Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PRODUKSI TANAMAN INDUSTRI


KULIAH UMUM “URGENSI REGULASI BENIH
PERKEBUNAN”

Disusun Oleh :
Nama : Tabitha Deanova Damanik
NPM : E1J020045
Shift : B2
Dosen : Prof. Dr. Ir. Alnopri, M.S.
Co Ass : Dwi Anggraini (E1J019017)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Negara Indonesia adalah negara agraris yang begitu melimpah akan kekayaan
alam dengan kondisi iklim yang sangat mendukung bagi pengembangan budidaya
tanaman. Namun demikian, petani juga menyadari bahwa kondisi iklim dan cara
kaitan yang erat dengan viabilitas dan vigor benih.(Lesilolo et al., 2018)
Benih sendiri mempunyai pengertian ialah merupakan biji tanaman yang
dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan usaha tani serta memiliki fungsi
agronomis (Kartasapoetra, 2018)
Benih merupakan komponen produksi yang sangat penting dalam suatu sistem
pertanian pangan, terutama tanaman padi. Disamping sebagai pembawa sifat yang
sangat berpengaruh terhadap sistem produksi secara keseluruhan, benih juga
membawa berbagai mikroorganisma, baik yang bermanfaat (mikroorganisme
antagonis dan mikroorganisme yang merangsang pertumbuhan / plant growth
promoting microorganism = PGPM), maupun yang merugikan (pathogen). Kedua
kelompok mikroorganisme tersebut sangat berpengaruh terhadap kualitas benih, bibit,
maupun tanaman.. agar dapat menghasilkan bibit dan tanaman yang memiliki kualitas
tinggi, benih yang ditanam harus baik, bersih dan sehat. Benih yang tidak baik, kotor
dan tidak sehat, akan menghasilkan kecambah yang buruk yang ditandai oleh vigor
lemah dan tidak sehat (Diaz et al., 2017).
Perbenihan tanaman adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pengadaan,
pengelolaan dan peredaran benih tanaman. Perbenihan dipandang sebagai suatu
sistem pengadaan benih bermutu untuk memenuhi kebutuhan benih petani dalam
usaha taninya yang terdiri dari subsistem amkro dan sub sistem mikro. Berdasarkan
sejarah, manusia awal mulanya menggantungkan bahan pangannya kepada produk
suatu tumbuhan yang dikumpulkan dari hutan. Dengan perkembangan budaya
manusia, tumbuhan tidak hanya sebagai penghasil biji sebagai bahan pangan (grains),
namun diberi fungsi untuk menghasilkan biji sebagai bahan tanam. Biji yang
berfungsi sebagai bahan tanam disebut dengan benih (seeds). Penggunaan benih oleh
manusia menandai transisi dari pengumpulan makanan secara nomaden (berkelana)
ke silvilisasi berdasar pertanian. Proses tersebut terjadi berbeda dari satu Negara
dengan Negara lainnya.(Susilastuti, 2016) .

1.2. Tujuan Pratikum


Memahami dan mengetahui tentang bagaimana urgensi regulasi benih perkebunan
yang diawasi UPTD Pengawasan Pengujian dan Sertifikasi Benih PROV.Bengkulu.

