PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kegiatan mikrobiologi, seringkali praktikan harus mengkarakterisasi
suatu biakan murni bakteri hasil isolasi. Karakterisasi merupakan suatu komponen
penting dalam mengidentifikasi biakan murni bakteri. Karakterisasi meliputi
penentuan morfologi sel, morfologi koloni, sifat-sifat pengecatan, patogenitas, dan
fisiologi. Karakterisasi dengan menggunakan pengecatan/pewarnaan dilakukan karena
ukuran bakteri yang sangat kecil dan sukar diamati. Selain itu, pewarnaan juga
digunakan untuk membedakan bakteri satu dengan yang lain, maupun dengan
lingkungannya.
Karakterisasi juga dilakukan untuk mengidentifikasi suatu biakan murni,
apakah bakteri tersebut patogen, bagaimana bentuknya, dan bahkan pergerakannya.
Karakterisasi juga digunakan untuk identifikasi. Mikrobiologis telah melakukan
berbagai inovasi untuk mengungkap dunia mikro yang melingkupi manusia
(Engelhaupt, 2015). Mempelajari mikroorganisme termasuk mengidentifikasi dan
mengkarakterisasi membantu manusia untuk memahami bagaimana mikroorganisme
bertahan hidup, dan memungkinkan manusia untuk menanggulangi kerugian yang
ditimbulkan serta memanfaatkan mikroorganisme yang jumlahnya berlimpah
(Dismarsch & Xavier, 2014).
Karakterisasi membantu manusia dalam memahami beberapa fenomena
biologi, bagaimana bakteri berevolusi dan tetap bertahan sejak 3,2 milyar tahun yang
lalu, bagaimana mereka mengembangkan sistem pertahanan dan penyerangan, juga
memahami bagaimana suatu makhluk uniseluler mampu memaksimalkan sumber
daya di lingkungannya dengan kemampuan yang terbatas (Jabr, 2011).
Karakterisasi juga merupakan kunci identifikasi yang menuntun mikrobiologis
untuk menemukan jalan keluar bagi beberapa penyakit yang belum disembuhkan.
Mikrobiologis terus bekerja untuk menanggulangi kegiatan-kegiatan yang
ditimbulkan bakteri meskipun setelah dikendalikan. Pada tahun 1960, 80% bakteri
dengan susunan staphylo resisten terhadap penicilin, dan pada tahun 2002, 60%
bakteri staphylo resisten terhadap methicilin. Beberapa bakteri bahkan memberikan
hasil yang membingungkan ketika diberi pewarnaan,
Mycobacterium
dan
Corynebacterium misalnya, ketika diberi pewarnaan Gram, kedua bakteri ini akan
memberikan pola variabel Gram (Gram-variable mix up) yang merupakan campuran
warna merah muda dan ungu pada sel yang diamati. Ada beberapa bakteri yang
tingkat sensitivitasnya menurun ketika terjadi pembelahan sel, memberikan hasil
Gram positif meskipun dalam keadaan normal adalah Gram negatif (Smith & Hussey,
2005). Karakterisasi memberikan informasi bagaimana proses identifikasi secara
akurat, mengingat karkaterisasi menggunakan beberapa uji. Dari uji yang sederhana
hingga kompleks, dengan prosedur dan bahan yang berbeda-beda (Song & Leff,
2005).
Dari karakterisasi pula, dapat diketahui bahwa beberapa jenis bakteri sangat
sensitif terhadap nutrisi yang diinginkan (picky eater). Bakteri yang menyebabkan
lepra misalnya, hanya dapat tumbuh pada media yang telah diinjak atau diberi bau
kaki, atau bahkan beberapa bakteri yang harus diberi suatu pengayaan nutrisi seperti
agar darah (Berezow, 2015),
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dibuat, maka rumusan masalah adalah :
1. Bagaimana prosedur pewarnaan sederhana, pewarnaan negatif, dan pewarnaan
2.
3.
4.
5.
gram?
Bagaimana prosedur uji katalase?
Bagaimana cara membedakan bakteri katalase positif dan katalase negatif?
Bagaimana prosedur uji motilitas bakteri?
Bagaimana motilitas bakteri diamati oleh keempat praktikan?
C. Tujuan
Berdasakan rumusan masalah yang diperoleh, maka tujuannya adalah :
1. Memahami prosedur pewarnaan sederhana, pewarnaan negatif dan pewarnaan
2.
3.
4.
5.
gram.
Memahami prosedur uji katalase bakteri.
Membedakan bakteri katalase positif dan katalase negatif.
Memahami prosedur uji motilitas bakteri
Mengamati motilitas bakteri
D. Manfaat
Berdasarkan tujuan di atas, maka manfaat yang dapat diperoleh yaitu :
1. Mahasiswa mampu melakukan teknik pewarnaan sederhana dan mengetahui
bentuk sel bakteri.
