Anda di halaman 1dari 26

SKRIPSI

PENGARUH PERNAMBAHAN AMPAS KOPI PADA MEDIA TANAM TERHADAP


PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus
Ostreatus) (STUDI KASUS MITRA JAMUR TIRAM PAK IKSAN)

ITSNADIYAH NUR ZIYADAH


2041810012

DOSEN PEMBIMBING

PROGRAM SARJANA
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI DAN
AGROINDUSTRI UNIVERSITAS INTERASIONAL
SEMEN INDONESIA GRESIK
2021

i
PENGARUH PERNAMBAHAN AMPAS KOPI PADA MEDIA TANAM
TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI JAMUR
TIRAM PUTIH (Pleurotus Ostreatus) (STUDI KASUS MITRA JAMUR TIRAM PAK
IKSAN)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.T)
Pada
Bidang Teknologi
Program Studi S-1 Jurusan Teknologi Agroindustri
Fakultas Teknologi Industri dan Agroindustri
Universitas Internasional Semen Indonesia

Oleh:
ITSNADIYAH NUR ZIYADAH
NIM 2041810012

DEWAN PENGUJI
1. Dosen 1 Penguji 1 (TTD)
NIP.
2. Dosen 2 Penguji 2 (TTD)
NIP

Disetujui Oleh Pembimbing Skripsi


Dosen Dosen Pembimbing (TTD)
NIP

ii
Gresik,......

LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL SKRIPSI

Judul : Pengaruh Penambahan Ampas Kopi pada Media Tanam terhadap


Produktivitas dan Efisiensi Biaya Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus
Ostreatus) (Studi Kasus Mitra Jamur Tiram Pak Iksan)
Nama : Itsnadiyah Nur Ziyadah
NIM : 2041810012

Telah diseminarkan pada :


Hari :
Tanggal :
Tempat :

DEWAN PENGUJI
1. Dosen 1 Penguji 1 (TTD)
NIP
2. Dosen 2
NIP Penguji 2 (TTD)

Disetujui oleh Tim Pembimbing Skripsi


Dosen Dosen Pembimbing (TTD)
NIP

iii
PENGARUH PERNAMBAHAN AMPAS KOPI PADA MEDIA TANAM
TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI JAMUR
TIRAM PUTIH (Pleurotus Ostreatus) (STUDI KASUS MITRA JAMUR TIRAM PAK
IKSAN)

Nama : Itsnadiyah Nur Ziyadah


NIM : 2041810012
Pembimbing :
ABSTRACT

White oyster mushroom (Pleurotus Ostreatus) is one of the most widely and
popularly cultivated mushrooms and is most often consumed by the people of Indonesia.
Efforts that can be made to increase the productivity of oyster mushrooms are the use of
planting media to nourish plants. In this study, coffee grounds were used as an alternative
material. Coffee grounds contain protein, nitrogen, lignin and cellulose which are needed
for the growth of oyster mushrooms so that they can be used as growing media for white
oyster mushrooms. The purpose of this study was to determine the growth and productivity
of white oyster mushrooms on coffee grounds as a substitute for sawdust. This study used a
completely randomized design (CRD) consisting of 5 treatments with 3 replications. The
data obtained will be analyzed using a one-way analysis of variance (ANOVA) with a 95%
confidence level. If there is an effect on the treatment, then proceed with the Duncan
Multiple Range Test (DMRT) with a 95% confidence level. Parameters tested were
mycelium growth, harvest age, number of hoods, diameter of hoods, length of stalks and
body wet weight of mushrooms.

Keywords : White Oyster Mushroom, Growing Media, Coffee Ground


ABSTRAK

Jamur tiram putih (Pleurotus Ostreatus) merupakan salah satu jenis jamur yang
paling banyak dan populer dibudidayakan serta paling sering dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas jamur tiram

iv
adalah penggunaan media tanam dalam menutrisi tanaman. Dalam penelitian ini
memanfaatkan ampas kopi sebagai bahan alternatif yang digunakan. Ampas kopi
mengandung protein, nirogen, lignin dan selulosa yang dibutuhkan dalam pertumbuhan
jamur tiram sehingga dapat digunakan sebagai media tanam jamur tiram putih. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui produktivitas dan efisiensi biaya produksi jamur
tiram putih pda media tanam ampas kopi sebagai substitusi serbuk gergaji. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 6 perlakuan dengan 3 kali
ulangan. Data yang diperoleh akan dianalisa dengan analisa ragam (ANOVA) one way
dengan tingkat kepercayaan 95%. Apabila terdapat pengaruh pada perlakuan, maka
dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan tingkat kepercayaan
95%. Parameter yang diuji adalah pertumbuhan miselium, umur panen, jumlag tudung,
diameter tudung, panjang tangkai dan berat basah tubuh jamur.

