Anda di halaman 1dari 16

AGROEKOSISTEM

Perkembangbiakan Vegetatif Tanaman Hias Melalui Penyetekan (Cuttage)

Dosen Pembimbing : Cheppy Wati ,S.P., M.Si


Endang Krisnawati, S.P.M.P

Disusun Oleh :
Nama : Oktavia Ningsih
NIRM : 02.01.18.035
Prodi : Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan
Kelas : 1B

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA


MANUSIA PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun laporan ini.
Laporan ini akan membahas tentang Perkembangbiakan Vegetatif Tanaman Hias
Melalui Penyetekan (Cuttage).
Dalam penyusunan programa ini, penulis banyak mendapat
tantangan dan hambatan, akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak
tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing yaitu Cheppy Wati ,SP., M.Si dan Endang Krisnawati,
SP.,MP serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan programa ini,
semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, maka tak ada
gading yang tak retak, penulis yakin masih banyak kekurangan dan masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun demi menyempurnakan laporan ini. Semoga dapat digunakan
sebagaimana mestinya, Terima kasih.

Bogor, 14 Juli 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 2
BAB III METODE PRAKTIKUM ......................................................................... 7
3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................................ 7
3.2 Bahan dan ALat............................................................................................. 7
3.3 Cara Kerja ..................................................................................................... 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 9
4.1 Hasil .............................................................................................................. 9
4.2 Pembahasan ................................................................................................... 9
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 11
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12
LAMPIRAN .......................................................................................................... 13

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman merupakan bahan pokok untuk melakukan kegiatan dalam
bidang pertanian. Bidang pertanian sendiri cukup luas yaitu mencakup perikanan,
kehutanan, perkebunan, dan peternakan sehingga negara Indonesia disebut
sebagai negara maritim karena memang mayoritas masyarakat Indonesia bekerja
di bidang pertanian. Sedangkan dalam arti yang sempit pertanian adalah kegiatan
bercocok tanam, membudidayakan, dan merawat tanaman dengan tujuan
memperoleh keuntungan komersial dari produk tanaman tersebut. Jadi pertanian
hanyalah kegiatan seputar tanaman dan hubungannya dengan hal-hal yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya.

Cara pembiakan tanaman dibagi menjadi dua yaitu secara generatif dan
secara vegetatif. Pembiakan tanaman secara generatif dilakukan oleh tanaman itu
sendiri, peran petani hanya memberikan hormon agar tumbuhan cepat berbunga
agar segera mengalami fase generatif namun hal ini lebih mahal dan akan
menambah input berlebih. Cara yang lain adalah pembiakan tanaman secara
vegetatif yaitu dengan mengambil bagian dari tanaman unggul atau pilihan untuk
dibiakkan. Agar didapatkan bibit yang unggul ada berbagai macam salah satunya
adalah dengan cara stek atau cutting. Prinsip kerja dari stek ini sendiri adalah
menumbuhkan potongan tanaman sehingga dihasilkan bibit yang sama peris
seperti induknya. Pembiakan vegetatif dengan cara stek lebih praktis dan dapat
menghasilkan banyak bibit dengan biaya yang murah.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui dan mempelajari cara-cara penyetekan.
2. Mengetahui pengaruh komposisi media tanam terhadap keberhasilan
pembentukan sistem perakaran pada stek batang.

