat memperbaiki struktur tanah sehingga

pertumbuhan akar baik. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan berat

gabah kering panen (Kariada et al., 2008). Pupuk anorganik atau yang biasa

disebut sebagai pupuk buatan adalah pupuk yang sudah mengalami proses di

pabrik seperti pupuk Urea, TSP, NPK dan KCL (Djoehna, 2003).

5. Pestisida

Pestisida sangat dibutuhkan petani untuk mencegah serta membasmi

hama dan penyakit tanaman yang dibudidayakan. Pestisida dapat

menguntungkan usahatani namun di sisi lain pestisida dapat merugikan petani.

Pestisida dapat menjadi kerugian bagi petani jika terjadi kesalahan pemakaian

baik dari cara maupun komposisi yang diaplikasikan ke tanaman. Pemakaian

pestisida yang berlebihan dapat menyebabkan biaya produksi yang berlebihan

(Purwono, 2007).

6. Tenaga Kerja

Faktor produksi tenaga kerja menentukan tingkat keberhasilan

usahatani jika jumlah penggunaan tenaga sesuai dengan kebutuhan. Petani

dalam menjalankan usahataninya tidak hanya menyumbangkan tenaga

melainkan bertindak sebagai manajer (Mubyarto, 1995).

Studi Komparatif Penggunaan…, Imam Bagus Panuntun, Fakultas Pertanian UMP, 2020
15

E. Analisis Biaya dan Pendapatan

1. Biaya

Biaya usaha adalah penjumlahan pengeluaran yang dikeluarkan untuk

menghasikan suatu produk atau output dalam suatu proses produksi. Biaya

usahatani adalah penjumlahan pengeluaran yang dikeluarkan untuk

menghasikan suatu produk atau output dalam suatu proses produksi. Menurut

Hernanto (1996) ada dua kategori atau pengelompokan biaya, yaitu:

a) Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu

kali masa produksi.

b) Biaya variabel atau berubah-ubah (variable cost) adalah biaya yang besar

kecilnya sangat tergantung kepada biaya skala produksi. Analisis biaya yang

digunakan dalam penelitian ini dapat dihitung menggunakan rumus:

TC = FC + VC

Keterangan:

TC = Total biaya usaha.

FC = Biaya tetap suatu usaha.

VC = Biaya Variabel suatu usaha.

c) Penerimaan (Revenue)

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh

dengan harga jual (Rahim dan Hastuti, 2007). Secara matematis dirumuskan

sebagai berikut :

TR = Y . Py

Keterangan :

TR = total penerimaan

Studi Komparatif Penggunaan…, Imam Bagus Panuntun, Fakultas Pertanian UMP, 2020
16

Y = produksi yang diperoleh dari suatu usahatani

Py = harga produksi

2. Analisis Pendapatan

Pendapatan budidaya merupakan selisih antara penerimaan dan semua

biaya atau dengan kata lain pendapatan yang meliputi pendapatan kotor atau

penerimaan total dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor / penerimaan total

adalah nilai produksi komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum

dikurangi biaya produksi (Rahim, 2008). Rumus pendapatan dapat dituliskan

sebagai berikut :

R= TR – TC

Dimana :

R = Pendapatan usaha budidaya benih

TR = Total penerimaan

TC = Total biaya

a) B/C Ratio
Menurut Soekartawi (1995), analisis benefit-cost ratio (B/C) ini pada

prinsipnya sama saja dengan analisis R/C (revenue-cost ratio), hanya saja pada

analisis B/C ratio ini data yang diperhitungkan adalah besarnya manfaat.

Apabila net B/C > 1, maka usahatani layak untuk dilaksanakan. B/C Ratio

(Benefit Cost Ratio) adalah ukuran perbandingan antara pendapatan (Benefit =

B) dengan Total Biaya produksi (Cost = C). Dalam batasan besaran nilai B/C

dapat diketahui apakah suatu bisnis menguntungkan atau tidak

menguntungkan.

