Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Uji viabilitas benih memberikan informasi kemampuan berkecambah suatu benih


pada suatu kondisi tertentu untuk mengetahui kondisi kualitas benih ada beberapa cara
dalam pengujian yaitu dengan melakukan perkecambahan benih secara langsung dan
biochemist. Uji viabilitas dengan perkecambahan benih dilakukan dengan
mengecambahkan benih menggunakan media kertas atau pasir, sedangkan uji viabilitas
secara biochemist dilakukan dengan perendaman benih pada larutan tetrazolium.

Uji viabilitas secara biochemist disebut juga dengan uji tetrazolium (TZ). Uji
tetrazolium bertujuan dalam mengaktifkan sel/jaringan benih dan membedakan antara sel
atau jaringan yang hidup atau mati. Prinsip metode tetrazolium adalah setiap sel hidup akan
berwarna merah oleh reduksi suatu pewarnaan garam tetrazolium dan membentuk endapan
formazon merah sedangkan sel-sel yang mati akan berwarna putih. Adanya warna merah di
bagian-bagian penting pada embrio benih mengindikasikan benih mampu menumbuhkan
embrio menjadi kecambah yang normal. Enzim yang mendorong terjadinya proses ini
adalah dehidrogenase yang berkaitan dengan respirasi. Uji tetrazolium mempunyai
beberapa kelebihan meliputi waktu pengujian yang singkat, sangat tepat diaplikasikan pada
benih yang mengalami dormansi suatu benih yang mengalami pemasakan lanjutan (after
ripening), tingkat ketilitian tinggi.

Kegunaan uji tetrazolium cukup banyak untuk mengetahui viabilitas benih yang
segera akan ditanam, untuk mengetahui viabilitas benih yang segera akan ditanam, untuk
mengetahui viabilitas benih yang dorman, untuk mengetahui hidup atau matinya benih
segar tidak tumbuh dalam pengujian daya berkecambah benih. Uji tetrazolium sebagai uji
vigor bila dilakukan dengan cara membuat penilaian benih lebih dapat dikembangkan ketat
untuk kategori benih vigor diantar benih viabel.

Beberapa pola pewarnaan benih dikategorikan viable apabila terwarnai seluruhnya,


kerusakan kecil (kurang dari 50%) pada kotiledon, tetapi bukan pada bagian penghubung
antara kotiledon dan radikula dan bukan pada daerah satu sisi dengan hilum, kerusakan
kecil (kurang dari 50%) pada radikula, tetapi bukan pada bagian ujung atau pada bagian
penghubung antara kotiledon dan radikula. Bagian dalam kotiledon berwarna merah atau
bergradasi secara teratur dari merah di bagian tepi dan memudar di bagian tengah (suatu
kondisi yang wajar akibat berkurangnya penetrasi larutan tetrazolium di bagian dalam).
Benih dikategorikan non-viable apabila tidak terwarnai, kerusakan lain (spot busuk), bagian
luar berwarna merah, tetapi bagian dalam kotiledon terlihat adanya batas yang nyata daerah
yang tidak terwarnai (spot putih) (Diana 2006).

Hasil dari pengujian tetrazolium adalah jaringan hidup menunjukkan adanya


kontaminasi warna merah pada biji dan jaringan yang mati ditunjukkan dengan tidak
adanya kontaminasi warna merah. Pengujian tetrazolium menunjukkan persentase
kemampuan biji untuk dapat hidup berdasarkan keadaan internal dari biji, pengujian
germinasi, yang dikombinasikan dengan performa dari kualitas biji, ditunjukkan dengan
kemampuan fisiologikal untuk tumbuh dalam perkecambahan yang normal.

1.2 Tujuan

Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui viabilitas benih secara cepat dengan


menggunakan uji tetrazolium.

Anda mungkin juga menyukai