Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGANTAR TEKNOLOGI BENIH (TIB 102)

Disususn oleh:
Kelompok 6

Andhika Geofany (J3G114005)


Hesti Rohmatunnisa (J3G114014)
Richi Fariz Zavier (J3G114016)
Gustini Eka Merdika (J3G114019)
Zia Ulfa Azizah (J3G114023)

PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Kata Pengantar

Jika Bapak Sjamsoe’oed Sadjad dalam buku” Dari Benih Kepada Benih”
pernah berkata “Bagi Ilmuwan, benih itu kecil tetapi indah, karena meski benih itu
fenomenal hanya kecil, tetapi di dalamnya mengandung makna daya hidup yang sangat
berharga untuk dialektika keilmuannya. Bagi teknolog, benih itu sudah harus
dipandang sebagai tanaman mini yang hidup sampai menumbuhkan sesuatu. Bagi
Produsen, benih itu menuntut agar dengan jerih payah produsen, benih bisa bisa
menjanjikan kehidupan dimasa depan spesiesnya bahkan varietasnya. Bagi Konsumen,
benihharus selalu diingat bahwa benih bisa menipu, karena benih yang bermutu dan
yang jelek memiliki kinerja yang sama. Bagi Pedagang, benih itu itu mempersyaratkan
harus tetap baik yang berarti harus tetap bersih dan sehat.” Maka, mungkin bagi
penekun benih yang notabenenya awam karena masih baru seperti kami, benih itu
adalah misteri. Dimulai dari struktural, kinerjanya, fungsi, hingga ceritanya. Selalu
menarik dan menggelitik rasa ingin tahu.
Maka kumpulan laporan ini adalah sebagian catatan tentang cerita tersebut
selama satu semester awal menggalinya.
Kami yang pada kesempatan yang singkat ini ingin mengucapkan rasa Syukur
kepada Allah swt, dan berterimakasih kepada Orang Tua kami atas doa dan
dukungannya hingga hari ini, Dr. Ir. Abdul Qadir Msi. Dan Aldi Kamal Wijaya SP.
MP. MST. atas bimbingannya, Almamater kami, dan semua teman seperjuangan
serdadu radiata (TIB 51).
Kami sadar laporan ini masih penuh lubang kekurangan dimana dimana untuk
itu kami memohon maaf, kritik, dan saran yang diniatkan untuk membangun kami yang
lebih bervigor.
Pada akhir kata Terimakasih
Bogor, 24 Desember 2014

Penyusun

i
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Daftar Isi

Kata Pengantar ............................................................................................................

Daftar Isi....................................................................................................................ii

Daftar Tabel .............................................................................................................iii

Daftar Grafik ............................................................................................................iii

Bab 1. Produksi Bibit Tanaman Hias.............................................................. 1

Bab 2. Ekstraksi Benih.................................................................................... 6

Bab 3. Pengeringan Benih ............................................................................ 13

Bab 4. Pengukuran Kadar Air....................................................................... 18

Bab 5. Penyimpanan Rekalsitran .................................................................. 23

Bab 6. Pengujian Daya Berkecambah........................................................... 29

Bab 7. Pengujian Vigor Benih ...................................................................... 37

Bab 8. Pengujian Kemurnian Benih ............................................................. 40

Bab 9. Pematahan Dormansi Benih .............................................................. 44

Daftar pustaka ......................................................................................................... 49

ii
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Daftar Tabel

Tabel 1Data Produksi Bibit Tanaman Hias................................................................... 4


Tabel 2Data Ekstraksi Benih....................................................................................... 10
Tabel 3Data Hasil Pengeringan Benih ........................................................................ 15
Tabel 4 Data Hasil Pengukuran Kadar Air ................................................................. 21
Tabel 5 Data Hasil Penyimpanan Benih Rekalsitran .................................................. 26
Tabel 6 Data Hasil Pengujian Viabilitas Benih .......................................................... 34
Tabel 7Rangkuman Pengujian Viabilitas.................................................................... 35
Tabel 8 Data Hasil Pengujian Vigor Benih................................................................. 38
Tabel 9 Hasil Penimbangan Benih .............................................................................. 41
Tabel 10 Data Hasil Pengujian Kemurnian Benih ...................................................... 42

Daftar Grafik

Grafik 1Rataan Tanaman yang Hidup dan Mati ........................................................... 4


Grafik 2 Daya Berkecambah Benih ............................................................................ 10
Grafik 3 Pengeringan Alami ....................................................................................... 16
Grafik 4 Pengeringan Buatan ...................................................................................... 16
Grafik 5 Rataan DB..................................................................................................... 27
Grafik 6 Rataan KA .................................................................................................... 27

iii
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Benih adalah simbol dari suatu permulaan , merupakan inti


darikehidupan yang paling pentingadalah kegunaannya sebagai
penyambungdari kehidupan tanaman (Sutopo, 1985)

iv
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Bab 1. Produksi Bibit Tanaman Hias

Pendahuluan
1.1.1. Latar Belakang
Tanaman seperti makhluk lainnya berkembang biak. Perkembangbiakan ini
bertujuan untuk melestarikan spesiesnya. Selain menggunakan metode generative,
tanaman juga berkembangbiak melalui metode vegetative.
Pembiakan vegetative ini pada dasarnya memiliki prinsip yaitu merangsang
tunas adventif yang ada pada bagian-bagian tanaman yang akan digunakan sebagai
alat perkembangbiakan vegetative tersebut agar berkembangbiak menjadi tanaman
baru yang sempurna dimana memiliki akar, batang, dan daun. Pembiakan vegetatif ini
dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu stek, okulasi, penyambungan, dan
cangkok.Adapun keuntungan dari perbanyakan vegetative yaitu sifat tumbuhan baru
sama persis dengan sifat tumbuhan induknya. Jika tumbuhan induk merupakan
tumbuhan unggul,maka tumbuhan baru pun akan bersifat unggul. Waktu tumbuhnya
cepat sehingga lebih cepat memberikan hasil jika dibandingkan dengan ditanam
dengan bijinya.
Namun perbanyakan vegetative juga mempunyai kekurangan yaitu tumbuhan
yang diperbanyaksecara vegetatif mempunyai akar yang kurang kokoh sehingga
mudah
tumbang.sehingga perlu dipelajari lebih lanjut bagaiaman cara perkembangbiakan veg
etative yang benaragar dapat diperoleh manfaat yang maksimal dari perkembangbiakan
tersebut.
1.1.2. Tujuan
Untuk mengetahui tanaman yang tepat diperpanyak menggunakan perbanyakan
metode stek batang.
Metode
1.2.1. Alat
1. Gunting stek
2. Pisau cutter

1
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

3. Koret
1.2.2. Bahan
1. Root toner (B-1)
2. Polybag
1.2.3. Benih
1. Portulaka (Portulaca oleracea)
2. Beras Tumpah (Aglonema picta)
3. Mentega (Nerium oleander)
4. Kriminil (Alternanthera ficoida)
5. Mawar (Rosa sp.)
6. Melati (Jasmine sp.)
1.2.4. Langkah Kerja
1. Menyiapkan media tanam
2. Memotong tanaman yang akan diperbanyak
3. Merendam benih dengan root toner
4. Menanam tanaman
5. Merapihkan daun yang masih tersisa

2
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Hasil
Waktu
Jml. Jml. Waktu
Nama No Muncul
No Tanaman Tanaman Muncul
Tanaman tanaman Tunas
Hidup Mati Akar
Baru
1 5 0 1 2
2 5 0 1 2
3 5 0 1 2
1 Portulaca
4 5 0 2 3
5 5 0 1 2
6 5 0 1 2
Rataan 5.0 0.0 1.2 2.2
1 3 1 1 2
2 4 0 1 2
Beras 3 4 0 1 2
2
Tumpah 4 4 0 2 3
5 4 0 2 3
6 4 0 1 2
Rataan 3.8 1.0 1.3 2.3
1 0 4 0 0
2 4 0 3 4
Bunga 3 3 1 2 3
3
Mentega 4 4 0 2 3
5 2 2 3 4
6 2 2 1 2
Rataan 3.0 2.3 2.2 3.2
1 5 0 1 2
2 5 0 1 2
3 4 1 1 2
4 Kriminil
4 5 0 2 3
5 5 0 1 2
6 4 1 1 2
Rataan 4.7 1.0 1.2 2.2
1 0 2 1 2
2 0 2 1 2
3 1 1 1 2
5 Mawar
4 0 2 2 3
5 0 2 1 2
6 2 0 1 2

3
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Rataan 1.5 1.8 1.2 2.2


1 2 1 2 3
2 3 0 2 3
3 2 1 2 3
6 Melati
4 3 0 2 3
5 0 3 2 3
6 1 2 2 3
Rataan 2.2 1.8 2.0 3.0
Tabel 1Data Produksi Bibit Tanaman Hias

Pembahasan

Rataan Tanaman yang Hidup dan Mati


6

0
Rataan Hidup Rataan Mati

Portulaka Beras Tumpah Bunga Mentega Kriminil Mawar Melati

Grafik 1Rataan Tanaman yang Hidup dan Mati

1. Rataan Hidup
Kebanyakan tanaman yang memiliki rataan hidup yang tinggi adalah tanaman
tanaman yang tidak memiliki pembuluh kayu (atau batang yang keras) ini
diduga memiliki pertumbuhan akar yang mudah sehingga memiliki rataan
hidup yang tinggi. Seperti Portulaka, Kriminil, Beras Tumpah.
2. Rataan Mati
Kebanyakan tanaman yang memiliki rataan hidup yang rendah adalah tanaman
tanaman yang memiliki pembuluh kayu (atau batang yang keras) ini diduga

4
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

memiliki pertumbuhan akar yang sukar sehingga memiliki rataan hidup yang
rendah. Seperti Bunga Mentega, Mawar, Melati.
Kesimpulan
1. Tanaman yang memiliki batang yang keras kurang cocok menggunakan
perbanyakan stek batang
2. Penggunaan perbanyakan stek batang cocok untuk tanaman yang memiliki
batang yang lunak
Daftar pustaka
https://www.academia.edu/8370227/LAPORAN_TEKNOLOGI_PRODUKSI_BENI
H_prbnykan_vegetatif
Tim Dosen.2014.Penuntun Praktikum Pengantar Teknologi Benih.IPB Bogor.

