Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM PENGEMBANGAN PERTANIAN PERKOTAAN

“PENGARUH CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN


PERKEMBANGAN TANAMAN SAWI (Brasica rapa cv. Caisin)”

Dosen Pengampuh :
Ir Inkorena G. S. Sukartono, M.Agr
S.F Nurul Qomariyah, SP, M.Si

DISUSUN OLEH :
MIFTAHUDIN ISTIQLAL NURAMIN (183112500170004)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Intensitas cahaya adalah banyaknya energi cahaya yang diterima oleh tanaman
persatuan luas dan persatuan waktu (kal/cm2/hari). Pada dasarnya intensitas cahaya
matahari akan berpengaruh nyata terhadap sifat morfologi tanaman. Hal ini dikarenakan
instensitas cahaya matahari dibutuhkan untuk berlangsungnya penyatuan CO2 dan air
untuk membentuk karbohidrat (Asadi et. al, 1997).
Alat ukur cahaya (lux meter) adalah alat yang digunakan untuk mengukur besarnya
intensitas cahaya di suatu tempat. Untuk mengetahui besarnya intensitas cahaya,
diperlukan sebuah sensor yang cukup peka dan linier terhadap cahaya. Semakin jauh
jarak antara sumber cahaya ke sensor maka semakin kecil nilai yang ditunjukkan lux
meter. Ini membuktikan bahwa semakin jauh jarak sensor terhadap cahaya, maka
intensitas cahaya akan semakin berkurang, begitu sebaliknya, jika sensor semakin dekat
dengan sumber cahaya, maka intensitas cahaya yang di tunjukkan oleh lux meter
semakin tinggi.
Intensitas cahaya yang terlalu tinggi akan berpengaruh terhadap aktivitas sel-sel
stomata daun dalam mengurangi tranportasi sehingga mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan tanaman, sedangkan intensitas cahaya yang terlalu rendah akan
menghasilkan produk fotosintesa yang tidak maksimal sehingga pertumbuhan tanaman
terhambat (Sudomo, 2009).
Menurut Silvikutur (2007) cahaya berpengaruh terhadap arah pertumbuhan akar
dan perluasan atau tidak bergulungnya daun. Daun berusaha mendapatkan lebih banyak
cahaya untuk proses potosintesis. Cahaya akan menghambat pertumbuhan batang
sehingga pada bagian batang yang tidak terkena cahaya menjadi lebih panjang. Cahaya
juga mempengaruhi pertumbuhan xilem sehingga mempengaruhi perkembangan batang.
Selain berpengaruh terhadap proses fotosintesis, cahaya berpengaruh terhadap
pertumbuhan setiap organ dan keseluruhan tumbuhan. Keadaan gelap berpengaruh
terhadap bentuk luar tumbuhan dan laju perpanjangannya. Tumbuhan yang diletakkan
ditempat gelap akan tumbuh lebih cepat daripada yang diletakkan ditempat yang terkena
cahaya. Akan tetapi tumbuhan menjadi pucat karenakekurangan klorofil, kurus, dan
daun tidak berkembang. Tumbuhan seperti itu disebut mengalami etiolasi. Dalam
keadaan tidak ada cahaya, auksin merangsang pemanjangan sel - sel sehingga tumbuh
lebih panjang. Sebaliknya, dalam keadaan banyak cahaya auksin mengalami kerusakan
sehingga pertumbuhan tumbuhan terhambat. Cahaya menyebabkan auksin rusak
terdispersi ke sisi gelap. Laju tumbuh memanjang pada tumbuhan dengan segera
berkurang sehingga batang lebih pendek, namun tumbuhan lebih kokoh, daun
berkembang sempurna, dan berwarna hijau. Selain berpengaruh pada pertumbuhan
tanaman, cahaya dibutuhkandalam proses fotosintesis. Tumbuhan yang tidak terkena
cahaya tidak dapat membentuk klorofil sehingga daun menjadi pucat. Akan tetapi, jika
intensitas cahaya ter lalu tinggi,klorofil akan rusak (Silvikutur, 2007) .

