DENGAN STEK
Oleh :
Nim : 180301033
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SAMUDRA
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
3
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
Untuk memperoleh bibit yang unggul sebaiknya perbanyakan dilakukan
dengan cara pembiakan vegetatif. Hal ini disebabkan pada pembiakan vegetatif
akan diperoleh hasil yang yang mewarisi seluruhsifat iduk tanaman, sehingga
kinerja genotipe unggul yang terdapat pada pohon induk akan diulangi secara
konsisten pada keturunan.
1.2 Tujuan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
menyentuh again mata tunas, dengan demikian nantinya stek yang diharapkan
akan berhasil ( Aak, 1991 ).
Perbanyakan dengan cara stek adalah perbanyakan tanaman dengan
menumbuhkan potongan/bagian tanaman seperti akar, batang atau pucuk
sehingga menjadi tanaman baru. Stek pucuk umum dilakukan untuk perbanyakan
tanaman buah- buahan. Dengan kata lain setek atau potongan adalah
menumbuhkan bagian atau potongan tanaman, sehingga menjadi tanaman baru
(Yustina, 1994).
Perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan secara alamiah
yaitu perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan
biji dari tanaman induk yang terjadi secara alami tanpa bantuan campur tangan
manusia. Perbanyakan tanaman secara vegetatif alamiah dapat terjadi melalui
tunas, umbi, rizoma, dan geragih (stolon). Perbanyakan tanaman secara
vegetative juga dapat dilakukan secara buatan yaitu perbanykan tanaman tanpa
melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi
secara buatan dengan bantuan campur tangan manusia. Tanaman yang biasa
diperbanyak dengan cara vegetative buatan adalah tanaman yang memiliki
kambium. Tanaman yang tidak memiliki kambium atau bijinya berkeping satu
(monokotil) umumnya tidak dapat diperbanyak dengan cara vegetatif buatan.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dapat dilakukan dengan cara stek,
cangkok, dan merunduk (layering). Selain itu, perbanyakan tanaman dapat
dilakukan dengan cara okulasi dan sambung (grafting) (Rahman, Maria, dan
Yomi, 2012).
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi stek
Regenerasi akar dan pucuk dipengaruhi oleh faktor intern yaitu dari
tanaman itusendiri dan ekstern yaitu dari lingkungan sekitar. Salah satu faktor
intern yangmempengaruhi regenerasi akar dan pucuk adalah fitohormon yang
berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh. Faktor intern yang paling penting dalam
mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk pada stek adalah faktor genetik. Jenis
tanaman yang berbeda mempunyai regenerasi yang berbeda pula. Untuk
menunjang keberhasilan perbanyakan tanaman dengan cara stek, tanaman
sumber seharusnya memiliki sifat- sifat unggul serta tidak terkena hama dan
8
penyakit. Selain itu, manipulasi terhadap kondisi lingkungan dan status fisiologi
tanaman sumber juga penting dilakukan agar tingkat keberhasilan stek tinggi.
Terbentuknya akar pada stek merupakan indikasi keberhasilan dari stek. Adapun
hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek adalah faktor
lingkungan dan faktor dari dalam tanaman.
1. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek
yaitu: media perakaran, suhu, kelembaban, dan cahaya. Media perakaran
berfungsi sebagai pendukung stek selama pembentukan akar, memberi
kelembaban pada stek, dan memudahkan penetrasi udara pada pangkal stek.
Media perakaran yang baik menurut Hartman (1983) adalah yang dapat
memberikan aerasi dan kelembaban yang cukup, berdrainase baik, serta bebas
dari patogen yang dapat merusak stek. Media perakaran stek yang biasa
dipergunakan adalah tanah, pasir, campuran gambut dan pasir, perlite dan
Vermikulit. Suhu perakaran optimal untuk perakaran stek berkisar antara 21oC
sampai 27oC pada pagi dan siang hari dan 15oC pada malam hari. Suhu yang
terlampau tinggi dapat mendorong perkembangan tunas melampaui
perkembangan perakaran dan meningkatkan laju transpirasi.