1.3. Manfaat Praktikum


Mahasiswa dapat mengetahui tentang regulasi benih perkebunan dan mahasiswa
mendapatkan ilmu dan pengetahuan lebih tentang benih perkebunan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk menunjang peningkatan kemampuan mahasiswa maupun dosen,
dipandang perlu untuk memutahirkan pengetahuan. Salah satu cara pemutakhiran
pengetahuan ini adalah dengan melaksanakan "Kuliah Umum atau Seminar
Pendidikan" yang tema/topik nya terkait dengan satu atau beberapa kuliah yang
diajarkan. Untuk memastikan kemanfaatan kegiatan ini diperlukan narasumber yang
diakui kepakarannya. Narasumber ini dapat berasal dari kalangan ilmuan di
lingkungan Perguruan Tinggi ataupun para manajer, pengusaha, dari kalangan
industri dan perusahaan terkenal. Di sini mahasiswa dan dosen Program Studi
AGROEKOTEKNOLOGI memperoleh kesempatan untuk membuka wawasan serta
meningkatkan pengetahuan.
Peningkatan produktivitas hutan tanaman dan keberhasilan rehabilitasi hutan
dan lahan merupakan program yang telah lama dicanangkan sektor kehutanan. Hal ini
mengingat semakin meningkatnya kebutuhan kayu pada saat pasokan kayu dari hutan
alam sudah tidak bisa diandalkan lagi. Selain itu, luas lahan kritis yang terdapat di
dalam dan di luar kawasan hutan menjadi tantangan sekaligus peluang untuk
meningkatkan peran serta sektor kehutanan dalam mendukung pembangunan
nasional. (Rudi dkk, 2019)
Ketersediaan benih bermutu sangat diperlukan untuk meningkatkan
produktivitas hutan tanaman dan keberhasilan rehabilitasi hutan dan lahan. Mutu
benih tersebut dapat dicerminkan dari tiga aspek, yaitu mutu genetik, fisik, dan
fisiologi. Mutu genetik berhubungan dengan penampilan sumber benih yang dapat
ditelusuri dari materi genetik yang digunakan (asal usul benih), desain pembangunan,
dan metode seleksi. Mutu fisik dan fisiologi merupakan hasil dari kegiatan
penanganan benih.(BPTH, 2016)
Informasi mutu benih merupakan hal yang sangat penting dalam sistem budi
daya tanaman hutan karena benih telah menjadi komoditas perdagangan, baik di
tingkat nasional maupun internasional. Pengujian mutu benih yang baik harus
berdasarkan standar pengujian yang baku sehingga akan mampu memastikan hasil
yang seragam jika pengujian suatu lot benih akan dikerjakan oleh pihak atau lembaga
sertifikasi lain. Prinsip sertifikat benih–seperti reproducibility hasil uji laboratorium–
harus menjadi perhatian penting. Selain itu, keakuratan data pengujian mutu benih
juga diperlukan dalam perencanaan pembangunan hutan tanaman, khususnya dalam
pengadaan bahan tanaman untuk program penanaman, pemuliaan pohon, dan
konservasi sumber daya genetik. Metode uji yang baku dapat dijadikan acuan dalam
penerapan aspek legalitas perbenihan.( Sudrajat & Nurhasybi, 2016)
Metode pengujian yang baku juga merupakan perangkat dasar untuk
menentukan mutu benih layak edar. Selanjutnya, standar mutu benih layak edar dapat
dijadikan acuan perencanaan pengadaan bibit di persemaian, dan jaminan atau
perlindungan terhadap pengada, pengedar, dan pengguna benih. Metode pengujian
yang digunakan harus merupakan metode standar yang dipublikasikan secara
nasional, regional, atau internasional. Internasional Seed Testing Association (ISTA)
Rules merupakan acuan internasional dalam pengujian benih. Secara umum,
ketentuan ISTA masih didominasi oleh jenis-jenis tanaman pertanian dan
hortikultura, sedangkan jenis-jenis tanaman hutan khususnya jenis tropis seperti
Acacia spp., Tectona grandis, dan Pinus merkusii masih sangat terbatas (ISTA, 2014).
Padahal, peredaran benih tanaman hutan khususnya di Indonesia telah berkembang
dan memerlukan pengaturan dan jaminan mutu; baik bagi pada pihak pengada,
pengedar maupun pengguna. Kondisi tersebut harus dapat diatasi dengan melakukan
modifikasi ketentuan ISTA dengan memasukkan data-data hasil penelitian dan
pengujian yang memadai untuk dijadikan dasar penyusunan metode pengujian benih.
(Ditjen Pajak, 2015)
Beberapa pedoman dan standar pengujian mutu benih tanaman hutan telah
disusun sebelumnya, antara lain Pedoman Standardisasi Uji Mutu Fisik dan Fisiologis
Benih Tanaman Hutan yang memuat tujuh jenis tanaman hutan (BTP, 2000);
Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor P.06/V-
SET/2009 tentang Petunjuk Teknis Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis Benih; SNI
7628.3-2011 Uji Benih Tanaman Hutan–Bagian 3: Analisis Kemurnian; SNI 7628.4-
2011 Uji Benih Tanaman Hutan–Bagian 4: Penentuan Berat; SNI 7628.5-2011 Uji
Benih Tanaman Hutan–Bagian 5: Kadar Air; SNI 7628.6-2011 Uji Benih Tanaman
Hutan–Bagian 6: Daya Berkecambah. Dari beberapa pedoman tersebut selain jenis
yang masih terbatas, referensi metode uji pun masih mengacu pada ISTA tahun 1999-
2006, sedangkan ISTA sendiri mengalami perubahan atau penambahan jenis setiap
tahun. Pada tahun 2014 juga telah disusun Pedoman pengujian mutu benih tanaman
hutan melalui kerja sama antara Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan, Balai
Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan, dan seluruh Balai Perbenihan
Tanaman Hutan (Sudrajat & Nurhasybi, 2014)
BAB III
METODELOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum kuliah umum dilaksanakan pada hari Sabtu, 18 Maret 2023 di GB
1 Ruang 2 Universitas Bengkulu..
3.2. Bahan dan Alat
Adapun bahan dan alat yang digunakan yaitu, catatan dan alat-alat tulis.
3.3. Pelaksanaan Kegiatan
Adapun berikut pelaksanaan kegiatan ini
1. Mengisi absensi sebelum masuk keruangan
2. Mengikuti pembukaan kuliah umum
3. Mendengarkan pemateri dengan seksama
4. Mencatat atau meringkas materi yang telah disampaikan
5. Bertanya pada saat sesi tanya jawab
6. Membuat laporan tentang hasil praktikum perkuliahan umum
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil

4.2. Pembahasan
Dari hasil praktikum kuliah umum ini dapat mahasiswa ketahui bahwa benih biji
atau kecambah dilakukan pemeriksaan dan pengujian umum terlebih dahulu sebelum
diedarkan. Untuk setandar mutu biji sendiri di bagi menjadi 3 yaitu mutu genetik,
mutu fisiologis, dan mutu fisik.
Dan beberapa faktor yang mempengaruhi produski benih seperti:
 Bahan tanam
 SDM - Management,Karyawan
 Alam - Iklim,Tanah
 Kultur Teknik- Perawatan Tanaman,pemupukan, pengendalian HPT dan
panen
Dari kuliah umum ini juga dijelaskan untuk mendaptakan tenera dapat
menyilangkan dura dan eisifral yaitu dura yang di artikan sebagai cangkok tebal dan
eisifral yaitu cangkok tipis dan dilakukan persilangan untuk mendaptkan buah yang
tebal dg cangkok yang tipis.
Dan juga dijelasakan oleh pemateri bahwa pemeriksaan benih kelapa sawit dalam
bentuk kecambah meliputi beberapa dokumen seperti:
 Surat permohonan pemeriksaan kecambah
 Izin sebagai produsen benih
 Dokumen penetapan kebun induk 2 pohon induk
 Surat persetujuan penyaluran benih kelapa sawit
 Sertifikat
 Daftar pelaksanaan waktu panen benih
 Keabsahan waktu panen benih
 Keabsahan label kemasan
 Surat pengantar delivry order asal usul kecambah
Keragaman benih pada pembenihan awal:
 Jumlah kecambah
 Umur 3- 5 bulan sejak semai
 Kontaminasi non tenera paling banyak 2%
 Kesehatan tanaman
 Warna daun hijau
 Ukuran polybag 12 cm x 17 cm
 Jumlah pelepah
 Calling terhadap benih memiliki pertumbuhan abnormal dipembenihan
 Jumlah tanaman norma
Adapun dijelaskan oleh pemateri untuk mengatasi masalah perbenihan yaitu
dilakukannya edukasi kepada masyrakat tentang bagaimana benih yang baik dan
bagus yaitu benih dengan menggunakan sertifikat dan berlebel dari pemerintah,
selanjutnya memperbanyak ketersediaaan bahan tanam dan penindakan bagi
masyarakat yang curang karena menjual benih yang kurang layak ke pada para petani.
Sertifikasi benih sangat penting karena menjamin mutu benih yang akan
digunakan dalam pembibitan atau penanaman tanaman. Sertifikat benih dapat
memberikan jaminan bahwa benih yang digunakan untuk menanam tanaman telah
diuji dan memenuhi persyaratan tertentu terkait kualitas fisik, genetik, dan
fungsionalnya. Dengan demikian, benih yang disertifikasi akan memiliki daya
tumbuh lebih baik, akan lebih tahan terhadap penyakit dan hama, dan dapat
memberikan hasil panen yang lebih baik. Sertifikasi benih juga penting dalam
perdagangan benih antar negara, karena sertifikat benih dapat digunakan sebagai
dokumen bukti bahwa benih tersebut telah memenuhi standar internasional sehingga
dapat diakui di berbagai negara. Oleh karena itu, bagi para petani atau pembudidaya
tanaman, penggunaan benih yang telah disertifikasi akan memberikan keuntungan
dalam jangka panjang, baik dalam hal produktivitas hasil panen maupun
keberlangsungan usaha.
Kegiatan setelah penyampaian materi dari pemateri adalah sesi tanya jawab
yang di mana banyak sekali dari mahasiswa yang bertanya soal pembenihan dan
bagaimana cara membedakan benih yang bermutu dengan yang tidak, di sini
mahasiswa sangat antusias untuk bertanya kepada pemateri karena materi yang
disajikan sangat menarik dan menambah wawasan bagi kami para mahasiswa
pertanian.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dengan adanya kuliah umum ini mahasiswa mendapatkan banyak ruang
ekspansi atau pengembangan akademis sehingga mahasiswa banyak mengetahui soal
pemebenihan cara membedakan benih bermutu seperti apa dan benih tidak bermutu
seperti apa yang telah disampaikan oleh pemateri dari pihak UPTD pengawsan
pengunaan dan sertifikasi benih PROV. BENGKULU .
DAFTAR PUSTAKA

