Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF


DENGAN TEKNIK TUNAS PADA TANAMAN PISANG
(Musa sp.)”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Perbanyakan Tanaman
secara Vegetatif

Disusun oleh :
Yolanda Putri (4442200012)
Rahmaisyah Payakun (4442200103)

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan kasih-Nya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah
penulis terima, serta petunjuk-Nya sehingga memberikan kemampuan dan
kemudahan bagi penulis dalam penyusunan makalah ini. Solawat beserta salam
tidak pernah lupa penyusun hanturkan untuk Nabi Muhammad SAW. Penyusun
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses
pembuatan makalah ini hingga selesai, yaitu: Dr. Ratna Fitry Yenny dan Dr.
Zahratul Milah selaku dosen pengampu Mata Kuliah Perbanyakan Tanaman
secara Vegetatif.
Sesuai dengan judul yang telah disebutkan di atas, dalam penyusunan
makalah ini kami membahas mengenai perbanyakan tanaman secara vegetatif,
teknik perbanyakan tanaman vegetatif alami dengan cara tunas pada tanaman
pisang, prinsip, syarat, metode, serta manfaat perbanyakan tanaman vegetatif
alami dengan cara tunas. Tujuan penyusunan makalah ini selain untuk memenuhi
salah satu tugas Mata Kuliah Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif, kami juga
melakukannya sebagai bahan pembelajaran untuk lebih mendalami tentang materi.
Penyusun menyadari makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi
kesempurnaan makalah berikutnya. Harapan penyusun, semoga makalah ini dapat
membawa manfaat bagi kita semua, mahasiswa/i Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa khususnya Fakultas Pertanian Jurusan Agroekoteknologi. Penulis juga
berharap laporan ini dapat memberikan kesan positif bagi pembaca untuk
menumbuhkan daya nalar, pengetahuan, dan pola pikir.

Serang, Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II ISI
2.1 Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif...................................................3
2.2 Kelemahan dan Keunggulan Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif....4
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif
Alami............................................................................................................. 5
2.4 Perbanyakan Tanaman Pisang Secara Vegetatif dengan Teknik Tunas. . 6
2.5 Persyaratan Perakaran dan Pertunasan Perbanyakan Vegetatif Tanaman 6
2.6 Prosedur Perbanyakan Vegetatif Tunas Tanaman Pisang....................... 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 13

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam melestarikan keturunan atau kelansungan hidup tanaman
hortikultura terdapat istilah perbanyakan tanaman, yang mana merupakan
upaya pembiakan tanaman yang dikendalikan oleh manusia sesuai dengan
tujuannya, sehingga menciptakan generasi baru dari suatu tanaman agar tidak
terjadi kepunahaan. Perbanyakan tanaman terdapat perbanyakan dengan cara
generatif atau seksual, dan perbanyakan vegetatif atau tidak kawin (aseksual).
Pada makalah ini, fokus kepada perbanyakan tanaman secara vegetatif.
Perbanyakan vegetatif dapat terjadi karena setiap sel tanaman mengandung gen
yang mampu tumbuh dan berkembang menjadi tanaman baru yang normal
asalkan lingkungan tempat ditumbuhkannya mendukung untuk proses tumbuh
dan kembang. Pada perbanyakan ini memerlukan organ atau bagian vegetatif
tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Biasanya yang digunakan
sebagai bahan pembiakan yakni batang, akar, dan daun.
Tanaman dapat membiak menggunakan organ vegetatif secara alami
maupun secara buatan. Pada vegetatif alami pembiakan tanaman muda akan
tumbuh dan berkembang dari bagian-bagian vegetatif tanaman induknya,
seperti melalui biji apomiktis (terdapat di dalam biji yang di peroleh dari proses
perkawinan tidak sempurna), atau melalui organ khusus suatu tanaman, tanpa
adanya campur tangan manusia sehingga terjadi secara alamiah, yakni seperti
melalui tunas, umbi dan geragih (stolon). Contoh tanaman yang dikembangkan
secara vegetatif alami yakni pisang, yang mana melalui tunas. Sedangkan
vegetatif buatan akan terjadi pada tanaman yang memiliki kambium, dan pada
tanaman berkeping dua (dikotil). Perbanyakan buatan dapat dilakukan
contohnya dengan cara cangkok, stek, dan merunduk (Santoso, 2019).
Pisang (Musa sp.) merupakan tanaman tropis yang sangat populer.
Buahnya digemari dan telah dikirimkan ke berbagai belahan dunia. Indonesia
memiliki keanekaragaman buah pisang yang tinggi. Setidaknya
terdapat beberapa varietas buah pisang unggulan yang membanjiri pasar-pasar