Kunci : Jamur Tiram Putih, Media Tanam, Ampas Kopi

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................................iii
PROPOSAL SKRIPSI....................................................................................................................iii
ABSTRACT......................................................................................................................................iv
ABSTRAK.......................................................................................................................................iv
DAFTAR ISI..................................................................................................................................vii
BAB I.................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................................................2
1.5 Batasan Masalah.......................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................................4
2.1 Jamur Tiram Putih

2.2 Syarat Tumbuh Jamur Tiram

2.3 Media Tanam

2.3.1 Serbuk Gergaji

2.3.2 Ampas Kopi

2.4 Biaya Produksi

2.5 Penelitian Terdahulu

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian

3.2 Waktu dan Tempat

3.3 Alat dan Bahan Eksperimen

3.4 Alat dan Bahan Penelitian

3.5 Rancangan Penelitian

vi
3.6 Prosedur Kerja

3.7 Analisis Data

3.8 Analisis Biaya

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................6

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jamur tiram putih merupakan salah satu jenis jamur edibel yang paling banyak dan
populer dibudidayakan serta paling sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.
Permintaan jamur semakin meningkat baik domestik maupun ekspor. Jamur banyak
digemari karena disamping rasanya yang enak juga memiliki kandungan gizi yang tinggi.
Untuk membudidayakan jamur ini, dibutuhkan ketelitian untuk memperoleh hasil yang
maksimal dari pembudidayaan jamur tersebut. Jamur tiram tumbuh pada media yang cukup
mengandung karbon dalam bentuk karbohidrat dan cukup mengandung nitrogen dalam
bentuk garam amonium yang akan diubah menjadi protein. Jamur tiram juga memerlukan
nutrisi yang relatif mudah diserap, media tumbuh yang kaya vitamin dan mineral untuk
memenuhi aktivitas metabolisme selnya (Shifriyah, 2012). Untuk mendapatkan
produktifitas yang tinggi diperlukan media tanam yanag tepat.

Media yang biasanya dipakai untuk budidaya jamur tiram adalah serbuk gergaji
kayu. Serbuk gergaji memiliki kandungan karbohidrat, lignin, selulosa dan hemiselulosa
yang dibutuhkan jamur untuk tumbuh dan berkembang. Namun nutrisi yang terdapat pada
serbuk gergaji kayu masih rendah. Maka serbuk gergaji kayu harus ditambahkan dengan
konsentrat dan berbagai bahan lain agar nutrisinya lebih tinggi. Ketersediaan serbuk kayu
juga mulai langkah disebabkan berkurangnya potensi hutan dan penggunaan serbuk kayu
untuk industri lain. Maka dari itu perlu dilakukan kajian tentang bahan alternatif lain yang
bisa digunakan sebagai bahan utama media untuk budidaya jamur tiram. Ampas kopi juga
tidak memerlukan bahan tambahan lainnya

Mitra Jamur Tiram Pak Iksan merupakan salah satu badan usaha dalam budidaya
jamur tiram putih. Usaha ini dimulai sejak tahun 2013. Mitra Jamur Tiram Pak Iksan ini
beralamat di Desa Bulang Kulon Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik, yang kebetulan
merupakan rumah tinggal Bapak Muhammad Iksan sendiri dengan menempati lahan
pekarangan disamping dan belakang rumah. Pada Mitra Jamur Tiram Pak Iksan terdapat

1
beberapa kendala yaitu produksi yang tidak bisa memenuhi permintaan pasar dan kendala
ketersediaan bahan baku serbuk gergaji.

Terdapat beberapa bahan alternatif yang dapat digunakan sebagai media tanam, salah
satunya adalah ampas kopi. Ampas kopi merupakan limbah dari penyeduhan kopi.
Berdasarkan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementrian Pertanian konsumsi
kopi nasional pada tahun 2021 mencapai 370 ton. Peningkatan jumlah konsumsi kopi
menyebabkan peningkatan jumlah ampas kopi yang dihasilkan. Satu ton biji kopi
menghasilkan 650 kg ampas kopi (Mussatto, 2011). Ampas kopi mengandung protein,
nirogen, lignin dan selulosa yang dibutuhkan dalam pertumbuhan jamur tiram. Ada
beberapa keunggulan dalam pengunaan ampas kopi sebagai media tanam jamur tiram.
Ampas kopi memiliki tekstur yang halus sehingga tidak perlu upaya untuk menghaluskan
media. Ampas kopi tidak mudah terkontaminasi dikarenakan medianya yang bersifat basa.
Media ampas kopi juga tidak memerlukan bahan tambahan lainnya. Sehingga tidak
memerlukan biaya tambahan.

