Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Agribisnis Agroinput Tanaman Bunga Krisan


(Chrysanthemum Sp.)

Makalah ini dibuat

Dosen Pembimbing :
Ir.Harniati M.Sc

Disusun Oleh :

Nurhafiza Hutagalung (02.05.18.023)


Opie Ayu Melani (02.05.18.024)

PRODI AGRIBISNIS HORTIKULTURA


JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah
ilmiah ini.

Dalam penyusunan makalah ilmiah ini, penulis banyak mendapat


tantangan dan hambatan, akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak
tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan programa ini,
semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, maka tak ada


gading yang tak retak, penulis yakin masih banyak kekurangan dan masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun demi menyempurnakan makalah ilmiah ini. Semoga dapat
digunakan sebagaimana mestinya, Terima kasih.

Bogor, 10 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah penelitian..............................................................................1
1.3 Manfaat dan tujuan penelitian............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
BAB III PENUTUP..........................................................................................................14
3.1 KESIMPULAN................................................................................................14
3.2 SARAN............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Krisan merupakan salah satu bunga potong maupun tanaman pot
yang paling populer pada perdagangan internasional. Bunga krisan
memiliki berbagai keunggulan, di antaranya mempunyai karakter tidak
mudah layu serta variasi warna dan bentuk bunga sangat beragam
dibandingkan dengan bunga lain. Dari segi keunggulan usahatani, tanaman
krisan mudah dibudidayakan, umur panen relatif pendek, bunga dapat
dipanen serentak, waktu pembungaan, dan waktu panen dapat diatur sesuai
kebutuhan pasar, misalnya ketika permintaan tinggi pada hari-hari besar
nasional keagamaan, hari kemerdekaan, musim pernikahan, dan perayaan
lainnya. Hal tersebut yang menyebabkan krisan menjadi salah satu
komoditas andalan dalam pengembangan tanaman hias.
Upaya peningkatan produksi dan mutu bunga krisan untuk
memenuhi kebutuhan nasional, masih terhambat oleh rendahnya tingkat
kemampuan teknologi yang dikuasai oleh petani, sedangkan untuk pasar
ekspor masih menemui kendala, yaitu kualitas bunga yang dihasilkan
kalah bersaing dengan produk dari luar negeri, rendahnya tingkat efisiensi
produksi, kebijakan pemerintah yang belum banyak mendukung,
kemampuan akses pasar internasional kurang, dan belum memiliki lisensi
untuk pengembangan bunga krisan dari negeri asal bunga krisan (Budiarto
et al. 2006; Budiarto & Marwoto 2009).

1.2 Rumusan masalah


Permasalahan dalam pengelolaan usahatani krisan yang sering
ditemui petani adalah penerapan teknologi baru. Hal tersebut berkaitan
dengan permodalan yang dimiliki petani, tingkat pengetahuan dan
keterampilan, struktur sosial, skala usaha, serta harga jual pada saat panen
yang rendah.

1.3 Manfaat dan tujuan


Tujuan penelitian adalah memperoleh informasi jenis inovasi
teknologi yang dibutu

hkan pelaku usaha untuk mengembangkan budidaya tanaman


krisan dan memberikan informasi tentang kebutuhan pelaku usaha
terhadap inovasi teknologi yang dikembangkan merupakan masukan bagi
strategi pengembangan selanjutnya.

1
BAB II

PEMBAHASAN
Tabel 1. Deskripsi, skala, dan kategori sifat inovasi teknologi berkelanjutan (Description, scale, and category of
sustainability technologies innovation characteristics)
Skala dan kategori (Scale and categories)
Sistem 5 4 3 2 1
penyusunan Sangat Penting Cukup Tidak penting Sangat tidak
inovasi teknologi penting (Important) (Sufficient) (Unimportant) penting (Very
(Technology (Very unimportant)
innovation important)
formulation
system)
I. Sistem pengelolaan sumber daya
(Resource’s management system)
Kondisi lahan (Land condition), (jenis 5 4 3 2 1
tanah, kesuburan tanah, ketinggian tempat
land type, land fertility, altitude)
Kondisi iklim (Climate condition) 5 4 3 2 1
(kering, basah/wet, dry)
Air (Water), (ketersediaan air, kualitas 5 4 3 2 1
air, pengelolaan air (water availability,
water quality, water manageability)
Rumah lindung (Screen house), (plastik, 5 4 3 2 1
sere, rancangan/plastic, sere, planning)