1
lokal maupun ekspor. Buah pisang merupakan buah yang kaya akan kandungan
vitamin, kalsium protein, mineral, lemak, maupun zat besi. Selain itu
kandungan asam triptophan yang tinggi sangat efektif untuk meredakan gejala
stress. Banyaknya manfaat dan keuntungan yang dapat diperoleh pada buah
pisang membuat konsumsi buah pisang semakin hari semakin meningkat.
Selain itu faktor harga yang relatif stabil di pasaran membuat banyak petani
saat ini yang beralih untuk tanam pisang.
Salah satu faktor penentu berhasil tidaknya suatu usaha budidaya
tanaman adalah ketersediaan bibit yang berkualitas. Termasuk dalam usaha
budidaya tanaman pisang, bibit pisang yang memiliki kualitas baik berpeluang
untuk menghasilkan buah pisang yang baik pula, baik kualitas maupun
kuantitasnya. Kriteria bibit pisang berkualitas yaitu bibit yang berasal dari
indukan yang sehat, bebas dari hama dan penyakit. Untuk menyediakan bibit
pisang adalah dengan memanfaatkan rumpun pisang sehat. Bibit bisa diperoleh
dari tunas, tunas anakan, bonggol dan bit yang dapat diperbanyak secara
tradisional maupun kultur jaringan.
Tanaman pisang diperbanyak secara vegetatif alami, yaitu dengan
memanfaatkan tunas atau anakan yang berasal dari perakaran tanaman maupun
tunas yang berasal dari bonggol. Untuk memperbanyak tanaman pisang dengan
teknik tunas diperlukan beberapa persyaratan dan prosedur yang harus
dilakukan sehingga didapatkan bibit tanaman pisang yang baik, bukan hanya
dari segi kuantitas namun juga dari segi kualitasnya. Oleh karena itu diperlukan
pemahaman mengenai perbanyakan tanaman pisang dengan teknik tunas.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yakni memahami jenis teknik
dalam pembiakkan tanaman secara vegetatif, khususnya vegetatif alami dengan
teknik tunas, serta mengetahui pembiakkan teknik tunas pada tanaman pisang
(Musa sp.).

2
BAB II
ISI

2.1 Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif


Salah satu proses perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian-
bagian vegetatif pada tanaman seperti akar, batang, atau daun untuk
menghasilkan tanaman baru yang sama dengan induknya tanpa proses
perkawinan. Prinsip dari perbanyakan vegetatif yakni merangsang tunas
adventif yang ada di bagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman
sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun sekaligus. Menurut
Wiraatmaja (2017), pembiakkan secara vegetatif dilakukan ditujukan agar
tanaman yang dihasilkan menyerupai sifat induknya. Sementara buah akan
berubah dalam ukuran, bentuk, warna, mutu, waktu pematanganm susunan
kimianya dan lain sebagainnya. Penyebab dilakukannya pembiakan vegetatif
ini yakni karena agar tanaman yang tidak menghasilkan atau sedikit
menghasilkan biji, tanaman menghasilkan biji tapi sulit berkecambah, beberapa
tanaman lebih resistem terhadap hama dan penyakit bila tumbuh pada akar
yang berhubungan dengan tanaman tersebut, dan tanaman juga lebih ekonomis
bila dibiakkan secara vegetatif.
Banyak cara pembiakkan vegetatif yang bisa dilakukan, dan pemilihan
dari macam cara tersebut bergantung pada tanaman dan tujuan pembiakkan
nya. Pembiakan vegetatif terbagi menjadi dua yakni pembiakan secara alami
dan buatan. Secara alami dapat dilakukan dengan pembiakan menggunakan
tunas, umbi, spora, atau bagian bagian khusus tanaman. Secara buatan dapat
dilakukan dengan stimulasi akar dan tunas adventif, penyambungan tanam dan
kultur jaringan. Pada pembiakan vegetatif alami melalui biji apomiktis
diperoleh di dalam biji yang berasal dari proses perkawinan tidak sempurna.
Perkawian tidak sempurna disebabkan tidak terjadinya penyatuan antara inti sel
kelamin jantan dan betina, arti lainnya pembelahan meiosis nya belum
sempurna. Proses ini terjadi di dalam sel induk megaspore dan organ terbentuk
langsung dari sel diploid. Pembiakan melalui organ khusus tanaman dapat
dilakukan di bagian vegetatif tanaman yang mengalami modifikasi dari