5
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Bab 2. Ekstraksi Benih

Pendahuluan
2.1.1. Latar Belakang
Tidak semua biji dari buah bisa ditumbuhkan secara langsung, sekalipun benih
tersebut tumbuh berkecambah proses tersebut memiliki peluang yang kecil dan
memerlukan waktu yang lama. Penurunan daya berkecambah sering dihubungkan
dengan adanya zat penghambat perkecambahan benih. Hal tersebut disebabkan oleh
pH, kandungan gula yang tinggi, hingga larutan maupun padatan yang ada dalam buah
dan masih menempel pada biji sehingga bisa menghambat benih untuk berkecambah.
Pada kasus buah dan sayur yang dimanfaat kan buahnya seperti tomat, mentimun,
manggis, dan pepaya tak hanya daging buah yang sering ditemukan menepel pada biji
sehingga menyebabkan benih sukar untuk berkecambah, namun ada sejenis lendir yang
sering menutupi biji yang juga menghambat perkecambahan benih.
Untuk itu perlu dilakukan ekstraksi benih, ekstraksi benih merupakan prosedur
pelepasan dan pemisahan secara fisik dari struktur buah yang menutupinya. Untuk
mempercepat pemisahan benih dari daging buah (ekstraksi benih) dianjurkan
menggunakan cara fermentasi (Vallador, 1985). Fermentasi juga dapat menghilangkan
lendir di sekitar buah (Mamicpic, 1988). Ekstraksi dengan cara fermentasi dapat
dilakukan dengan perendaman dalam larutan H2SO4 2%, HCl 2%, dan CaO 5% selain
menggunakan air.
2.1.2. Tujuan
Untuk mengetahui metode ekstraksi yang paling cocok untuk setiap benih yang diuji.
Metode
2.2.1. Alat
1. Pisau Cutter
2. Saringan
3. Nampan
2.2.2. Bahan
1. Median tanam

6
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

2. Polybag
3. H2SO4 2%
4. HCl 2%
5. CaO 5%
2.2.3. Benih
a. Tomat (Lycopersicum esculentum)
b. Cabai (Capsicum annuum)
c. Pepaya (Carcia papaya)
2.2.4. Langkah Kerja
a. Tomat
1. Mengeluarkan benih tomat dari buahnya dan membaginya menjadi tiga
kelompok
2. Memberi perlakuan untuk tiap kelompok :
3. Dipisahkan secara langsung (tanpa air) yang akan digunakan sebagai
control
4. Direndam H2SO4 selama satu menit yang akan digunakan sebagai perlakuan
1
5. Direndam pada air hangat selama 15 menit yang akan digunakan sebagai
perlakuan 2
6. Mencuci bersih dan mengeringkan benih samai batas aman
7. Menam benih untuk mengetahui DB benih
b. Cabai
1. Mengeluarkan benih cabai dari buahnya dan membaginya menjadi dua
kelompok
2. Memberi perlakuan untuk tiap kelompok :
3. Dipisahkan secara langsung (menggunakan air mengalir) yang akan
digunakan sebagai control
4. Direndam H2SO4 selama satu menit digunakan sebagai perlakuan 1
5. Mencuci bersih dan mengeringkan benih samai batas aman
6. Menam benih untuk mengetahui DB benih

7
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

c. Pepaya
1. Mengeluarkan benih pepaya dari buahnya dan membaginya menjadi tiga
kelompok
2. Memberi perlakuan untuk tiap kelompok :
3. Dipisahkan secara langsung (tanpa air) yang akan digunakan sebagai
control
4. Dipisahkan menggunakan arang sekam yang akan digunakan sebagai
perlakuan 1
5. Dipisahkan menggunakan abu gosok yang akan digunakan sebagai
perlakuan 2
6. Mencuci bersih dan mengeringkan benih samai batas aman
7. Menam benih untuk mengetahui DB benih

8
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Hasil
BM Waktu
No. Benih Perlakuan Ulangan DB (%)
(%) kecambah
1 90.0 10.0 1
2 100.0 0.0 1
3 90.0 10.0 1
Kontrol
1 4 86.7 13.3 1
5 50.0 50.0 1
6 37.0 63.0 1
Rataan 75.6 29.3 1
1 100.0 0.0 1
2 92.2 7.8 1
3 93.0 7.0 1
H2SO4
2 Tomat 4 80.0 20.0 1
5 73.3 26.7 1
6 73.3 26.7 1
Rataan 85.3 17.6 1
1 27.0 73.0 1
2 97.8 2.2 1
Air 3 90.0 10.0 1
3 Hangat 4 83.0 17.0 1
5 83.3 16.7 1
6 53.3 46.7 1
Rataan 72.4 27.6 1
1 47.0 53.0 1
2 100.0 0.0 1
3 60.0 40.0 1
Kontrol
1 4 86.7 13.3 1
5 60.0 40.0 1
6 86.7 13.3 1
Rataan 73.4 31.9 1
Cabai
1 53.0 47.0 1
2 100.0 0.0 1
3 77.0 23.0 1
H2SO4
2 4 86.7 13.3 1
5 60.0 40.0 1
6 86.7 13.3 1
Rataan 77.2 27.3 1
1 43 57 2
1 Pepaya Kontrol
2 64.5 35.5 2

9
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

3 53 47 2
4 80 20 2
5 66.7 33.33 2
6 56.7 43.3 2
Rataan 60.65 39.355 2
1 20 80 2
2 53.3 46.7 2
Arang 3 50 50 2
2 Sekam 4 60 40 2
5 60 40 2
6 63.3 36.7 2
Rataan 51.1 48.9 2
1 87 13 2
2 33.3 66.7 2
Abu 3 47 53 2
3 Gosok 4 80 20 2
5 90 10 2
6 63.3 36.7 2
Rataan 66.77 33.23 2
Tabel 2Data Ekstraksi Benih

Pembahasan

Daya Berkecambah (%) Benih pada Setiap Perlakuan


90.0 85.3
75.6 77.2
80.0 72.4 73.4
70.0 66.77
60.65
60.0
51.1
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
Tomat Cabai Pepaya

Kontrol Perlakuan 1 Perlakuan 2

Grafik 2 Daya Berkecambah Benih

10
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

1. Perendaman H2SO4 untuk ekstraksi Tomat dan Cabai


Dapat dilihat pada persentase DB tomat perlakuan 1 (Perendaman H2SO4)
meningkat menjadi 85.3% dari persentase DB control (75.6%), begitu pula
persentase DB cabai perlakuan 1 (Perendaman H2SO4) meningkat menjadi
77.2% dari persentase DB control (73.4%).
Ini dikarenakanan kulit biji setelah di rendam menjadi lunak, proses pelunakan
kulit benih melalui mekanisme sebagai berikut : dinding sel tersusun atas
mikrofibril selulosa yang terikat pada matrik nonselulosik polisakarida.
Mikrofibril selulosa terdiri dari protein, pectin dan polisakarida. Pektin dapat
berubah menjadi Ca pektat melalui reaksi esterisasi dengan menambahkan Ca2+
(Wareing dan Phillips,1989). Perlakuan H2SO4 dalam hal ini adalah merubah
posisi ion Ca2+ dari subtansi pektin, dikarenakan H2SO4 melepaskan hydrogen
pada mikrofibril selulosa. Pengikatan komponen matrik satu dengan komponen
matrik yang lain melalui ikatan hidrogen. Salah satu komponen matrik yaitu
siloglukan yang terikat dengan serat mikrofibril selulosa dengan membentuk
ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen ini mudah lepas dengan adanya H2SO4
sehingga terjadi perubahan komponen dinding sel kemudian dinding sel
melonggar, turgor menjadi berkurang dan kulit benih menjadi lunak (Wareing
dan Phillips, 1989).
2. Perendaman air panas untuk ekstraksi tomat
Dapat dilihat pada persentase DB tomat perlakuan 1 (Perendaman H2SO4)
menurun menjadi 72.4% dari persentase DB control (75.6%).
Ini dikarenakan karena temperature mempengaruhi kualitas benih.
Kelarutan akan meningkat seiring dengankenaikan temperatur untuk
mendapatkan lajuekstraksi yang tinggi.
Ekstraksi untuk polisakarida berada pada temperature 50-70° C.Penggunaan
temperatur yang terlalu tinggi juga dapat mengakibatkan perubahan pada
kualitas polisakarida dalam biji (Stefanuas Biondi Soebagio, 2014)
3. Ekstraksi Pepaya

11
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Dapat dilihat pada persentase DB pepaya perlakuan 1 (arang sekam) menurun


menjadi 51.1% dari persentase DB control (60.65%), dan naik menjadi 66.77
% pada perlakuan 2 (abu gosok).
Menurut sumber yang kami dapatkan ini karena pepaya memang dianjurkan
menggunakan abu gosok.
Benih harus diambil dari buah yang telah tua atau masak mengkal di pohon.
Benih diambil dari 1/3 bagian tengah buah, lalu dibersihkan dari lapisan kulit
biji. Cara membersihkan biji dapat dilakukan dengan mencampur biji dengan
abu gosok, kemudian diremas-remas sampai seluruh selaput biji hilang atau
dengan cara fermentasi, yaitu dengan membiarkan benih-benih tersebut selama
2-3 hari lalu dicuci dengan air bersih. Selanjutnya biji dikeringanginkan.
(Balitbu,2014)
Kesimpulan
a. Ekstraksi tomat : dianjurkan mengunakan fermentasi H2SO4
b. Ekstraksi Cabai : dianjurkan mengunakan fermentasi H2SO4
c. Ekstraksi Pepaya : dianjurkan mengunakan ekstraksi abu gosok
Daftar Pustaka
Suyatmi, Pengaruh Lama Perendaman dan Konsentrasi Asam Sulfat (H2SO4) terhadap
Perkecambahan Benih Jati (Tectona grandis Linn.f), Laboratorium Biologi Struktur dan
Fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi F. MIPA UNDIP . [ARTIKEL]
Wareing, P.F. dan I.D. Phillips, 1989, Growthand defferntiation Plants, 3rd
edition,Pergamon Press, Chicago.
https://www.academia.edu/9646415/EKSTRAKSI_POLISAKARIDA_PADA_BIJI_
TAMARIND
http://balitbu.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/component/content/article/16-
penelitianpengkajian2/519-persiapan-benih-pepaya
Tim Dosen.2014.Penuntun Praktikum Pengantar Teknologi Benih.IPB Bogor.

12
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Bab 3. Pengeringan Benih

Pendahuluan
Pengeringan benih adalah suatu cara untuk mengurangi kandungan air di dalam
benih. Ini bertujuan agar kita mampu mengetahui perbedaan pengeringan buata dan
pengeringan alami dan mengetahui kelemahan dang keunggulan pengeringan secara
alami dna mengukur kadar air benih. Benih mengandung dua komponen yaitu air dan
bahan kering. Banyaknya air di dalam benih disebut kadar air dan dinyatakan dengan
satuan (%). Pengeringan merupakan slah satu tahapan dari produksi benih. Tujuan dari
pengeringan antara lain:
a) Menurunkan kadar air benih
b) Mempertahankan daya berkecambah
c) Mempertahankan mutu benih
d) Memudahkan proses selanjutnya
e) Meningkatkan rendemen
f) Meningkatkan daya simpan benih

Cara pengeringan ada dua cara , pertama pengeringan alami dan buatan.
Pengeringan alami antara lain:
a) Pengeringan dengan lamporan
b) Pengeringan diatas rak
c) Pengeringan diatas nampan
d) Pengeringan dengan alat bersel

Pengeringan secara alami lebih praktis ,mudah, sederhana, dan umum


digunakan. Energi penguapan diperoleh dari angin dan sinar matahari. Alas dan alat
untuk wadah harus bersih dari kotoran (pasir, batu, kulit benih, dedaunan, ranting, akar,
tanah yang terbawa,dsb).
Pengeringan secara buatan itu bisa dilakukan dengan bantuan alat yaitu box
drier dan batch drier.
Ada beberapa kelemahan dengan pengeringan secara alami

13
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

a) Memerlukan banyak tenaga kerja untuk menebarkan , membalik dan


mengumpulkan benih kembali
b) Sangat bergantung pada cuaca
c) Memerlukan tempat yang luas
d) Suhu dan laju tidak bisa diatur sehingga resiko benih retak sangat tinggi

Pengeringan benih berhubungan erat dengan pengurangan kadar air pada benih
yang akan kita simpan. Pengeringan atau proses penurunan kadar air dapat
meningkatkan viabilitas benih, tetapi pengeringan yang mengakibatkan kadar air yang
terlalu rendah akan mengurangi viabilitas benih. Proses penurunan kadar air benih
dapat dilaksanakan dengan berbagai metode seperti dikeringanginkan, penjemuran
maupun dengan silika gel. Ketiga metode tersebut membutuhkan waktu yang cukup
lama untuk menurunkan kadar air (Kartaspoetra, 2003).
Kadar air sangat berpengaruh terhadap kehidupan benih. Pada benih
ortodoks, kadar air saat pembentukan benih sekitar 35-80% dan pada saat tersebut
benih belum cukup masak untuk dipanen. Pada kadar air 18-40%, benih telah mencapai
masak fisiologis, laju respirasi benih masih tinggi, serta benih peka terhadap serangan
cendawan, hama dan kerusakan mekanis. Pada kadar air 13-18% aktivitas respirasi
benih masih tinggi, benih peka terhadap cendawan dan hama gudang, tetapi tahan
terhadap kerusakan mekanis. Pada kadar air 10-13%, hama gudang masih menjadi
masalah dan benih peka terhadap kerusakan mekanis. Pada kadar air 8-10%, aktivitas
hama gudang terhambat dan benih sangat peka terhadap kerusakan mekanis. Kadar air
4-8% merupakan kadar air yang aman untuk penyimpanan benih dengan kemasan
kedap udara. Kadar air 0-4% merupakan kadar air yang terlalu ekstrim, dan pada
beberapa jenis biji mengakibatkan terbentuknya biji keras. Penyimpanan benih pada
kadar air 33-60% menyebabkan benih berkecambah (Sutopo, 1990).
Syarat dari pengeringan benih adalah evaporasi uap air dari permukaan benih
harus diikuti oleh perpindahan uap air dari bagian dalam ke bagian permukaan benih.
Jika evaporasi permukaan terlalu cepat maka tekanan kelembaban yang terjadi akan

14
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

merusak embrio benih dan menyebabkan kehilangan viabilitas benih (Justice dan Bass,
2000).
Metode
Metode pengeringan alami dengan sinar matahari yaitu pertama ambil benih
untuk masing-masing percobaan. Lalu simpan pada nampan (1 satuan percobaan =
1nampan dan jemur sesuain dengan perlakuannya.) 1 hari pengeringan dengan sinar
matahari = pukul 08.00-12.00. setelah pengeringan selesai lakukanlah penghitungan
kadar air dengan metode oven suhu tiggi 130o.
Metode pengeringan buatan dengan box drier yaitu pertama ambil benih untuk
masin-masing percobaan. Simpan benih pada box drier dengan dialasi keras koran dan
sesuaikan dengan peelakuannya setelah pengeringan selesai lakukanlah penghitungan
kadar air dengan metode oven suhu tiggi 130o.

Rumus kadar air

Hasil
Rataan Hasil
KA (%)
Pengeringan Alami
hari Kel. 1 Kel. 2 Kel. 3 Rataan
0 Hari 33,33 33,33 50,00 38,89
2 Hari 25,11 25,19 27,74 26,01
6 Hari 4,30 8,71 8,49 7,17
Pengeringan Buatan
jam Kel. 4 Kel. 5 Kel. 6 Rataan
0 jam 19,04 33,33 32,54 28,30
12 jam 9,62 11,21 8,10 9,64
24 jam 7,20 6,84 5,10 6,38
Tabel 3Data Hasil Pengeringan Benih

15
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Pembahasan

Rataan KA (%) Pengeringan Alami


60.00

50.00

40.00
0 Hari
30.00
2 Hari
20.00 6 Hari

10.00

0.00
Kel. 1 Kel. 2 Kel. 3 Rataan

Grafik 3 Pengeringan Alami

Rataan KA (%) Pengeringan Buatan


35.00

30.00

25.00

20.00 0 jam

15.00 12 jam
24 jam
10.00

5.00

0.00
Kel. 4 Kel. 5 Kel. 6 Rataan

Grafik 4 Pengeringan Buatan

Pengeringan menggunakan box drier atau pengeringan buatan menunjukkan yang


hampir sama dengan pengeringan alami , walaupun hanya dengan hitungan jam hasil
penurunan kadar airnya tidak beda jauh. Tetapi pada hal ini pengeringan alami memang
lebih unggul dikarenakan air dalam benih itu menguap lebih banyak karena paparan

16
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

dari sinar matahari sehingga kandungan air di dalam benih yang di uji dengan
pengeringan alami lebih sedikit dibandingkan dengan pegerigan buatan.

Kesimpulan
Jadi pengeringan alami lebih baik digunakan untuk menurunkan kandungan air di
dalam benih dengan ini kita bisa menyimpan benih lebih lama, tetapi mengingat banyak
kekurangan atau kelemahan di pengeringan alami kita bisa gunakan alternatif lain yaitu
dengan pengeringan buatan dengan bantuan alat (box drier atau batch drier ,dsb).

Daftar Pustaka
Tim Dosen.2014.Penuntun Praktikum Pengantar Teknologi Benih.IPB Bogor.

17
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Bab 4. Pengukuran Kadar Air

Pendahuluan
4.1.1. Latar Belakang
Kadar air benih adalah berat air yang dikandung dan yang kemudian hilang
karena pemanasan sesuai dengan persentase terhadap berat awal contoh benih.
Penetapan kadar air adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur
berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut dan dinyatakan dalam % terhadap berat
asal. Tingkat kadang air memengaruhi:
a) Waktu panen yang tepat
b) Tingkat kerusakan mekanis
c) Kemampuan benih mempertahankan viabilitasnya selama penyimpanan
d) Nilai benih saat dipasarkan
Penentuan kadar air:
Dapat dilakaukan dengan berbagai metode yaitu metode pengeringan (dengan
oven biasa). Metode ada dua yaitu metode kimia, metode khusus.
Dalam pengukuran kadar air ada dua metode yaitu langsung dan tidak langsung.
Kadar air benih dihitung secara langsung dan berkurangnya berat benih akibat
hilangnya air dari dalam benih disebut metode langsung. Kadar air benih diukur tanpa
mengeluarkan air dari dari dalam benih tetapi dengan memanfaatkan hambatan listrik
dalam benih kemudian dikorelasikan dengan kadar air yaitu metode tidak langsung.
Namun dalam praktikum ini kita akan membahas tentang mengukur kadar air
benih dengan cara langsung metode suhu tinggi dan suhu rendah.
4.1.2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk melatih mahasiswa mengukur kadar air benih dengan
cara langsung metode oven suhu tinggi dan suhu rendah.
Metode
Metode langsung oven suhu rendah konstan (103 ± 2˚ C)
1. Timbang cawan crucible beserta tutupnya (M1).

18
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

2. Siapkan benih yang akan diuji kadar airnya untuk cawan yang diameternya ≤ 8
cm, contoh kerjanya ± 4-5 g.
3. Timbang cawan crucible + tutup + benihnya (M2).
4. Masukkan cawan + tutup + benih ke dalam oven suhu 103 ± 2˚ C selama 17
jam.
5. Setelah waktu tersebut, angkat cawan dari oven cawan kemudian masukan
dalam desikator selama 15 menit.
6. Timbangnlah benih beserta cawannya (M3). Lakukan perhitungan kadar air
benih dengan menggunakan rumus:
7. ( )
x 100%
( )

8. Lakukan dengan 2 pengujian dan rata-ratakan hasilnya.


Metode Oven Suhu Tinggi Konstan (130 ± 2˚C)
Lakukan prosedur kerja seperti halnya pada metode oven suhu rendah. Benih
beserta wadahnya dimasukkan kedalam oven shuhu 130˚C - 135˚C selama 4 jam untuk
jagung, 2 jam untuk serealia, dan 1 jam untuk spesies selain serealia.

19
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Hasil
Berat
Nama Benih Ulangan
M1 (g) M2 (g) M3 (g) Kadar Air (%)
Padi 1 37,81 42,52 41,92 12,70
2 37,36 41,85 41,24 13,50
3 41,85 41,24 39,64 12,95
Rataan 13,05
Bawang Merah 1 33,21 37,49 33,94 83
2 37,28 42,20 38,57 84
3 38,46 38,57 39,19 82
Rataan 83
Kacang Hijau 1 3,15 8,05 7,49 11
2 40,19 45,19 44,67 10
3 40,60 45,5 44,98 11
Rataan 10,7
Tomat 1 36,99 41,98 41,52 9,22
2 39,19 44,19 43,77 8,44
Rataan 8,81
Kedelai 1 40,35 45,32 44,95 7,4
2 39,72 44,58 44,23 7,2
3 3,17 8,09 7,72 6,7
Rataan 7,1
Sengon 1 40,41 45,41 44,73 13,6
2 36,97 41,96 41,17 16
3 46,35 46,35 46,06 5,8
Rataan 11,8
Wortel 1 36,19 41,19 40,84 7,0
2 39,10 44,10 43,72 7,6
3 36,04 41,04 40,68 7,2

20
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Rataan 7,27
Jati 1 33,74 42,20 41,78 9,4
2 37,73 42,63 42,15 9,7
3 39,60 44,40 43,84 11,6
Rataan 10,2
Timun 1 36,13 41,18 40,88 6
2 37,95 42,97 42,68 5,8
3 37,78 42,83 42,54 5,72
Rataan 5,83
Caesim 1 41,80 43,80 35,80 5,5
2 36,89 38,89 37,80 6
3 35,80 38,77 37,67 6,5
Rataan 6
Jagung 1 33,08 38,08 37,52 11,2
2 38,28 43,28 42,76 10,4
3 35,72 40,73 40,15 11,06
Rataan 11,06
Tabel 4 Data Hasil Pengukuran Kadar Air

Pembahasan
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa biji yang mempunya kulit keras
harus dihaluskan terlebih dahulu. Benih yang banyak mengandung air adalah bawang
merah yaitu 83% pada suhu rendah konstan yang digunakan dalam percobaan ini
bukan biji bawang merah melainkan menggunakan umbi bawang merah, karena harga
bawang merah yang mahal dan jarang. Suhu tinggi konstannya ada pada benih padi
yaitu 13,05 %. Sedangkan pada suhu rendah konstan yang memiliki kadar air rendah
ada pada benih caesim yaitu 6%, dan pada suhu tinggi konstan ada pada benib timun
yaitu 5,83%.
Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan proses imbibisi air dan kemungkinan
berkecambah akan meningkat. Benih dengan kadar air tinggi tidak tahan lama pada

21
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

saat penyimpanan. Selain itu perkembangan cendawan, pathogen di dalam tempat


penyimpanan meningkat bahkan hingga terjadi pembusukan lebih.
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengujian kadar air
benih berguna untuk mengetahui kadar air suatu benih khususnya dalam proses
penyimpanannya agar benih tidak berkecambah dan juga tahan lama.
Sebelum melakukan penyimpanan benih sebaiknya dilakukan pengujian kadar
air terlebih dahulu untuk mengetahui berapa kadar airnya. Sehingga kita dapat
menentukan tempat penyimpanan yang tepat untuk benih tersebut.
Dalam percobaan ini kita menggunakan atau melakukan 3 kali ulangan dalam
percobaan. Tujuannya agar dihasilkan data yang sespesifik mungkin.

Daftar pustaka
Tim Dosen.2014.Penuntun Praktikum Pengantar Teknologi Benih.IPB Bogor.

22
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Bab 5. Penyimpanan Rekalsitran

Pendahuluan
5.1.1. Latar Belakang
Sebelum dipasarkan kepada konsumen benih melalui tahap penyimpanan. Tujuan dari
penyimpanan tersebut adalah menunggu harga pasar stabil dan yang terpenting adalah
mempertahankan mutu (ujabilitas) benih agar tetap tinggi dan juga agar vigor benih
tetap tinggi sampai benih siap ditanam.
Kadar air benih adalah kandungan air dalam benih terhadap bobot basah atau bobot
kering benih dalam hitungan persen. Kadar air selama penyimpanan merupakan faktor
yang sangat penting untuk mempengaruhi masa hidup benih. Kemunduran benih
meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar air benih. Tingkat kadar air benih
dalam penyimpanan tergantung pada kadar air awal benih. Jenis benih yang disimpan
metode penyimpanannya yang akan digunakan dan lamanya waktu penyimpanan.
Kadar air benih akan selalu mengadakan keseimbangan dengan kelembaban nisbi
udara ruang yang disimpan karena benih bersifat higroskopi. Bila kelembaban udara
tinggi benih akan menyerap air, demikian pula sebaliknya.
Benih berdasarkan sifatnya dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:
 Benih ortodoks tahan terhadap penurunan kadar air sampai 5-6 % dan dapat
disimpan pada suhu di bawah 0°C dengan PH rendah. Sifat demikian membuat
benih ortoduks, padi, kedelai, jangung, tomat, semangka, terong.
 Benih rekalsitran berdaya simpan pendek, sensitive terhadap kadar air rendah
(kisaran kadar airnya 12% sampai 31%) contoh benih rekalsitran, benih durian,
nangka, alpukat, rambutan, manga, dan salak.
 Benih intermediate memiliki sifat yang sama dengan ortodoks dalam ketahanan
terhadap desikasi (penurunan kadar air sampai 10%) tetapi tidak tahan terhadap
suhu rendah (dibawah 15°C) contoh benih intermediate, kopi, papaya,
belimbing.

23
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

 Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan benih berkecambah dan


terkontaminasi cendawan sehingga diperlukan metode yang tepat untuk
penyimpanan benih rekalsitran.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat menentukan metode penyimpanan yang
tepat untuk benih rekalsitran.
Metode
5.3.1. Alat dan Bahan
1. Box benih atau mika 7. Oven
2. Sekam 8. Timbangan
3. Air 9. Cutter
4. Plastic 10. Desikator
5. Cawan 11. Henter
6. Benih nangka 12. Polybag
5.3.2. Langkah Kerja
1. Benih nangka diekstraksi dari buahnya bersihkan benih dari benih yang
menempel pada benih nangka.
2. Isi setiap kantong plastic dengan 25 butir benih dan lakukan perlakuan
penyimpanan benih berikut:
a. Disimpan dalam toples berisi sekam lembab dan disimpan disuhu kamar (P1)
b. Disimpan ditoples berisi sekam kering dan disimpan disuhu kamar (P2)
c. Disimpan dalam toples berisi sekam lembab dan disimpan disuhu AC (P3)
d. Disimpan ditoples berisi sekam kering dan disimpan disuhu AC (P4)
3. Lakukan pengamatan benih setelah disimpan selama 4 minggu.
Uji viabilitas dan kadar air benih pada minggu ke-0, 2, dan 4. Isi table pengamatan di
bawah ini dan bahas pada laporan. Pengamatan DB dilakukan pada hari ke 7 dan 14
setelah tanam.

24
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Hasil
Pengamatan Benih Nangka TIB P1
kode :
A = Suhu Kamar 1 = Sekam Basah
B = Suhu AC 2 = Sekam Kering

Ulangan B. B.
Minggu Perlakuan DB Kadar Air
(kelompok) Cendawan Berkecambah
1 0.00% 5.00 100.00% 72.00%
2 0.00% 5.00 100.00% 54.32%
-
3 0.00% 5.00 100.00% 71.00%
rataan 0.00% 5.00 100.00% 65.77%
0 4 0.00% 4.00 80.00% 73.60%
5 0.00% 5.00 100.00% 67.28%
-
6 0.00% 4.00 80.00% 32.80%
rataan 0.00% 4.33 86.67% 57.89%
Rataan 0.00% 4.67 93.33% 61.83%
1 0.00% 2.00 40.00% 66.00%
2 0.00% 4.00 80.00% 81.20%
A1
3 0.00% 1.00 20.00% 62.00%
rataan 0.00% 2.33 46.67% 69.73%
1 0.00% 4.00 80.00% 71.00%
2 0.00% 3.00 60.00% 67.00%
A2
3 0.00% 5.00 100.00% 44.00%
rataan 0.00% 4.00 80.00% 60.67%
Rataan 0.00% 3.17 63.33% 65.20%
2
4 0.00% 5.00 100.00% 68.80%
5 0.00% 3.00 60.00% 74.40%
B1
6 0.00% 2.00 40.00% 67.03%
rataan 0.00% 3.33 66.67% 70.08%
4 0.00% 3.00 60.00% 64.00%
5 0.00% 3.00 60.00% 74.40%
B2
6 0.00% 3.00 60.00% 82.70%
rataan 0.00% 3.00 60.00% 73.70%
Rataan 0.00% 3.17 63.33% 71.89%
Rataan 0.00% 3.17 63.33% 68.54%
1 0.00% 0 0.00% 41.00%
4 A1 2 0.00% 1 20.00% 75.50%
3 0.00% 0 0.00% 52.60%

25
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Rataan 0.00% 1 20.00% 56.37%


1 0.00% 0 0.00% 64.00%
2 0.00% 0 0.00% 76.40%
A2
3 0.00% 1 20.00% 45.40%
rataan 0.00% 1 20.00% 61.93%
Rataan 0.00% 1 20.00% 59.15%
4 0.00% 0 0.00% 66.67%
5 0.00% 0 0.00% 53.60%
B1
6 0.00% 0 0.00% 58.60%
rataan 0.00% 0 0.00% 59.62%
4 0.00% 0 0.00% 74.20%
5 0.00% 0 0.00% 60.40%
B2
6 0.00% 0 0.00% 67.00%
rataan 0.00% 0 0.00% 67.20%
Rataan 0.00% 0 0.00% 63.41%
Rataan 0.00% 1 20.00% 61.28%
Tabel 5 Data Hasil Penyimpanan Benih Rekalsitran

26
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Pembahasan

Rataan DB tiap Perlakuan


120

100

80

60

40

20

0
Minggu 0 Minggu 2 Minggu 4

A1 A2 B1 B2

Rataan KA tiap Perlakuan


Grafik 5 Rataan DB

80
70
60
50
40
30
20
10
0
Minggu 0 Minggu 2 Minggu 4

A1 A2 B1 B2

Grafik 6 Rataan KA

Pada minggu ke 0 berdasarkan table pada ulangan 1, 2, 3 daya berkecambahan


100% dengan rata-rata kadar airnya 65,77% untuk ulangan 4, 5, 6 rata daya
berkecambahnya 86,67% dengan rataan kadar airnya 57,89%
Pada minggu ke 2 berdasarkan table pada ulangan 1, 2, 3 yang diletakan pada
suhu kamar dengan perlakuan sekam basah DB rataannya 46,67% kadar airnya
69,73%. Untuk yang perlakuan pada sekam kering DB nya 80% kadar airnya 60,67%.