Berdasarkan paparan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Penambahan Ampas Kopi pada Media Tanam terhadap
Produktivitas dan Efisiensi Biaya Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) (Studi
Kasus Mitra Jamur Tiram Pak Iksan)”. Dengan demikian peneliti bermaksud untuk
mengetahui pengaruh aplikasi media tanam ampas kopi pada pertumbuhan jamur tiram
putih. Dalam penelitian ini akan menguji pertumbuhan miselium,umur panen, jumlah
tudung, diameter tudung, panjang tangkai dan berat pada jamur tiram putih.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh media tanam ampas kopi terhadap produktivitas jamur tiram
putih?
2. Bagaimana komposisi media tanam terbaik untuk produktivitas jamur tiram putih?
3. Bagaimana pengaruh media tanam ampas kopi terhadap efisiensi biaya produksi
jamur tiram putih?

1.3 Tujuan Penelitian

2
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat diketahui tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengaruh media tanam ampas kopi terhadap produktivitas jamur
tiram putih?
2. Untuk mengetahui komposisi media tanam terbaik untuk pertumbuhan dan
produktivitas jamur tiram putih.
3. Untuk mengetahui pengaruh media tanam ampas kopi terhadap efisiensi biaya
produksi jamur tiram putih

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini dapat menjadi media pengimplementasian dalam penerapan ilmu yang
telah dipelajari dan juga menambah pengetahuan mengenai pengaruh penambahan
ampas kopi pada media tanam terhadap produktivitas dan efisiensi biaya produksi
jamur tiram putih.
2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat menambah informasi dan pengetahuan mengenai pengaruh penambahan
ampas kopi pada media tanam terhadap produktivitas dan efisiensi biaya produksi
jamur tiram putih.

3. Bagi Peneliti

a. Memberikan wawasan atau pengetahuan baru mengenai pemanfaatan


limbah ampas kopi

b. Memberikan informasi mengenai pengaruh media tanam ampas kopi


terhadap produktivitas dan efisiensi biaya produksi jamur tiram putih.

c. Memberikan informasi mengenai komposisi media tanam yang baik


untuk pertumbuhan jamur tiram putih.

d. Penelitian ini menjadi sumber informasi ilmiah dan dapat dijadikan


acuan untuk peneliti selanjutnya yang ingin mengembangkan penelitian
ini.

1.5 Batasan Masalah


Agar penelitian yang dilakukan ini lebih terarah, dehingga perlu untuk dilakukan

3
pembatasan masalah. Berdasarkan latar belakang, maka dapat disimpulkan masalah
dalam penelitian ini yaitu :

1. Subyek penelitian adalah media ampas kopi


2. Obyek penelitian adalah pertumbuhan jamur tiram putih (Pleurotus Ostreatus)
3. Parameter penelitian adalah pertumbuhan miselium, umur simpan, jumlah tudung,
diameter tudung, panjang tangkai, dan berat basah tubuh jamur.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jamur Tiram Putih

Jamur tiram merupakan jamur pangan yang berasal dari kelompok Basidiomicytes,
disebut jamur tiram karena tudungnya berbentuk lingkaran seperti cangkang tiram. Warna
tudung beragam mulai dari putih, putih kekuningan, kuning, abu-abu, abu kecoklatan,
bahkan ada yang berwarna merah dan biru. Permukaan tudungnya sedikit licin namun tidak
lengket, berdiameter antara 3 sampai 15 cm. Sebagian jamur ini memiliki tangkai yang
bercabang, tubuh atau batangnya berwarna putih, pendek dan menyamping (Meinanda,
2013). Tubuh buah memiliki batang yang berada di pinggir (pleurotus) dan bentuknya
seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial
Pleurotusostreatus. Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngiiatau King
oyster mushroom (Maulana, 2012).

Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu bahan makanan non
kolesterol yang bergizi tinggi dan saat ini banyak diminati oleh masyarakat dari berbagai
kelas (Triono, 2013). Jamur tiram memiliki banyak kadungan nutrisi, pada tiap 100g terdiri
360 kalori, dengan kadar air 92,2%. Kandungan protein 10,5 sampai dengan 30,4%, 56,6%
karbohidrat, 1,7-2,2% lemak, 0,20mg thiamin, 4,7-4,9 mg Vitamin B, 36-56,6 mg Vitamin
C, 77,2 mg niacin. Kandungan 12% serat dan 9,1% kadar abu (Maulana, 2012).

2.2 Syarat Tumbuh Jamur Tiram

Syarat tumbuh budidaya jamur tiram dapat dilakukan pada dataran yang letaknya
550 m - 800 m dpl. Suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan miselium 20"C-30'C dan
kelembaban 80% -85 %. Suhu untuk pembentukan tubuh buah (fruting body) dalam
kumbung 90 % - 94 % (Meutia, Z., 2018). Nutrisi yang terdapat pada media sangat
berperan dalam proses budidaya jamur tiram. Nutrisi yang ditambahkan harus sesuai
dengan kebutuhan hidup jamur, diantaranya karbohidrat, nitrogen, mineral dan vitamin
supaya jamur dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Komposisi media jamur tiram
umumnya memerlukan unsur C, N dan mineral (Syafiih, 2015).

5
Pada proses pembentukan tubuh buah sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan
miselium. Semakin banyak nutrisi yang diserap maka semakin banyak tubuh buah yang
dihasilkan. Faktor-faktor yang memepengaruhi pertumbuhan miselium adalah suhu,
kelembaban, dan pH. Suhu media yang terlalu panas dapat menghambat pertumbuhan
miselium bahkan miselium akan mati. Kelembaban yang optimal bagi pertumbuhan
miselium yaitu antara 60-65% agar miselium dapat tumbuh dan menyerap makanan dari
media tanam dengan baik. Kadar air yang kurang menyebabkan miselium kesulitan
menyerap nutrisi dari media, dan sebaliknya apabila kelebihan kadar air akan menyebabkan
miselium membusuk bahkan menimbulkan jamur liar sehingga pertumbuhan jamur liar
lebih cepat daripada pertumbuhan jamur tiram itu sendiri. pH berfungsi untuk mengatur
enzim-enzim tertentu untuk mengurai suatu substrat (Meutia, Z., 2018).

Untuk pembentukan sel-sel tubuh buah yang banyak tidak terlepas dari adanya
kandungan senyawa yang dibutuhkan oleh jamur pada media tanam dalam jumlah yang
cukup banyak. Nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan miselium dan pertumbuhan
jamur tiram merupakan komponen utama dari dinding sel yaitu selulosa, hemiselulosa,
lignin dan juga protein. Senyawa yang telah terdekomposisi ini akan menghasilkan nutrisi
yang dibutuhkan oleh jamur. Semakin banyak nutrisi yang tersedia dalam media tanam
maka akan menghasilkan massa jamur yang lebih besar. Semakin besar ukuran diameter
pada jamur tiram maka menghasilkan massa jamur yang besar pula. Jumlah tudung jamur
yang banyak akan menyebabkan ukuran diameter yang kecil karena tidak memiliki banyak
ruang untuk jamur mengalami pelebaran karena saling berhimpitan dengan tudung yang
lain. Karbohidrat merupakan sumber energi untuk pertumbuhan jamur, mulai dari
terbentuknya primordia (pinhead) dan mendukung nutrisi untuk pertumbuhan tudung jamur
sampai pertumbuhan tudung jamur maksimal (Sari, 2015).

Berat segar badan buah jamur berkaitan dengan pertumbuhan miselium akan tetapi
cenderung pada ketersediaan nutrisi pada substrat. Dari media yang digunakan masing-
masing sudah mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh jamur. Selain dari media, faktor
lingkungan juga berperan penting dalam pertumbuhan jamur sehingga mempengaruhi berat

6
basah jamur. Apabila suhu dalam kumbung terlalu rendah maka akan meyebabkan tubuh
buah jamur mengalami penguapan sehingga tubuh buah jamur mengkerut dan kering
(Meutia, Z., 2018)

Pertumbuhan miselium, Jumlah berat basah, panjang tangkai dan diameter tudung
dipengaruhi oleh faktor-faktor kandungan nutrisi dalam baglog, kualitas bibit jamur tiram,
kebersihan, pemeliharaan, suhu, dan kelembaban (Meinanda, 2013). Selain itu, tingkat
kepadatan baglog juga mempengaruhi pada penyebaran miselium, apabila baglog terlalu
padat maka miselium juga akan sulit untuk memenuhi ke seluruh permukaan baglog, oleh
karena itu dalam pengisian baglog diusahakan untuk tidak terlalu padat atau terlalu
renggang (Irhananto, 2014).

2.3 Media Tanam

Untuk perkembangan dan pertumbuhan jamur, nutrisi yang ada pada media sangat
penting. Nutrisi terpenting yang dibutuhkan untuk pertumbuhan miselium dan
pembentukan badan buah adalah selulosa, hemiselulosa lignin dan protein. Media tanam
yang digunakan harus bisa mendukung pertumbuhan jamur secara optimal. pH media harus
sesuai dengan syarat tumbuh dari jamur, yang mana bisa diatur dengan penambahan kapur
karbonat (CaCO3). Selain itu juga digunakan sebagai sumber kalsium (untuk
memperkokoh media sehingga tidak mudah rusak, memiliki daya tahan lama dan masa
produksi panjang) dan untuk meningkatkan mineral yang dibutuhkan bagi pertumbuhan.
Nutrisi yang terkandung dalam media tanam harus mencukupi kebutuhan. Kebutuhan
nutrisi bisa dipenuhi dengan penambahan dedak (Rochman, 2015).

