Anda di halaman 1dari 13

Paper Teknologi Benih Padangsidimpuan, 22 Februari 2021

REPRODUKSI DAN BIOLOGI BENIH

Dosen Penanggungjawab:
Afifuddin Dalimunthe SP., MP.

Oleh :
Insar Maulid Harahap
181201155
BDH 6

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Paper Teknologi
Benih ini dengan baik dan tepat waktu. Tujuan dari penulisan paper ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Benih, Program Studi Kehutanan,
Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul paper ini adalah
“Reproduksi dan Biologi Benih”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggung
jawab mata kuliah Teknologi Benih Afifuddin Dalimunthe SP., MP. yang telah
memberikan materi dengan baik dan benar. Penulis sadar bahwa paper ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan paper ini.

Padangsidimpuan, 22 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan.................................................................................................... 2
BAB II ISI
2.1 Gambaran umum Benih......................................................................... 3
2.2 Reproduksi Benih................................................................................... 4
2.3 Biologi Benih......................................................................................... 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 8
3.2 Saran....................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kualitas benih dapat dilihat dari viabilitas dan vigor benih. Sebagian besar
ahli teknologi benih dan kalangan perdagangan mengartikan viabilitas sebagai
kemampuan benih untuk berkecambah dan menghasilkan kecambah secara
normal. Untuk memastikan status mutu benih sebelum ditanam, maka pengujian
mutu benih harus dilakukan terlebih dahulu. Benih ialah biji atau bagian tanaman
lainnya yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan usaha tani serta
memiliki fungsi agronomis. Salah satu masalah yang dihadapi dalam usaha
perbenihan dewasa ini adalah sertifikasi dan pengawasan peredaran benih belum
efektif (Ningsih et al, 2018).
Penggunaan benih bermutu dari varietas unggul sangat menentukan
keberhasilan peningkatan produksi tanaman. Benih tanaman disimpan pada
tempat yang kurang memenuhi syarat dengan kelembaban ruangan yang tinggi
saat musim hujan bisa menyebabkan rendahnya mutu benih yang dimiliki oleh
petani. Penggunaan benih dengan daya berkecambah yang rendah akan
meningkatkan biaya penyulaman dan harga benih serta pertumbuhan tanaman
tidak merata sehingga produksi tidak optimal dan mutunya rendah. Perbedaan
potensial air di dalam sel dan di luar sel dapat menghambat perkecambahan benih
karena adanya hambatan penyerapan air (Putra dan Purwarni, 2017).
Posisi biji pada tanaman merupakan salah satu komponen dalam
keanekaragaman antar tanaman yang dapat menentukan keragaman fisik (berat
dan bentuk) atau sifat fisiologis benih (antara lain viabilitas dan vigor). Potensial
tumbuh mengindikasikan kemampuan benih untuk tumbuh pada awal
perkecambahan. Viabilitas benih diukur melalui daya berkecambah, dan
menggambarkan kemampuan benih untuk tumbuh dan berkecambah pada
lingkungan optimal. Tolok ukur vigor digunakan untuk mengukur atau
memprediksi kemampuan benih untuk tumbuh dan berkecambah pada lingkungan
suboptimal. Kondisi riil di lapang merupakan salah satu cerminan kondisi
lingkungan sub-optimal. Vigor benih diukur dengan berbagai parameter,
2

diantaranya adalah kecepatan berkecambah dan potensial tumbuh. posisi biji


dalam polong bengkuang tidak berpengaruh nyata terhadap indeks vigor benih,
baik dari tolok ukur kecepatan berkecambah benih maupun potensial
berkecambah (Krisnawati dan Adie, 2018).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya
diduga pemanfaatan Sonic Bloom (gelombang suara) merupakan salah satu cara
untuk meningkatkan percepatan perkecambahan benih. Hal ini dapat terjadi
karena pemaparan suara dapat merangsang aktifitas enzim pada kotiledon benih
sehingga berkecambah lebih cepat, selain itu dugaan lain mengindikasikan terjadi
peningkatan vigor benih yang dapat meningkatkan daya berkecambah. Semakin
tinggi level suara (dB) single tone yang diberikan pada benih memberikan hasil
pertumbuhan yang lebih baik, dan sampai pada pertumbuhan optimum akan
mengalami penurunan pertumbuhan kembali (Murni et al, 2018).
Mencapai produk yang maksimum, benih yang akan ditanam harus
memiliki mutu tinggi. Benih itu tidak cukup hanya memiliki kemampuan
reproduksi normal pada kondisi yang optimum, tetapi juga pada kondisi yang sub
optimum. Benih yang memiliki vigor kekuatan tumbuh demikian akan mampu
mencapai produksi maksimum pada kondisi optimum. Penggunaan benih dengan
viabilitas yang sudah menurun akan meningkatkan biaya penyulaman, harga
benih, mundurnya waktu tanam sehingga produksi tidak optimal dan mutunya
rendah. Untuk mendapatkan viabilitas benih yang optimal diperlukan lama
perendaman yang sesuai (Suhendra et al, 2019).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana gambaran umum terkait benih?
2. Bagaimana reproduksi benih?
3. Bagaimana biologi benih?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui gambaran umum terkait benih
2. Untuk mengetahui bagaiamana reproduksi reproduksi benih
3. Untuk mengetahui biologi benih.
3