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh intensitas cahaya terhadap pertubuhan tanaman
sayuran dibeberapa tempat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cahaya Matahari


Cahaya matahari merupakan sumber energy bagi segala aktivitas kehidupan
organisme hidup di permukaan bumi. Hampir 99% dari energy yang dipergunakan bumi
berasal dari cahaya matahari dan sisanya berasal dari aktivitas vulkanik, proses
penghancuran sisa-sisa organisme yang telah mati, proses fermentasi serta pembakaran
fosil-fosil yang tersimpan dalam tanah, seperti gas alam, minyak bumi, batubara,
mineral, panas bumi, air terjun dan lain sebagainya (Arifin, 1989) Berdasarkan dari hal
tersebut maka secara global radiasi matahari berperan sebagai :
1. Sumber energy bagi berbagai aktivitas proses-proses fisik yang terjadi di permukaan
bumi.
2. Penyebab utama terjadinya perubahan-perubahan terhadap keadaan cuaca ataupun
faktor iklim lainnya.
3. Sebagai sumber energy dalam proses penguapan air, yang selanjutnya akan sangat
menentukan proses penyebaran air di permukaan bumi.
4. Sebagai sumber energy bagi aktivitas kehidupan oerganisme dalam berbagai proses-
proses metabolisme, serta sumber energy untuk proses fotosintesis bagi tanaman.
Jika ditinjau secara langsung, hubungan radiasi matahari dengan sifat pertumbuhan
tanaman maupun mahluk lain, maka dapat dilihat dari pengaruh intensitas, kualitas, dan
lama penyinaran (fotoperiodism) (Arifin, 1988). Dilihat dari segi fisika maka radiasi
matahari yang lebih popular dengan sebutan cahaya matahari, memiliki sifat kembar
yakni sebagai gelombang cahaya (gelombang elektro magnetik) dan sebagai partikel
(foton) yang dikaidkan dengan kualitas dan kuantitas cahaya,
Intensitas sinar matahari yang diperlukan oleh tanaman tergantung pada fase
pertumbuhan tanaman. Pada fase perkecambahan, tanaman tomat memerlukan sinar
matahari yang lemah. Oleh karena itu, pada fase perkecambahan tanaman tomat
memerlukan naungan karena sinar matahari langsung dapat membakar bibit yang
sedang tumbuh. Laju fotosintesis ini berbanding lurus dengan intensitas sinar matahari
sampai kira-kira 1.200 foot candle (Cahyono,2008).
Cahaya sangat besar artinya bagi tumbuhan, terutama karena perannya dalam
kegiatan fisiologis seperti fotosintesis, respirasi, pertumbuhan serta pembuangaan,
pembukaan dan penutupan stomata, perkecambahan dan pertumbuhan tanaman.
Penyinaran matahari mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi dan hasil tanaman
melalui proses fotosintesis. Penyerapan cahaya oleh pigmen-pigmeen akan
mempengaruhi pembagian fotosintat ke bagian-bagian lain dari tanaman melalui proses
fotomorfogenensis (Baharsjah, 1980). fotomorfogenesis yaitu pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yang langsung di kontrol oleh cahaya dan tidak tergantung
fotosintesis (Ting, 1982).
Penaungan mengakibatkan perubahan terhadap cahaya matahari yang diterima
tanaman, baik intensitas maupun kualitasnya. Pengaruh cahaya terhadap tanaman sangat
kompleks, yaitu mempengaruhi proses fotokimia dan juga bentuk dan ukuran tanaman
(Woodward dan Sheely, 1983). Namun pemberian naungan hanya dapat menurunkan
suhu udara relatif rendah yaitu menurunkan suhu maksimum dan sedikit menaikan suhu
minimum (Nurshanti, 2011).
2.2 Sawi
Tanaman sayuran seperti sawi (Brassica juncea) ini di Indonesia baik dibudidaya
pada tempat yang berdataran tinggi maupun di dataran rendah baik itu musim dingin
atau musim kemarau, tetapi paling baik tanaman sawi dibudidayakan pada dataran
tinggi dengan ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter dpl. Namun biasanya
dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter
dpl dan tanah yang baik untuk budidaya tanaman sawi adalah tanah yang memiliki
tekstur tanah yang gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan
airnya baik (Hariyadi, Ali, & Nurlina, 2017). Derajat kemasaman (pH) tanah yang
optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 -7. Tanaman sawi ini selain dapat
ditanam pada areal persawahan yang luas juga dapat dibudidayakan pada areal yang
yang sempit dengan menggunakan pot atau polybag.