3
perkembangan seharusnya, sehingga bentuknya berubah dan berbeda dengan
bentuk organ semestinya. Modifikasi tersebut dapat berupa modifikasi pada
bentuk dan fungsi organ akar maupun batang. Adapun organ khusus tanaman
yang dimaksud seperti umbi lapis (bulbs), rhizome (rimpang atau akar tinggal),
stolon (runners), tunas (suckers), tunas adventif, dan lain sebagainya.

2.2 Kelemahan dan Keunggulan Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif


Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, teknk pembiakan
vegetatif tanaman pun ikut berkembang. Beberapa teknik yang telah disebutkan
diatas, pada perbanyakan tanaman secara vegetatif baik vegetatif alami maupun
buatan tentu memiliki keuntungan dan kerugian dalam proses pembiakan nya.
Tanaman hasil dari proses pembiakan secara vegetatif biasanya hasilnya akan
seragam dan identic dengan tanaman induknya, dan akan terhindar dari segala
penyakit tanah yang biasa terjadi saat proses pembibitan. Umumnya tanaman
juga akan lebih cepat mencapai periode matang atau dewasa, sehingga lebih
cepat menghasilkan organ generative, buah maupun bunga nya. Jika di tinjau
dari segi ekonomi, pada beberapa jenis tanaman pembiakan dengan cara
vegetatif ini akan relative lebih murah, dengan adanya perubahan genetic pada
tanaman yang heterozigot (Santoso, 2010).
Kekurangan perbanyakan tanaman secara vegetatif yaitu apabila
tanaman induk yang digunakan sebagai bahan perbanyakan sudah mengalami
infeksi atau penyakit sejak sebelum dipergunakan, maka penyakit dan virus
tersebut akan tetap tersebar pada tanaman hasil perbanyakan. Meskipun murah
namun kebutuhan bahan perbanyakan tanaman sangat banyak dan relative akan
mempersulit pengangkutan. Bahan yang dipergunakan untuk perbanyakan
memiliki masa simpan yang sangat singkat. Dikarenakan keturunan yang
dihasilkan nya identic secara seragam maka lebih memudahkan hama untuk
menyerang dan penyakit akan menyebar secara serentak. Dalam
pelaksanaannya, penerapan teknik mekanisasi pada prosesnya sulit utuk
dilakukan (Santoso, 2010).

4
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif
Alami
Secara alami, perkembangbiakan vegetatif terjadi karena terbentuknya
tunas pada organ-organ non reproduktif seperti daun, akar, dan batang.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat juga dilakukan secara buatan
melalui stek, cangkok, okulasi, grafting, dan kultur jaringan.
Menurut Wiratmaja (2017), terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangbiakan vegetatif secara alami, yaitu antara lain :
1. FaktorSuhu/TemperaturLingkungan.
Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh
kembang, reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang
baik bagi tumbuhan adalah antara 22 oC sampai dengan 37oC. Temperatur yang
lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan
yang lambat atau berhenti
2. FaktorKelembaban/KelembapanUdara
Kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta
perkembangan tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi
tumbuhan di mana tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah serta
berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada pembentukan sel yang
lebih cepat.
3. Faktor Cahaya Matahari
Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan
fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan
cahaya matahari, maka tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu
kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar mentari dapat
menghambat proses pertumbuhan.
4. Faktor Hormon
Hormon pada tumbuhan juga memegang peranan penting dalam proses
perkembangan dan pertumbuhan seperti hormon auksin untuk membantu
perpanjangan sel, hormon giberelin untuk pemanjangan dan pembelahan sel,
hormon sitokinin untuk menggiatkan pembelahan sel dan hormon etilen untuk
mempercepat buah menjadi matang.