BAB II
ISI

2.1 Gambaran umum terkait benih


Benih bermutu adalah benih yang telah dinyatakan sebagai benih yang
berkualitas tinggi dengan daya tumbuh >90%. Undang Undang No. 12 Tahun
1992 (UU No.12/92) tentang Sistem Budidaya Tanaman menjabarkan bahwa
benih tanaman dan selanjutnya disebut benih adalah tanaman atau bagiannya yang
digunakan untuk memperbanyak dan/atau mengembangbiakkan tanaman.
Dijelaskan pula bahwa benih bermutu adalah benih yang varietasnya benar dan
murni, mempunyai mutu genetis, fisiologis, dan fisik yang tinggi sesuai dengan
standar mutu kelasnya. Sebagai pelaksanaan UU No.12/92 ditetapkan Peraturan
Pemerintah No. 44 Tahun 1995 (PP RI No. 44/ 95) tentang perbenihan tanaman.
PP tersebut mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan pengadaan,
pengelolaan, dan peredaran benih tanaman. Pasal 33 ayat (1) mencantumkan
bahwa untuk memenuhi standar mutu yang ditetapkan, produksi benih bina harus
melalui sertifikasi yang meliputi: a) pemeriksaan, b) pengujian laboratorium untuk
mutu benih yang meliputi mutu genetis, fisiologis dan fisik, dan c) pengawasan
pemasangan label (Rahmianna et al, 2015).
Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh
menjadi kecambah. Istilah lain adalah daya kecambah benih, persentase kecambah
benih atau daya tumbuh benih. Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih
yang dapat ditunjukkan melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan,
selain itu daya kecambah juga merupakan tolak ukur parameter viabilitas
potensial benih. Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan
viabilitas benih dan jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang
merupakan indeks viabilitas benih. Pada umumnya parameter untuk viabilitas
benih yang digunakan adalah persentase perkecambahan yang cepat dan
pertumbuhan perkecambahan kuat. Vigor adalah sekumpulan sifat yang dimiliki
benih yang menentukan tingkat potensi aktifitas dan kinerja atau lot benih selama
perkecambahan dan munculnya kecambah. Vigor adalah suatu indikator yang
dapat menunjukkan bagaimana benih tumbuh pada kondisi lapang yang
4

bervariasi. Vigor meruapakan gabungan antara umur benih, ketahanan, kekuatan,


dan kesehatan benih yang diukur melalui kondisi fisiologisnya yaitu pengujian
stress atau analisis biokimia (Sari dan Faisal 2017).
Mutu benih terdiri atas empat komponen yaitu: mutu fisik, mutu fisiologis,
mutu genetik, dan mutu kesehatan benih. Benih yang bermutu fisik tinggi terlihat
dari penampilan fisiknya yang bersih, cerah, bernas, dan berukuran seragam.
Mutu fisiologis benih tercermin dari nilai viabilitas (seperti daya berkecambah)
dan nilai vigor (seperti kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, dan daya
simpan). Mutu genetik ditunjukkan dengan keseragaman genetik tinggi dan tidak
tercampur varietas lain. Aspek hama penyakit dan mikroorganisme yang dapat
terbawa pada komoditas pangan dan hasil pertanian menjadi persyaratan yang
sangat ketat dalam era perdagangan bebas. Viabilitas merupakan tolok ukur
bahwa benih mengandung struktur dan substansi, sedangkan vigor benih adalah
kondisi benih yang menentukan potensi untuk tumbuh cepat, seragam dan tumbuh
normal dalam berbagai kondisi lapangan (Ningsih et al, 2018).
Faktor yang mempengaruhi selama pembentukan benih sangatlah
berpengaruh terhadap pertumbuhan selama pembentukan benih, Dalam
pembentukan benih cahaya sangat berperan penting dalam perkembangan biji.
meningkatnya intensitas cahaya matahari akan berpengaruh terhadap
perkembangan biji, hal ini dikarenakan fotosintat yang dihasilkan akan ditransfer
pada proses pengisian biji sehingga ukuran biji dan jumlahnya akan maksimal.
Kemudian fenotipe dari tanaman juga bisa berpengaruh terhadap pembentukan
benih. Dalam setiap fase kehidupan tanaman terpengaruh oleh kondisi lingkungan
termasuk tanah, air dan iklim. Oleh karena itu yang perlu diketahui adalah sejauh
mana kondisi lingkungan tersebut mempengaruhi atau akan mempengaruhi
kehidupan tanaman. Faktor lainnya yang turut mendukung proses perkecambahan
benih sehingga mampu mencapai viabilitas yang tinggi selama benih berada
dalam peredaran di pasaran adalah kemasan benih (Sekoh et al, 2021).