1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Prastowo dkk. (2006), setek (cutting atau stuk) atau potongan
adalah menumbuhkan bagian atau potongan tanaman, sehingga menjadi tanaman
baru. Keuntungan bibit dari setek yaitu tanaman buah-buahan tersebut akan
mempunyai sifat yang persis sama dengan induknya, terutama dalam hal bentuk
buah, ukuran, warna dan rasanya, tanaman asal setek ini bisa ditanam pada tempat
yang permukaan air tanahnya dangkal, karena tanaman asal setek tidak
mempunyai akar tunggang, perbanyakan tanaman buah dengan setek merupakan
cara perbanyakan yang praktis dan mudah dilakukan, setek dapat dikerjakan
dengan cepat, murah, mudah dan tidak memerlukan teknik khusus seperti pada
cara cangkok dan okulasi. Sedangkan kerugian bibit dari setek yaitu perakaran
dangkal dan tidak ada akar tunggang, saat terjadi angin kencang tanaman menjadi
mudah roboh, apabila musim kemarau panjang, tanaman menjadi tidak tahan
kekeringan.
Purnomosidhi dkk. (2007) menjelaskan bahwa perbanyakan dengan cara
stek adalah perbanyakan tanaman dengan menumbuhkan potongan/bagian
tanaman seperti akar, batang atau pucuk sehingga menjadi tanaman baru. Stek
pucuk umum dilakukan untuk perbanyakan tanaman buah-buahan. Secara garis
besar, langkah-langkah perbanyakan stek pucuk adalah sebagai berikut: memilih
pohon induk yang dikehendaki sebagai sumber pengambilan stek, memilih
disesuaikan dengan sifat yang dikehendaki, menurut tujuan pertanaman, memilih
cabang dari pohon induk yang sesuai dengan persyaratan untuk bahan stek,
memotong cabang yang terpilih dengan arah potong serong atau miring,
memangkas daun sehingga tersisa sepasang daun, memotong daun yang tersisa
sehingga tertinggal 1/3 – 1/2 bagian, merendam pangkal stek dengan zat
perangsang (misalnya Rootone F) untuk merangsang pertumbuhan akar stek,
menanam stek dalam polibag yang telah diisi dengan media, menempatkan
polibag dalam naungan, menyiram dengan air secukupnya dan teratur.
Perbanyakan tanaman dengan stek merupakan cara pembiakan tanaman
dengan sederhana, cepat dan tidak memerlukan teknik tertentu(khusus). Bagi

2
penangkar tanaman hias, pembiakan dengan cara stek ini mempunyai arti yang
sangat penting, sebab dengan material (bahan tanaman) yang sangat sedikit dapat
dihasilkan jumlah bibit yang benyak. Di samping itu, bibit tanaman akan seragam
dalam ukuran tinggi, umur dan ketahanan terhadap penyakit (Rukmana, 1995).
Menurut Baletri (2012), ada dua utama sumber bahan tanam untuk
restorasi: stek (batang, rimpang atau tunas) yang diperoleh penipisan berdiri
mapan, dan benih. Penanaman stek memiliki kelebihan tertentu atas unggulan
menabur untuk program skala besar. Stek dapat diambil secara teoritis sepanjang
tahun dari saham alami, sementara benih yang tersedia dalam waktu yang relatif
singkat dan untuk beberapa spesies tidak selalu kecukupan pasokan benih. Selain
itu, tanaman regenerasi dari stek klon genetik dari saham induknya, sehingga
mereka dapat kembali diperkenalkan dengan aslinya habitat asli tanpa mengubah
integritas genetik dari populasi. Meskipun berpotensi efisien, sistem ini dibatasi
dalam praktek oleh ketidakmampuan stek beberapa spesies untuk
mengembangkan terstruktur dengan baik sistem akar cepat setelah tanam.
Sumber bahan stek yang terbaik dijumpai pada tunas akar karena hormon
auksin terdapat pada ujung akar sehingga mempercepat terjadinya proses
pembentukan akar dan tunas.Konsentrasi auksin yang baik dijumpai pada
konsentrasi auksin 0,50 ppm dan 0,75 ppm. Penambahan konsentrasi auksin yang
tepat dapat berpengaruh terhadap setimbangnya hormon pada stek yang dapat
tmempercepat terbentuknya tunas. Kombinasi perlakuan terbaik adalah sumber
bahan stek tunas akar dan konsentrasi auksin 0,50 ppm (Halimursyadah, dkk.,
2014).
Zinga (2013) menjelaskan bahwa pengaruh agroklimat zona diuji pada
kelimpahan whitefly (asumsi Poisson distribusi), kehadiran hama arthropoda,
kejadian penyakit dan distribusi tanaman tergantung pada skor keparahan (dengan
asumsi distribusi binomial), menggunakan Model Generalized Linear dengan
kemungkinan uji rasio (uji Chi-square). Tes perbandingan berpasangan
digununakan berdasarkan Chi-squared untuk membandingkan kejadian global
hama dan penyakit, dan persentase tanaman gejala terinfeksi dengan memotong
antara zona agroklimat. Pengujian perbedaan antara zona agroklimat di proporsi