2.3.1 Serbuk Gergaji

Zat yang terkandung dalam kayu tersebut ada yang berguna dan membantu
pertumbuhan jamur, tetapi adapula yang menghambat. Kandungan yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan jamur tiram adalah karbohidrat, lignin dan serat, sedangkan faktor
penghambat adalah getah dan zat ekstraktif (zat pengawet alami yang terdapat pada kayu).
Oleh karena itu, serbuk kayu yang digunakan untuk budidaya jamur sebaiknya berasa dari
jenis kayu yang tidak banyak mengandung zat pengawet alami (Steviani, 2011).

Bahan ini merupakan bahan dasar pembuatan media tanam (baglog). Serbuk kayu

7
mengandung beragam zat didalamnya yang dapat memacu pertumbuhan atau sebaliknya.
Zat-zat yang dibutuhkan jamur untuk tumbuh yaitu karbohidrat serat dan lignin. Sedangkan
zat yang dapat menghambat pertumbuhan yaitu zat metabolit sekunder atau yang umum
dikenal sebagai getah dan atsiri. Dengan demikian serbuk kayu yang yang digunakan
hendaknya dari pohon tidak bergetah seperti albasia, randu, meranti dan lain-lain (Steviani,
2011).

2.3.2 Ampas Kopi

Kopi merupakan sejenis minumann yang berasal dari proses pengolahan biji
tanaman kop. Kopi digolongkan ke dalam famili Rucbiaceae dengan genus Coffea. Secara
umum kopi hanya memiliki dua spesies yaitu Coffea Arabica dan Coffea robusta (Saputra,
2018). Ampas kopi adalah limbah akhir dari penyeduhan kopi. Ampas kopi dianggap
sebagai produk hasil samping yang kurang dimanfaatkan atau bahkan masih belum
dimanfaatkan secara maksimal (Adline et al., 2013). Ampas kopi memiliki kandungan total
karbon 47,8-58,9, total nitrogen 1,9-2,3%, protein 6,7-13,6%, abu 0,43-1,6%, selulosa
13,8% dan lignin 33% (Caetano, 2012). Ampas kopi dapat dimanfaatkan sebagai bahan
media tanam jamur tiram puih karena mengandung protein, nitrogen, lignin, dan selulosa
yang dibutuhkan dalam pertumbuhan jamur tiram puih (Irhananto, 2014).

Kandungan nutrisi pada media merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan jamur. Nutrisi yang cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan
miselium jamur. Kandungan selulosa pada ampas kopi bermanfaat sebagai nutrisi untuk
pertumbuhan miselium jamur tiram (Melvia, 2017). Ampas kopi memiliki pH 6,2. pH
tersebut baik digunakan untuk pertumbuhan miselium jamur, karena menurut Putri (2017)
miselium jamur akan tumbuh optimal pada suhu 25C dan kelembapan udara 85-95% serta
pH 5,5-6,5. Nitrogen pada ampas kopi berfungsi untuk pembentukan protein, dan
membangun enzim-enzim yang disimpan dalam tubuhnya untuk memacu pertumbuhan
tubuh buah jamur (Fitri, 2019). Media tanam ampas kopi yang mengandung selulosa dan
lignin dalam jumlah besar akan mendukung perkembangan jumlah tudung jamur tiram
(Hikamah, dkk. 2019). Penyerapan nutrisi yang terdapat dalam media ampas kopi juga akan
ditranslokasikan kebagian tubuh jamur tiram, sehingga berat segar dari jamur tiram akan

8
bertambah (Adikasari R., 2012).

2.4 Biaya Produksi

Biaya produksi usaha jamur tiram putih merupakan semua masukan yang terpakai
atau yang terkeluarkan dalam produksi usaha jamur tiram putih. Dengan perhitungan biaya
dapat diketahui berapa besar penerimaan dan pendapatan yang diperoleh pada budidaya
jamur tiram putih (Fitriani, 2018). Biaya yang dikeluarkan pada usaha budidaya jamur
tiram putih terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang
jumlahnya tetap atau tidak berubah dalam rentang waktu tertentu, berapapun besarnya
penjualan atau produksi perusahaan. Biaya tetap pada budidaya jamur tiram putih meliputi
biaya peralatan dan biaya penyusutan. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan pada
budidaya jamur tiram putih selama masa produksi yang besar kecilnya biaya dipengaruhi
oleh skala jumlah produksi. Biaya variabel terdiri dari biaya bahan dan biaya tenaga kerja
(Tanjung, 2018).

Efisiensi biaya produksi erat kaitannya dengan keseimbangan antara biaya yang
dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh. Efisiensi biaya produksi atau R/C ratio adalah
perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya. Semakin besar R/C ratio maka
semakin besar penerimaan yang diperoleh (Setiyawan, 2011). Efisiensi diartikan sebagai
upaya penggunaan masukan yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang
sebesar-besarnya. Keberhasilan proses produksi pada (Febriyanto, 2014).