2
Agro input (Input agro) (benih, pupuk, 5 4 3 2 1
pestisida, hormon/seed, fertilizer,
pesticide,
hormon)
Sumber daya genetik (Genetic resources) 5 4 3 2 1
(lokal, introduksi, hasil pemuliaan/local,
introduction, breeding result)
Sumber daya manusia (Human resources) 5 4 3 2 1
(kompetensi, jumlah/competency,
amount)
Peralatan (Equipment), (khusus, 5 4 3 2 1
umum/special, general)
II. Sistem produksi (Production system)
Benih (Seed) 5 4 3 2 1
Pengelolaan lahan (Land management) 5 4 3 2 1
(media, pengolahan/media, processing)
Penanaman (Planting) 5 4 3 2 1
Pemupukan/pemberian hormon 5 4 3 2 1
(Fertilizing, hormon giving)
Pengairan (Irrigation) 5 4 3 2 1
Pengendalian organisme pengganggu 5 4 3 2 1
tanaman (Plant pest organism control),
(hama, penyakit, gulma/pest, disease,
weed)

III. Sistem pascapanen (Post harvest system)


Cara panen (How to harvest) 5 4 3 2 1
Waktu panen (Time of harvest) 5 4 3 2 1

3
Sortasi dan grading (Sortation and 5 4 3 2 1
grading)
Penggunaan bahan pengawet (Use of 5 4 3 2 1
preservatives)
Pengemasan (Packaging) 5 4 3 2 1
Penyimpanan (Storage) 5 4 3 2 1
Pengepakan (Packing) 5 4 3 2 1
Modifikasi atmosfir (Atmosfir 5 4 3 2 1
modification), (interaksi suhu dan kadar
CO2/
temperature interaction, CO2 level)
Transportasi (Transportation) 5 4 3 2 1

4
Skala dan kategori (Scale and categories)
Sistem 5 4 3 2 1
penyusunan inovasi Sangat Penting Cukup Tidak penting Sangat tidak
teknologi penting (Important) (Sufficient) (Unimportant) penting (Very
(Technologi (Very unimportant)
innovation important)
formulation system)
IV. Logistik dan distribusi (Logistic and
distribution)
Rantai pasok (Supply chain) 5 4 3 2 1
Manajemen rantai pasok (Supply chain 5 4 3 2 1
management)
Standarisasi produk (Product standarization) 5 4 3 2 1
(nasional, internasional/national,
international)
V. Pengelolaan lingkungan (Environmental
management)
Ramah lingkungan (Environmentally 5 4 3 2 1
friendly)
Pengolahan dan pemanfaatan limbah 5 4 3 2 1
(Processing and utilization of waste),
(pembuatan kompos/composting)
Keterkaitan usaha (integrasi) ternak dengan 5 4 3 2 1
tanaman) (integration of plant with
livestock)
Keterkaitan usaha (integrasi) tanaman 5 4 3 2 1

5
dengan tanaman (tumpangsari) (integration
of plant with intercropping)
Antisipasi dampak perubahan iklim, anomali 5 4 3 2 1
iklim (kekeringan, curah hujan tinggi, kabut,
angin) (Anticipation impact of climate
change/climate anomaly (drought,
heavy rainfall, fog, wind)
VI. Pemasaran hasil (Marketing of yield)
Permintaan dan penawaran (Supply and 5 4 3 2 1
demand)
Preferensi konsumen (Consumer preference) 5 4 3 2 1
Strategi pasar (merk dagang, kemasan, dll.) 5 4 3 2 1
(Marketing strategy/merk, packaging, etc.)
Pembauran pemasaran (produk, tempat, 5 4 3 2 1
harga, promosi) (marketing assimilation /
product, place, proce, promotion)
Segmentasi pasar (Market segment) 5 4 3 2 1
Kemitraan (Partnership) 5 4 3 2 1
Pengawasan pasar (Market inteligent) 5 4 3 2 1
VII. Kelembagaan (Institution)
Kelembagaan petani (Poktan, Gapoktan) 5 4 3 2 1
(Farmers institution/farmers group,
farmers group assosiation)
Kelembagaan produksi (Production 5 4 3 2 1
institution) (asosiasi produsen (perusahaan),
sarana produksi, perusahaan) (Production
assosiation, Production facilities,
company)

6
Kelembagaan pemasaran (Marketing 5 4 3 2 1
institution) (pasar, pedagang, pelelangan,
Stasiun agribisnis/market, trader, auction,
agribussines station)
Kelembagaan permodalan (Capital 5 4 3 2 1
institution) (bank/bank,
koperasi/cooperative)
Usaha bersama (koperasi) (Joint ventures) 5 4 3 2 1