2.2 Reproduksi Benih


Rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
genetik, morfologis, sitologis, mekanis, mikrobia dan fisiologis. Pada kondisi
fisiologis yang dapat menyebabkan rendahnya vigor benih adalah immaturity atau
5

kurang masaknya benih saat panen dan kemunduran benih saat penyimpanan.
Pada hakikatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya dari
benih yang bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor
benih untuk tumbuh secara spontan merupakan landasan bagi kamampuan
tanaman mengabsorbsi sarana produksi secara maksimal sebelum panen juga
dapat memanfaatkan unsur sinar matahari khususnya selama periode pengisian
dan pemasakan buah. Perlakuan benih memberikan kecepatan tumbuh yang paling
baik karena air dan oksigen yang dibutuhkan dapat berkecambah, semakin biji
direndam, maka semakin besar masuknya air ke dalam endosperma biji, sehingga
memungkinkan benih berkecambah dengan cepat tetapi ada batasan tertentu untuk
lamanya perendaman karena jika terlalu lama direndam maka biji akan mengalami
pembusukan dan rusak (Suhendra et al, 2019).
Saat masak fisiologis merupakan waktu panen terbaik untuk mendapatkan
benih dengan kuantitas tinggi dan mutu terbaik. Panen dini sebelum masak
fisiologis banyak benih belum terbentuk dan terisi secara sempurna sehingga akan
menghasilkan benih dengan mutu rendah karena banyak benih yang keriput.
Sedangkan panen pasca masak fisiologis akan terjadi deraan cuaca lapang
terhadap benih sehingga banyak benih mengalami kemunduran mutu sebelum
panen. Pemasakan merupakan proses perubahan morfologi dan fisiologi yang
terjadi dalam buah dan benih sejak pembuahan sampai masak fisiologis. Periode
pemasakan benih dimulai sejak selesainya proses pembuahan sampai panen dan
umumnya kemasakan benih bersamaan waktunya dengan kemasakan buah. Pada
tingkat kemasakan tersebut benih diduga telah masak fisiologis sehingga benih
memiliki cadangan makanan maksimum untuk mendukung pertumbuhan
kecambah sehingga didapat daya perkecambahan maksimum. Ciri-ciri visual
kemasakan fisiologis telah digunakan sebagai indikator dari kematangan benih
secara fisiologis untuk beberapa jenis tanaman. Faktor penting dalam penanganan
benih itu salah satu di antaranya adalah umur panen benih (Suryawan et al, 2019).
Pengaruh perlakuan perendaman benih tanaman kacang tanah terhadap
jumlah daun menunjukan pengaruh tidak nyata (P ≥ 0,05) dimana benih kacang
tanah direndam dengan bakteri Bacillus spp selama 15 menit pada pengamatan 9
MST , menghasilkan jumlah daun yaitu 66 helai daun berarti terjadi penurunan
6

dan perlakuan kontrol (P0) yang menghasilkan 68 helai. Pengaruh perlakuan


peredaman benih tanaman kacang tanah terhadap ratarata berat basah tanaman
kacang tanah menunjukan berpengaruh nyata (P ≤0,05). Berdasarkan data analisis
terlihat bahwa pengaruh perlakuan perendaman benih tanaman kacang tanah
terhadap berat kering tanaman, berat kering batang dan berat kering akar
menunjukan pengaruh nyata (P ≤ 0,05) dimana benih tanaman kacang tanah
direndam dengan bakteri Bacillus spp selama 15 menit menghasilkan rata-rata
berat kering tanaman terbesar yaitu pada perlakuan 15 berarti terjadi peningkatan
dibandingkan dengan perlakuan kontrol (P0) (Pandango et al, 2018).
Kemampuan benih yang cepat berkecambah tentunya didukung oleh nilai
daya kecambah dari setiap benih yang menunjukkan viabilitas yang tinggi.
Semakin tinggi jumlah hari yang diperlukan untuk suatu proses perkecambahan
maka semakin rendah nilai indeks kecepatan perkecambahan yang didapatkan.
Artinya semakin lama jumlah hari yang dibutuhkan untuk perkecambahan
menunjukkan bahwa indeks kecepatan perkecambahan kecil. Polen merupakan
komponen yang sangat penting dalam produksi benih karena polen sangat
berpengaruh terhadap proses reproduksi pembentukan biji. Keadaan ini
menyebabkan semakin banyaknya biji dihasilkan(Yuyun dan Syaban, 2017).