3
sampel yang terinfeksi oleh ACMV, berdasarkan EACMV-UG dan oleh kedua
virus.. Arti penting dari perbedaan antara keparahan ditentukan menggunakan
non-parametrik.
Jenis bahan stek dari jaringan tanaman yang masih muda lebih mudah
terbentuk akar daripada bahan stek dari jaringan yang sudah tua. Fenomena ini
sering terjadi pada stek tanaman hutan, termasuk pada jenis surian (T. sinensis) ini.
Pembuatan stek surian dari bahan stek batang tanaman sudah tua (>5tahun) sulit
tumbuh akar, sedangkan dengan menggunakan bahan stek dari batang bibit yang
masih muda (umur 3 bulan) mudah terbentuk akar. Penurunan kemampuan
berakar pada jaringan tanaman tua kemungkinan karena berkurangnya kandungan
senyawa fenol yang berfungsi sebagai kofaktor auksin, selain itu pada jaringan tua
telah terbentuk jaringan schlerenchym yang sering menghambat inisiasi akar
adventif. Bahan stek pada umur muda memiliki juvenilitas tinggi serta kandungan
auksin dan sitokinin yang tinggi pula sehingga pertumbuhan akar pada stek batang
bibit akan mudah terbentuk.
Akar merambat di antara struktur batang stek shea. Stek set dengan
petioles dipertahankan adalah yang terbaik untuk perakaran. Mengairi sekali pada
stek dalam struktur, terutama di bin merambat mencatat rooting tinggi. Zat
tumbuhan seperti gula dan jumlah fenol gratis memainkan peran yang sangat
penting dalam perakaran stek batang. Tingkat infeksi rendah ketika stek dengan
petioles sisa yang diairi sekali sehari. The Seradix Hormon meningkatkan kinerja
perakaran batang stek shea. Ketika petioles dipertahankan pada stek, tingkat gula
larut dan tidak larut dan fenol yang tinggi. Hal ini juga diamati untuk mengairi
sekali, yang memberikan tingkat yang lebih tinggi (Yeboah, 2011).
Pergerakan auksin pada tanaman bergerak secara polar dari ujung tajuk
menuju akar, sebaliknya pergerakan sitokinin dari ujung akar ke ujung tajuk. Pola
translokasi hormon tersebut dapat menyebabkan adanya perbedaan kandungan
hormon pada batang bibit, sehingga diduga akan mempengaruhi pertumbuhan
akar apabila bahan stek diambil dari bagian pangkal bibit, tengah dan ujung.
Sebagian hasil fotosintat juga ditranslokasi ke bagian batang sehingga dapat
bermanfaat dalam pembentukan kallus pada stek batang. Diduga ada kaitan yang

4
erat antara posisi bagian batang bibit dengan kemapuan pembentukan akar stek.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa stek yang berasal dari bagian pangkal bibit
memiliki jumlah dan panjang akar paling besar. Terdapat korelasi yang sangat erat
antara posisi bagian pangkal, tengah dan ujung batang bibit dengan jumlah akar
primer dan sekunder (Hidayat, 2010).
Sebuah analisis yang lebih rinci metabolisme auksin selama induksi akar
dan inisiasi akar remaja dan bahan matang akan bermanfaat untuk pemahaman
yang lebih baik dari proses pematangan. Osterc dan Stampar (2011) mengatakan
bahwa 3 tanaman induk yang berbeda usia fisiologisnya: pohon 40 tahun (fase
dewasa), tanaman diperbanyak dengan stek (fase semi-matang) dan pada tanaman
vitro (fase juvenile), digunakan untuk memotong daun panen. Akibatnya,
metabolisme eksogen bisa memeriksa diterapkan auksin, juga dibandingkan
dengan endogen satu demi eksogen aplikasi IBA,
yang jarang dilakukan.
Pertumbuhan akar baru pada stek dipengaruhi oleh ketersediaan hormon
auksin pada bahan stek. Pada tanaman auksin banyak terbentuk pada tunas baru.
Terdapat konsentrasi IAA yang lebih tinggi pada kuncup yang sedang tumbuh
dibandingkan pada kuncup yang tidak sedang tumbuh. Pemberian auksin dalam
konsentrasi yang sangar rendah akan memacu pemanjangan akar bahkan
pertumbuhan akar utuh dan pada konsentrasi yang lebih tinggi pemanjangan
hampir selalu terhambat. Pada pengamatan seluruh parameter menunjukkan
pertumbuhan stek pucuk jauh lebih baik dibandingkan dengan stek batang pada
setiap konsentrasi ZPT yang diberikan. Kondisi ini menunjukkan bahwa tidak
adanya interaksi yang terjadi antara bahan stek dengan konsentrasi ZPT yang
diberikan (Supriyanto dan Prakasa, 2011).
Pada perbanyakan secara vegetatif dengan stek, pemberian ZPT
dimaksudkan untuk merangsang dan memacu terjadinya pembentukan akar stek.
Sehingga perakaran stek akan lebih baik dan lebih banyak. Air kelapa telah lama
dikenal sebagai salah satu sumber ZPT terutama sitokinin, auksin dan giberelin.
Sehingga cukup berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai salah satu sumber ZPT
alami yang ramah lingkungan, murah dan mudah didapat. Pertumbuhan serta

5
perkembangan akar dan tajuk dari stek lada (cabang orthotop) dapat ditingkatkan
degan perendaman stek selama 8 jam dalam 25% air kelapa muda, dan untuk stek
lada perlu (dari cabang plagiotrop) direndam dalam 25-50 % air kelapa selama 12
jam.
Pada perbanyakan secara vegetatif, pemberian ZPT pada stek
dimaksudkan untuk merangsang dan memacu pembentukan akar stek, sehingga
akar stek menjadi lebih cepat terbentuk dan lebih banyak. Perendaman stek dalam
25% air kelapa selama 8 jam mampu meningkatkan jumlah akar per bibit stek
lada sebesar 16,4% dibandingkan kontrol, dengan demikian, semakin banyak
jumlah akar per bibit stek lada sebesar 16,4% dibandingkan kontrol. Dengan
demikian, semakin banyak jumlah akar bibit stek lada yang terbentuk, maka
kemungkinan akar bibit untuk dapat diinfeksi oleh CMA akan semakin
besar/banyak, dan ini berarti meningkatkan persentase infeksi akar oleh CMA.
Kemudian, semakin cepat inisiasi akar terjadi maka kemungkinan CMA untuk
menginfeksi akar bibit stek lada juga akan semakin cepat. Selanjutnya persentase
dan intensitas pada akar bibit ini akan terus meningkat dengan meningkatnya
pertumbuhan bibit stek lada bersama waktu/umur bibit (Aguzen, 2009).

6
BAB III METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Pembiakan Tanaman Pembiakan Vegetatif dengan Cara Stek
(Cuttage) dilaksanakan pada April 2019 bertempat di depan masjid At-Tarbiyah
POLBANGTAN Bogor.

3.2 Bahan dan ALat


3.2.1 Bahan
1. Tanaman yang akan di stek
- Kacang-kacangan - Bunga lilin
- Bougenvil - Iler/Miana
- Asoka - Daun Tradescantia
- Daun Ungu - Daun Jintan
- Ecorbia - Bunga Tapak Darah
- Bogonacea - Bunga Sepatu
2. Sekam padi
3. Kompos
4. Tanah
5. ZPT (Root Up)

3.2.2 Alat
1. Pisau tajam (cutter) baru
2. (hand sprayer)
3. Polibag

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Stek Batang
1. Menyiapkan bahan media tanam dan alat yang diperlukan.
2. Mencampur media tanam sekam padi : kompos : tanah perbandingan 1 : 1 : 1.

7
3. Memasukkan media tanam ke dalam polibag dengan volume 2/3 bagian dari
dasar polibag.
4. Memilih bahan stek dengan perlakuan pemotongan bagian batang yang agak
muda dengan kemiringan 45o dan 180o ukuran + 10 cm
5. Celupkan ujung batang yang telah dipotong ke dalam ZPT
6. Tanam batang tanaman tersebut ke dalam media tanam dengan kedalaman 1/3 –
1/2 volume bagian dari permukaan polibag
7. Menjaga kelembaban tanah dengan melakukan penyiraman menggunakan hand
sprayer.

8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

No Biakan Tanaman Keterangan


1. Kacang-kacangan Berhasil
2. Bougenvil Berhasil
3. Asoka Berhasil
4. Daun Ungu Berhasil
5. Ecorbia Berhasil
6. Bunga lilin Berhasil
Stek Batang
7. Iler/Miana Berhasil
8. Daun Tradescantia Berhasil
9. Daun Jintan Berhasil
10 Bogoacea Berhasil
11 Bunga tapak darah Berhasil
12 Bunga sepatu Berhasil

4.2 Pembahasan
Stek batang/cabang merupakan teknik stek atau perbanyakan tanaman
menggunakan batang atau cabang dari tanaman yang akan diperbanyak.
Pemberian ZPT dimaksudkan untuk merangsang dan memacu terjadinya
pembentukan akar stek sehingga perakaran stek akan lebih baik dan lebih banyak.
Seluruh tanaman yang stek merupakan tanaman yang mudah hidup apabila di stek
terutama tanaman kacang-kacangan dan daun ungu yang memiliki pertumbuhan
lebih cepat dibandingkan tanaman lainnya.
Hidayat (2010) menjelaskan bagian pangkal batang menghasilkan jumlah
akar lebih banyak dibandingkan dengan bagian tengah dan ujung. Hal ini dapat
dikaitkan dengan luas permukaan yang menyebabkan terjadinya perbedaan jumlah
perakaran. Batang bagian pangkal yang lebih besar dibanding bagian tengah dan
ujung memiliki diameter yang lebih besar pula. Penggunaan sudut pada praktikum

9
kali ini membuat perbedaan banyak akar yang akan diperoleh karena pada
dasarnya tanaman dengan luas bagian permukaan yang akan ditanam semakin luas
maka akan menghasilkan akar yang lebih banyak sehingga akan mendukung
pertumbuan tanaman. Tanaman akan tumbuh baik apabila terdapat akar yang
banyak dan kokoh. Diameter yang lebih besar membuat luas permukaan menjadi
besar pula. Luas permukaan yang telah menjadi besar akan membuat jumlah akar
yang terdapat pada luas permukaan yang besar menjadi banyak. Jumlah akar akan
menentukan jumlah hara yang terserap oleh tanaman begitu pula tanaman hasil
stek. Sudah kita tahu semua akar merupakan media atau alat untuk tanaman
mengmbil hara dalam tanah, jika semakin banyak akar yang dihasilkan oleh
tanaman yang distek, maka akan semakin besar keberhasilan tanaman stek
tersebut untuk tumbuh.
Proses terbentuknya akar dari tanaman yang distek dimulai dari kambium
batang yang dihilangkan, sedangkan kambium memiliki peran untuk membentuk
pembuluh-pembuluh tapis (floem) sekunder ke arah luar dan membentuk
pembuluh kayu (xilem) sekunder ke arah dalam. Pembuangan lapisan kambium
ini membuat zat-zat makanan dan segala sesuatu yang berasal dari daun hasil
fotosintesis seharunya mengalir kebawah menuju akar namun disini akar sudah
tidak ada sehingga zat-zat makanan tersebut akan membendung dibagian
potongan sehingga di bagian tersebut kulit dan batang dalam akan mengembung
atau membengkak (membentuk kalus). Pada bagian yang mengembung ini
sebenarnya terjadi penumpukan auksin serta karbohidrat, dengan media tanah,
auksin dan karbohidrat tersebut akan menstimulur timbulnya akar pada batang di
atas potongan.

10
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Setek (cutting atau stuk) atau potongan adalah menumbuhkan bagian atau
potongan tanaman, sehingga menjadi tanaman baru.
2. Teknik perbanyakan dari pembiakan vegetatif dengan cara stek bermacam-
macam yaitu menggunakan bagian tanaman seperti batang, cabang, daun,
umbi, dan akar.
3. Perlakuan terbaik adalah media tanah, kompos, dan sekam padi (1:1:1) karena
media ini memiliki cukup pori tanah.
4. Pembentukan akar stek karena hilangnya kambium dan hasil fotosintesis
membentuk kalus dan akar.

11
DAFTAR PUSTAKA
Pitoyo Tria.2014. Laporan Praktikum Pembiakan Tanaman.Universitas Jember

Fitiani Anggie.2015. Laporan Pembiakan Vegetatif. Universitas Muhammadiyah


Purwokerto

https://www.academia.edu/36243052/pengaruh_zat_pengatur_tumbuh_terhadap_
pertumbuhan_tanam diakses pada Minggu 14 Juli 2019

12
LAMPIRAN

Bahan & media tanam Tanaman Hias

Perawtan tanaman hias yang telah di stek dan penyetekan ulang tanaman hias

13

Anda mungkin juga menyukai