Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai Negara kepualauan yang mempunyai garis pantai


kurang lebih 81.000 km dengan luas perairan pantai 5,8 juta km2 merupakan
potensi yang sangat besar bagi pengembangan budidaya laut. Kondisi  seperti ini
merupakan modal untuk pengembangan perekonomian, khususnya bagi sub sector
perikanan. Selama ini pemanfaatan sumber daya perikanan laut sebagian besar
masih terbatas pada usaha penangkapan atau pengumpulan dari alam.           
Produksi ikan melalui usaha budidaya dimulai sejak tahun 1960, namun
penerapan kolam dan keramba jaring apung sebagai sarana produksi untuk tujuan
komersil baru dimulai pada tahun 1970. Selanjutnya usaha budidaya ikan laut di
Indonesia pertama kali dirintis oleh nelayan Kepulauan Riau pada tahun 1978
yakni dengan sistem karamba tancap dengan pasaran pasar Singapura, sedangkan
salah satu komoditas yang dibudidayakan adalah teripang
Budidaya laut yang juga dikenal sebagai Marine Aquaculture atau
Mariculture, secara lebih luas juga disebut Sea Farming, terdiri dari beberapa
kegiatan pemeliharaan berbagai species organisme laut secara terkendali, disimak
dari tingkat pengendalian pada budidaya laut dikenal teknologi pameliharaan
intensif, semi intensif, dan ekstensif. Kata keramba jaring apung (kejapung) bisa
digunakan untuk menamai wadah pemeliharaan ikan terbuat dari jaring yang di
bentuk segi empat atau silindris dan diapungkan dalam air permukaan
menggunakan pelampung dan kerangka kayu, bambu, atau besi, serta sistem
penjangkaran. Lokasi yang dipilih bagi usaha pemeliharaan ikan dalam kejapung
relative tenang, terhindar dari badai dan mudah dijangkau. Ikan yang dapat
dipelihara salah satunya adalah ikan baronang (Sunyoto,, 1994)

          

1
Selain kegiatan budidaya di Keramba Jaring Apung (KJA) dan kurangan tancap,
dapat pula membudidayakan rumput laut jenis Eucheuma Cottoni,
karytapembudidaya rumput laut adalah metode long line, karena metode ini agak
mudah diaplikasikan, selain itu pengontrolan dan pembersihan mudah dilakukan

1.2. Tujuan Kegiatan


1. Mengenal macam-macam jenis hewan yang dibudidayakan di BBPBL
2. Mengetahui cara pembudidayaan jenis - jenis ikan di BBPBL
3. Mengetahui tahapan-tahapan yang dilalui untuk budidaya ikan

1.3. Jenis Kegiatan


 Observasi
Penulis melakukan observasi lapangan untuk mengambil dan
mengumpulkan data.
 Wawancara
Penulis melakukan tanya jawab dengan karyawan Balai Besar
Pengembangan Budidaya Laut Lampung.
 Penjelasan
Beberapa karyawan memberikan penjelasan mengenai hal yang
berkaitan

2
1.4. Tempat

Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung

Jl. Yos Sudarso, Desa Hanura, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten


Pesawaran. Kode pos 35454

No. telp/fax 0721-471379

1.5. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada Kamis, 21 April 2015 pukul 10.00 WIB

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jenis Hewan yang Dibudidayakan di BBPBL


Dari kunjungan kami di Balai Besar Perkembangan Budidaya Laut, kami
memperoleh informasi dari macam-macam hewan yang dibudidayakan
anatara lain :
a. Ikan bersirip
 Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)

Bertubuh langsing. Perbedaan dengan kakap merah. Kakap


merah memiliki kepala lebih besar untuk membedakannya yaotu
kakap betina memiliki tubuh lebih besar dari kakap jantan. Ukuran
maksimal untuk dapat dikonsumsi ialah 500 g. makanan kakap
putih yaitu ikan rucah, yaitu 3 kali sehari. Penyakit yag dapat
menyerang ikan kakap putih dapat berupa bercak-bercak merah.
Penaggulanganya dengan cara perendaman dengan air tawar murni
selama 20 menit. Kakap putih ini hidup berkelompok dan dalam
satu komunitas bergabung antara jantan dan betina. Klasifikasi
ikan kakap putih :

Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Ordo : Percomorphi
Famili : Centropomidae
Genus : Lates
Species : Lates calcalifer

4
 Ikan Kakap Merah (Lutjanus johni)

Harga kakap merah per kg yaitu Rp 70.000,00. Makanan


berupa ikan rucah 4 kali dalam sehari. Pemanenan dilakukan
selama sebulan sekali. Teknik penebaran benihnya dilakukan
dengan cara dimasukan ke kerambah. Satu ekor kakap merah dapat
mengasilkan 300 butir telur. Klasifikasi ikan kakap merah :

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Lutjanidae
Genus : Lutjanus
Spesies : Lutjanus johni

 Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii)

Tubuh bawal bintang berbentuk sangat gepeng dan ramping


(much compressed) dengan ekor bercagak (forked). Tubuh
berwarna putih keperakan di bagian lateral dan ventral serta abu-
abu kehijauan pada bagian dorsal. Mulut sub terminal dan bisa
dikatup sembulkan, dengan dilengkapi gigi beludru halus (feliform
teeth).  Permukaan tubuh ditututpi sisik kecil bertipe sisir (ctenoid),
dan mempunyai gurat sisi (lateral fin) melengkung mengikuti
profil punggung.

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata

5
Sub phylum : Vertebrata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Carangidae
Genus : Trachinotus
Spesies : Blochii

 Ikan Kerapu Macan (Epinehelus fuscoguttatus)

Klasifikasi Ikan kerapu macan (Epinehelus fuscoguttatus)


digolongkan pada :

Class : Chondrichthyes
Sub class : Ellasmobranchii
Ordo : Percomorphi
Divisi : Perciformes
Famili : Serranidae
Genus : Epinephelus
Species : Epinepheus sp

Ikan kerapu bentuk tubuhnya agak rendah, moncong panjang


memipih dan menajam, maxillarry lebar diluar mata, gigi pada
bagian sisi dentary 3 atau 4 baris, terdapat bintik putih coklat pada
kepala, badan dan sirip, bintik hitam pada bagian dorsal dan
poterior. Habitat benih ikan kerapu macan adalah pantai yang
banyak ditumbuhi algae jenis reticulata dan Gracilaria sp, setelah
dewasa hidup di perairan yang lebih dalam dengan dasar terdiri
dari pasar berlumpur. Ikan kerapu termasuk jenis karnivora dan
cara makannya "mencaplok" satu persatu makan yang diberikan
sebelum makanan sampai ke dasar. Pakan yang paling disukai

6
kenis krustaceae (rebon, dogol dan krosok), selain itu jenis ikan-
ikan (tembang, teri dan belanak).

 Ikan Kerapu Bebek   (Cromileptes altivelis)


Adapun klasifikasi adalah sebagai berikut :

Phyllum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Osteichyes
Subclass : Actinopterigi
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Family : Serranidae
Subfamili : Epinephihelinae
Genus : Cromileptes
Spesies : Cromileptes altivelis

Bentuk tubuh bagian punggung meninggi dengan bentuk


cembung (Concaver). Ketebalan tubuh sekitar 6,6 – 7,6 cm dari
panjang spesifik sedangkan panjang tubuh maksimal sampai 70
cm. Ikan ini tidak mempunyai gigi canine (gigi yang terdapat
dalam geraham ikan) lubang hidung hidung besar berbentuk bulan
sabit dertical, kulit berwarna terang abu-abu kehijauan dengan
bintik-bintik hitam diseluruh kepala, badan dan sirip. Pada kerapu
bebek muda, bintik hitamnya lebih besar dan sedikit.

 Ikan Kerapu Kertang (Epinephelus lanceolatus)

7
Kerapu kertang adalah ikan bertulang sejati (Osteichthyes)
terbesar di terumbu karang dan merupakan salah satu ikan
terpopuler di perairan Indonesia. Klasifikasi ikan kerapu kertang :

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Serranidae
Genus : Epinephelus
Spesies : Epinephelus lanceolatus

 Ikan Kerapu Sunu (Plectropomus maculatus)


Ikan kerapu sunu merupakan komoditas ekspor yang
harganya cukup tinggi. Klasifikasi ikan kerapu sunu :

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Serranidae
Genus : Plectropomus
Spesies : Plectropomus maculates

 Ikan Cobia (Rachycentron canadum)


Ikan cobia dapat dijadikan spesies kandidat dalam
aquaculture karena pertumbuhannya relatif cepat, relatif tahan
terhadap serangan penyakit dan memiliki kualitas daging yang
bagus. Klasifikasi ikan cobia :

8
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Rachycentridae
Genus : Rachycentron
Spesies : Rachycentron canadum

 Ikan Badut/Nemo (Amphiprion ocellaris)


Ikan badut atau clownfish merupakan salah satu jenis ikan
yang dicari penggemar ikan hias. Ikan ini hidup pada daerah
perairan tropis dangkal dan bersimbiosis dengan anemon sebagai
habitatnya. Ikan ini dikenal agresif dalam menjaga teritorinya.
Klasifikasi ikan badut :

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Pomacentridae
Genus : Amphiprion dan Premnas
Spesies : Amphiprion ocellaris

b. Ikan tak bersirip


 Kuda Laut (Hippocampu sp)

Kuda laut adalah jenis ikan yang hidup di laut dari genus
Hippocampus dan familia Shyngnathidae. Hewan ini dapat
ditemukan di perairan tropis dan menengah di seluruh dunia. Kuda

9
laut merupakan satu-satunya spesies yang jantannya dapat hamil.
Klasifikasi Kuda Laut adalah sebagai berikut :

Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Class : Pisces
Subclass : Teleostnomi
Ordo : Gasterosteiformes
Family : Shyngnathidae
Genus : Hippocampus
Species : Hippocampus

Di Indonesia kuda laut di kenal dengan sebutan tangkur kuda


yang merupakan salah satu jenis ikan laut kecil yang yang sangat
berbeda dengan jenis ikan lainnya yaitu kepala kuda laut
mempunyai mahkota, tubuh agak pipih dan melengkung, seluruh
tubuh terbungkus oleh semacam baju baja yang terdiri atas
lempengan – lempengan tulang atau cincin – cincin, mata kecil dan
sama lebar, mempunyai moncong, ekor lebih panjang dari kepala
dan tubuh serta dapat memegang, sirip dada.

2.2 Cara Pembudidayaan Jenis-Jenis Ikan di BBPBL

1. Ikan Bawal Bintang

Teknologi budidaya
ikan bawal bintang,
saat ini telah dikuasai,
baik untuk pembibitan
maupun pembesaran.

10
Proses budidaya ikan bawal dimulai dari pemilihan telur agar
memperoleh benih yang berkualitas, telur yang telah dipanen diseleksi
antara yang dibuahi dan yang tidak dibuahi.

2. Ikan Kerapu Macan


Hibridisasi merupakan
salah satu upaya untuk
mengatasi
permasalahan dalam
pertumbuhan kerapu
yang lambat. Dengan
metode hibridisasi ini
dapat menghasilkan
benih unggul pada
sifat-sifat genetik dan
morfologi ikan kerapu macan.

3. Ikan Kerapu Bebek atau Kerapu Tikus


Dalam budidaya ikan kerapu bebek, keberhasilan di bidang
produksi sangat ditentukan
oleh beberapa faktor antara
lain penyediaan benih,
kualitas air, pengelolaan dan
sebagainya. Penyakit
merupakan salah satu
kendala utama dalam
keberhasilan produksi yang
sangat merugikan. Timbulnya penyakit adalah suatu proses yang dinamis
dan merupakan interaksi antara inang (host), jasad penyakit (patogen)

11
dan lingkungan. Lingkungan terutama sifat fisik, kimia dan biologi
perairan akan sangat mempengaruhi keseimbangan ikan sebagai inang
dan organisme penyebab penyakit. Lingkungan yang baik akan
meningkatkan daya tahan ikan, sedangkan lingkungan yang kurang baik
akan menyebabkan ikan mudah stress dan menurunkan daya tahan tubuh
terhadap serangan patogen.

4. Ikan Kakap Putih


Kakap Putih (Lates
calcarifer Bloch)  yang
sangat toleran dengan
kadar garam
(Euryhaline) dan
merupakan ikan
katadromous
(dibesarkan dimuara dan kawin di perairan laut dalam), karena itulah
Kakap Putih dapat dikembangkan di air tawar, tambak dan keramba
jaring apung.
Jika pemeliharaan dilakukan di keramba jaring apung (KJA), maka
induk yang berukuran antara 3-8 kg/ekor dipelihara di KJA berukuran
3x3x3m, padat tebar 1-2 ekor/m3. Pakan yang diberikan adalah ikan
segar jenis selar,tanjan atau kuniran ditambah cumi-cumi dengan
perbandingan 80% : 20 % dengan dosis 2-3 %/total berat badan
diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore). Setiap 2 minggu sekali diberikan
vitamin E dan multi vitamin sebanyak 10 mg/kg induk.

5. Ikan Kakap Merah


Beberapa persyaratan
teknis yang harus di penuhi
untuk lokasi budidaya ikan

12
kakap merah adalah Kedalaman air yang baik untuk pertumbuhan ikan
kakap putih berkisar antara 5 ~ 7 meter, pergerakan air yang cukup baik
dengan kecepatan arus 20-40 cm/detik, kadar garam 27 ~ 32 ppt, suhu
air 28 ~ 30 0C dan oksigen terlarut 7 ~ 8 ppm

6. Kuda Laut
Dipersiapkan wadah
berupa bak beton atau
fiberglass ataupun
aquarium. Dalam bak
pemeliharaan juga
dilengkapi dengan
tempat bertengger
(shelter) induk berupa
karang mati, lamun
buatan yang terbuat dari plastik dan tali yang dibentuk seperti piramid
dan dilengkapi dengan pemberat dari batu agar tenggelam di dasar
aquarium.Fungsi dari tempat bertengger adalah untuk tempat istirahat
yang nyaman dengan cara melilitkan ekornya.
Calon induk hasil tangkapan dari alam harus dikarantina dan
diaklimatisasi terlebih dahulu. Karantina bertujuan untuk membebaskan
organisme pathogen yang mungkin terbawa dari alam agar tidak
menyebar ke induk yang sudah ada di pembenihan. Disamping itu
kegiatan aklimatisasi juga untuk menyesuaikan calon induk dengan
lingkungan yang baru serta pakan yang biasa digunakan di pembenihan.
Induk dipelihara di dalam wadah pemeliharaan dengan perbandingan
jantan dan betina adalah 1 : 1, dengan kepadatan 20 – 30 ekor/ton
dengan tidak memelihara lebih dari 4 ekor/100 liter air. Induk diberi
pakan 2-3 kali sehari secara adlibitum, yaitu pada pagi, siang dan sore
hari, berupa udang rebon dan udang jambret. Induk betina dewasa

13
dengan panjang tubuh antara 10 – 14 cm dapat memproduksi telur 300 –
600 butir

2.3 Tahapan-tahapan dalam Pembudidayaan


1. Ikan Bawal Bintang
 Teknik pembenihan : dalam satu bak diberi 3 ekor ikan betina dan
1 ekor jantan.
 Teknik penebaran benih : telur yang sudah ada dipisahkan dari
induknya hingga menetas, setelah pindahkan ke bak penampungan.
 Teknik pembesaran : ikan yang sudah menetas dipisahkan dengan
ikan yang lainnya sesuai dengan ukuran ikan tersebut.
 Penanggulangan penyakit : diberikan vaksin, jika sudah terkena
penyakitdipisahkan dengan ikan yang lain di bak penampungan
khusus yang berisi air tawar, kemudian diberi obat dan dirawat
hingga sembuh.

 Jenis makanan :
 ikan kecil : makanannya pellet
 ikan besar : makanannya ikan runcah
 Pasca panen : ikan yang dipanen adalah ikan yang kecil (benih)
dan dijual persentinya, dan ikan yang besar dijadikan indukan
untuk menghasilkan benih baru.

2. Ikan Kerapu Macan


 Teknik pembenihan : dalam satu bak diberi 3 ekor ikan betina dan
1 ekor jantan.
 Teknik penebaran benih : telur yang sudah ada dipisahkan dari
induknya hingga menetas, setelah pindahkan ke bak
penampungan.

14
 Teknik pembesaran : ikan yang sudah menetas dipisahkan dengan
ikan yang lainnya sesuai dengan ukuran ikan tersebut.
 Penanggulangan penyakit : diberikan vaksin, jika sudah terkena
penyakit dipisahkan dengan ikan yang lain di bak penampungan
khusus yang berisi air tawar, kemudian diberi obat dan dirawat
hingga sembuh.
 Jenis makanan :
 ikan kecil : makanannya pellet
 ikan besar : makanannya ikan runcah
 Pasca panen : ikan yang dipanen adalah ikan yang kecil (benih)
dan dijual persentinya, dan ikan yang besar dijadikan indukan
untuk menghasilkan benih baru.

3. Ikan Kerapu Bebek


 Teknik pembenihan : dalam satu bak diberi 3 ekor ikan betina dan
1 ekor jantan.
 Teknik penebaran benih : telur yang sudah ada dipisahkan dari
induknya hingga menetas, setelah pindahkan ke bak
penampungan.
 Teknik pembesaran : ikan yang sudah menetas dipisahkan dengan
ikan yang lainnya sesuai dengan ukuran ikan tersebut.
 Penanggulangan penyakit : diberikan vaksin, jika sudah terkena
penyakitdipisahkan dengan ikan yang lain di bak penampungan
khusus yang berisi air tawar, kemudian diberi obat dan dirawat
hingga sembuh.
 Jenis makanan :
 ikan kecil : makanannya pellet
 ikan besar : makanannya ikan runcah

15
 Pasca panen : ikan yang dipanen adalah ikan yang kecil (benih)
dan dijual persentinya, dan ikan yang besar dijadikan indukan
untuk menghasilkan benih baru.

4. Ikan Kakap Putih


 Teknik pembenihan : dalam satu bak diberi 3 ekor ikan betina dan
1 ekor jantan.
 Teknik penebaran benih : telur yang sudah ada dipisahkan dari
induknya hingga menetas, setelah pindahkan ke bak penampungan.
 Teknik pembesaran : ikan yang sudah menetas dipisahkan dengan
ikan yang lainnya sesuai dengan ukuran ikan tersebut.
 Penanggulangan penyakit : diberikan vaksin, jika sudah terkena
penyakitdipisahkan dengan ikan yang lain di bak penampungan
khusus yang berisi air tawar, kemudian diberi obat dan dirawat
hingga sembuh.
 Jenis makanan :
 ikan kecil : makanannya pellet
 ikan besar : makanannya ikan runcah
 Pasca panen : ikan yang dipanen adalah ikan yang kecil (benih)
dan dijual persentinya, dan ikan yang besar dijadikan indukan
untuk menghasilkan benih baru.

5. Ikan Kakap Merah


 Teknik pembenihan : dalam satu bak diberi 3 ekor ikan betina dan
1 ekor jantan.
 Teknik penebaran benih : telur yang sudah ada dipisahkan dari
induknya hingga menetas, setelah pindahkan ke bak
penampungan.
 Teknik pembesaran : ikan yang sudah menetas dipisahkan dengan
ikan yang lainnya sesuai dengan ukuran ikan tersebut.

16
 Penanggulangan penyakit : diberikan vaksin, jika sudah terkena
penyakitdipisahkan dengan ikan yang lain di bak penampungan
khusus yang berisi air tawar, kemudian diberi obat dan dirawat
hingga sembuh.
 Jenis makanan :
 ikan kecil : makanannya pellet
 ikan besar : makanannya ikan runcah
 Pasca panen : ikan yang dipanen adalah ikan yang kecil (benih)
dan dijual persentinya, dan ikan yang besar dijadikan indukan
untuk menghasilkan benih baru.

6. Kuda Laut
 Teknik pembenihan : dalam satu bak diberi 3 ekor ikan betina dan
1 ekor jantan.
 Teknik penebaran benih : telur yang sudah ada dipisahkan dari
induknya hingga menetas, setelah pindahkan ke bak
penampungan.
 Teknik pembesaran : ikan yang sudah menetas dipisahkan dengan
ikan yang lainnya sesuai dengan ukuran ikan tersebut.
 Penanggulangan penyakit : diberikan vaksin, jika sudah terkena
penyakitdipisahkan dengan ikan yang lain di bak penampungan
khusus yang berisi air tawar, kemudian diberi obat dan dirawat
hingga sembuh.
 Jenis makanan :
 ikan kecil : makanannya pellet
 ikan besar : makanannya ikan runcah
 Pasca panen : ikan yang dipanen adalah ikan yang kecil (benih)
dan dijual persentinya, dan ikan yang besar dijadikan indukan
untuk menghasilkan benih baru.

17
18
BAB III

PENDAHULUAN 2

3.1 Latar Belakang

Manusia sebagai mahkluk hidup selalu berinteraksi dengan


lingkungannya. Adanya interaksi antara mahkluk hidup dengan lingkungan nya
mengakibatkan adanya keseimbangan di lingkungan tersebut. Dalam lingkungan
itu sendiri terdiri dari komponen abiotik dan biotik yang saling
berdampingan. Dimana lingkungan abiotik itu seperti batu, air, tanah, dan laian-
lain. Sementara itu lingkungan biotik dapat tersusun dari flora dan fauna yang ada
dilingkungan tersebut. Interaksi keduanya saling berhubungan anatara satu dengan
yang lainnya.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan yang
sangat melimpah, salah satunya yaitu ekosistem pantai. Dalam suatu ekosistem
pantai terdapat suatu ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang adalah
suatu ekosistem tempat hidupnya berbagai jenis hewan yang ada dipantai.

3.2 Tujuan Kegiatan


1. Mengenal macam-macam jenis tumbuhan alga
2. Mengenal macam-macam jenis hewan yang termasuk filum Coelentera.
3. Menentukan macam-macam komponen abiotik laut.
4. Menyebutkan ciri-ciri daerah pantai.

3.3 Jenis Kegiatan


Karya wisata atau studi lokal ke Pantai Sari Ringgung dengan tujuan untuk
mengetahui tentang ekosistem laut dan pantai.

19
3.4 Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan pada :
Hari, tanggal : Kamis, 21 April 2016
Tempat : Pantai Sari Ringgung,
Waktu : 13.00 WIB / 14.00 WIB.

3.5 Alat / Bahan


- Buku paket biologi
- Sarung tangan
- Alat tulis
- Higrometer
- Anemometer
- Ph meter
- Thermometer

20
BAB IV
PEMBAHASAN 2

4.1 Macam – Macam Tumbuhan Alga


Ciri – ciri Alga
a. Belum mempunyai akar, batang, dan daun sejati.
b. Mempunyai klorofil, terdapat pirenoid yang berfungsi membentuk
amilum.
c. Bersel satu atau bersel banyak.
d. Habitat di air tawar, air laut, dan di tempat-tempat yang lembap.
e. Reproduksi:
1) Aseksual dengan fragmentasi, pembelahan sel, pembentukan
zoospora dan pembentukan zigospora.
2) Seksual dengan konjugasi, pembentukan gamet jantan dan betina
Klasifikasi jenis – jenis alga
a.     Chlorophyta (ganggang hijau)

Ciri-ciri chlorophyta

1)      Pigmen, khlorofil a dan b, santofil, dan karoten, khlorofil terdapat


dalam jumlah yang banyak sehingga ganggang ini berwarna hijau
rumput.

2)      Hasil fotosintesis berupa amilum dan tersimpan dalam khloroplas.

21
3)      Khloroplas berjumlah satu atau lebih; berbentuk mangkuk, bintang,
lensa, bulat, pita, spiral dsb.

4)      Sel berinti sejati (eukaryotik) satu atau lebih.

5)      Dinding sel mengandung selulose dan berlendir sehingga lingkungan


jadi licin.

6)      Banyak terdapat di danau, kolam ada juga yang hidup di laut (90%
hidup di air tawar dan 10% hidup di laut) Yang hidup di air
umumnya sebagai plankton atau bentos, juga menempel pada batu
dan tanah dan Ganggang hijau merupakan kelompok ganggang yang
paling banyak jumlahnya diantara gangganga lain.

7)      Bentuk talus/struktur vegetative

Perkembangbiakan
1. secara vegetatif: dengan fragmentasi talusnya
2. secara aseksual: dengan pembentukan zoospora, aplanospora,
hipnospora, autospora.
3. secara seksual: isogami, Anisogami, oogami, aplanogami

2) Klasifikasi Chlorophyta
Berdasarkan bentuk dan dapat tidaknya bergerak, Chlorophyta
digolongkan menjadi beberapa genus, yaitu:

a) Alga hijau bersel satu tidak bergerak


Contoh: Chlorococcum

Ciri-cirinya:

• Tubuh bersel satu,


• tempat hidup air tawar,
• bentuk bulat telur,

22
• setiap sel memiliki satu kloroplas bentuk mangkuk.
• Reproduksi dengan membentuk zoospora (secara aseksual)

b) Alga hijau bersel satu dapat bergerak

Contoh: Chlamydomonas 

• Bentuk sel bulat telur


• memiliki 2 flagel sebagai alat gerak
• terdapat 1 vacuola, satu nukleus dan kloroplas.
• Pada kloroplas yang bentuknya seperti mangkuk terdapat stigma
(bintik mata)
• terdapat pirenoid sebagai tempat pembentukan zat tepung.
• Reproduksi aseksual dengan membentuk zoospora dan reproduksi
seksual dengan konjugasi

c) Alga hijau berkoloni tidak bergerak


Contoh: Hydrodictyon 

Ciri-cirinya:

• Hydrodictyon banyak ditemukan di dalam air tawar


• Koloninya berbentuk seperti jala.
• Ukuran cukup besar sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang.
• Reproduksi vegetatif dengan zoospora dan fragmentasi.
• Fragmentasi dilakukan dengan cara melepas sebagian koloninya dan
membentuk koloni baru.
• Sedangkan reproduksi generatif dengan konjugasi.