BAB III
METODELOGI

3.1 Waktu Pelaksanaan


Praktikum dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 2 November 2018 pukul
11:00-selesai. Bertempat di Fakultas Pertanian Universitas Nasional Bambu kuning,
Pasar minggu, Jakarta .

3.2 Alat dan Bahan


Alat :
1. Polybag
2. Pot tray
3. Sekop/cangkul
4. Gembor
5. Illuminometer

Bahan :
1. Benih sawi
2. Media Tanam (tanah)

3.3 Cara Kerja


1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Dimasukkan media tanam ke dalam polybag.
3. Diambil tanaman sawi yang telah tumbuh dari pot tray.
4. Diletakkan tanaman sawi pada polybag berisi media tanam.
5. Disiram tanaman sawi sebelum diletakkan pada beberapa lokasi.
6. Diletakkan tanaman sawi pada beberapa tempat yaitu di Belakang Lab Radio,
Dibawah Pohon Mangga, dan Lahan
7. Dilakukan pengamatan dan perawatan selama 2 hari sekali dalam 2 minggu
dengan mengukur tinggi tanaman, jumlah daun pada tanaman sawi, dan
intensitas di lokasi-lokasi tersebut.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tinggi Tanaman Jumlah Daun
Belakang lab Radio Belakang Lab Radio
Pengamatan Minggu Ke Pengamatan Minggu Ke
Kelompok Kelompok
1 2 3 4 1 2 3 4
1 21 25 25 26 1 30 33 25 17
2 22 27 28 29 2 18 21 15 30
3 18 21 21,7 0 3 14 17 11 0
4 43 49 53 58 4 36 39 42 45
Rata- rata 26 30,5 31,9 37,7 Rata- rata 25 28 23 31

Dibawa Pohon manga Dibawah pohon mangga

Pengamatan Minggu Ke Pengamatan Minggu Ke


Kelompok Kelompok
1 2 3 4 1 2 3 4
1 10 11 13 16 1 2 3 3 3
2 11 11 15 17 2 2 3 3 3
3 11 11 10 15 3 2 3 3 3
4 15 16 12 Mati 4 3 4 4 4
Rata- rata 11,5 12,25 12,5 12 Rata- rata 2,25 3,25 3,25 3,25

Lahan Lahan
Pengamatan Minggu Ke Pengamatan Minggu Ke
Kelompok Kelompok
1 2 3 4 1 2 3 4
1 26 30 32,5 35 1 25 24 30 32
2 23 25,8 27,5 30 2 19 27 30 31
3 30 34 38,3 40,8 3 65 67 76 85
4 33 36 38 40 4 30 31 48 55
Rata- rata 28 31,5 34,1 36,5 Rata- rata 35 37 46 51

Pengukuran Intensitas Cahaya Dibawah pohon mangga

Ulangan Ke
Minggu ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 (15:00) 200 280 200 Mati 300 Mati mati 280 300 200
2(13:00) 500 400 500 Mati 500 Mati mati 500 500 mati
3(12:35) 500 mati 500 Mati 500 Mati mati mati 500 mati
4(13:17) 500 mati 500 Mati 500 Mati mati mati 500 mati