2. Faktor Dari Dalam Tanaman
Kondisi fisiologis tanamn mempengaruhi penyetekan adalah umur bahan
stek, jenis tanaman, adanya tunas dan daun muda pada stek, persediaan bahan
makanan, dan zat pengatur tumbuh.
a. Umur Bahan Stek
Stek yang berasal dari tanaman muda akan lebih mudah berakar dari pada
yang berasal dari tanaman tua, hal ini disebabkan apabila umur tanaman semakin
tua maka terjadi peningkatan produksi zat-zat penghambat perakaran dan
penurunan senyawa fenolik yang berperan sebagai auksin kofaktor yang
mendukung inisiasi akar pada stek.
b. Jenis Tanaman
Tidak semua jenis tanaman dapat dibiakkan dengan stek. Keberhasilan
dengan cara stek bergantung pada kesanggupan jenis tersebut untuk berakar. Ada
jenis yang mudah berakar dan ada yang sulit. Kandungan lignin yang tinggi dan
9
kehadiran cincin sklerenkim yang kontinyu merupakan penghambat anatomi
pada jenis-jenis sulit berakar, dengan cara menghalangi tempat munculnya
adventif.
c. Adanya Tunas dan Daun Pada Stek
Adanya tunas dan daun pada stek berperan penting bagi perakaran. Bila
seluruh tunas dihilangkan maka pembentukan akar tidak terjadi sebab tunas
berfungsi sebagai auksin. Selain itu, tunas menghasilkan suatu zat berupa auksin
yang berperan dalam mendorong pembentukan akar yang dinamakan Rhizokalin.
d. Persediaan Bahan Makanan
Persediaan bahan makanan sering dinyatakan dengan perbandingan antara
persediaan karbohidrat dan nitrogen (C/N ratio). Ratio C/N yang tinggi sangat
diperlukan untuk pembentukan akar stek yang diambil dari tanaman dengan C/N
ratio yang tinggi akan berakar lebih cepat dan banyak dari pada tanaman dengan
C/N ratio rendah.
e. Zat pengatur Tumbuh
Hormon berasal dari bahasa Yunani yang artinya menggiatkan. Hormon
pada tanaman menurut batasan adalah zat yang hanya dihasilkan oleh tanaman
itu sendiri yang disebut fitohormon dan zat kimia sintetik yang dibuat oleh ahli
kimia. Hormon tanaman (fitohormon) adalah “regulators” yang dihasilkan oleh
tanaman sendiri dan pada kadar rendah mengatur proses fisiologis tanaman.
Hormon biasanya mengalir di dalam tanaman dari tempat dihasilkannya ke
tempat keaktifannya. Salah satu hormon tumbuh yang tidak lepas dari proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah auksin. Dalam hubungan antara
pertumbuhan dan kadar auksin adalah sama pada akar, batang dan tunas yaitu
auksin merangsang pertumbuhan pada kadar rendah, sebaliknya menghambat
pertumbuhan pada kadar tinggi. Kadar optimum hormon untuk pertumbuhan akar
jauh lebih rendah kira-kira 1.100.000 dari kadar optimum untuk pertumbuhan
batang. Zat pengatur tumbuh Rootone-F termasuk dalam kelompok auksin.