Rumus: B/C ratio =

Studi Komparatif Penggunaan…, Imam Bagus Panuntun, Fakultas Pertanian UMP, 2020
17

Apabila B/C > 1, maka usahatani layak untuk diusahakan.

Apabila B/C < 1, maka usahatani tidak layak untuk diusahakan.

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Adhiputra (2010) dengan judul Analisis

Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-faktor Produksi Pada Usahatani Melon Di

Kabupaten Grobogan menunjukan bahwa: Besarnya biaya usahatani melon yang

dikeluarkan adalah sebesar Rp 29.012.342,89/Ha/MT, penerimaan sebesar Rp

50.687.031,09/Ha/MT sehingga pendapatan yang diterima oleh petani melon adalah

sebesar Rp 21.674.688,20/Ha/MT.

Penelitian yang dilakukan oleh Pranata (2018) dengan judul Analisis

Pendapatan Dan Kelayakan Usahatani Melon Di Desa Tungku Jaya Kecamatan

Sosoh Buay Rayap Kabupaten Oku menyimpulkan bahwa Pendapatan produksi

yang dihasilkan oleh petani melon adalah sebesar Rp.33.676.129/MT.

Penelitian yang dilakukan oleh Mawaddah (2018) dengan judul Analis Biaya

dan Pendapatan Usahatani Cabai Pada Sistem Irigasi Tetes (Drip Irrigation) Di

Kabupaten Lombok Utara menunjukan bahwa biaya produksi usahatani cabai pada

sistem irigasi tetes sebesar Rp.2.139.666/Usahatani atau sebesar Rp.48.906.652/Ha

Rata-rata pendapatan petani untuk usahatani cabai pada sistem irigasi tetes

permusim tanam di Kelompok Tani Sambiq Rindang I sebesar

Rp.1.622.538/Usahatani atau sebesar Rp.37.068.994/Ha

Velayutham (2015) dalam penelitianya yang brejudul “An Economic

Analysis Of Chillies Production In Guntur District Of Andhira Pradesh ” Dari

analisis, terbukti bahwa penggunaan pupuk organik akan meningkatkan hasil

pertanian. Karena itu, perlu disebutkan bahwa penggunaan pupuk organik harus

Studi Komparatif Penggunaan…, Imam Bagus Panuntun, Fakultas Pertanian UMP, 2020
18

didorong di antara para petani. Pertanian organik sendiri dapat memastikan hasil

yang berkelanjutan dan tidak harus demikian tertunda karena alasan apa pun. Jadi,

pemerintah harus maju untuk memberikan harga jaminan untuk tanaman organik

dan kredit kepada petani dengan demikian pertanian organik bisa didorong di

negara ini.

Amao, dkk (2014) dalam penelitianya yang berjudul “Profitability of

Watermelon to Farmers in Ibarapa Central Local Government Area of Oyo State”

Penelitian ini menganalisis profitabilitas PT semangka sebagai tanaman alternatif

untuk melon antara petani di Ibarapa Central Local Wilayah Pemerintah negara

bagian Oyo, Nigeria digunakan untuk tumbuh secara tradisional. Data yang

dikumpulkan adalah dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan pertanian

analisis anggaran yang mengungkapkan profitabilitas semangka dengan margin

kotor ₦ 2,18 adalah menyadari untuk setiap ₦ 1 berinvestasi pada semangka per

hektar. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa total biaya adalah N 3254250 dan

total pendapatan adalah N 7109600. Ini memberi kotor margin N3855350

semangka yang diproduksi

Penelitian yang dilakukan oleh Djuliasyah dedi, 2016 yang berjudul kelyakan

usahatani cabai merah dengan sistem panen hijau dan sitem panen merah (kasus

pada petani cabai di kecamatan sariwangi kabupaten tasikmalaya menyimpulkan

bahwa usahatani cabai yang di panen dengan sistem merah lebih besar baik di lihat

dari segi biaya, penerimaan, pendapatan yang diterima serta dari R/C yang

dihasilkan.

Studi Komparatif Penggunaan…, Imam Bagus Panuntun, Fakultas Pertanian UMP, 2020

Anda mungkin juga menyukai