Lesilolo, M. ., Riry, J., & Matatula, E. . (2018). Pengujian Viabilitas Dan Vigor
Benih Beberapa Jenis Tanaman Yang Beredar Di Pasaran Kota Ambon.
Agrologia, 2(1). https://doi.org/10.30598/a.v2i1.272

Susilastuti, D. (2016). Agrisia. Perbandingan Deskriptif Konsepsional Benih


Konvensional Dengan Benih Artifisial, 8 (2), 76–89.

Kartasapoetra, A.G. 2018. Teknologi Benih – Pengolahan Benih dan Tuntunan


Praktikum. Rineka Cipta : Jakarta.

Diaz, C., M. Hossain, S. Merca, and TW Mew. 2017. Seed quality and effect on
yield; Findings from farmer participatory experiencements in central Luzon,
Philipines. Conference on seed health and seed-associated microorganism for
rice disease management. Bangkok Thailand.

Sudrajat, D.J. & Nurhasybi. 2014. Pedoman Standardisasi Uji Mutu Fisik dan
Fisiologis Benih Tanaman Hutan. Direktorat Bina Perbenihan Tanaman Hutan.
Jakarta.

Sudrajat, D.J. & Nurhasybi, 2016. Penentuan Standar Mutu Fisik dan Fisiologis
Benih Tanaman Hutan. Info Benih No. 13 (1):147-158. Balai Penelitian
Teknologi Perbenihan Bogor.

International Seed Testing Association (ISTA). 2014. International Rules for Seed
Testing. Switzerland.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2015. Pengujian benih tanaman pangan dan
holtikultura. Kementerian Pertanian.

Direktorat Bina Perbenihan Tanaman Hutan. 2016. Laporan Pembuatan Standar Mutu
Benih. Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial.
Jakarta
Rudi, H dan Y. Nengsih. 2019. Penggunaan Benih Bermutu Untuk Meningkatkan
Produksi Menuju Ketahanan Pangan, hlm 57- 67. Jurnal Imiah Universitas
Batanghari Jambi. Vol. 8, No. 3. Jambi.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai