UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2021 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tetrazolium merupakan suatu cara pengujian terhadap viabilitas benih secara cepat dan bersifat tidak langsung. Pengujian ini menggunakan garam tetrazolium. Garam tetrazolium ini merupakan senyawa kimia yang dapat direduksi secara enzymatic didalam jaringan benih yang masih hidup. Reduksi senyawa ini akan merubah senyawa formazan yang berwarna mwerah cerah. Garam tetrazoluim merupakan bahan yang tidak berwarna, di dalam jaringan- jaringan sel hidup, zat ini ikut serta dalam proses reduksi. Dengan proses hidrogenida, dalam sel hidup terbentuklah triphenyl formazan yang berwarna merah stabil dan bersifat tidak difus. Dan ini kemungkinan untuk dapat membedakan sel hidup yang berwarna merah dari bagian sel mati yang tidak berwarna. Dari posisi dan ukuran daerah berwarna dan tidak berwarna pada embrio dan atau endisperm dapat ditentuka apakah benih tersebut digiolongkan sebagai vabel atau non viabel. Reaksi tetrazolium akan sangat baik apabila berada pada suhu udara sekitar 40oC dan dalam larutan denagn pH 7. Dasar dari pertimbangan uji tetrazolium adalah keterbatasan waktu, benih bersifat dorman dan kepentingan riset. Kriteria pewarnaan untuk uji tetrazolim meliputi : jika warna merah cerah maka jaringan masih hidup, warna merah jambu maka jaringan sudah lemah, jika warna merah tua maka jaringan rusak, dan jika tidak berwarna maka jaringan sudah mati. Prinsip kerja uji Tetrazolium adalah berdasarkan perbedaan warna dari benih setelah direndam dalam larutan Tetrazolium. Jaringan dalam benih itu hidup akan menghasilkan suatu reaksi pada benih dengan menimbulkan Kriteria pewarnaan : merah cerah, jaringan masih hidup ; merah jambu, jaringan sudah lemah ; merah tua, jaringan rusak; tak berwarna, jaringan sudah mati. 2. Tujuan 1. Mengerahui dan melakukan pengujian perkecambahan benih secara tidak langsung dengan cara uji tetrazolium 2. Mengetahui tingkat perkecambahan dengan cara melihat kriteria perwarnaan benih. 3. Mengetahui prinsip kerja uji tetrazolium. BAB II Pembahasan Dalam praktikum kali ini untuk mengetahui mutu benih yang baik dilakukan beberapa cara. Salah satu cara yang dianggap paling cepat dan bersifat tidak langsung untuk mengetahui tingkat perkecambahan ialah dengan cara uji tetrazolium. Uji tertazolium ini merupakan pengujian viabilitas benih secara biokimia yang didasarkan kepada pewarnaan yang menggunakan garam tetrazolium yang membentuk endapan formazan merah pada setiap sel hidup dan warna putih pada sel mati. Kriteria pewarnaan yaitu (1)Merah cerah : jaringan masih hidup (2) Merah jambu : jaringan sudah lemah (3) Merah tua : jaringan rusak (4) Tidak berwarna : jaringan sudah mati (Balai teknologi pembenihan 2005). Pada hasil praktikum dapat dilihat bahwa ada 3 bahan benih dengan 3 perlakuan waktu ,dan suhu. Dengan beberapa benih ialah benih jagung, benih kacang tanah, dan benih kedelai. Dari ketiga bahan tersebut bawah pada benih jaung untuk kriteria perwarnaanya ialah warna merah muda dan ada beberapa benih yang tidak berwarna. Untuk kriteria perwarnaan benih kacang tanah ialah lebih dominan berwarna merah pada bagian embrionya. Dan untuk kriteria perwarnaan benih kedelai juga lebih dominan di warna merah. Untuk itu kriteria perwarnaan benih yang viabilitasnya paling tinggi termasuk benih kedelai dan benih kacang tanah. Hal ini dapat dilihatdari uji fisik benih. Di mana untuk kriteria benih yang viabilitasnya tinggi tergolong pada warna dominan merah. Untuk benih jagung pada praktikum kaliini dapat dilihat untuk uji fisiknya tergolong tidak berwaarna. Sehingga dapat diindikasi bahwa benih tersebut viabilitasnya rendah atau mati pada jaringan embrionya. Hal ini dapat di sebabkan bahwa perubahan warna yang terjadi sangat berpengaruh terhadap keadaan benih tersebut. Pengaruh tersebut yang di sebabkan terlalu tua benih sehingga untuk perkecambahaanya sangat rentan mati. Perbedaan warna pada benih karena tingkat viabilitas pada benih berbeda- beda. Pada jaringan benih yang masih hidup, garam tetrazolium akan direduksi secara enzimatik yang kemudian berubah menjadi senyawa formazen yang berwarna merah cerah. Oleh karena itu, warna merah cerah diindikasikan sebagai benih yang masih hidup dam memiliki viabilitas yang tinggi. BAB III Kesimpulan