d) Alga hijau berbentuk koloni bergerak


Contoh: Volvox

23
Ciri-cirinya:

• Volvox ditemukan di air tawar


• Koloni berbentuk bola jumlah antara 500 - 5000 buah
• Tiap sel memiliki 2 flagel dan sebuah bintik mata
• Reproduksi aseksual dengan fragmentasi dan seksual dengan
konjugasi sel-sel gamet

e) Alga hijau berbentuk benang (filamen)

Contoh:  Oedogonium

Ciri-cirinya:

• Ganggang ini berbentuk benang


• ditemukan di air tawar dan melekat di dasar perairan
• Reproduksi vegetatif dilakukan oleh setiap sel menghasilkan
sebuah zoospora yang berflagela banyak.
• Reproduksi generatif adalah salah satu benang membentuk alat
kelamin jantan (antiridium) dan menghasilkan gamet jantan
(spermatozoid).
• Pada benang yang lain membentuk alat kelamin betina yang
disebut Oogonium. Oogonium akan menghasilkan gamet betina
(ovum). Sperma tozoid membuahi ovum dan terbentuk zigot. Zigot
akan tumbuh membentuk individu.

f) Alga hijau berbentuk thalus


Contoh: Ulva lactua

Ciri-cirinya:

• Ganggang ini ditemukan di dasar perairan laut dan menempel di


dasar perairan
• bentuk seperti lembaran daun. sering disebut dengan selada air dan
dapat dimakan

24
• Berkembangbiak secara vegetatif dengan menghasilkan spora
• Spora tumbuh menjadi Ulva yang haploid (n), Ulva haploid disebut
gametofit haploid.

b.    Alga Biru

GANGGANG BIRU merupakan ganggang yang paling sederhana. Dalam


beberapa hal, strukturnya mirip dengan sel bakteri sehingga sementara ahli ada
yang menggunakan istilah bakteri hijau biru (Cyanobacteria) untuk organisme
tersebut. Sungguhpun demikian, organisme tersebut memiliki klorofil a sebagai
organ fotosintesis yang berbeda dengan klorofil pada bakteri fotosintesis. Selain
itu, ganggang tersebut juga melepaskan O2 sebagai hasil fotosintesis yang tidak
dijumpai pada bakteri. Alasan inilah yang menempatkan organisme tersebut
dalam kelompok tersendiri, yaitu Cyanophyta.

CIRI UMUM:

·         Tipe sel: sel Prokariotik (sama dengan bakteri)

·         Uniseluler dan Multiseluler

·         Memiliki pigmen fikosianin

·         Klorofil tidak di dalam kloroplas, tetapi tersebar di seluruh sitoplasma

25
HABITAT GANGGANG BIRU

·         Perairan (terutama perairan tawar) dan tempat-tempat lembab.

·         Mampu hidup pada perairan dengan suhu sampai 85 derajat C (sumber air
panas) sehingga Ganggang Biru merupakan salah satu vegetasi perintis. 

PERANAN GANGGANG BIRU DALAM KEHIDUPAN

a. Ganggang biru yang menguntungkan


Ganggang biru adalah fitoplankton di ekositem perairan dan berperan sebagai
produsen dalam rantai makanan. Hal itu penting untuk perikanan air tawar
maupun air laut.

Ada sebagian ganggang biru yang dapat menyuburkan tanah karena mampu
memfiksasi N2 dari udaara, misalnya Nostoc daan Gloeocapsa. Anebaena
azollae bersimbiosis dengan paku air (Azolla pinnata) yang hidup terapung di
air. Daun Azolla pinnata mengandung nitrat hasil fisasi N2 oleh Anabaena
azollae. Kandungan nitrogen yang banyak di dalam taanah adalah sutu
pertanda kesuburan tanah itu.

Beberapa jenis ganggang biru mulai dikembangkan untuk sumber makanan


yaang bernilai gizi tinggi, misalnya Spirulina maxima yang dimanfaatkan
untuk sumber protein disebut Protein Sel Tunggal (PST).

b. Ganggang biru yang merugikan


Ada beberapa ganggang biru yang merugikan karena menyebabkan kematian
organisme di dalam air maupun yang minum air beracun tersebut. Misalnya,
Microcystis aurugynosa, Anabaena flosaquae, dan Aphanizomenom sp.

MACAM-MACAM GANGGANG BIRU

1. Alga biru uniseluler

·         Chroococcus -> hidup di air/kolam yang tenang

·         Gloeocapsa -> hidup pada batu atau epifit pada tumbuhan lain

26
2. Alga biru uniseluler berkoloni

·         Polycistis

·         Spirulina , dapat diolah menjadi makanan kesehatan (food suplement)

3. Alga biru berbentuk benang

·         Oscillatoria

·         Nostoc commune

·         anabaena azollae dan anabaena cycadae bersimbiosis dengan Azolla


pinnata dan Cycas rumphii.

Simbiosis Anabaena azollae dnegan Azolla pinnata sebagai alternatif pupuk


Urea, karena simbiosis ini dapat meningkatkan kadar Nitrogen di lahan
persawahan.

c.      Ganggang Merah (Rhodophyta)

    

Ciri-cirinya:

·         Habitat di laut.

·         Tubuhnya bersel banyak.

·         Mempunyai klorofil a dan d, pigmen tumbuhan fikosianin, fikoerithrin.

Contoh: Eucheuma spinosum (bisa dibuat agar-agar), Gelidium sp, dan


Gracillaria sp.

27
Manfaat Alga Merah

    Alga merah terkenal hebat dalam melawan radikal bebas. "Astaxanthine"
merupakan zat aktif yang terkandung dalam alga merah yang mengandung anti
oksidan 6000 kali lebih banyak dari vitamin C dan 1000 kali lebih banyak dari
vitamin E. Selain itu alga merah juga berfungsi sebagai agen anti penuaan.
Alga merah yang telah dicerna membantu menjaga sistem pencernaan dengan
baik, alga merah juga dapat melancarkan sirkulasi darah, memperbaiki sel-sel
rusak dan memproduksi insulin dalam darah. Alga merah juga menjaga sistem
imun tubuh untuk merespon serangan virus. Alga merah melawan penyakit
infeksi saluran kencing, asma, masalah pencernaan, bisul, tumor dan
menurunkan tingkat kolesterol dalam tubuh sampai batas normal. 

d.    Alga Keemasan

 
 Ciri-cirinya:

·         Habitat di air tawar.

·         Bersel tunggal, membentuk koloni atau benang. 

·         Dinding sel mengandung silika.