2.5 Penelitian Terdahulu

Beberapa peneliti terdahulu telah melakukan penelitian media tanam jamur tiram
menggunakan ampas kopi
No Penulis & Judul Hasil Penelitian Keterkaitan
. tahun Artikel/Jurnal dengan
Penelitian Ini
1. Irhananto, Pertumbuhan dan Formula yang terbaik Menggunakan
Yudhi, Produktivitas dengan perlakuan rasio bahan dasar
2014 Jamur Tiram ampas kopi : daun ampas kopi
Putih (Pleurotus pisang kering sebagai bahan
Ostreatus) pada (25gr:25gr) media tanam
Komposis Ampas jamur tiram

9
Kopi dan Daun putih.
Pisang Kering
yang Berbeda.
2. Putri, Pertumbuhan Pertumbuhan miselium Menggunakan
Dinik, R., Miselium Bibit terbaik adalah pada bahan dasar
2017 F2 Jamur Tiram media kardus ampas kopi
(Pleurotus sebagai bahan
Ostreatus) dan media tanam
Jamur Merang jamur tiram
(Volvariella putih.
Volvaceae) pada
Media Ampas
Kopi dan Media
Kardus
3. Dalimunthe, Pertumbuhan dan Penggunaan media Menggunakan
Fitra K., Produktuvitas tanam campuran bahan dasar
2018 Jamur Tiram berbeda memberikan ampas kopi
Putih pada Media pengaruh berbeda tidak sebagai bahan
Tanam Campuran nyata terhadap media tanam
Berbeda dan semuaparameter yang jamur tiram
Penambahan Air diukur putih.
Cucian Beras

10
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian

3.2 Waktu dan Tempet Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2021 sampai Januari 2022 yang
bertempet di Mitra Jamur Tiram Pak Iksan yang terletak di Desa Bulang Kulon Kecamatan
Benjeng Kabupaten Gresik.
3.3 Alat dan Bahan Eksperimen
Alat yang digunakan dalam eksperimen ini adalah sekop, ayakan, cincin penutup
baglog, hand sprayer, cutter, karet, penggaris, spatula, pipa paralon, timbangan analitik, rak,
alat sterilisasi, dan alat-alat lain yang mendukung dalam eksperimen ini. Bahan yang

11
digunakan dalam eksperimen ini adalah bibit jamur tiram putih (Pleorotus Ostreatus),
serbuk gergaji kayu, ampas kopi, plastik PP (Polypropilen), air, dan bahan-bahan lain yang
mendukung eksperimen ini.
3.4 Alat dan bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggaris, timbangan analitik, alat
tulis, dan alat-alat lain yang mendukung dalam penelitian ini. Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah baglog dan jamur tiram putih.
3.5 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
yang terdii dari 6 pelakuan yaitu :
P0 : Ampas kopi 0% dan serbuk kayu gergaji 100% (kontrol)
P1 : Ampas kopi 20% dari berat serbuk kayu gergaji
P2 : Ampas kopi 40% dari berat serbuk kayu gergaji
P3 : Ampas kopi 60% dari berat serbuk kayu gergaji
P4 : Ampas kopi 80% dari berat serbuk kayu gergaji
P5 : Ampas kopi 100% dan serbuk kayu gergaji 0%
Setiap penelitian terdiri dari 3 ulangan yang mana setiap ulangan terdiri dari satu
baglog bibit jamur tiram, sehingga keseluruhan terdiri dari 15 baglog.

3.6 Prosedur Kerja


1. Persiapan Bahan
Ampas kopi dan serbuk kayu gergaji
2. Persiapan Media Tanam
Formulasi media tanam yang digunakan pada setiap perlakuan adalah sebagai
berikut:
P0 : Ampas kopi 0% dan serbuk kayu gergaji 100% (kontrol)
P1 : Ampas kopi 20% dari berat serbuk kayu gergaji
P2 : Ampas kopi 40% dari berat serbuk kayu gergaji
P3 : Ampas kopi 60% dari berat serbuk kayu gergaji
P4 : Ampas kopi 80% dari berat serbuk kayu gergaji