Permasalahan utama yang dihadapi dalam pengembangan sektor pertanian lebih bersifat struktural dan sistemik. Salah satu di
antaranya adalah stagnansi produktivitas komoditas pertanian Pambudy & Dabukke 2010). Di antara komoditas pertanian yang
menghadapi permasalahan yang cukup kompleks adalah tanaman krisan. Rendahnya pengembangan dan penerapan inovasi teknologi
yang tepat guna merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi. Beberapa teknologi tanaman hias telah dihasilkan dan
dipublikasikan, tetapi yang menjadi permasalahan mendasar tidak hanya terbatas pada penemuan saja, melainkan juga bagaimana
penerapan adopsi di tingkat petani.
Permasalahan lain dalam pengembangan krisan di dalam negeri adalah terbatasnya benih berkualitas sehingga peningkatan
permintaan krisan dari tahun ke tahun belum dapat dipenuhi dari produksi krisan dalam negeri. Biaya untuk pengadaan benih cukup
besar, terutama bila sangat bergantung pada benih impor. Penggunaan benih berkualitas sangat penting dilakukan, karena menjadi
prasyarat diperolehnya bunga berkualitas tinggi. Selain itu, tanaman juga responsif terhadap agro-input yang diberikan, agar tanaman
tumbuh optimal sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan bunga dengan kualitas tinggi. Kendala lainnya dalam budidaya krisan di

7
Indonesia adalah perlunya modifikasi lingkungan agar tanaman dapat tumbuh
baik, seperti pembuatan rumah lindung, penambahan cahaya lampu, dan suhu
lingkungan.Dalam upaya pengembangan agribisniskrisan. berbagai tahapan
strategis perlu di susun.Untuk merealisasikan hal tersebut baik dari aspek teknis
maupun manajemen ada beberapa yang bisa dilakukan antara lain:
1. Untuk mengurangi ketergantungan kebutuhan bibit bunga krisan dari luar
(80% disuplay dari luar). maka perlu peningkatan kemampuan para petani
(kelompok tani)dalam penangkaran bibit sehingga kebutuhan bibit secara
perlahan-lahan dapat terpenuhi baik jumlahnya maupun varietas yang diinginkan
(sesuai kebutuhan pasar);
2. Untuk menunjang kemampuan dan keahlian para petani krisan. maka perlu
pelatihan yang terkait dengan agribisnis bunga krisan mulai dari hulu sampai hilir
(mulai pembibitan, produksi, pemasaran hasil) melalui kelembagan yang ada;
3. Untuk menunjang kelancaran pengembangan agribisnis bunga krisan perlu
mengoptimalkan peran dan fungsi kelembagaan yang ada sehingga akan
memudahkan aksesbilitas petani kepada berbagai lembaga yang terkait.Misalnya
meningkatkan peran dan fungsi asosiasi dan koperasi yang ada sehinga dapat
mempermudah petani dalam akses permodalan, pemasaran, sarana produksi dan
lain-lain;
4. Agar hasil produksi bunga krisan bisa segera masuk pasaran yang lebih
jauh, selain meningkatkan kualitas hasil produksi perlu menjalin kerjasama
dengan pengusaha sebagai mitra usaha.

Salah satu inovasi tekologi yang dapat digunakan adalah penggunaan


benih asal biji atau true shallot seed (TSS). Penggunaan TSS sebagai sumber
benih merupakan salah satu alternatif solusi untuk mencukupi kebutuhan benih
bermutu. Teknologi TSS diharapkan dapat meningkatkan produktivitas,
menyehatkan tanaman, mengefisienkan penggunaan benih, dan memudahkan
transportasi sehingga dapat menekan biaya kirim (Mardiyanto, Pangestuti,
Prayudi, & Endrasari, 2017).
Krisan dalam bentuk bunga potong sangat populer di tanah air, tercermin
dengan volume impor dan ekspor hortikultura tahun 2012. Volume, nilai impor
dan ekspor krisan menduduki peringkat pertama, disusul oleh anggrek dan mawar.
Permintaan bunga potong krisan yang makin meningkat mendorong
berkembangnya peluang agribisnis krisan di dalam negeri. Bisnis UKM (2009)
mengungkap bahwa budi daya krisan
memacu perkembangan industri pendukung, seperti industri agroinput, benih,
industri on farm dan off farm termasuk sortasi, grading, transportasi, distribusi,
dan pemasaran.