2.3 Biologi Benih


Hasil penelitian menunjukkan serbuk sari dua sel memerlukan waktu yang
lebih lama apabila dikecambahkan secara in vitro dan lebih tahan disimpan
(viabilitasnya tidak cepat turun) dibandingkan serbuk sari tiga sel. Pengelolaan
serbuk sari yang mencakup panen, pengolahan, dan penyimpanan serbuk sari,
banyak dikembangkan untuk memproduksi benih hibrida, terutama tanaman
monosius (misalnya Arecaceae; kelapa sawit; kurma), dan juga tanaman
hermaprodit (Solanaceae; cabai, tomat). Tujuan pengelolaan serbuk sari adalah
untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan plasma nutfah, apbila produksi benih
hibrida akan dilakukan oleh pihak lain. Serbuk sari dengan viabilitas tinggi dapat
diperoleh apabila panen dilakukan pada waktu yang tepat. Viabilitas serbuk sari
akan mempengaruhi produksi benih. Semakin tinggi viabilitas, semakin tinggi biji
yang terbentuk dari penyerbukan (Widajati et al, 2013).
7

Proses pembentukan bunga yang tidak serempak dan berlangsung cukup


panjang berpengaruh terhadap proses pembentukan benih dalam satu polong
ataupun dalam satu tanaman menjadi tidak seragam. Viabilitas benih dicerminkan
oleh daya berkecambah. Meskipun tidak dipengaruhi oleh posisi biji maupun
varietas, namun daya berkecambah dari benih pada berbagai tanaman dibutuhkan
paling tidak sebesar 85% sebagai indikator penting dalam memprediksi
pertumbuhan dan produksi tanaman. Benih yang memiliki vigor rendah umumnya
cepat mengalami kemunduran benih, sempitnya keadaan lingkungan dimana benih
dapat tumbuh, kecepatan berkecambah menurun, kepekaan akan serangan hama
dan penyakit, meningkatnya jumlah kecambah abnormal dan rendahnya hasil
tanaman (Krisnawati dan Adie, 2018).
Indikator fisik kemasakan benih adalah bahan kering yang terakumulasi
dalam benih, sedangkan tanda non fisik atau fisiologi dari kemasakan benih
adalah viabilitas dan vigor benih. Semakin masak benih, maka viabilitas dan vigor
semakin tinggi. Dalam penelitian ini variabel viabilitas diwakili oleh data daya
kecambah, sedangkan variabel vigor diwakili oleh keserempakan tumbuh. pada
perlakuan waktu panen setelah masak fisiologis (SMF) benih sempat mengalami
fase pengisian maksimum, namun akibat penundaan waktu panen banyak benih
mengalami proses metabolisme (respirasi) lanjut sehingga beratnya menjadi
berkurang (berat 1000 butir benih lebih rendah). Di samping itu waktu panen
SMF beberapa benih juga mengalami proses perkecambahan di dalam polong dan
ada gejala serangan jamur sehingga tidak layak dipakai untuk benih, dan hal ini
juga menyebabkan persentase benih baik yang didapat menurun jika dibandingkan
dengan waktu panen MF (Suryawan et al, 2019).
Jika nilai keserempakan tumbuh lebih besar dari 70% mengindikasikan
vigor kekuatan tumbuh sangat tinggi dan keserempakan kurang dari 40%
mengindikasikan kelompok benih yang kurang vigor. Keserempakan tumbuh
benih yang tinggi mengindikasikan vigor kekuatan tumbuh absolute yang tinggi
Nilai Keserempakan Tumbuh benih yang menunjukkan nilai peubah dari
parameter vigor benih menggambarkan potensi benih untuk cepat tumbuh,
munculnya seragam dan pengembangan bibit normal dalam berbagai kondisi
lapangan (Ningsih et al, 2019).
8