12
P5 : Ampas kopi 100% dan serbuk kayu gergaji 0%
3. Pengomposan
Pengomposan dilakukan dengan cara semua bahan yang telah dicampur ditutup
secara rapat menggunakan plastik, pengomposan dilakukan selama 1-2 hari.
Pengomposan bertujuan untuk mengurai senyawa-senyawa kompleks yang terdapat
dalam bahan dengan bantuan mikroba sehingga diperoleh senyawa-senyawa yang
lebih sederhana. Senyawa-senyawa sederhana akanlebih mudah dicerna oleh jamur
sehingga memungkinkan pertumbuhan jamur akan lebih baik.
4. Pengisian Media
Media yang telah dikomposkan dimasukkan dalam kantongan plastik PP
(Polipropilen) sebanyak ± 1000 g kemudian dipadatkan. Kemudian ujung plastik
disatukan dan dipasang cincin yang terbuat dari pipa paralon pada bagian leher
plastik sehingga bungkusan akan menyerupai botol. Bungkusan diketatkan dan
diikat dengan karet dan ditutup dengan lembaran plastik (10 cm x 10 cm) dan diikat
kembali dengan karet gelang.
5. Sterilisasi
Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan autoklaf dengan tekanan 1.5 Psi pada
suhu 121°C selama 1 jam
6. Pendinginan
Media yang telah disterilisasi didinginkan selama ± 24 jam sebelum diinokulasi
dengan bibit. Pendinginan dilakukan hingga temperatur media turun (35–400 C).
7. Inokulasi
Inokulasi dilakukan dengan cara taburan yaitu dengan cara menaburkan bibit
kedalam media tanam ± 5g. Untuk memasukkan bibit digunakan spatula kecil yang
telah disterilkan dengan alkohol dan dibakar diatas bunsen. Terlebih dahulu tutup
plastik dan pipa paralon dibuka dan bibit jamur ditaburkan dipermukaan media
secara merata. Kemudian baglog ditutup kembali dengan menggunakan plastik.
8. Inkubasi
Media yang telah diisi dengan bibit diletakkan di rak sesuai dengan bagan
penelitian. Suhu yang diperlukan untuk menumbuhkan miselia jamur adalah antara

13
22-300°C. Inkubasi dilakukan hingga media berwarna putih. Media akan tampak
putih merata antara 40-60 hari sejak dilakukan inokulasi.
9. Pemisahan
Pemisahan dilakukan jika terdapat media atau bibit yang terkontaminasi jamur lain
yang ditandai dengan tumbuhnya kapang jamur lain 2-3 hari setelah inokulasi maka
dipindahkan ketempat lain.
10. Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan untuk menjaga suhu dan kelembapan. Penyiraman
dilakukan dua kali sehari. Penyiraman baglog dilakukan dengan menggunakan
handsprayer.
b. Pengendalian hama dan penyakit
Hama yang sering menyerang jamur adalah ulat, kecoa dan tikus. Untuk
pengendalian ulat umumnya dilakukan secara manual setelah panen yaitu
dengan cara memungut ulat dari tubuh buah yang terserang. Untuk hama tikus
dilakukan dengan menggunakan perangkap tikus sedangkan untuk kecoa
dilakukan dengan menggunakan pestisida berbentuk kapur. Penyakit yang
sering muncul pada baglog adalah tumbuhnya kapang jamur lain yang dapat
mengganggu pertumbuhan jamur tiram. Pengendalianya adalah dengan cara
dimusnahkan atau dibakar.
11. Pemanenan
Jamur tiram bisa dipanen setelah 40-60 hari dari masa inkubasi.Jamur tiram dapat
dipanen berkali kali dengan selang waktu 7-10 hari. Pemanenan dilakukan dengan
cara mencabut seluruh rumpun jamur yang ada. Pemanenan dilakukan sampai
baglog tidak mampu memproduksi jamur secara optimal sesuai dengan kriteria
panen.
12. Pengamatan Parameter
Parameter yang akan dilakukan pengamatan adalah pertumbuhan miselium, umur
panen, jumlah tudung, diameter tudung, panjang tangkai dan berat basah.
3.7 Analisis Data

14
Data yang diperoleh akan dianalisa dengan analisa ragam (ANOVA) one way
dengan tingkat kepercayaan 95%. Apabila terdapat pengaruh pada perlakuan, maka
dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan tingkat kepercayaan
95%. Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam model linear sebagai berikut :
Yij = μ + Ti+ εij
Dimana :
Yij : Hasil pengamatan dari perlakuan berbagai media tanam dan ulangan Μ : nilai
rata-rata
Ti : Pengaruh berbagai media tanam
Εij : Pengaruh galat percobaan dari berbagai media tanam dan ulangan
3.8 Analisis Biaya
Analisis biaya digunakan untuk biaya usaha budidaya jamur tirm putih. Analisis
yang dilakukan didasarkan pada penelitian dan data yang tersedia dari pengusaha. Secara
sistematis rumusan analisis biaya sebagai berikut :
a. Total Biaya
TC = TFC + TVC
Keterangan
TC = Biaya Total (Total Cost)
TFC = Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost)
TVC = Total Biaya Variabel (Total Variabel Cost)
b. Penerimaan
TR = Y.Py
Keterangan
TR = Total Penerimaan (Total Revenue)
Y = Produksi yang diperoleh
Py = Harga
c. Pendapatan
NR = TR – TC
Keterangan
NR = Pendapatan (Net Revenue)

15
TR = Total Penerimaan (Total Revenue)
TC = Biaya Total (Total Cost)

16
DAFTAR PUSTAKA

Adikasari R., 2012. Pemanfaatan Ampas Teh dan Ampas Kopi Sebagai Penambah Nutrisi
pada Pertumbuhan Tanaman. Univeritas Muhammadiyah Surakarta.