8
BP3T adalah bakteri yang mengkoloni perakaran dan bermanfaat bagi
pertumbuhan tanaman. Bakteri ini hidup dan berkembang dengan memanfaatkan
eksudat yang dikeluarkan oleh perakaran tanaman. Apabila di lahan sedang tidak
ada tanaman, bakteri ini mampu memanfaatkan bahan organik yang berada di
dalam tanah untuk bertahan hidup. Petani umumnya menerapkan strategi
pengendalian yang mengandalkan penggunaan pestisida dengan dosis dan
intensitas aplikasi yang sangat tinggi. Kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan,
terlebih dengan diberlakukannya era MEA 2015. Produk yang diperlukan harus
berkualitas baik dan ramah lingkungan sehingga produsen perlu mencari alternatif
strategi pengendalian yang ramah lingkungan, salah satunya dengan
mengaplikasikan BP3T. Dengan diberlakukannya MEA 2015, Indonesia memiliki
peluang untuk memanfaatkan keunggulan teknis dan ekonomi BP3T untuk
memperoleh keuntungan. Dalam upaya mengatasi pemassalan produksi
agroinput berbahan aktif BP3T, diperlukan dukungan pemerintah berupa
kemudahan perizinan, insentif produksi dan pajak, serta peniadaan pungutan yang
tidak relevan.

Hasil analisis ragam terhadap pertumbuhan dan pembungaan krisan


varietas Grand Pink, Bacardi White, dan Reagent Splendid menunjukkan bahwa
penggunaan bibit G12 dan G4 sebagai pembanding memberikan pengaruh tidak
nyata pada semua variabel pengamatan. Perbedaan kualitas antara bibit G4 dengan
G12 hanya terjadi pada karakter ketajaman warna. Warna bunga krisan hasil G12
lebih terang dibanding bibit G4. Kualitas bunga krisan tidak ditentukan
berdasarkan ketajaman warna bunga namun berdasarkan panjang tangkai.
Keuntungan dalam penggunaan bibit G12 hasil produksi petani untuk produksi
bunga adalah harganya lebih murah jika dibandingkan dengan harga bibit G4 dari
perusahaan. Per bulan Mei 2014, PT Condido Agro mematok harga bibit G4
sebesar Rp. 225,00/tanaman, sedangkan harga bibit hasil produksi petani hanya
dipatok sebesar Rp 175,00/tanaman. Selain itu faktor jarak lokasi perusahaan
dengan tempat produksi petani yang cukup jauh semakin membuat penggunaan
bibit hasil produksi petani lebih menguntungkan.

Alur rantai pasok agribisnis bunga krisan dimulai dari pengadaan sarana
produksi–Petani(budidaya) sampai dengan panen- pengepuldistributor-pedagang
pengecer- konsumen. Masing-masing pelaku dalam mata rantai agribisnis krisan
melakukan aktivitas sesuai dengan perannya. Pengadaan sarana produksi
merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan bahan/sarana untuk
berproduksi seperti: membeli/ membuat bibit, pupuk, obatobatan, membangun
screen house dan instalasi kelengkapannya. Bahan-bahan tersebut dapat diperoleh
dengan melakukan kerjasama dengan kios, koperasi, supplier atau membuat
sendiri (misal: stek bibit, pupuk organik).

9
Kuntoro Boga Andri : Analisis Rantai Pasok Dan Rantai Nilai Bunga Krisan

Gambar 1.Rantai Pasok Agribisnis Bunga Krisan di Jawa Timur


Krisan pot kultivar Avanthe Agrihorti dengan kombinasi kerapatan tanam
7 stek per pot dan konsentrasi pupuk 150 ppm memberikan penampilan dan
kualitas bunga yang baik untuk pot berdiameter 15 cm, Sehingga pemberian
pupuk NPK dengan konsentrasi 150 ppm sudah cukup untuk budidaya krisan pot.
pendapat Rianto (2008) bahwa kriteria yang digunakan sebagai dasar dalam
standarisasi mutu bunga mencakup spesifikasi bentuk, kerapatan, kekompakan
serta tata letak dari tiap kuntum bunga pada tangkai bunga dan semakin banyak
jumlah kuntum bunga dalam setiap tangkainya, maka secara tidak langsung
tangkai bunga yang juga semakin panjang sehingga sering kali dikategorikan
sebagai bunga yang berkualitas baik.
Selain itu juga penampilan dan kualitas bunga pada krisan pot juga
mempengaruhi harga jual, ini sesuai dengan pendapat (Andiani 2013) bahwa
dalam perkembangannya tanaman krisan pot yang diminati adalah bunga yang
berwarna cerah, pertumbuhan yang baik, tidak terserang penyakit, mempunyai
bunga yang lebat dan diameter bunga yang seragam.