28
·         Cara hidup sebagai fitoplankton. 

·         Mempunyai klorofil a dan c, pigmen tambahan berupa karoten.

e.      Phaeophyta (ganggang cokelat)

Tubuh menyerupai tumbuhan tinggi. Mempunyai klorofil a dan c, pigmen


tambahan xantofil dan fikosantin. Habitat sebagian besar di laut. Reproduksi
aseksual dengan fragmentasi, zoospora. Reproduksi seksual dengan oogami, sel
telur dihasilkan oleh oogonia, dan sperma dihasilkan oleh anteridia. Contoh:
Laminaria sp (penghasil asam alginat yang dibutuhkan untuk produksi tekstil,
makanan, dan kosmetik), Sargassum sp, Fucus, Turbinaria decurens, Macrocystis.

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi


(BBRP2B) Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan
(Balitbang KP) mengumumkan hasil penelitian terbarunya. Spesies ganggang
cokelat yakni Turbinaria decurrens yang hidup di Indonesia dinilai mampu
membunuh sel tumor mulut rahim.

Jenis alga yang kami temukan di pantai sari ringgung


1. Laminaria sp.

Klasifikasi Alga Laminaria sp. Menurut Smith (1995) ;

Kerajaan :     Plantae

Devisi :    Phaeophyta

29
Kelas   :   Phaeophyceae

Bangsa :  Laminariales

Suku          :   Laminariaceae

Marga :   Laminaria

Jenis          :  Laminaria sp.

Berdasarkan hasil pengamatan pada alga spesies Laminaria sp.


yaitu alga ini termasuk dalam golongan devisi Phaeophyta atau alga
coklat. Thalusnya tersusun atas blade (bagian yang mirip daun), stipe
(bagian yang mirip batang), dan holdfast (bagian yang mirip akar).
Alga Laminaria sp. Ditemukan menempel pada batu di tepi pantai
yang ombaknya sedang surut. Struktur thalusnya halus namun
bergerigi karena pada permukaan bladenya yang berbentuk lembaran
terdapat semacam duri yang sebagian menyelimuti tubuh dari alga.
Alga Laminaria sp. menyerupai seperti tumbuhan tingkat tinggi
karena tubuh thalusnya yang tinggi. Hasil ukuran tinggi alga ini
berdasarkan pengamatan yaitu 5 cm. Pigmen Laminaria sp. yang
lebih dominan adalah pigmen xantofil yang menyebabkan ganggang
berwarna coklat.

Perkembangbiakan alga coklat dilakukan secara seksual maupun


aseksual. Perkembangbiakan secara seksual dilakukan secara isogamet
dan anisogamet. Sedangkan perkembangbiakan secara aseksual
dilakukan oleh zoospora atau aplanospora yang tak berdinding.
Zoospora mempunyai dua buah flagella yang tidak sama panjang,
terletak dibagian lateral. Spora dibentuk dalam sporangium yang
uniseluler, dinamakan sporangia unilokuler. Atau spora yang dibentuk
dalam sporangia yng multiseluler yang disebut sporangium
prulilekuler.

30
Alga Laminaria sp. terkenal dengan sebutan palm laut dan
merupakan “kelp” yang paling kecil, tumbuh di daerah batas pasang
surut di pantai berkarang yang dihadapkan pada pukulan ombak di
laut. Alga Laminaria sangat bermanfaat karena alga ini menghasilkan
asam alginat yang berfungsi untuk pembuatan bahan tekstil, makanan,
medis, dan juga kosmetik.

4.2 Macam-Macam Jenis Hewan Yang Termasuk Filum Coelenterata

Ciri-ciri coelenterata umum adalah sebagai berikut...

 Multiseluler, dan radial simetris (memotong bidang melalui pusat


menciptakan segmen identik, mereka memiliki bagian atas dan bawah tapi
tidak ada sisi) 
 Merupakan hewan invertebrata. 
 Memiliki bentuk seperti tabung
 Dikelilingi tentakel di sekitar mulut
 Lapisan tubuh coelenterata terdri dari jaringan luar (eksoderm), jaringan
dalam (endoderm), serta sistem otot yang membujur dan menyilang
(mesoglea)
 Memiliki knidoblast, yaitu sel eksoderm yang berisi racun yang berduri
disebut dengan nematocyt. 
 Hidup di air tawar, air laut, secara solider (melekat pada dasar perairan)
dan berkoloni. 
 Memiliki sel penyengat (nematosis).
 Merupakan hewan karnivora (memakan invertebrata kecil)
 Tidak memiliki organ atau sistem organ
 Tidak memiliki otak, namun hanya impuls saraf yang berjalan melalui
tubuh mereka dan dapat mendeteki sinyal di lingkungannya. 
 Sistem pencernaan coelenterata : di eksoderm terdapat tentakel berbentuk
gelembung disebut Hipnotoxin yang memiliki kait-kait dari benang. Jika
menangkap mangsa, tentakel menarik makanan ke arah mulut dan

31
mendorongnya ke dalam rongga tubuh. Makanan dicerna oleh enzim yang
akan beredar ke seluruh rongga tubuh dan kemudian diserap oleh
endoderm. Sistem pencernaan coelenterata disebut dengan
Gastrovaskuler. 
 Sistem pernapasan adalah sistem saraf difus (baur). 
 Coelenterata memiliki alat gerak yang berupa tentakel.

Klasifikasi Coelenterata (Cnidaria)


1. Hydrozoa

  Hydrozoa berasal dari bahasa yunani, dari kata hydro yang berarti
air, dan zoon yang berarti hewan. Hydrozoa merupakan hewan yang
sebagian besar hidup di laut dan terdapat sebagian dari spesiesnya hidup di
air tawar. Hydrzoa hidup sebagai polip, medusa, atau keduanya.
Gastrodermis Hydrozoa tidak mengandung nematosista.

Polip hidup secara soliter atau berkoloni. Pada saat polip soliter
hydra membentuk tunas yang telah memiliki mulut dan tentakel yang akan
lepas dari induknya. Namun pada polik yang berkoloni seperti Obelia,
tunas-tunas tetap menempel pada induknya dan saling berhubungan,
disebut dengan koloni hidroid. Koloni hidroid menetap pada suatu tempat
dengan hidroriza, yaitu percabangan horisontal (mirip akar) yang tertanam
di dalam substrak.