Dalimunthe, Fitra K., 2018. Pertumbuhan dan Produktuvitas Jamur Tiram Putih pada
Media Tanam Campuran Berbeda dan Penambahan Air Cucian Beras. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Medan.

Febriyanto, 2014. Analisis Efisiensi Biaya pada Pelaku Budidaya Jamur Tiram di Desa
Patemon Kabupaten Bondowoso. Universitar Jember. Jember.

Fitri K., Yaya S., Rina N., 2019. Pertumbuhan dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus
ostreatus) pada Berbagai Komposisi Media Tanam. Jurnal Pertanian. Vol.4 No.2.

Fitriani S., Habibi H., 2018. Analisis Biaya dan Pendapatan Budidaya Jamur Tiram Putih di
(P4S) Nusa Indah Kabupaten Bogor. Jurnal Agribisnis. Vol.01 No.01.

Hikamah, dkk. 2019. Ampas Kopi dan Seresah Daun Pisang untuk Meningkatkan
Produktifitas Pertumbuhan Jamur Merang. Jurnal Bioshell. Vol.8 No.01.

Irhananto, Yudhy. 2014. Pertumbuhan dan Produktivitas Jamur Tiram Putih pada
Komposis Ampas Kopi dan Daun Pisang Kering yang Berbeda. Univeritas
Muhammadiyah Surakarta.

Maulana. Panen Jamur Tiap Musim. Lampung: Lily Publisher, 2012.

Meinanda. Panen Cepat Budidaya Jamur. Bandung: Padi, 2013.

Meutia, Z., 2018. Pertumbuhan dan Produktivitas Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus)
pada Media Ampas Teh Sebagai Sustitusi Serbuk Gergaji. Universitas Sumatera
Utara.

Melvia, Tambaru, Abdullah. 2017. Pengaruh Penggunaan Ampas Kopi Sebagai Media
Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Jamur Tiram. Universitas
Hasanudin. Makassar.

Putri, Dinik, R., 2017. Pertumbuhan Miselium Bibit F2 Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus)
dan Jamur Merang (Volvariella Volvaceae) pada Media Ampas Kopi dan Media

17
Kardus. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Rochman, A. 2015. Perbedaan proporsi dedak dalam media tanam terhadap per tumbuhan
jamur tiram putih (P. florida). Jurnal Agribisnis Fakultas Pertanian Unita 11(13).

Sari, Iis Mita. 2015. Pengaruh Media dengan Penambahan Ampas Kelapa Terhadap
Pertumbuhan dan Perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) dan
Sumbangsihnya Terhadap Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X Semester I
Materi Fungi. Skripsi. Universitas Islam Negeri Raden Fatah. Palembang.

S. Caetono, Nadia. (2012). “Valorization of Coffe Grounds For Biodisel Production”.


Journal of Chemical Engineering Transaction Vol 26.

Setiyawan, Hendra, 2011. Analisis Usaha Tani Jamur Tiram di Kabupaten Sukoharjo.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Syafiih, Abdurachman. 2015. Efektivitas Media Kultur dengan Penambahan Serbuk


Gergaji dan Sumber Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Miselia Pleurotus ostreatus.
IPB. Bogor.

Shifriyah, A., Badami, K., Suryawati, S. 2012. Pertumbuhan dan produksi jamur tiram
putih pada penambahan dua sumber nutrisi. Jurnal Agrivor Vol. 5 No. 1.

StevianiS. “Pengaruh Penambahan Molase pada Berbagai Media pada Jamur Tiram
Putih(Pleurotus ostreatus)”. Skripsi. Suakarta: Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret, 2011.

Sutarman. Keragaan dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Pada Media
Serbuk Gergaji dan Ampas Tebu Bersuplemen Dedakdan Tepung Jagung.
Varibility and Production White Oyster Mushroom (Pleurotusostreatus) on
Sawdust Media and bagasse Supplemented by Rice Bran,and Corn Flour. Jurnal
PenelitianPertanian Terapan Vol. 12 (3) (2012):163-168.

Tanung, dkk. 2018. Analisis Usaha Budidaya dan Pemasaran Jamur Tiram Putih (Pleurotus
Ostreatus) di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Jurnal Agrica. VOL.11
No.01.

Triono P. Bisnis Jamur Tiram. Jakarta: PT Agro Media Pustaka, 2013.

18
19

Anda mungkin juga menyukai