Gambar 2 Penampilan tanaman pada kerapatan T3 pada berbagai


konsentrasi pupuk

10
Harga jual krisan sangat dipengaruhi oleh kualitas bunga yang dihasilkan
petani (Puslitbang Hortikultura, 2003; Levai dan Ferencz, 2010). Masih banyak
kasus menunjukkan bahwa bunga potong krisan yang dihasilkan oleh petani
bermutu rendah. Hal ini mengakibatkan harga jual bunga krisan rendah sehingga
tidak dapat menutup biaya produksi yang sudah dikeluarkan oleh petani (Budiarto
et al., 2006). Berkaitan dengan permasalahan tersebut, peningkatan produksi perlu
disertai dengan perbaikan teknologi budidaya untuk meningkatkan kualitas
produksi bunga yang mengarah kepada GAP dan GHP dengan tidak
mengesampingkan komponen-komponen teknologi lain yang diinginkan pasar
(Msogoya dan Maerere, 2006; Sinar Tani, 2009).
Salah satu teknologi yang dapat ditetapkan adalah pengaturan kerapatan
atau jarak tanam bunga krisan. Kerapatan menentukan efisiensi pemanfaatan
ruang tumbuh dan mempermudah tindakan budidaya lainnya. (Mujisihono dan
Santosa 2001). Penambahan jumlah stek pada tanaman krisan berpengaruh nyata
terhadap diameter batang pada umur 6 MST, jumlah kuntum per pot dan lebar
tajuk. Hal tersebut disebabkan karena kerapatan mempengaruhi jumlah intensitas
cahaya yang dapat digunakan oleh tanaman. Tanaman yang tumbuh pada
lingkungan intensitas cahaya rendah akan memiliki daun berukuran lebih besar
dan jumlah daun lebih sedikit. Hal tersebut juga menjadi salah satu faktor
mengapa kerapatan 7 stek per pot memiliki tajuk yang lebih lebar dibanding
dengan 2 taraf lainnya. Heddy (1989) menyatakan bahwa tanaman yang hidup
pada kondisi ternaungi akan memiliki struktur daun yang lebih besar. Selain
cahaya juga faktor fitohormon mempengaruhi pertumbuhan tanaman krisan,
hormon auksin membantu merangsang pertumbuhan pada saat keadaan kurang
cahaya, sehingga tanaman yang berjarak rapat akan mengalami etiolasi.
Tanaman krisan diketahui memerlukan hara N yang tinggi pada periode
awal pertumbuhan hingga berumur 7 minggu. Pada kondisi tertentu, pemberian N
yang tinggi tanpa diikuti oleh hara makro dan mikro lainnya dapat menimbulkan
pengaruh yang negatif baik terhadap tanaman maupun terhadap ketersediaan hara
bagi tanaman. Berdasarkan uraian di atas penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui bagaimana pengaruh kerapatan tanam dan pengaruh konsentrasi
pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan produksi bunga krisan pot serta adakah
pengaruh interaksi antara kerapatan tanam dengan pemberian pupuk NPK
terhadap pertumbuhan dan produksi krisan pot.
Media tanam yang biasa digunakan yaitu pecahan genting, arang kayu
dicampur dengan cacahan akar pakis. Dendrobium, Bulbophyllum, Oncidium dan
jenis anggrek lainnya yang berakar halus, elok dilekatkan pada akar pakis yang
ringan, agak longgar atau jarang susunan seratnya, mudah dimasuki akar-akar
yang halus (Latif, 1960). Penggunaan media tanam secara kombinasi diharapkan
dapat memberikan lingkungan perakaran lebih baik disamping tersedia air dan
unsur hara. Pemberian unsur hara selain diberikan lewat tanah umumnya
diberikan lewat daun. Pupuk daun adalah bahanbahan atau unsur-unsur yang