Secara teknis Rootone-F sangat aktif mempercepat dan memperbanyak keluarnya
akar sehingga penyerapan air dan unsur hara tanaman akan banyak dan dapat
mengimbangi penguapan air pada bagian tanaman yang berada di atas tanah dan
secara ekonomis penggunaan Rootone-F dapat menghemat tenaga, waktu, dan
10
biaya. Cara pemberian hormon pada stek batang dapat dilakukan dengan cara
pemberian dengan perendaman, pencelupan dan tepung. Untuk metode
perendaman, konsentrasi zat pengatur tumbuh bervariasi antara 20 ppm sampai
200 ppm tergantung kemampuan jenis tersebut berakar. Dalam mengaplikasikan
hormon perlu diperhatikan ketepatan dosis, karena jikalau dosis terlampau tinggi
bukannya memacu pertumbuhan tanaman tetapi malah menghambat
pertumbuhan tanaman dan menyebabkan keracunan pada seluruh jaringan
tanaman.
Pertumbuhan stek dipengaruhi oleh interaksi faktor dalam dan faktor
lingkungan. Faktor dalam terutama meliputi kandungan cadangan makanan
dalam jaringan stek, ketersediaan air, umur tanaman (pohon induk), hormon
endogen dalam jaringan stek, dan jenis tanaman. Faktor lingkungan yang
mempengaruh keberhasilan penyetekan, antara lain: media perakaran,
kelembaban, suhu, intensitas cahaya dan teknik penyetekan. Media perakaran
stek yang digunakan sebaiknya memiliki aerasi dan drainase yang baik serta
ketersediaan air yang cukup. Ketersediaan cadangan makanan dan zat pengatur
tumbuh pada bahan stek merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan
stek. Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan pemilihan ukuran bahan
stek yang tepat dan pemberian zat pengatur tumbuh eksogen. Umur pohon induk
bahan stek sangat berpengaruh terhadap persen hidup, persen tunas, persen akar,
panjang akar, jumlah akar, biomasa akar stek. Bahan stek berasal dari tingkat
anakan lebih mudah bertunas dan berakar dibandingkan dengan bahan stek dari
pohon muda (belum berbuah) dan pohon dewasa (sudah berbuah) (Danu, 2011).
2.3 Jenis-jenis stek
Ada beberapa Teknik dalam metode stek, yaitu:
1. Stek batang
Stek batang dilakukan dengan cara diambil dari batang atau cabang pohon
induk. Beberapa tanaman yang bisa di perbanyak dengan teknik ini diantaranya
kedondong, jambu air, jeruk, bougenvil, kembang sepatu, mawar, dan melati.
Kadang- kadang stek batang yang ditanam sulit mengeluarkan akar sehingga
perlu diberi perlakuan khusus.
2. Stek pucuk (leafy cuttings)
11
Stek pucuk adalah metode perbanyakan vegetatif secara makro dengan
menumbuhkan terlebih dahulu tunas-tunas axilar pada media persemaian sampai
berakar sebelum dipindahkan ke lapangan. Dalam perkembangannya teknik ini
dilakukan dengan menggunakan matei yang berukuran kecil sehingga dikenal
mini cuttings dan micro cuttings seperti telah dikembangkan secara komersial
untuk jenis Eucalyptus spp di brazil.
3. Stek akar
Umunya bahan stek akar yang diambil adalah akar sekunder yang terbuka
dan telah menumbuhkan tunas baru serta potongan akar sekunder. Cara yang
dilakukan adalah dengan menggali dan memotong bagian akar sekunder. Apabila
bahan stek yang diambil berasal dari bagian akar yang telah menumbuhkan tunas
yaitu dengan cara menggali tanah sekitar tegakan,setelah terubusan akar terlihat
baru dilakukan pemotongan bagian akar dengan menyisakan sebagian akar dan
sebagian akar, sehingga berbentuk stump yang siap ditanam dalam polybag.
4. Stek Daun
Bahan awal perbanyakan yang dapat digunakan untuk stek daun berupa
lembaran daun. Bahan awal stek daun tidak akan menjadi bagian dari tanaman
baru. Penggunaan bahan yang mengandung kimera peiklinal dihindari agar
tanamantanaman baru yang dihasilkan bersifattype to type (Wudianto dan Rini
1991).