27
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Yang diletakan pada suhu AC dengan perlakuan sekam basah BD rataannya 66,67%
kadar airnya 70,08% untuk yang perlakuan pada sekam kering DB nya 60% kadar
airnya 73,70%
Pada minggu ke 4 berdasarkan table pada ulangan 1, 2, 3 yang diletakan pada suhu
kamar dengan perlakuan sekam basah DB rataannya 20,00% kadar air 56,37% untuk
perlakuan sekam kering DB rataannya 20% kadar airnya 61,93% untuk yang
diletakan pada suhu AC dengan perlakuan sekam basah DB rataannya 0% kadar
airnya 59,62% untuk yang perlakuan pada sekam kering DB rataannya 0% kadar
airnya 67,20%.
Kesimpulan
 Benih nangka yang disimpan selama 4 minggu DB nya sangat rendah bahkan
ada yang tidak berkecambah (o) itu semua dikarenakan benih rekalsitran
mempunyai daya simpan tidak lama. Benih nangka tidak boleh disimpan
selama 4 minggu.
 Untuk penyimpanan pada kondisi sekam kering berdasarkan table paling baik
atau DB nya paling tinggi adalah pada perlakuan kamar kering.
 Penyimpanan yang paling baik pada minggu ke 2 dan pada minggu ke 4, karena
pada minggu ke 4 kadar air pada sekam basah sudah terlalu basah sedangkan
pada sekam kering sudah terlalu kering sehingga manghambat imbibisi.

Daftar pustaka
Widajati.Eny.dkk 2012 Dosen ilmu dan Teknologi Benih.IPB Press.Bogor.
Sutopo.Lita.2002.Teknologi Benih.PT Raya Grafindo Persada.Jakarta.
Tim Dosen.2014.Penuntun Praktikum Pengantar Teknologi Benih.IPB Bogor.

28
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Bab 6. Pengujian Daya Berkecambah

Pendahuluan
6.1.1. Latar Belakang
Daya berkecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih akan
kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam
keadaan biofisik lapangan yang serba optimum.
Kemampuan hidup benih / daya hidup benih di sebut viabilitas benih. Viabilitas
benih dapat di ketahui dengan melakukan pengujian beni. Metode pengujian benih di
buat untuk mendeteksi parameter viablitas benih potensial benih. Daya perkecambah
benih atau daya tumbuh benih adalah tolak ukur bagi kemampuan benih untuk tumbuh
normal dan berproduksi normal pada kondisi lingkungan yang optimum.
Mengecambahkan benih memerlukan substrat pengujian yang dapat berupa
kertas, pasir, tanah, dan lain-lain.
Spesifikasi substrat kertas untuk pengujian daya perkecambahan adalah:
1. Kertas harus berpori, memungkinkan akan tumbuh di atasnya tapi tidak
menebus kertas
2. Bebas dari cendawan, bakteri dan bahan beracun yang dapat mempengaruhi
evaluasi kecambah
3. Tetap ulet atau kuat selama jangka waktu pengujian
4. Mampu menahan air yang cukup selama pengujian
5. PH 6-7,5
Kertas merang dapat di gunakan sebagai substrat perkembangan untuk menguji
benih secara langsung. Beberapa metode uji viabilitas benih yang dapat dipilih dan
disesuaikan dengan jenis benihnya:
1. Uji Di atas Kertas (UDK)
 Untuk benih yang memerlukan banyak cahaya dalam perkecambahannya.
Alatnya IPB 73/72 A. IPB
 Untuk benih yang membutuhkan cahaya siang – malam. Tipe alatnya IPB 81-
2A

29
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

2. Uji Antar Kertas (UAK)


 Untuk benih yang tidak peka terhadap perkecambahan. IPB 73-2B, IPB 72-1,
IPB 73-2A/B.
3. Uji Kertas Digulung (UKD)
 Untuk benih yang tidak peka terhadap cahaya dalam perkecambahannya.
Alatnya IPB73-2B, IPB 72-1, IPB 73-2A/B. Contoh pada kacang hijau dan
jagung.
Benih – benih yang telah berkecambah harus di evaluasi agar dapat di nilai.
Dengan demikian dapat di ketahui apakah kecambah tersebut normal ,
abnormal,mati,biji keras/biji segar.
Kriteria Kecambah normal:
1. Memiliki satu kotildon untuk kecambah dari monokotil dan dua dari kecambah
dikotil
2. Perkembangan hipokotil yang baik dan sempurna tanpa adanya kerusakan pada
jarring-jaringnya.
3. Kecambah yang memiliki perkembangan system perakaran yang baik terutama
akar primer dan untuk tanaman yang secara normal menghasilkan akar seminal
maka akar tidak boleh kurang dari dua.
Kriteria kecambah abnormal
1. Kecambah yang rusak tanpa kotiledon,embrio,yang pecah dan akar primer
yang pendek.
2. Kecambah yang bentuknya cacad, perkembangannya lemah atau kurang
seimbang dari bagian-bagian yang penting,plumula yang
terputar,hipokotil,epikotil, kotiledon yang membengkak.
Kriteria kecambah/benih mati adalah benih-benih yang busuk sebelum berkecambah /
tidak tumbuh setelah waktu pengujian ditentukan tetapi bukan dormansi. Benih keras
adalah benih yang masih keras karena tidak menyeap air karena kulit yang
impermeable. Benih segar adalah benih yang telah membengkak karena menyerap air
tetapi belum perkecambah pada akhir pengujian.
Terdapat 2 perkecambahan yaitu:

30
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Tipe epigeal jika munculnya radikal diikuti dengan memanjangnya hipokotil secara
keseluruhan dan membawa serta kotiledon dan plumula keatas permukaan tanah. Tipe
hypogeal, jika munculnya radikel diikuti dengan perpanjangan plumula, hipokotil
tidak memanjang keatas permukaan tanah, sedangkan kotiledon tetap berada dalam
permukaan kulit biji di dalam permukaan tanah. Contoh jagung dan kelapa.
Perbedaan dikotil dan monokotil. Monokotil embroinya terdiri dari kotiledon,
endosperm membesar, punya helium tapi tidak terlihat.Dikotil embrionya terdiri atas
kotiledon, plumula, epikotil dan radikel.Endosperm nya kecil bahkan hamper tidak
terlihat.Hilum terlihat jelas.
6.1.2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui berbagai macam metode
perkecambahan benih, menilai kecambah, mempelajari tipe perkecambahan benih
tanama monokotil dan dikotil.
Metode
6.2.1. Alat dan Bahan
Pada praktikum kali ini alat dan bahan yang digunakan adalah alat
perkecambahan benih (APB), handsprayer, pinset, gunting. Bahan yang digunakan
adalah benih jagung, tomat, kacang hijau, kertas merang, kertas label.
6.2.2. Langkah kerja
1. Tanam benih dengan metode yang sesuai
2. Amati pada hari pengamatan ke-1 dan ke-2
3. Lakukan penilaian terhadap kecambah normal, abnormal, mati, biji segar,
biji keras
4. Lakukan pengamatan tipe perkecambahan benih

31
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Hasil
Nama Benih : Kacang Hijau
Nama Perlakuan : UKD
Tipe Perkecambahan : Epikotil

Kecambah Normal (%)


Benih Benih Benih Benih
Kel. Ulangan Abnormal Segar Keras Mati
Peng. 1 Peng. 2 Total (%) (%) (%) (%)

1 80.00 0.00 80.00 20.00 0.00 0.00 0.00


1 2 68.00 0.00 68.00 28.00 4.00 0.00 0.00
Rataan 74.00 0.00 74.00 24.00 4.00 0.00 0.00
1 80.00 0.00 80.00 12.00 4.00 4.00 0.00
2 2 76.00 0.00 76.00 24.00 0.00 0.00 0.00
Rataan 78.00 0.00 78.00 18.00 4.00 4.00 0.00
1 56.00 16.00 72.00 4.00 4.00 0.00 20.00
3 2 70.00 4.00 74.00 4.00 4.00 0.00 18.00
Rataan 63.00 10.00 73.00 4.00 4.00 0.00 19.00
1 80.00 0.00 80.00 12.00 0.00 0.00 8.00
4 2 68.00 0.00 68.00 20.00 0.00 0.00 12.00
Rataan 74.00 0.00 74.00 16.00 0.00 0.00 10.00
1 84.00 0.00 84.00 4.00 4.00 8.00 0.00
5 2 88.00 0.00 88.00 4.00 4.00 4.00 0.00
Rataan 86.00 0.00 86.00 4.00 4.00 6.00 0.00
1 76.00 4.00 80.00 4.00 1.00 0.00 0.00
6 2 76.00 4.00 80.00 5.00 1.00 0.00 0.00
Rataan 76.00 4.00 80.00 4.50 1.00 0.00 0.00
Rataan 75.17 7.00 77.50 11.75 3.40 5.00 14.50
Nama Benih : Jagung
Nama Perlakuan : UKD
Tipe Perkecambahan : Hipokotil

Kecambah Normal (%)


Benih Benih Benih Benih
Kel. Ulangan Abnormal Segar Keras Mati
Peng. 1 Peng. 2 Total (%) (%) (%) (%)

1 64.00 0.00 64.00 28.00 4.00 0.00 4.00


1 2 68.00 0.00 68.00 28.00 4.00 0.00 0.00
Rataan 66.00 0.00 66.00 28.00 4.00 0.00 4.00