11
diberikan melalui daun dengan cara penyemprotan atau penyiraman kepada daun
tanaman agar langsung dapat diserap guna mencukupi kebutuhan bagi
pertumbuhan dan perkembangan (Sutedjo,1999). Biasanya tanaman diberi pupuk
baik organik maupun anorganik. Pupuk yang digunakan biasanya pupuk majemuk
yaitu pupuk yang mengandung unsur makro dan mikro. Beberapa jenis pupuk
daun (bayfolan gandasil, hyponex, vitabloom, dll.) sudah tersedia di pasaran dan
sudah banyak dipakai petani anggrek, tetapi ada jenis pupuk baru (inabio, super
bionik, plant catalyst 2006, dan SIP = subur inti persada ) yang tersedia belum
banyak digunakan. Pupuk baru ini mempunyai potensi untuk digunakan karena
kelebihan unsur hara yang dikandungnya.
Kandungan N jaringan yang tinggi pada media pakis (2,473 %), jelas
tercukupi kandungan unsur-unsurnya untuk memacu pertumbuhan bagian daun
tersebut. Nitrogen yang tersedia akan memacu terbentuknya protein dan
persenyawaan organik lainnya, sehingga akan menstimulasi pembelahan sel,
pemanjangan sel dan mendorong proses deferensiasi yang akhirnya akan
menstimulasi pertumbuhan tanaman. Selain unsur nitrogen cukup juga karena
unsur pembentuk hijau daun seperti besi (Fe) dan magnesium (Mg) optimal. Rai
(2002) mengatakan tanaman yang kekurangan hara magnesium maka klorofil
tidak terbentuk karena unsur tersebut esensial bagi molekul klorofil, demikian
juga apabila kekurangan besi. Adanya klorofil akan membantu proses fotosintesis,
yang selanjutnya menghasilkan karbohidrat yang segera ditranslokasikan pada
bagian –bagian pengguna antara lain untuk pelebaran daun, pemanjangan daun,
dan menambah jumlah daun.
Pemberian pupuk pada tanaman krisan dapat dilakukan dengan cara ditabur
merata di sekitar tanaman krisan. Cara lain pemberian pupuk dengan dilarutkan dalam air
bersamaan dengan pemberian air irigasi yang disebut fertigation. Secara umum air irigasi
bukanlah sumber nutrisi makro nitrogen, fosfor, atau kalium yang nyata, namun dapat
mengandung nutrisi seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S) dalam jumlah
besar. Total larutan nutrisi merupakan kombinasi dari air irigasi dan pupuk yang
dilarutkan dalam air. Agar tanaman krisan tumbuh dan berkembang baik, dilakukan
pemeliharaan tanaman yang meliputi penyiraman, pengendalian gulma, serta hama dan
penyakit. Penyiraman pada awal pertumbuhan dilakukan hampir setiap hari, setelah
sekitar 2 MST, tanaman disiram 2 kali/minggu dengan cara disemprotkan. Pengendalian
gulma dilakukan dengan cara manual, yaitu membersihkan gulma dari area pertanaman
dengan cara dicabut setiap 2 minggu.
Nutrisi dan ketersediaan air memengaruhi pertumbuhan ruas batang, terutama
perluasan sel seperti pada organ vegetatif. Tanpa adanya air, tanaman tidak dapat
melakukan pertumbuhan (Handreck dan Black 1994). Implikasi dari fenomena ini ialah
batang menjadi lebih besar dan tegak untuk mendukung pembungaan. Kualitas bunga
dapat lebih baik dengan meningkatnya diameter batang. Pengukuran EC media tanam
dilakukan setelah bunga dipanen. Electrical conductivity media tanam menjadi kecil
karena kationkation di dalam media yang telah diberikan pupuk banyak diserap tanaman.
Takaran pupuk memberikan pengaruh yang nyata terhadap EC media tanam. Media yang