Pembahasan

Pada praktikum kali ini mengukur intensitas cahaya tanaman sawi pada berbagai
tempat seperti dibawah pohon mangga, dibelakang lab radio, di lahan. Terlihat
perbedaannya di lahan lebih dominan untuk tumbuh dari pada dibawah pohon
mangga. Karna cahaya yang masuk di bawah pohon mangga sangat sedikit karna
kehalang dedauan mangga yang tebal-tebal mulai dari panjang tanaman dan jumlah
daun juga terlihat sangat jelas.
Intensitas cahaya berpengaruh agar tanaman mendapat berat kering yang maksimal.
Selain itu, intensitas cahaya bagi tumbuhan, khususnya daun sangat berguna untuk
proses fotosintesis tanaman, semakin besar cahaya yang diterima, hasil fotosintesis
pun akan semakin maksimal. Perbedaan intensitas cahaya pada bagian atas dan bawah
daun berpengaruh terhadap proses fotosintesis. Pada bagian atas daun yang mendapat
sinar matahari yang lebih banyak dapat melakukan proses fotosintesis dengan
maksimal sehingga pembentukan bahan makanan berupa glukosa semakin banyak.
Sedangkan pada bagian bawah daun yang lebih sedikit mendapat sinar matahari,
proses fotosintesis yang terjadi tidak maksimal karena energi berupa sinar matahari
yang diterima sedikit sehingga pembentukan bahan makanan berupa glukosa tidak
maksimal.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Letak daun sangat berpengaruh terhadap banyaknya cahaya yang diloloskan,
semakin banyak susunan daunnya, semakin sedikit cahaya yang mampu diloloskan
Daftar Pustaka

Arifin. 1988. Pengelolaan Naungan dalam Pertumbuhan dan Produksi Tanaman


Kacanghijau. Agrivita (11) : 17 – 19.

Arifin. 1989. Dasar-dasar Klimatologi Pertanian. Fakultas Pertanian. Univer4itas


Brawijaya : 13 – 15.

Asadi D, Arsyad M, Zahara H, Darmijati. 1997. Pemuliaan Kedelai untuk Toleran


Naungan dan Tumpangsari. Buletin Agrobio. Vol. 1. No. 2. Balai Penelitian
Bioteknologi Tanaman Pangan. Bogor. hal:15-20.

Baharsjah, J.S. 1980. Pengaruh naungan pada berbagai tahap perkembangan dan
populasi tanaman terhadap pertumbuhan, hasil dan komponen hasil kedelai (Glycine
max (L.) Merr). Disertasi Doktor, Fakultas Pascasarjana IPB, Bogor.

Cahyono, Bambang.2008.Tomat Usaha Tani dan Penanganan Pasca Panen. Kanisius.


Yogyakarta.

Hariyadi, B. W., Ali, M., & Nurlina, N. (2017). Damage Status Assessment Of
Agricultural Land As A Result Of Biomass Production In Probolinggo Regency East
Java. ADRI International Journal Of Agriculture.

Nurshanti, D. F. 2011. “Pengaruh beberapa tingkat naungan terhadap pertumbuhan dan


produksi tanaman seledri (Apium graveolens L.) di polibag”. AgronobiS, Vol. 3, No. 5, :
12-18
.
Penuntun praktikum Perkotaan. Universitas Nasional. Jakarta.

Silvikultur. 2007. Sumber Cahaya Matahari. Jakarta: Pakar Raya.

Sudomo, A. (2009). Pengaruh naungan terhadap pertumbuhan danmutu bibitmanglid


(Manglieta glauca BI). Tekno Hutan Tanaman, 2(2), 59–66.
Ting, I. P. 1982. Plant physiology. Addisson wesley publ. Philippines.

Woodward, F. I. and J. E. Sheely. 1983. “Principles and measurements in environmental


biology”. Butterworth & Co (Publishers) Ltd. 263p.

Anda mungkin juga menyukai