Akar dan tunas baru pada stek daun berasal dari jaringan meristem primer
atau meristem skunder. Masalah pada stek daun umumnya adalah pembentukan
tunas-tunas adventif, bukan akar adventif. Pembentukan akar adventif pada daun
lebih mudah disbanding pembentukan tunas-tunas adventif. Secara teknis stek
daun dilakukan dengan cara memotong daun dengan panjan 7,5-10 cm atau
memotong daun beserta petiolnya kemudian ditanam pada media (Nugroho
1992)
5. Stek Umbi
Pada stek umbi, bahan yang digunakan adalah umbi batang, umbi akar,
umbi
sisik dan lain-lain. Sebagai bahan perbanyakan, umbi dapat digunakan utuh atau
12
dipotong-potong dengan syarat setiap potongannya mengandung calon tunas.
Untuk menghindari busuk pasa setiap potongan umbi, maka umbi perlu
dierandap bakterisida dan fungisida (Jumin dan Hasan, 1994)
13
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
1.1 Waktu dan Tempat
A. Bahan
B. Alat
1) Cutter
2) Parang
3) Cangkul
4) Ember
5) Gelas air mineral
6) Air
14
5. Masukkan bahan stek kedalam gelas air mineral yang telah diisi dengan
larutan auksin 1 ppm.
6. Rendam selama 30 menit
7. setelah direndam selama 30 menit tiriskan dan tanam dengan posisi agak
miring.
8. Siram dengan air setelah ditanam untuk menjaga kelembapan
9. Dimasukkan kedalam naungan.
15
7. setelah direndam selama 30 menit tiriskan dan tanam dengan posisi agak
miring.
8. Siram dengan air setelah ditanam untuk menjaga kelembapan.
9. Masukkan kedalam naungan.
16
BAB IV
4.1 Hasil
A. Stek Batang
Berikut disajikan dalam tabel hasil pengamatan stek batang bunga kertas :
B. Stek daun
Berikut disajikan dalam tabel hasil pengamatan stek daun lidah mertua
17
1. Dengan auksin : 1/3x100%= 33,33%
2. Tanpa auksin : 0/3x100%=0
C. Stek akar
4.2 Pembahasan
Dari tabel dapat dilihat bahwa persentase tumbuh setek yang paling tinggi
yaitu tanpa auksin dengan pesentase tumbuh yaitu 100% sedangkan Tanpa
auksin memiliki persentase yaitu 66,66%. Dalam mengaplikasikan ZPT perlu
diperhatikan ketepatan dosis, karena bila dosis terlalu tinggi hasil yang
diperoleh akan berlawanan, bukannya memacu pertumbuhan tanaman tetapi
justru akan menghambat pertumbuhan tanaman dan menyebabkan keracunan
pada seluruh jaringan. Hal ini disebabkan karena stek batang yang diberi
auksin busuk, yang disebabkan oleh bebrapa faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah faktor lingkungan dan faktor
genetik. Keberhasilan perbanyakan suatu tanaman sangat tergantung pada
kualitas dan sifat genetik pohon induk, sedangkan pertumbuhan tanaman
sangat ditentukan oleh faktor lingkungan. Pertumbuhan stek sangat
dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut. Faktor lingkungan yang
18
mempengaruhi antara lain: kelembaban, suhu, cahaya, dan media perakaran
(unsur hara yang terkandung dalam media). Faktor dari dalam tanaman yang
mempengaruhi pertumbuhan stek adalah umur bahan tanaman, jenis tanaman,
persediaan bahan makanan, adanya tunas dan daun muda pada stek, dan zat
pengatur tumbuh (Huik, 2004).
Faktor lain yang menjadi faktor rendahnya potensi tumbuh stek adalah
kandungan karbohidrat. Kandungan karbohidrat akan mempengaruhi terhadap
pembentukan akar pada stek, karena rendahnya karbohidrat yang terkandung
dalam bahan stek akan mempengaruhi terhadapa keberhasilan stek.