12
diberi perlakuan pupuk, memiliki EC lebih tinggi dibanding tanpa dipupuk. Unsur-unsur
hara yang terkandung dalam pupuk meningkatkan EC media tanam.
Sangat penting menganalisis tanah secara teratur untuk larutan garam dan peubah pH.
Nilai pH antara 5,5-6,5 cukup memadai, dan EC tidak melebihi 2,5 mmho/cm. Electrical
conductivity media tanam dalam percobaan ini berkisar antara 0,15-0,28 mS/cm. Kondisi
ini menurut Handreck dan Black (1994) bahwa EC dengan media tanam <0,35 mS/cm
maka pemberian pupuk diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Pengendalian hama penggorok daun Liriomyza sp., Thrips parvispinus Karny.,
ulat tanah Agrotis ypsilon Hufn., Spodoptera litura F., tungau merah Tetranychus sp., dan
siput Parmarion pupillaris Humb. menggunakan insektisida profenofos 500 g/l dan
deltametrin 25 g/l dengan konsentrasi 1-2 ml/l air dan abamektin 18,4 g/l dengan
konsentrasi 0,5 ml/l air, aplikasi insektisida disemprotkan menggunakan hand sprayer
secara berselangseling. Pengendalian penyakit karat, bercak daun, embun tepung, dan
layu Fusarium menggunakan fungisida heksakonazol 50g/l dengan konsentrasi 1 g/l dan
fungisida propineb 70,5% dengan konsentrasi 1 g/l yang disemprotkan 1 kali/minggu,
penggunaan insektisida dan fungisida secara berselang-seling. Pemberian cahaya
tambahan dari lampu listrik 75 watt/2 m panjang bedengan untuk penyinaran tanaman
krisan agar pertumbuhan vegetatif tanaman (tangkai bunga) maksimal. Penyinaran
dilakukan 3 MST (fase vegetatif) sampai 4 MST (fase generatif/inisiasi bunga) selama 4
jam mulai pukul 22.00-02.00.
Pengamatan vegetatif dilakukan setelah tanaman berumur 1 bulan dan pada saat
menjelang inisiasi bunga (2,5 bulan). Pengamatan vegetatif tanaman meliputi tinggi
tanaman, panjang ruas batang, diameter batang, panjang daun, dan jumlah daun.
Pengamatan pada saat inisiasi bunga dengan menghitung jumlah bunga/tanaman dan lama
kesegaran bunga pada saat bunga dipanen sampai bunga tersebut layu. Pengamatan
selanjutnya setelah panen ialah mengukur pH media dan EC media tanam. Bunga siap
dipanen saat mahkota bunga mekar penuh sekitar 80% dari populasi tanam.
Bunga dipotong ±5 cm dari permukaan tanah menggunakan gunting stek dan dipanen
pada pagi hari mulai pukul 07.00-08.00. Analisis data peubah yang secara nyata
dipengaruhi perlakuan, diuji lebih lanjut dengan DMRT pada taraf 0,05.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

 Faktor kerapatan berpengaruh nyata pada pada peubah diameter batang pada
umur 6 MST, lebar tajuk dan jumlah kuntum.
 Amelioran berupa kascing paling bagus dalam memperbaiki perakaran
krisan, terutama bobot basah akar dan tinggi tanaman.
 Aplikasi pupuk dengan cara ditabur atau melalui fertigasi tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan produksi
bunga krisan.
 Pemberian pupuk meningkatkan daya hantar listrik media tanam berkisar
dari 0,15-0,28 mS/cm.
 Penyakit karat putih yang disebabkan oleh P. Horiana merupakan kendala
utama dalam budi daya krisan. Patogen tersebut dapat menurunkan nilai
estetika dan komersial bunga hingga 100%.
 Subsistem pengelolaan sumber daya, prioritas utama yang harus dilakukan
adalah penyediaaan teknologi rumah lindung yang berkelanjutan,
 Subsistem produksi, prioritas utama yang harus dilakukan adalah
tersedianya benih bermutu secara berkelanjutan,
 Subsistem pascapanen krisan, prioritas utama yang harus dilakukan adalah
penyediaan teknologi pengemasan untuk pengiriman jarak jauh agar bunga
terhindar dari kerusakan,
 Subsistem logistik dan distribusi krisan, prioritas utama yang harus
dilakukan adalah manajemen rantai pasok yang terintegrasi secara efektif
dan efisien,
 Subsistem pengelolaan lingkungan krisan, prioritas utama yang harus
dilakukan adalah penyediaan teknologi yang dapat mengantisipasi dampak
perubahan iklim/ anomali iklim yang ramah lingkungan,
 Subsistem pemasaran hasil krisan, prioritas utama yang harus dilakukan
adalah penyediaan informasi permintaan dan penawaran, serta preferensi
konsumen, dan
 Subsistem kelembagaan krisan, prioritas utama yang harus dilakukan
adalah adanya kelembagaan permodalan dan pemasaran yang bisa
menjamin keberlanjutan usaha, serta kelembagaan petani yang dapat
meningkatkan posisi tawar petani krisan.