5
2.4 Perbanyakan Tanaman Pisang Secara Vegetatif dengan Teknik Tunas
Tunas adalah bagian tumbuhan yang baru tumbuh dari kecambah atau
kuncup yang berada di atas permukaan tanah/media. Tunas dapat terdiri dari
batang, ditambah dengan daun muda, calon bunga, atau calon buah. Tunas
merupakan bentuk perkembangbiakan vegetatif tanaman secara alami, artinya
terjadi secara alami tanpa campur tangan manusia.
Menurut tunas terbagi menjadi 2 jenis yaitu tunas lateral dan tunas
adventif. Tunas adventif dapat terbentuk di berbagai bagian tumbuhan karena
dapat dideferensiasi dari hampir setiap jenis jaringan. Tunas adventif pada
awalnya berbentuk tonjolan pada permukaan tanaman lalu berkembang
menjadi pucuk. Pertumbuhan tunas adventif ini didorong oleh keberadaan
hormon pertumbuhan sitokinin. Tunas adventif kemudian akan melakukan
diferensiasi juga pembelahan selnya sendiri. Tunas adventif akan membentuk
akar untuk mengambil nutrisi selama pertumbuhan. Jaringan meristem akan
terus membelah sehingga tumbuh menjadi tumbuhan baru. Karena tidak terjadi
peleburan gamet (perkawinan), tumbuhan yang terbentuk dari tunas adventif
memiliki genotipe yang sama persis dengan induknya. Sehingga ciri
fisiknyapun sama persis dengan tanaman awalnya.
Menurut Suyanti & Supriyadi (2008), tanaman pisang pada umumnya
selalu diperbanyak secara vegetatif, yaitu dengan menggunakan tunas anakan
(sucker) yang tumbuh dari bonggolnya. Cara pemisahan anakan dari satu induk
pisang ini hanya memperoleh sekitar 5-10 anakan pertahun. Cara lain menurut
Cahyono (1995), dapat juga dilakukan dengan cara membelah-belah bonggol
dari tanaman pisang sesuai dengan jumlah mata tunas yang ada, tetapi jumlah
tunas anakan yang diperoleh juga tidak banyak produktif.

2.5 Persyaratan Perakaran dan Pertunasan Perbanyakan Vegetatif


Tanaman
Untuk dapat dilakukan kegiatan perbanyakan tanaman secara vegetatif,
diperlukan persyaratan yang harus terpenuhi oleh tumbuhan sehingga dapat
dilakukan kegiatan perbanayakan. Persyaratan tersebut terdiri dari persyaratan
perakaran dan pertunasan.

6
Tunas berasal dari pohon induk bukan dari anakan dewasa.
Keberadaan mata tunas yang sehat merupakan keberhasilan pertumbuhan awal
daripada bahan bibit. Oleh karena itu adanya mata tunas pada organ khusus
tersebut memegang peranan penting. Sesaat setelah tunas tumbuh dan
berkembang membentuk tajuk muda dan daun-daun yang terbentuk telah
melakukan kegiatan fotosintesis, maka keberadaan akar-akar sudah harus
mendukung pertumbuhan berikutnya (Santoso, 2019). Bagi bahan bibit dengan
cadangan makanan yang baik (kualitas maupun kuantitas) sangat mendukung
pertumbuhan sebelum bahan bibit tersebut membentuk sistim perakaran
sendiri. Tunas yang diambil dari anakan dewasa pertumbuhannya kurang baik,
mudah terserang penyakit dan bahkan bisa mati bujang. Tinggi tunas 20-40 cm.
Bentuk bonggol besar ke bawah, terlihat sehat, kuncup daun baik.
Berdasarkan tipe pertunasannya, tunas dapat dikelompokkan
berdasarkan fungsi dan berdasarkan lokasi. Berdasarkan fungsinya, tunas
dikelompokkan menjadi : a). Tunas vegetatif, yaitu proses perkembangbiakan
yang terjadi tanpa melalui proses penyerbukan atau pembuahan; b). Tunas
reproduktif, yaitu proses pekembangbiakan tumbuhan baru dari tumbuhan
induknya.
Sedangkan pengelompokan tunas berdasarkan lokasi, tunas di
a) Tunas Terminal adalah tunas ini diapit oleh bakal daun (primordium) dan
terletak di ujung batang yang memugkinkan tumbuhan tumbuh ke atas.
b) Tunas adventif adalah tunas yang keluar dari tempat yang bukan biasanya
atau bisa disebut tunas abnormal.
c) Tunas Aksila, ialah tunas yang tumbuh pada sudut antara daun dan batang
tumbuhan.
d) Tunas Lateral, ialah jenis tunas yang ada pada sisi batang, dan biasanya
tumbuh pada sumbu daun sehingga disebut dengan tunas ketiak, serta tunas
yang terbentuk tidak hanya satu melainkan lebih dari satu.
Ciri-ciri akar yang sudah siap untuk dipindahkan yaitu akar sudah
memiliki bagian bagian yang lengkap, bagian-bagian akar tersebut meliputi
epidermis, korteks, endodermis, dan silinder pusat (stele) yang terdiri dari
perisikel, xilem serta floem. Dan juga akar tanaman siap dipindahkan ketika