2. Mahasiswa mampu melakukan teknik pewarnaan Gram dan mengetahui dasar
kimiawi pewarnaan Gram.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pewarnaan Bakteri
Bakteri yang ada di alam memiliki berbagai bentuk, basil (tongkat) meliputi basil
tunggal, diplobasil, dan triplobasil; coccus meliputi monococcus, diplococcus,
stafilococcus, dan streptococcus; dan spirilum terbagi menjadi dua yaitu setengah
melengkung dan melengkung (Dwidjoseputro, 1998). Menurut Hadiutomo 1990, salah
satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah
dengan metode pengecatan atau pewarnaan yang bertujuan untuk mempermudah
pengamatan bentuk sel bakteri, memperluas ukuran jazad, mengamati struktur dalam
dan luar sel bakteri, dan melihat reaksi jazad terhadap pewarna yang diberikan sehingga
sifat fisik atau kimia jazad dapat diketahui.
Pemberian warna bakteri sangat ditentukan oleh umur biakan, umur biakan yang
baik adalah 24 jam. Sebelum dilakukan pewarnaan dibuat goresan bakteri di atas kaca
objek dan difiksasi. Jumlah bakteri yang terdapat pada goresan haruslah cukup banyak
sehingga dapat terlihat bentuk dan koloni sewaktu diamati. Sutedjo 1991 berpendapat
bahwa kesalahan yang sering kali dibuat adalah menggunakan suspensi bakteri yang
terlalu padat terutama bila suspensi tersebut berasal adari bukan media padat.
Sebaliknya pada suatu suspensi bakteri bila terlalu encer, maka akan diperoleh kesulitan
sewaktu mencari bakteri pada preparatnya.
Fiksasi dapat dilakukan dengan cara melewatkan preparat diatas api atau
merendamnya dengan methanol. Fiksasi bertujuan untuk:
1. Mengamati bakteri oleh karena sel bakteri lebih jelas terlihat setelah diwarnai
2. Melekatkan bakteri pada glass objek,
3. Mematikan bakteri
Pada pewarnaan sederhana hanya digunakan satu macam zat warna untuk
meningkatkan kontras antara mikroorganisme dan sekelilingnya. Lazimnya, prosedur
pewarnaan ini menggunakan zat warna basa seperti seperti crystal violet, methylene
blue, carbol fuchsin basa, safranin atau hijau malakit. Kadang kala digunakan zat warna
negatif untuk pewarnaan sederhana (Lay, 1994). Lay 1994 juga berpendapat bahwa
penggunaan teknik pewarnaan sederhana ini lebih mudah dan cepat, karena sel-sel
biakan tersebut akan terwarnai secara merata dan dapat dilihat secara langsung
morfologi bakterinya. Akan tetapi pada beberapa organisme, terutama bilamana zat
pewarna itu biru metilen, beberapa granula di dalam sel tampak terwarnai lebih gelap
ketimbang bagian-bagian sel yang lain.
Salah satu metode pewarnaan yang dapat membedakan jenis bakteri berdasarkan
gram adalah pewarnaan gram. Pewarnaan gram merupakan pewarnaan diferensial yang
sangat berguna dan paling banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi
terutama dalam hal pencirian dan identifikasi bakteri (Lay, 1994). Dengan metode ini,
bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram
negatif berdasarkan dari reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat
bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Metode ini memberikan
hasil yang baik jika digunakan biakan yang berumur 24-48 jam. Bila digunakan biakan
tua, terdapat kemungkinan penyimpanan hasil pewarnaan gram. Pada biakan tua,
banyak sel mengalami kerusakan pada dinding-dinding selnya. Kerusakan pada dinding
sel ini menyebabkan zat warna dapat keluar sewaktu dicuci dengan larutan alkohol. Ini
berarti bahwa bakteri gram positif dengan dinding sel yang rusak tidak lagi dapat
mempertahankan crystal violet sehingga terlihat sebagai bakteri gram negatif (Lay,
1994).
Proses pewarnaan diferensial (pewarnaan gram) memerlukan 4 jenis reagen.
Reagen pertama disebut warna dasar, berupa pewarna basa, jadi pewarna ini akan
mewarnai sediaan yang telah dibuat dengan jelas. Reagen kedua disebut bahan pencuci
warna (decolorizing agent). Tercuci tidaknya warna dasar tergantung pada komposisi
dinding sel, bila komponen dinding sel kuat mengikat warna, maka warna tidak akan
tercuci sedangkan bila komponen dinding sel tidak kuat menelan warna dasar, maka
warna akan tercuci. Reagen terakhir adalah warna pembanding, bila warna tidak tercuci
maka warna pembanding akan terlihat, yang terlihat pada hasil akhir tetap warna dasar.
Sel bakteri gram negatif akan tampak merah jika waktu dekolorisasi terlalu lama,
sedangkan bakteri gram positif akan tampak ungu bila waktu dekolorisasi terlalu
pendek (Fitria, 2009). Perbedaan relatif sifat bakteri gram positif maupun gram negatif
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Perbedaan Relatif Sifat Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif
Sifat
Komposisi dinding sel
Ketahanan terhadap penisilin
Penghambatan oleh pewarna
basa (VK)
Kebutuhan nutrisi
Ketahanaa terhadap
perlakuan fisik
Sumber: Fitria (2009)
Lebih dihambat
Kurang dihambat
Relatif sederhana
Lebih tahan
Kurang tahan
BAB III
METODE PENELITIAN
Mikroskop
Kaca benda
Lampu spirtus
Pipet
Jarum inokulasi (ose)
6. Biakan bakteri
7. Larutan 10 gram nigrosin
dalam 100 mL aquades
8. Alkohol
9.