14
3.2 SARAN

 Untuk meningkatkan kualitas hasil produksi bunga krisan maka perlu


mengintensifkan sosialisasi kepada para petani bunga krisan agar melakukan
budidaya sesuai dengan petunjuk teknis Standar Oparating Prosedur (SOP) yang
dibuat bersama.
 Pengusaha dan petani produsen krisan harus mengikuti perkembangan pasar
terbuka dengan mencari terobosan-terobosan dalam peningkatan kualitas nilai
tambah dan produksi. Dalam upaya mencapai industri pengembangan krisan yang
lebih maju, berbagai tahapan strategis perlu di susun. Pendekatan yang perlu
dilakukan mulai dari penyusunan inovasi paket teknologi dalam SOP, GAP,
standarisasi; sosialisasi dan bimbingan manajemen mutu dan pasca panen,
pengembangan kawasan sentra, kelembagaan usaha dan kemitraan; peningkatan
kualitas SDM sampai regulasi investasi dan promosi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Budi Marwoto, Lia Sanjaya dan Rudy Soehendi. “Inovasi Teknologi Tanaman
Hias Krisan Pendongkrak Kesejahteraan Petani Florikultura Nasional”. Balai
Penelitian Tanaman Hias.

Pusdima Rahma Pratiwi, Siswanto Imam Santoso, dan Wiludjeng Roessali, 2018.
Tingkat Adopsi Teknologi True Shallot Seed di Kecamatan Klambu, Kabupaten
Grobogan.UNIVERSITAS DIPONEGORO. (AGRARIS: Journal of Agribusiness
and Rural Development Research. Vol. 4 No. 1 Januari -Juni 2018).

Kuntoro Boga Andri.2013. Analisis Rantai Pasok Dan Rantai Nilai Bunga Krisan
Di Daerah Sentra Pengembangan Jawa Timur. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Jawa Timur. SEPA : Vol. 10 No.1 September 2013 : 1 – 10
ISSN : 1829-9946

Hanudin, Budi Marwoto, dan I. Djatnika. 2015. Penyakit Karat Pada Krisan Dan
Pengendalian Ramah Lingkungan Dalam Era Masyarakat Ekonomi Asean 2015.
Balai Penelitian Tanaman Hias

Sandi Yogyar, Alex Saleh, Ratna Puspitaningsih.2015. Analisis Kelayakan Usaha


Budidaya Tanaman Hias Krisan Di Sukabumi. Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Nasional (Itenas), Bandung

Ridwan, H), Hilman, Y, Sayekti, AL, dan Suhardi. 2012. Sifat Inovasi dan
Peluang Adopsi Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu Krisan dalam
Pengembangan Agribisnis Krisan di Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hortikultura.

Nur Qomariah Hayati, Nurmalinda, dan Budi Marwoto. 2018. Inovasi Teknologi
Tanaman Krisan yang Dibutuhkan Pelaku Usaha.Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hortikultura,Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta, Balai
Penelitian Tanaman Hias.

Mochammad Rofiq, Niken Kendarini dan Damanhuri. 2015. Uji Daya Hasil
Pertumbuhan Dan Pembungaan Dua Generasi Bibit Pada Tiga Varietas Krisan
(Chrysanthemum Sp.). Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Brawijaya. (Jurnal Produksi Tanaman, Volume 3, Nomor 4, Juni
2015, hlm. 321 – 329)

16
Tedjasarwana, R. , E.D.S. Nugroho, dan Y. Hilman. 2011. Cara Aplikasi dan
Takaran Pupuk terhadap Pertumbuhan dan Produksi Krisan. Balai Penelitian
Tanaman Hias dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. (J. Hort.
21(4):306-314, 2011)

Feby Steviani Anugrah Ramadhan, Setyono, dan Evi Dwi Sulistya Nugroh. 2018.
Pengaruh Kerapatan Tanam Dan Konsentrasi Pupuk NPK Pada Krisan Pot
(Chrysanthemum morifolium Ramat). Universtas Djuanda Bogor. (
Jurnal Agronida ISSN 2407-9111 Volume 4 Nomor 1, April 2018)

Ari Wijayani dan Eko Amiaji. Perbaikan Teknik Budidaya Bunga Krisan Pasca
Erupsi Merapi Di Hargobinangun, Pakem, Sleman Untuk Peningkatan Kualitas
Bunga. Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta.

I GEDE TIRTA. 2005. Pengaruh Beberapa Jenis Media Tanam dan Pupuk Daun terhadap
Pertumbuhan Vegetatif Anggrek Jamrud (Dendrobium macrophyllum A. Rich.) UPT
Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI). (Biodiversitas ISSN: 1412-033X Volume 7, Nomor 1 Januari 2006
Halaman: 81-84)

17

Anda mungkin juga menyukai