32
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

1 40.00 0.00 40.00 60.00 0.00 0.00 0.00


2 2 28.00 4.00 32.00 56.00 8.00 0.00 4.00
Rataan 34.00 4.00 36.00 58.00 8.00 0.00 4.00
1 64.00 0.00 64.00 4.00 12.00 12.00 8.00
3 2 40.00 0.00 40.00 20.00 4.00 20.00 16.00
Rataan 52.00 0.00 52.00 12.00 8.00 16.00 12.00
1 60.00 0.00 60.00 28.00 12.00 0.00 0.00
4 2 68.00 0.00 68.00 28.00 4.00 0.00 0.00
Rataan 64.00 0.00 64.00 28.00 8.00 0.00 0.00
1 84.00 0.00 84.00 8.00 4.00 4.00 0.00
5 2 80.00 0.00 80.00 16.00 0.00 4.00 0.00
Rataan 82.00 0.00 82.00 12.00 4.00 4.00 0.00
1 32.00 8.00 40.00 68.00 0.00 0.00 0.00
6 2 44.00 4.00 48.00 52.00 0.00 0.00 0.00
Rataan 38.00 6.00 44.00 60.00 0.00 0.00 0.00
Rataan 56.00 5.00 57.33 33.00 6.40 10.00 6.67
Nama Benih : Jagung
Nama Perlakuan : UDP
Tipe Perkecambahan : Hipokotil

Kecambah Normal (%)


Benih Benih Benih Benih
Kel. Ulangan Abnormal Segar Keras Mati
Peng. 1 Peng. 2 Total (%) (%) (%) (%)

1 76.00 0.00 76.00 0.00 8.00 16.00 0.00


1 2 88.00 0.00 88.00 0.00 8.00 4.00 0.00
Rataan 82.00 0.00 82.00 0.00 8.00 10.00 0.00
1 60.00 18.00 78.00 12.00 12.00 4.00 0.00
2 2 52.00 16.00 68.00 20.00 8.00 4.00 0.00
Rataan 56.00 17.00 73.00 16.00 10.00 4.00 0.00
1 0.00 92.00 92.00 0.00 0.00 0.00 8.00
3 2 0.00 92.00 92.00 0.00 0.00 0.00 8.00
Rataan 0.00 92.00 92.00 0.00 0.00 0.00 8.00
1 0.00 80.00 80.00 0.00 0.00 0.00 20.00
4 2 0.00 96.00 96.00 0.00 0.00 0.00 4.00
Rataan 0.00 88.00 88.00 0.00 0.00 0.00 12.00
1 68.00 0.00 68.00 28.00 0.00 4.00 0.00
5 2 84.00 0.00 84.00 16.00 0.00 0.00 0.00
Rataan 76.00 0.00 76.00 22.00 0.00 4.00 0.00

33
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

1 80.00 8.00 88.00 0.00 8.00 0.00 0.00


6 2 76.00 8.00 84.00 16.00 4.00 0.00 0.00
Rataan 78.00 8.00 86.00 16.00 6.00 0.00 0.00
Rataan 73.00 51.25 82.83 18.00 8.00 6.00 10.00
Nama Benih : Tomat
Nama Perlakuan : UDK
Tipe Perkecambahan : Epikotil

Kecambah Normal (%)


Benih Benih Benih Benih
Ke. Ulangan Abnormal Segar Keras Mati
Peng. 1 Peng. 2 Total (%) (%) (%) (%)

1 0.00 20.00 20.00 36.00 28.00 16.00 0.00


1 2 0.00 44.00 44.00 32.00 24.00 0.00 0.00
Rataan 0.00 32.00 32.00 34.00 26.00 16.00 0.00
1 28.00 40.00 68.00 8.00 0.00 16.00 8.00
2 2 36.00 20.00 56.00 12.00 24.00 0.00 8.00
Rataan 32.00 30.00 62.00 10.00 24.00 16.00 8.00
1 4.00 48.00 52.00 40.00 0.00 0.00 18.00
3 2 4.00 56.00 60.00 36.00 0.00 0.00 4.00
Rataan 4.00 52.00 56.00 38.00 0.00 0.00 11.00
1 0.00 12.00 12.00 48.00 0.00 0.00 40.00
4 2 0.00 16.00 16.00 56.00 0.00 0.00 28.00
Rataan 0.00 14.00 14.00 52.00 0.00 0.00 34.00
1 0.00 52.00 52.00 12.00 12.00 24.00 0.00
5 2 0.00 52.00 52.00 12.00 0.00 36.00 0.00
Rataan 0.00 52.00 52.00 12.00 12.00 30.00 0.00
1 0.00 48.00 48.00 12.00 20.00 20.00 0.00
6 2 0.00 44.00 44.00 24.00 20.00 12.00 0.00
Rataan 0.00 46.00 46.00 18.00 20.00 16.00 0.00
Rataan 18.00 37.67 43.67 27.33 20.50 19.50 17.67
Tabel 6 Data Hasil Pengujian Viabilitas Benih

34
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Nor
bah

mal
Kec

(%)
am
Perkecambahan

Benih Abnormal

Benih Segar (%)

Benih Keras (%)

Benih Mati (%)


Nama Benih

Pengamatan

Pengamatan
Tipe
No.

(%)
Uji

Total
1

2
K. Hijau

Epikotil

1 75.17 7.00 77.50 11.75 3.40 5.00 14.50


UKD
Hipokotil

2 56.00 5.00 57.33 33.00 6.40 10.00 6.67


Jagung

UKD
Hipokotil

3 73.00 51.25 82.83 18.00 8.00 6.00 10.00


Jagung

UDP
Epikotil

4 18.00 37.67 43.67 27.33 20.50 19.50 17.67


Tomat

UDK

Tabel 7Rangkuman Pengujian Viabilitas

Pembahasan
Tipe perkecambahan pada tanaman kacang hijau adalah epigeal karena
munculnya radikel pada tanaman kacang hijau dan tomat munculnya radikel diikuti
dengan memanjangnya hipokotil sebagai cara keseluruhan dan membawa serta
kotiledon dan plumula keatas permukaan tanah.
Tanaman kacang hijau dan tomat juga termasuk tanaman dikotil karena
embrionya terdiri atas kotiledon, plumula, epikotil dan radikel. Terdapat endosperm
namun hanya merupakan bagian kecil, hilum terlihat jelas.
Tipe perkecambahan pada jagung adalah hypogeal karena saat munculnya
radikel diikuti dengan pemanjangan plumula, hipokotil tidak memanjang ke atas
permukaan tanah, sedangkan kotiledon tetap berada di dalam kulit biji di bawah

35
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

permukaan tanah. Jagung termasuk monokotil, cadangan makanannya berupa


endosperm dan kotiledon, endospermnya membesar, punya hilum tetapi tidal terlihat.
Rata – rata UKD kacang hijau yang tumbuh normal adalah 77,50%. Benih
abnormalnya 11,75%. Benih segar 3,40%. Benih keras 5,00%. Benih mati 14,50%.
Rata – rata UKD pada jagung yang tumbuh normal adalah 57,33%. Benih
abnormalnya 33,00%. Benih segar 6,40%. Benih keras 10%. Benih mati 6,67%.
Rata – rata UDP jagung yang tumbuh normal 82,83%. Benih abnormalnya
18,00%. Benih segar 8,00%. Benih keras 6 %. Benih mati 10%.
Rata-rata UDK pada tomat yabg tumbuh normal 43,67 %, Benih Abnormalnya
27,33 %, Benih segarnya 20,50%, benih kerasnya 19,50 %, Benih mati nya 17,67 %.
Berarti pengujian daya berkecambah benih pada metode Uji Kertas Di gulung (UKD)
yang paling bagus untuk pengujian tipe perkecambahan pada kacang hijau. Karena
kecambah normalnya mencapai 77,50%.
Kesimpulan
 Jagung termasuk tanaman monokotil, dan tipe perkecambahannya hypogeal.
 Kacang Hijau dan Tomat termasuk tanaman di kotil . Tipe perkecambahannya
epigeal.
 Metode penyimpanan jagung paling efektif menggunkan uji diatas pasir karena
kecambah normalnya mencapai 51,25 %. Metode Penyimpanan kacang hijau
menggunakan uji kertas digulung kecambah normalnya mencapai 77.50 %
Sehingga UKD sanggat cocok untuk uji kacang hijau. Metode penyimpanan
tomat menggunakan Uji Diatas Kertas kecambah normalnya mencapai 43,67
%. Sehingga kurang cocok menggunakan metode uji diatas kertas.
Kecambah Abnormal dapat di pengaruhi pada saat peletakan benih.
Daftar pustaka
Widajati.Eny.dkk 2012 Dosen ilmu dan Teknologi Benih.IPB Press.Bogor.
Sutopo.Lita.2002.Teknologi Benih.PT Raya Grafindo Persada.Jakarta.
Tim Dosen.2014.Penuntun Praktikum Pengantar Teknologi Benih.IPB Bogor.

36
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Bab 7. Pengujian Vigor Benih

Pendahuluan
7.1.1. Latar Belakang
Vigor merupakan derajat kehidupan benih dan diukur berupa benih yang
berkecambah. Kecaptan perkecambahan jumlah kecambah normal, pada berbagai
lingkungan yang memadai, selain itu juga harus diperhatikan semua atribut
perkecambahan secara morfologi dan fisiologis yang memengaruhi kecepatan,
keseragaman pertumbuhan benih pada berbagai benih (fisiologis) atau kesehatannya.
Secara umum vigor adalah kemampuan benih untuk tumbuh normal pada
keadaan lingkungan suboptimal. Vigor kekuatan tumbuh yaitu jika punya kemampuan
tumbuh yang cepat dan keserempakan tumbuh yaitu lebih tahan lama terhadap
suboptimum (hama, pathogen, penyakit) agar bias tumbuh dengan baik. Benih
dikatakan tumbuh jika berkecambah normal (memiliki struktur dan memenuhi standar
tertentu). Beberapa kondisi suboptimum misalnya tanah salin, tanah msam, dan
sebagainya. Benih yang mampu mengatasi kondisi tersebut termasuk lot benih bervigor
tinggi. Benih vigor akan dapat tumbuh cepat dan serempak. Uji vigor dapat dilakukan
dengan menanam benih pada media suboptimum.
Vigor dapat dibagi menjadi dua yaitu vigor umum dan spesifik atau khusus.
Pada vigor spesifik atau khusus itu contohnya seperti outer space (di luar angkasa)
dengan menggunakan alat shaker sebagai penyeimbang gravitasi. Jika benih ditanam
di luar angkasa, maka pertumbuhan kecambahnya tidak teratur.
7.1.2. Tujuan
Dapat mengetahui dan mampi melakukan pengujian pada vigor benih.
Metode
1. Lakukan pengujian vigor kecepatan tumbuh dan kserempakan tumbuh masing-
masing 1 ulangan untuk 2 komoditi yaitu kedelai dan jagung.
2. Untuk Kecepatan Tumbuh Benih (KCT)
- Benih ditanam dengan metode UKDdp
- Siapkan benih 25 butir
- Basahkan kertas merang