Hydrozoa mempunyai dua macam alat indra, yaitu oseli sebagai


pengindra cahaya dan statosista sebagai alat keseimbangan. Sebagian
medusa menunjukkan gerak fototaksis negatif (menjauhi sinar), namun
ada juga yang fototaksis positif (mendekati sinar). Contohnya Hydrozoa
adalah Obelia, Hydra, dan Physalia.
Ciri-Ciri Hydrozoa adalah sebagai berikut 

 Hidup di air tawar atau air laut 


 Hidup secara koloni dan soliter

32
 Memiliki bentuk seperti silinder dan dapat bergerak di bebatuan dalam
menangkap makanan. 
 Berkembang biak secara aseksual dan seksual.

33
2. Scyphozoa
Istilah Scyphozoa berasal dari bahasa Yunani, dari kata skyphos
yang berarti mangkuk, dan zoon yang berarti hewan. Scyphozoa
merupakan hewan yang hidup di laut dan sebagai ubur-ubur sejati,
karena medusa memiliki bentuk dominan dalam siklus hidupnya.
Umumnya medusa berenang secara bebas, dengan membentuk seperti
payung dengan ukuran diamater sekitar 2-40 cm, sampai ada juga yang
mencapai 2 m. Medua memiliki warna yang menarik, misalnya jingga,
kecoklatan, kesumba. Ordo Stauromedusae (Lucernariida) mempunyai
medusa yang bertangkai pada bagian aboral dan sesil atau menempel
pada ganggang dan juga benda lainnya. Terdapat Scyphozoa tidak
mempunyai bentuk polip, seperti atolla, dan pelagia. Namun terdapat
juga yang memiliki benuk polip tetapi dengan ukuran kecil berupa
skifistoma. contohnya pada aurelia. Scyphozoa umumnya diesis dan
gonad terdapat di gastrodermis. Sel telur atau sperma masuk ke dalam
rongga gastrovaskuler dan dikeluarkan melalui mulut. Fertilisasi dapat
terjadi secara eksternal di air luat atau di koral. Contoh Scyphozoa
adalah Aurlia, Cyanea, Perphylla Chrysaora, dan Rhizostoma.

Ciri-Ciri Scyphozoa adalah sebagai berikut

 Memiliki ukuran yang besar dan terdapat banyak di pantai seperti


ubur-ubur dan hidup di laut.
 Memiliki saluran bercabang sebagai alat pencernaan.
 Pada bagian tepi dikelilingi oleh tentakel.
 Pada sekitar mulut, terdapat empat lengan dengan terdapat nematokist
yang berfungsi melemahkan mangsa. 
 Sistem saraf yang terbentuk anyaman

34
3. Anthozoa
 Istilah anthozoa berasal dari bahasa Yunani, dari kata anthos yang
berarti bunga, dan zoon yang berarti hewan. Anthozoa merupakan
hewan laut yang memiliki bentuk mirip bunga. Anthozoa hidup
sebagai polip soliter atau berkoloni dan tidak mempunyai bentuk
medusa. Terdapat anthozoa yang membentuk rangka dalam atau
rangka luar dari zat kapur, namun ada juga yang tidak membentuk
rangka. Rongga gastrovaskuler pada Anthozoa bersekat-sekat dan
mengandung nematosista. Gonat ada di gastrodermis. Anthozoa
memiliki 6.100 spesies diantaranya sebagai berikut.

 Metridium dan Edwardisia, merayap dengan pedal mirip dengan kaki 


 Acropor, Fungia, Astrangia, mempunyi rangkai luar dari zat kapur
yang disebut dengan karang batu. 
 Cerianthus, polip dengan bentuk mirip anemon panjang yang
bertentakel banyak dengan dibungkus oleh selubung dari lendir dan
pasir yang mengeras. 
 Antipathes, koral hitam, rangka tersusun dari zat tanduk, dan memiliki
bentuk seperti ranting tumbuhan yang bercabang-cabang dengan
warna hitama

Ciri-Ciri Anthozoa adalah sebagai berikut.

 Memiliki bentuk yang menyerupai bunga, mempunyai warna yang


beragam .
 Mempunyai tentakel dengan jumlah yang banyak dan berkelipatan 8 
 Hewan yang hidup air laut yang jernih.
 Tidak memiliki bentuk medusa dan ada jua yang berbentuk polip
namun sangat langka.

35
4. Cubozoa
Dulu, Cobozoa terdapat dalam golongan Scyphozoa, namun
setelah ditemukan perbedaan yang mendasar. Kemudian dijadikan
kelas tersendiri. Perbedaan tersebut adalah Cubozoa mengalami
metamorfosis lengkap dari polip hingga ke medusa payung (ytubuh)
berbentuk kotak, dan memiliki lensa mata yang kompleks. Cubozoa
merupakan ubur-ubur sejati. Medua memiliki bentuk lonceng dengan
empat sisi yang datar, sehingga menyerupai bentuk kubus. Memiliki
tinggi lonceng mencapai 17 cm dengan jumlah tentakel 4 buah atau
empat rumpun yang panjangnya mencapai 2 m.
Cubozoa dapat berenang cepat secara horisontal dengan bagian
aboral sebagai anteriornya. Habitat Cubozoa di laut tropis dan
subtropis dengan makanan utamanya adalah ikan. Sebagian cubozoa
berdampak buruk bagi perenang karena sengatan nematosistanya dapat
menyebabkan luka yang sulit disembukan, sampai menyebabkan
kematian dalam waktu 3-20 menit. Contohnya pada Chironex fleckeri
(sea waspas) di perairan Indo-Pasifik.
Ciri-Ciri Cubozoa adalah sebagai berikut...

 Berbentuk polik dan juga medusa payung, 


 Memiliki bentuk kotak dan lensa mata yang kompleks. 
 Mempunyai sisi datar yang menyerupai bentuk kubus. 
 Tinggi lonceng sekitar 17 cm dengan 4 tentakel yang panjang
mencapai 2 m. 
 Berenang secara horisontal.

36
Peranan Coelenterata

 Sebagai bahan makanan. contohnya pada ubur-ubur, anemon laut/mawar


laut
 Sebagai hiasan di bawah laut atau akuarium air laut
 Dapat menarik wisatawan dan pengunjang pada wisata laut menyelem jika
memiliki terumbu karang yang bagus dan eksotik. Contohnya taman laut
bunaken. 
 Terumbu karang berfungsi sebagai tempat perkembangbiakan ikan-ikan
laut dan tempat berlindung satwa laut lainnya
 Sebagai pelindung pantai dari hantaman gelombang laut
 Dapat digunakan sebagai perhiasan seperti akar bahar dan koral 
 Sebagai bahan dapur seperti batu karang
 Sebagai taman laut untuk rekreasi