7
akar sudah berumur 1-3 bulan, dimana tanaman sudah memiliki jumlah akar
dan percabangan akar yang banyak dan lebat.
Sistem perakaran pebanyakan vegetative pada tanaman dengan teknik
bertunas seperti contohnya pada tanaman pisang memiliki system berupa akar
adventif yang lunak. Akar premier akan muncul secara berkelompok tiga atau
empat, dari permukaan silinder pusat sepanjang rhizome. Dari akar-akar
premier berkembang system perakaran sekunder dan tersier, jemudian di dekat
ujung akar dari akar primer dan lateral tumbuh rambut akar. Efektifitas dari
daya serap tanaman ditentukan oleh jumlah akar primer dan daya tembus akar
dalam tanah. Penyebaran akar dipengaruhi oleh jenis, kerapatan dan drainase
tanah. Tanaman bertunas dapat ditumbuh pada ketinggian di bawah 500 m di
atas permukaan laut (dpl) dan keasaman tanah pada pH 4,5 – 7,5. Tanaman
baru akan tumbuh dari mata tunas yang ada pada bonggol. Umumnya tumbuh
secara optimal di daerah yang memilki ketinggian antara 400 m – 600 m dpl.
Di dataran tinggi umur tanaman hingga berbuah menjadi lama dan kulitnya
tebal (Adinugraha et al, 2017).
Menurut Durner (2013), tunas dapat tumbuh bila keseimbangan hormon
tanaman terganggu, seperti hormon auksin yang berkurang sementara akar
akan terus memproduksi sitokinin yang kemudian diangkut menuju tunas, dan
menstimulasi pertumbuhan tunas dengan meningkatkan pembelahan sel. Saat
tunas berkembang, ia akan memproduksi auksin dan giberelin dalam jumlah
banyak yang memacu pertumbuhan tunas.
Secara umum pertumbuhan tunas pada tanaman perbanyakan di
pengaruhi oleh factor internal maupun factor eksternal. Faktor internal terkait
dengan kondisi induk tanaman, hal tersebut dilihat dari jenis tanaman, umur
tanaman, factor genetic, ukuran diameter batang. Faktor eksternal yang
berpengaruh antara lain tempat tumbuh, kesuburan tanah, waktu dan musim,
dan kondisi lingkungan (Faridah et al, 2009).

2.6 Prosedur Perbanyakan Vegetatif Tunas Tanaman Pisang


a. Perbanyakan Tanaman Pisang Melalui Tunas Anakan

8
Tanaman pisang yang diperbanyak dengan tunas anakan diperoleh dari
tunas (sucker) yang tumbuh pada bonggol pisang induk, yakni berupa tunas
yang daunnya belum keluar atau tunas yang daunnya sudah muncul namun
masih menggulung sehingga berbentuk seperti pedang dengan tinggi kisaran
100 cm.

Gambar 1. Bibit Pisang dengan Cara Tunas Anakan


Prosedur perbanyakan tanaman pisang melalui tunas anakan dilakukan
dengan cara :
1. Bibit yang berasal dari tunas dipilih dari rumpun dan kawasan indukan
yang baik dan sehat.
2. Tunas anakan dibongkar menggunakan alat bantu seperti cangkul,
plancong.
3. Tunas anakan dikumpulkan di tempat yang teduh, bonggol dibersihkan
dari tanah yang menempel, daun dipangkas dan yang disisakan hanyalah
daun yang masih menggulung.
4. Bibit tunas anakan diseleksi menurut ukurannya untuk mendapatkan bibit
yang seragam.
5. Dilakukan perendaman dengan disinfektan atau fungisida untuk
menghindari kontaminan yang terbawa.
6. Bibit berupa tunas anakan dapat ditanam langsung di lapang.
7. Apabila bibit tunas anakan didatangkan dari daerah lain, maka proses
pengangkutan bibit dalam kondisi tegak tidak boleh ditumpuk, serta
bonggoldibungkus dengan kantung plastik.
b. Perbanyakan Tanaman Pisang Melalui Tunas yang Berasal dari Bonggol

9
Selain perbanyakan tanaman pisang melalui bibit yang berasal dari
tunas anakan, perbanyakan tanaman pisang juga dapat dilakukan melalui tunas
yang berasal dari bonggol.