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Bahwa untuk memenuhi standar mutu yang ditetapkan, produksi benih bina
harus melalui sertifikasi yang meliputi: a) pemeriksaan, b) pengujian
laboratorium untuk mutu benih yang meliputi mutu genetis, fisiologis dan
fisik, dan c) pengawasan pemasangan label.
2. Pada umumnya parameter untuk viabilitas benih yang digunakan adalah
persentase perkecambahan yang cepat dan pertumbuhan perkecambahan kuat.
3. Viabilitas merupakan tolok ukur bahwa benih mengandung struktur dan
substansi, sedangkan vigor benih adalah kondisi benih yang menentukan
potensi untuk tumbuh cepat, seragam dan tumbuh normal dalam berbagai
kondisi lapangan.
4. Dalam pembentukan benih cahaya sangat berperan penting dalam
perkembangan biji. meningkatnya intensitas cahaya matahari akan
berpengaruh terhadap perkembangan biji, hal ini dikarenakan fotosintat yang
dihasilkan akan ditransfer pada proses pengisian biji sehingga ukuran biji dan
jumlahnya akan maksimal.
5. Jika nilai keserempakan tumbuh lebih besar dari 70% mengindikasikan vigor
kekuatan tumbuh sangat tinggi dan keserempakan kurang dari 40%
mengindikasikan kelompok benih yang kurang vigor.
3.2 Saran
Falislitas teknologi budidaya benih sebaiknya diperbanyak agar dapat
menghasilkan produk benih dengan kualitas dan berkuantitas baik dan juga
menghasilkan produk yang optimal bagi konsumen yang membeli benih.
9

DAFTAR PUSTAKA

Krisnawati A, Muhammad Muchlish A. 2018. Pengaruh Posisi Biji Pada Polong


Terhadap Perkecambahan Benih Beberapa Varietas Lokal Bengkuang
(Pachyrizus erosus L.). Jurnal Biologi Indonesia, 14(2): 175-183.

Murni N, Achyani, Handoko S. 2018. Pengaruh Amplitude Sonic Bloom Single


Tone Terhadap Perkecambahan Benih Tomat Cherry (Lycopersicum
cerasiforme Mill.) Sebagai Desain Sumber Belajar Biologi. Jurnal
BIOEDUKASI, 9(2): 154-165.

Ningsih NDR, I Gusti NR, I Ketut S, Gusti NAS. 2018. Pengujian Mutu Benih
Beberapa Jenis Tanaman Hortikultura yang Beredar di Bali. Jurnal
Agroekoteknologi Tropika, 7(1): 64-72.

Pandango S, I Ketut W, Putu LYS. 2019. Pengaruh Lama Perendaman Benih


Dengan Bakteri Bacillus Spp Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman
Kacang Tanah (Arachis hypogaea L). AGRIMETA, 8(16): 50-55.

Putra BS, Kristanti IP. 2017. Pengaruh Mutagen Kimia EMS (Ethyl Methane
Sulphonate) Terhadap Daya Berkecambah Benih Tanaman Tembakau var.
Marakot. Jurnal Sains dan Seni Pomitis, 6(2): 89-92.

Rahmianna AA, Joko P, Didik H. 2015. Pemanfaatan Biji Keriput Kacang Tanah
sebagai Benih. IPTEK Tanaman Pangan, 10(2): 57-68.

Sari W, M Fadhil F. 2017. Pengaruh Media Penyimppanan Benih Terhadap


Viabilitas dan Vigor Benih pada Padi Pandanwangi. Agroscience, 7(2):
300-310.

Sekoh R, Selvie T, Adeleyda MWL. 2021. Kajian Mutu Benih Tanaman Jagung
Pulut (Zea mays Ceratina L.) Di Kabupaten Bolaang Mongondow.
COCOS, 2(2): 1-11.

Suhendra D, Yudi T, Siti HYS, Zahlul I. 2019. Efek Lama Perendaman Terhadap
Perkecambahan Benih Rosela (Hibiscus sabdariffa L.). Jurnal
Agroplasma, 6(2): 19-22.

Suryawan KLL, I Gusti NR, Ida AM, I Ketut AW. 2019. Perbedaan Umur Panen
terhadap Hasil dan Mutu Benih Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris L.).
Jurnal Agroekoteknologi Tropika, 8(4): 436-446.

Widajati E, Endang M, Endah EP, Tatiek K, Abdul Q, Suhartanto MR. 2013.


Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. IPB Press. Bogor.
10

Yuyun I, Rahmat AS. 2017. Rasio Tanaman Induk Jantan dan Betina Serta
Penambahan Pupuk Boron Pada Tanaman Jantan Terhadap Produksi dan
Mutu Benih Jagung Manis (Zea mays). Agriprima, 1(1): 1-11.

Anda mungkin juga menyukai