37
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

-Susun benih dengan rapi diatas kertas merang yang sudah dipress
-Lalu tutup gulungan dengan plastic dan tutup gulungan denga n rapi
-Setelah ditanam pada APB IPB 72-1, lakukan pengamatan setiap hari
dengan mengamati jumlah kecambah normal
3. Keserempakan Tumbuh (KST)
- Siapkan benih 25 butir
- Basahkan kertas merang
- Susun benih dengan rapi
- Lalu tutup dang gulung dengan rapi yang tiap gulungan dilapisi plastic
- KST hanya menghitung % kecambah normal pada pengamatan ke-4 untuk
kedelai, sedangkan jagung dihitung pada hari ke-5

Hasil
Nama Benih NIM KCT KST (%)
(%KN/etmal)
05 19,28 72
14 16,25 40
Kedelai 16 19,90 72
19 17,43 40
23 16,60 36
Rataan 17,89 52
05 23,24 64
14 25,03 68
Jagung 16 23,30 64
19 22,65 60
23 24,30 64
Rataan 23,70 64
Tabel 8 Data Hasil Pengujian Vigor Benih

Pembahasan
Pada pengujian vigor benih kedelai kecepatan tumbuh yang hasilnya paling
tinggi ada pada nim 16 yaitu 19,90% dan yang paling rendah adalah nim 14 yaitu
16,25%. Sedangkan uji keserempakan tumbuh yang hasilnya paling tinggi adalah nim

38
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

05 dan 16 yaitu 72% dan yang paling rendah adalah nim 23 yaitu 36%. Rataan KCT
17,89%, rataan KST yaitu 52%.
Pada pengujian vigor benih jagung kecepatan tumbuh yang hasilnya paling
tinggi ada pada nim 14 yaitu 25,03% dan yang paling rendah adalah pada nim 19 yaitu
22,65% sedangkan uji keserempakan tumnuh yang hasilnya paling tinggi adalah nim
14 yaitu 68% dan yang paling rendah adalah nim 19 yaotu 60%. Rataan KCT adalah
23,70%, rataan KST adalah 64%.
Kesimpulan
Vigor benih adalah kemampuan tumbuh benih menjadi tanama berproduksi
normal dalam kondisi suboptimum. Yang diamati dalam pengujian vigor benih inia
adalah kecepatan tumbuh dan keserempakan tumbuh. Serempak atau kompak disini
maksudnya adaah lebih tahan terhadap suboptimum (hama, pathogen, penyakit) agar
bias tumbuh lebih baik. Berdasarkan data tersebut kecepatan tumbuh yang baik ada
pada benih jagung yaitu 23,70% sedangkan keserempakan tumbuhnya pun pada benih
jagung yaitu 64%. Factor yang memengaruhi keserempakan dan kecepatan tumbuh
antara lain mutu brnih yang kurang selektif dalam memilih dan factor lingkungan itu
sendiri saat dilakukan praktikum.
Daftar pustaka
Tim Dosen.2014.Penuntun Praktikum Pengantar Teknologi Benih.IPB Bogor.

39
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Bab 8. Pengujian Kemurnian Benih

Pendahuluan
8.1.1. Latar Belakang
Benih merupakan benda hidup yang di dalam undang-undang RI No.12 tahun
1992 disebut sebagai tanaman yang digunakan untuk memperbanyak dan atau
mengembangbiakan tanaman.
Produksi benih oleh produsen benih diadakan untuk kelangsungan atas
ketersediaan bahan perbanyakan tanaman tertentu. Hal tersebut dilakukan guna
mempertahankan plasma nutfah yang ada. Produksi benih yang dilakukan tidak hanya
sekedar memperhatikan kuantitatif dari produksi itu sendiri tetapi kualitatif benih juga
di utamakan. Mutu benih sangat penting untuk diperhatikan karena benih bukan
merupakan benda mati yang dijual di pasaran kemudian dipakai / dikonsumsi hingga
habis kegunaannya. Benih yang hendak digunakan oleh konsumen (petani) adalah
benih yang memiliki kriteria sesuai dengan permintaan/ selera masyarakat.
Pengujian kemurnian benih yang juga merupakan deskripsi mutu benih yang
pada umumnya dicantumkan pada kemasan oleh pihak produsen merupakan pengujian
yang bertujuan untuk memperoleh persentase kemurnian suatu lot benih. Prinsip dari
pengujian ini yaitu dengan memisahkan benih ke dalam 3 komponen, yaitu benih murni
(benih yang sesuai dengan pernyataan pengirim atau secara dominan ditemukan di
dalam contoh benih), benih tanaman lain (benih tanaman selain yang dimaksud oleh
pengirim), dan kotoran benih meliputi benih dan bagian benih serta bahan-bahan lain
yang bukan benih (benih rusak, pecahan benih dengan ukuran ½ atau < dari ½, sekam,
cangkang benih, kulit benih, tanah, pasir, batu, daun, batang, dan lain-lain).
8.1.2. Tujuan
Untuk menentukan komponen benih berdasarkan persentase berat komponen
dalam contoh benih yang mencerminkan komposisi benih dalam lot, dan untuk
mengidentifikasi benih tanaman lain dan kotoran benih dalam contoh benih

40
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Metode
8.2.1. Alat dan Bahan
1. Kertas putih
2. Pinset
3. Timbangan analitik
4. Cawan
5. Nampan
8.2.2. Benih
1. Benih Cabai (Capsicum sp)
2. Jagung (Zea mays)
3. Kacang tanah (Arachis hypogaea)
4. kacang panjang (Vigna sinensis)
5. bayam (Amaranthus sp)
6. kedelai (Glycine max).
8.2.3. Langkah Kerja
1. Benih ditimbang sesuai ketentuan
No Benih Tanaman Berat (gr)
1 Jagung (Zea mays) 47,03
2 Kacang Tanah (Arachis hypogaea) 25,54
3 Kedelai (Glycine max) 20,42
4 Cabai (Capsicum sp) 3,25
5 Bayam (Amaranthus sp) 2,09
6 Kacang Panjang (Vigna sinensis) 21,07
Tabel 9 Hasil Penimbangan Benih

2. Lakukan identifikasi satu persatu secara visual berdasarkan penampakan


morfologi (bentuk, ukuran, warna, kemengkilapan, tekstur bagian luar).
3. Semua benih tanaman lain dan kotoran benih yang ditemukan diambil dan
dipisahkan dari benih murni.

41
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

4. Semua komponen ditimbang dalam satuan gram dengaan 2 angka dibelakang


koma, dan hasilnya dicatat.
5. Perhitungan benih murni dihitung dengan rumus :

6. % BM = X 100%
7. Perhitungan benih tanaman lain dengan rumus :

8. % BTL = X 100%
9. Perhitungan kotoran benih dengan rumus:

10. % KB = X 100%

Hasil
Data Kelompok 1
Komponen Total (gr)
Nama Benih
No

BM BTL KB Awal Akhir


Jagung 43,78 0,46 2,77 47,03 47,01
1
Persentase (%) 93% 0,97% 5,9%
Kedelai 18,71 0,25 1,44 20,42 20,40
2
Persentase (%) 91,7% 1,22% 7,05%
Kacang panjang 20,39 0,36 0,32 21,07 21,07
3
Persentase (%) 96,7% 1,7% 1,51%
Kacang tanah 23,73 0 1,83 25,54 25,55
4
Persentase (%) 92,8% 0% 8,11%
Cabai 3,16 0,08 0 3,25 3,24
5
Persentase (%) 9,5% 2,46% 0%
Bayam 2,03 0 0,05 2,09 2,08
6
Persentase (%) 97,5% 0% 2,4%
Tabel 10 Data Hasil Pengujian Kemurnian Benih

42
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Pembahasan
1. Jadi, selisih dari total awal dan total akhir itu berkisar antara 0,00 – 0,1 gr. Bila
selisih awal dan akhir itu lebih dari 0,1 (misal 0,5) ini sudah tidak bisa
ditoleransi dan diwajibkan untuk melakukan penghitungan ulang.
2. Dari data di atas, benih yang berkurang setelah dilakukan pengukuran adalah
benih jagung (0,02), kedelai (0,02), cabai (0,01), dan bayam (0,01). Total benih
tersebut dapat berkurang dikarenakan kotoran benih tersebut kemungkinan
terlalu kecil atau tertiup angin atau tertinggal pada kertas saat dilakukan
pemisahan.

Dari data di atas pula terdapat benih yang bertambah beratnya yaitu benih kacang
tanah (0,01). Benih tersebut bertambah kemungkinan saat dilakukan penimbangan,
benih tersebut tercampur dengan kotoran benih lain yang tertinggal di cawan yang
digunakan untuk menimbang.
Kesimpulan
Dari data di atas dapat disimpulkan
 Jagung dengan bobot awal 47,03 dan bobot akhir 47,01 dengan komponen BM
93%; BTL 0,97%; KB 5,9%.
 Kedelai dengan bobot awal 20,42 dan bobot akhir 20,40 dengan komponen BM
91,7%; BTL 1,22%; KB 7,05%.
 Kacang panjang dengan bobot awal 21,07 dan bobot akhir 21,07 dengan
komponen BM 96,7%; BTL 1,7%; KB 1,51%.
 Kacang tanah dengan bobot awal 25,54 dan bobot akhir 25,55 dengan
komponen BM 92,8%; BTL 0%; KB 8,11%.
 Cabai dengan bobot awal 3,25 dan bobot akhir 3,24 dengan komponen BM
97,5%; BTL 2,46%; KB 0%.

Bayam dengan bobot awal 8,09 dan bobot akhir 2,08 dengan komponen BM 97,5%;
BTL 0%; KB 2,4%.
Daftar pustaka
Sutopo.Lita.2002.Teknologi Benih.PT Raya Grafindo Persada.Jakarta.
Tim Dosen.2014.Penuntun Praktikum Pengantar Teknologi Benih.IPB Bogor.