Rendahnya kandungan karbohidrat dipengaruhi oleh masih mudanya bahan
stek ataupun bahan stek sudah tua, sehingga kandungan karbohidratnya
berkurang.
Dari tabel dapat dilihat bahwa persentase tumbuh setek yang paling tinggi
yaitu dengan auksin , dimana pesentase tumbuhnya yaitu 33,33% sedangkan tanpa
auksin tidak ada yang tumbuh. Hasil analisis pada Tabel menunjukkan bahwa
ZPT auksin berpengaruh terhadap pertumbuhan stek daun lidah mertua. Pengaruh
yang nyata terhadap panjang akar, jumlah akar. Hal ini mengindikasikan bahwa
pemberian ZPT auksin dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan stek
19
daun lidah mertua. Sesuai dengan fungsi dan manfaatnya bahwa ZPT tanaman
adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi rendah mendorong,
menghambat, atau secara kualitatif mengubah atau mempengaruhi proses-proses
fisiologis yang meliputi proses pertumbuhan, diferensiasi, dan perkembangan
tanaman.
Dari tabel dapat dilihat bahwa persentase tumbuh setek yang paling tinggi yaitu
akar yang diberikan auksin tidak ada yang tubuh sedangkan akar yang tidak
diberikan auksin memiliki persentase hidup 66,66%.. Hal ini diduga karena
tingginya suhu di daerah penanaman stek. Stek membutuhkan suhu antara 12-27
0C sedangkan suhu rata-rata dikota langsa diatas 27 0C
20
Faktor lain yang berpengaruh adalah kandungan karbohidrat. Diduga bahan stek
yang diambil kandungan karbohidratnya rendah, hal ini dapat dilihat dari bahan
stek yang sudah tua. Bahan stek yang sudah tua sudah mengalamai translokasi
karbohidrat sehingga kandungannya menjadi rendah, padahal dalam pembentukan
akar pada stek sangat dibutuhkan karbohidrat, hal inilah yang menjadi penyebab
ketidak berhasilan stek akar pada sukun.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
21
2. Media yang digunakan pada praktikum kali ini meliputi kompos dan tanah
dengan perbandingan 1:2
3. Keberhasilan stek ditentukan oleh pemberian ZPT, Faktor suhu dan
kandungan karbohidrat pada bahan stek.
4. Pada stek batang bahwa persentase tumbuh setek yang paling tinggi yaitu
tanpa auksin dengan pesentase tumbuh yaitu 100% sedangkan Tanpa
auksin memiliki persentase yaitu 66,66%.
5. Pada stek daun persentase tumbuh setek yang paling tinggi yaitudengan
auksin , dimana pesentase tumbuhnya yaitu 33,33% sedangkan tanpa
auksin tidak ada yang tumbuh.
6. Pada stek akar persentase tumbuh setek yang paling tinggi yaitu akar yang
diberikan auksin tidak ada yang tubuh sedangkan akar yang tidak
diberikan auksin memiliki persentase hidup 66,66%.
5.2 Saran
Praktikum ini sudah dilakukan dengan baik , akan tetapi untuk praktikum
selanjutnya mahasiswa agar lebih tertib dan memenuhi semua bahan-bahan atau
alat yang akan digunakan untuk praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Danu, A. Subiakto dan K.P. Putri. 2011. Uji stek pucuk damar (Agathis
loranthifolia Salisb.) pada berbagai media dan zat pengatur tumbuh.
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam.
22
Practise. Buku. Engelwoods Clifs. New Jersy. 912 p
Rahman, E., Maria Lusia Hutagalung, dan Yomi Tasina Surbakti. 2012. Makalah
Dasar-dasar Agronomi: Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif.
Program Studi Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas Jambi.
LAMPIRAN
23
Gambar 1. Persiapan media tanam
24
Gambar 3. Perendaman bahan stek dengan zat pengatur tumbuh
25