4.3 Macam-Macam Komponen Abiotik Pantai Sari Ringgung


1. Suhu
a. Suhu udara di daerah pantai adalah 340C
b. Suhu air laut adalah 290C
c. Suhu pasir pantai adalah 340C
2. Cahaya
Di daerah pantai memliki cahaya matahari langsung.
3. Air, di daerah pantai/laut terdapat jenis air asin dengan kadar salinitas
tinggi.
4. Ph tanah/pasir
Ph air laut : 8
Ph air :5
5. Angin, kecepatan angin : 0,9 m/s

37
6. Kelembapan udara : 36,8

38
4.4 Ciri – Ciri Daerah Pantai
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama ekosistem pantai yang sehat dan
baik, antara lain:
1.       Garis pantai permanen terjaga dengan baik, yakni wilayah laut yang
berbatasan dengan daratan.
2.      Terdapat kawasan ekosistem mangrove dengan jumlah ideal 30% dari
jumlah total luas pesisir.
3.     Terdapat pola usaha budidaya ikan jenis air payau dengan berpegang pada
wawasan lingkungan yang baik.
4.    Lingkungan pantai dijaga dengan baik, namun terdapat sedikit pencemaran
seperti sampah pengunjung yang dibuang sembarangan.

2.4.1   Manfaat ekosistem pantai dan laut


1.    Sumber protein hewani, yaitu dari berbagai jenis ikan yang hidup dan
berkembang biak di daerah hutan bakau
2.    Sumber protein hewani yang berasal dari berbagai jenis ikan yang tinggal di
daerah laut dan pantai.
3.    Pantai yang ditumbuhi hutan bakau dapat menghasilkan kayu.
4.    Pantai yang landai merupakan daerah potensial untuk budi udang atau ikan
laut.
5.    Pantai juga dapat dijadikan daerah tempat wisata bagi masyarakat.

2.4.2.  Berdasarkan tempatnya/daerahnya,ekosistem pantai dapat dibedakan


menjadi 3 yaitu:
1.    Daerah Atas
Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah
ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi
konsumsi bagi kepiting dan burung pantai.
2.    Daerah tengah pantai
Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah.
Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis,kerang,

39
siput herbivora dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-
ikan kecil.
3.   Daerah pantai terdalam
Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini
dihuni oleh beragam invertebrata  dan ikan serta rumput laut.

Hewan – hewan yang ditemukan di pantai Sari Ringgung

1. Umang-umang

Kingdom         : animalia
Filum               : Arthropoda
Subfilum         : Mandibula
Class                : Crustacea
Ordo                : Decapoda
Famili              : pyolochelidae
Genus              : Pagurus
Species            : Pagarus bernhardus
 
Umang-umang adalah jenis krustasia dekapod yang tergolong dalam
superfamili Paguroidea. Kebanyakan spesies umang-umang
berabdomenpanjang dan lembut yang dilindungi dari ancaman pemangsa
dengan memakai sekeping cangkerang kosong yang ditinggalkan haiwan
lain, yang boleh memuatkan badan haiwan ini. Tabiat mendiam dalam
cangkerang lama ini memberikan nama umang-umang dalam bahasa
Inggeris sebagai "hermit crab", sempena bayangan pertapa yang tinggal
sendirian dalam gua.

40
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan 1
Pada kunjungan kali ini dapat disimpulkan bahwa hewan laut
merupakan anugrah dari Sang Pencipta yang harus dijaga, dipelihara dan
dirawat. Apabila pada habitat aslinya sudah mengalami kerusakan atau
kepunahan maka kita sebagai ciptaannya juga harus peduli dengan ciptaan
Tuhan yang lainnya. Dengan menempatkan hewan budidaya pada suatu
wadah dapat ditemukan banyak manfaat antara lain sebagai ilmu
pengetahuan pada pelajar, menambah kas daerah dengan hasil penjualan,
dan dapat melestarikan hewan di habitat aslinya.
Kesimpulan 2
Pada penelitian yanga kami lakukan di pantai sari ringgung, kami
menyimpulkan bahwa laut dan pantai memiliki komponen abiotik berupa
suhu, air, Ph tanah,Ph air, cahaya, kelembapan udara, angin. Serta ada
berbagai jenis alga yang ada di laut/pantai namun yang dapat kami
temukan di Pantai Sari Ringgung hanya alga coklat spesies Laminaria sp.
Dan ada banyak jenis hewan filum Coelenterata, yang kami temukan di
pantai adalah jenis karang/koral. Kami juga menemukan hewan
kerang,dan umang-umang di tepi pantai.

5.2 Saran
Melalui laporan ini di harapkan para pembaca dapat memperoleh
informasi tentang cara pembudidayaan ikan yang baik dan benar. Serta
menambah wawasan pembaca mengenai Balai Besar Pengembangan
Budidaya Laut Lampung. Sebagai manusia kita juga harus menjaga
lingkungan pantai dan tidak membuang sampah sembarangan di pantai.

41
DAFTAR PUSTAKA

http://bbpbl.djpb.kkp.go.id/

https://id.foursquare.com/v/bbpbl-lampung/4d1ab94a02a66dcbd2de6265

http://fifizulfiani.blogspot.com/2014/10/laporan-pembenihan-kakap-putih-di-
bbpbl.html

Johanis dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Kerapu Bebek Sehat


Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan
Perikanan, Bogor.

Syamsul Akbar, Pg D ip, Drs Sudaryanto Pembenihan dan Pembesaran Kerapu


Bebek, Penebar Swadaya 2002.

http://takasiwabara.blogspot.co.id/2014/11/makalah-ekosistem-pantai.html
http://sitisalmah27.blogspot.co.id/2014/03/makalah.html
http://protista-spectbio.blogspot.co.id/2010/12/protista-yang-menyerupai-
tumbuhan-algae.html
http://www.artikelsiana.com/2015/07/coelenterata-pengertian-ciri-klasifikasi-
peranan.html#
http://www.zonabiokita.web.id/2013/07/ciri-ciri-filum-coelenterata.html
http://belajarbiologi.com/2014/06/klasifikasi-coelenterata.html
http://iwak-pithik.blogspot.co.id/2012/05/filum-coelenterata-hewan-
berongga.html
http://sifaazmi-susilowati.blogspot.co.id/2015/02/echinodermata-laporan-
praktikum.html

42
LAMPIRAN

Batu karang Mengukur suhu tanah/pasir

Thermometer raksa Thermometer

Ph meter Pengukuran Ph tanah/pasir

43
Laminaria sp. Kerang (umang-umang)

Pengukuran Ph air Hasil pengukuran

Bak pembudidayaan ikan kerapu macan Saluran air

44
Ikan cobia Ikan kerapu bebek

Ikan nemo Landak laut

Pemfilteran air laut Elektor

45
Di BBPBL Wawancara di BBPBL

Anemometer Higrometer

46

Anda mungkin juga menyukai