Gambar 2. Tunas yang Tumbuh Melalui Bonggol Pisang yang Siap


Dipisahkan
Adapun prosedur perbanyakan bibit tunas pisang yang berasal dari
bonggol dilakukan dengan cara :
1. Memilih bonggol dari tanaman induk yang memiliki kualitas maupun
kuantitas produksi yang bagus, sehat dan terbebas dari hama maupun
penyakit.
2. Bersihkan bonggol dan buang akarnya dengan tidak merusak mata tunas.
3. Belahlah bonggol menurut ukuran mata tunas dengan ukuran 10 x 10 x
10 cm. Tunas-tunas yang tumbuh dari bonggol yang diperlakukan ini
merupakan generasi kedua (G2S).
4. Melakukan pencelupan bibit tunas dengan desinfektan selama 20 menit
atau rendam menggunakan air hangat dengan suhu 55 oC selama 10-15
menit untuk mengurangi resiko serangan nematoda.
5. Melakukan pencelupan bibit tunas ke dalam larutan fungisida sistemik
dengan dosis 2-5% untuk mengurangi resiko serangan penyakit pada
bonggol.
6. Menyiapkan media tumbuh yang merupakan campuran tanah dan pupuk
kompos atau pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 di dalam
polybag, atau dapat juga berupa bedengan yang telah disiapkan,
kemudian disemai.

10
7. Tiga bulan setelah tumbuh tunas berukuran lebih kurang 15 cm atau
tunas generasi ketiga (G3S) dan sudah dapat diperlakukan seperti tunas
anakan generasi pertama untuk merangsang tumbuhnya tunas-tunas baru.
8. Bibit yang siap ditanam setelah usia tanam 3-4 bulan.

2.7 Manfaat Perbanyakan Vegetatif Teknik Tunas Tanaman Pisang


Terdapat beberapa manfaat melakukan perbanyaakan vegetatif secara
alami khususnya dengan menggunakan metode teknik tunas ini, yakni antara
lain dapat menghasilkan keturunan dengan kualitas sama dengan induknya,
proses reproduksinya cepat, dapat menghasilkan tanaman tanpa melalui biji,
dan dapat tumbuh pada lapisan tanah dangkal. Selain itu perbanayakan
vegetatif dengan teknik tunas dirasa sangat mudah dan murah.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perbanyakan tanaman merupakan salah satu aspek penting dalam budidaya
tanaman. Tanaman dapat membiak menggunakan organ vegetatif secara alami
maupun secara buatan, dengan berbagai teknik dan cara. Perbanyakan
vegetative alami berasal dari bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang,
ranting, pucuk daun, umbi, tunas, dan akar, tanpa melalui perkawinan atau
tidak menggunakan biji dari tanaman induk secara alami tanpa bantuan campur
tangan manusia. Contoh nya tanaman pisang yang membiak secara alami
secara tunas. Teknik tunas ini, yakni antara lain dapat menghasilkan keturunan
dengan kualitas sama dengan induknya, dengan biaya yang mahal.

12
DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha A. H, Waris dan Hasnah M.T. 2017. Pertumbuhan Tunas Beberapa


Klon Jati Terseleksi setelah Pemangkasan di Persemaian. Jurnal Ilmu
Kehutanan. 2 : 109-117
Cahyono, D. 1995. Kultur Jaringan. Jakarta : Penebar Swadaya.
Durner EF. 2013. Principles of Horticultural Physiology. Guttenberg Press Ltd.
India.
Faridah E, Indrioko S, Tuharno. 2009. Tunas air : Variasi Kemunculan dan
Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jati (Tectona grandis).
Jurnal Ilmu Kehutanan. Vol. 3(1) : 23-24.
Santoso, B. B. 2019. Pembiakan Vegetatif dalam Hortikultura. Unram Press.
Suyanti & Supriyadi, A, 2008, Pisang Budi Daya Pengolahan dan Prospek
Pasar. Jakarta : Penebar Swadaya.
Wiraatmaja, W. I. 2017. Bahan Ajar Pembiakan Vegetatif Secara Alamiah dan
Buatan. Bali : Universitas Udayana

13

Anda mungkin juga menyukai