43
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Bab 9. Pematahan Dormansi Benih

Pendahuluan
9.1.1. Latar Belakang
Dormansi adalah suatu keadaan dimana benih tidak dapat berkecambah walaupun
berada pda lingkungan yang optimum untuk perkecambahan. Dormansi bisa terjadi
karena 2 faktor yaitu faktor innate (genetik) dan faktor lingkugan (enforced). Dormansi
karena faktor genetik ini telah ada sejak benih berada pada tanaman induknya ini
disebabkan oleh kulit yang impermeabel maupun embrionya yang dorman, seperti
embrio rudimeter dan keseimbangan hormonal.
Metode pematahan dormansi yang efektif dibedakan berdasarkan
penyebabnya, sebab metode yang satu belum tentu bisa digunakan untuk metode
pematahan dormansi penyebab yang lain. Metode pematahan dormansi yang
disebabkan faktor fisik adalah skarifikasi yaitu pelukaaan kulit benih agar air dan
nutrisi bisa masuk ke dalam benih. Sedangkan pematahan dormansi faktor fisiologis
pada kasus after-ripening adalah dengan perendaman dengan senyawa kimia tertentu.
Tujuan praktikum ini bertujuan untuk mempelajari teknik pematahan dormansi yang
tepat pada kasus dormansi fisiologi (salah satunya after-ripening) dan dormansi fisik.
Benih merupakan komponen teknologi kimiawi biologis pada setiap musim tanam
untuk komoditas tanaman pangan. Benih dari segi teknologi diartikan sebagai
organisme mini hidup yang dalam keadaan “istirahat” atau dorman yang tersimpan
dalam wahana tertentu yang digunakan sebagai penerus generasi . Benih dikatakan
dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun
diletakkan pada keadaan yang secara umum telah memenuhi persyaratan bagi suatu
perkecambahan (Sutopo 2002).
9.1.2. Tujuan
Mengetahui metode yang paling efektif untuk mematahkan dormansi pada beberapa
kasus dormansi.

44
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Metode
9.2.1. Alat dan Bahan
Bahan yang diperlukan adalah benih acasia, benih terong dan benih senggon,
amplas, air panas, kertas meranh sebagai substrat perkecambahan. Sedangkan alat
yang digunakan adalah alat pengecambah benih (APB), kompor , timbangan, box
plastik, tang ,gunting , kertas label.
9.2.2. Langkah Kerja
1. Ambil benih yang telah disediakan dan lakukan beberapa perlakuan dormansi
i) P1 = kontrol atau tanpa perlakuan
ii) P2 = perendaman dalam air panas selama 30 menit
iii) P3 = pengamplasan
2. Tanam benih dalam petridisk
3. Simpan ditempat yang telah ditentukan
4. Lakukan pengamatan

45
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Hasil

mb

tan 2 rm

Keserempak
Nama benih

Pengama no
Pengama Ke

ah
tan 1 ca

Benih segar

Benih keras
al

an tumbuh

Benih mati
Kelompok

abnormal
Benih
Kode
B1P1 12% 0% 12.00% 0.00% 0% 80% 8%
B1P2 84% 0% 84.00% 0.00% 0% 8% 8%
1 B1P3 68% 0% 68.00% 0.00% 0% 16% 8%
B1P1 4% 24% 28.00% 8.00% 24% 16% 24%
B1P2 84% 0% 84.00% 4.00% 8% 0% 4%
2 B1P3 68% 12% 80.00% 0.00% 6% 0% 20%
B1P1 4% 0% 4% 0.00% 96% 0% 0%
B1P2 92% 0% 92% 0.00% 8% 0% 0%
3 B1P3 60% 0% 60% 0.00% 28% 12% 0%
Sengon
B1P1 0% 0% 0% 0.00% 52% 48.00% 0%
B1P2 0% 16% 16% 0.00% 60% 24.00% 0%
4 B1P3 28% 12% 40% 0.00% 52% 8.00% 0%
B1P1 0% 0% 0% 0% 4% 96% 0%
B1P2 72% 4% 76% 8% 4% 12% 0%
5 B1P3 64% 4% 68% 8% 8% 16% 0%
B1P1 0% 0% 0% 0% 96% 0% 4%
B1P2 72% 8% 80% 0% 4% 12% 4%
6 B1P3 56% 8% 64% 0% 0% 28% 8%
Rataan 54.86% 11.00% 57.07% 7.00% 32.14% 28.92% 9.78%
B2P1 0% 0% 0.00% 0.00% 4% 92% 4%
1 B2P2 0% 0% 0.00% 0.00% 12% 88% 0%
B2P1 0% 0% 0.00% 0.00% 76% 12% 12%
2 B2P2 0% 0% 0.00% 0.00% 96% 0% 4%
B2P1 0% 0% 0% 0.00% 96% 4% 0%
3 B2P2 0% 0% 0% 0.00% 100% 0% 0%
Terong
B2P1 0% 16% 16% 4.00% 56% 24.00% 0%
4 B2P2 0% 40% 40% 8.00% 40% 12.00% 0%
B2P1 0% 12% 16% 8% 52% 28% 0%
5 B2P2 0% 40% 40% 12% 36% 12% 0%
B2P1 0% 0% 0% 0% 100% 0% 0%
6 B2P2 0% 0% 0% 0% 76% 4% 20%
Rataan 0.00% 27.00% 28.00% 8.00% 62.00% 30.67% 10.00%
1 Acasia B3P1 0% 8% 8% 4.00% 16% 40% 12%

46
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

B3P2 0% 4% 4% 12.00% 16% 60% 8%


B3P3 0% 16% 16% 12.00% 12% 8% 12%
B3P1 0% 12% 12.00% 4.00% 36% 28% 20%
B3P2 12% 20% 32.00% 4.00% 16% 16% 32%
2 B3P3 20% 32% 52.00% 0.00% 0% 16% 32%
B3P1 0% 4% 4% 0.00% 80% 16% 0%
B3P2 0% 12% 12% 0.00% 80% 8% 0%
3 B3P3 28% 12% 40% 0.00% 48% 12% 0%
B3P1 4% 8% 12% 0.00% 48% 40.00% 0%
B3P2 76% 4% 80% 12.00% 8% 0.00% 0%
4 B3P3 80% 8% 88% 0.00% 12% 0.00% 0%
B3P1 0% 8% 8% 0% 12% 72% 0%
B3P2 12% 24% 36% 4% 32% 28% 0%
5 B3P3 24% 24% 48% 8% 16% 28% 0%
B3P1 0% 8% 8% 0% 64% 24% 4%
B3P2 4% 8% 12% 0% 56% 16% 16%
6 B3P3 32% 20% 52% 0% 0% 40% 8%
Rataan 29.20% 12.89% 29.11% 7.50% 34.50% 28.25% 16.00%
B3P1 0% 8% 8% 4.00% 16% 40% 12%
B3P2 0% 4% 4% 12.00% 16% 60% 8%
1 B3P3 0% 16% 16% 12.00% 12% 8% 12%
B3P1 0% 12% 12.00% 4.00% 36% 28% 20%
B3P2 12% 20% 32.00% 4.00% 16% 16% 32%
2 B3P3 20% 32% 52.00% 0.00% 0% 16% 32%
B3P1 0% 4% 4% 0.00% 80% 16% 0%
B3P2 0% 12% 12% 0.00% 80% 8% 0%
3 B3P3 28% 12% 40% 0.00% 48% 12% 0%
Acasia
B3P1 4% 8% 12% 0.00% 48% 40.00% 0%
B3P2 76% 4% 80% 12.00% 8% 0.00% 0%
4 B3P3 80% 8% 88% 0.00% 12% 0.00% 0%
B3P1 0% 8% 8% 0% 12% 72% 0%
B3P2 12% 24% 36% 4% 32% 28% 0%
5 B3P3 24% 24% 48% 8% 16% 28% 0%
B3P1 0% 8% 8% 0% 64% 24% 4%
B3P2 4% 8% 12% 0% 56% 16% 16%
6 B3P3 32% 20% 52% 0% 0% 40% 8%
Rataan 29.20% 12.89% 29.11% 7.50% 34.50% 28.25% 16.00%

47
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Pembahasan
Berdasarkan data yang sudah kita amati (pengamatan) tentang pematahan
dormansi, pematahan dormansi ini dilakukan untuk mencegah terjadinya dormansi
pada benih, dan untuk meningkatkan daya tumbuh benih. Ada beberapa faktor
dormansi yaitu kulit yang keras, kulit benih yang impermeabel. Ada beberapa metode
untuk melakukan pematahan dormansi yaitu dengan fisik, mekanik dan kimiawi. Dan
pada pengamatan kali ini kita menggunakan 2 metode untuk pematahan dormansi
yaitu fisik dan mekanik dan hasil metode fisik menunjukkan hasil yanglebih baik.
Kesimpulan
Hasil dari perlakuan perendaman air panas (metode fisik) menunjukkan hasil
yang lebih maksimal dalam oematahan dormansi dari pada menggunakan metode
mekanik dengan pengamplasan kulit benih dan pengontrolan atau tanpa perlakuan
tetapi ini tidak berpengaruh besar terhadap benih terong pada pengamatan.
Daftar pustaka
Sutopo.Lita.2002.Teknologi Benih.PT Raya Grafindo Persada.Jakarta.
Tim Dosen.2014.Penuntun Praktikum Pengantar Teknologi Benih.IPB Bogor.

48
Laporan Praktikum
Pengantar Teknologi Benih (TIB 102)

Daftar pustaka

Sutopo.Lita.2002.Teknologi Benih.PT Raya Grafindo Persada.Jakarta.


Tim Dosen.2014.Penuntun Praktikum Pengantar Teknologi Benih.IPB Bogor.
Widajati.Eny.dkk 2012 Dosen ilmu dan Teknologi Benih.IPB Press.Bogor.
https://www.academia.edu/8370227/LAPORAN_TEKNOLOGI_PRODUKSI_BENI
H_prbnykan_vegetatif
https://www.academia.edu/9646415/EKSTRAKSI_POLISAKARIDA_PADA_BIJI_
TAMARIND
http://balitbu.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/component/content/article/16-
penelitianpengkajian2/519-persiapan-benih-pepaya

49

Anda mungkin juga menyukai