B.
C. Cara Kerja
1. Ambillah dua buah kaca benda, bersihkan dengan alkohol hingga bersih dan
bebas lemak.
2. Ambillah biakan bakteri dengan ose secara aseptik dan letakkan di atas kaca
benda dekat ujung kanan kaca benda.
3. Teteskan satu tetes nigrosin/ tinta bak di atas biakan bakteri, kemudian
suspensikan.
4. Letakkan kaca benda yang satunya dengan sudut 45 terhadap kaca yang ada
suspensi zat warna dan biakan sehingga cairan menyebar pada ujung kaca
benda tersebut. Doronglah kaca benda kedua menuju ke ujung kiri kaca benda
yang satunya sehingga diperoleh lapisan yang tipis sekali.
5. Preparat dikeringanginkan.
6. Amati preparat di bawah mikroskop perbesaran kuat. Gambar dan tuliskan
hasil pengamatan.
D.
3.3 PEWARNAAN GRAM
A. Alat dan Bahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Lampu spirtus
Ose
Botol untuk zat warna
Kaca benda
Mikroskop
Biakan bakteri umur 24 jam
pada medium agar miring.
7. Crystal violet
8. Grams iodine
9. Ethyl alcohol 95%
10. Safranin
11.
B. Cara Kerja
1. Ambillah kaca benda dan bersihkan denganalkohol sampai bersih dan tidak
ada lemak yang melekat pada kaca benda tersebut.
2. Dengan menggunakan teknik aseptik, buatlah preparat mikroskopis dari
bakteri tersebut dengan cara meneteskan 1 tetes aquades di atas kaca benda
dan suspensikan biakan bakteri dengan ose pada tetesan aquades tersebut.
Campur dan ratakan dengan gerakan memutar menggunakan ose.
3. Lakukan fiksasi (melewatkan bagian bawah kaca benda di atas api lampu
spirtus)
4. Kemudian tetesi preparat mikroskopis tersebut dengan larutan crystal violet
dan biarkan selama 1 menit.
5. Cuci dengan air mengalir.
6. Tetesi preparat tersebut dengan Grams iodine Mordant dan biarkan selama 1
menit.
7. Cuci dengan air mengalir.
8. Dekolorisasi dengan ethyl alcohol 95%. Perhatian : jangan didekolorisasi
secara berlebihan. Tambahkan reagen setetes demi setetes sampai crystal
violet tercuci dari preparat.
9. Cuci dengan air mengalir.
10. Tetesi dengan pewarna penutup biarkan selama 1 menit.
11. Cuci dengan air mengalir.
12. Keringanginkan.
13. Amati preparat di bawah mikroskop kemudian gambar dan tuliskan hasil
pengamatan.
C.
3.4 UJI KATALASE
A. Alat dan Bahan
1. Kaca benda
2. Lampu spirtus
3. Pipet tetes
4. Mikroskop
5. H2O2 3%
6. Biakan bakteri dalam agar miring
B. Cara Kerja
1. Ambillah kaca benda dan bersihkan dengan alkohol sampai bersih dan tidak
ada lemak yang melekat pada kaca benda tersebut.
2. Ambil biakan dari agar miring dan letakkan di tengahkca benda kemudian
tetesi dengan H2O2 3%. Amatilah dengan mikroskop perbesaran lemah,
pehatikan terbentuknya gelembung O2.
3. Terbentuknya gelembung gas O2 menunjukkna bahwa bakteri tersebut mampu
menghasilkan enzim katalase (katalase +) dan sebaliknya.
D.
3.5 UJI MOTILITAS
A. Alat dan Bahan
1. Mikroskop
2. Kaca benda (cekung)
3. Kaca penutup
E.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
G.
A.
Hasil
H.
K. Keterangan
M. Mikroorganisme : Bakteri
N. Bentuk sel : Coccus
O. Susunan sel : Stafilococcus
P. Warna sel : Biru
L.
R. Mikroorganisme : Bakteri
S. Bentuk sel : Coccus
T. Rangkaian sel : Stafilococcus
U. Warna sel : Transparan
Q.
W. Mikroorganisme : Bakteri
X. Bentuk sel : Coccus
Y. Rangkaian sel : Stafilococcus
Z. Warna sel : Merah Muda
AA.
AC.
Mikroorganisme : Bakteri
AD.
V.
AB.
(+)
AE.
AF.Mikroorganisme : Bakteri
AG.
AH.
AJ. Gambar
Keterangan
AL.
AM.
Mikroorganisme : Bakteri
AN.
AO.
AQ.
AR.
Mikroorganisme : Bakteri
AS.
AW.
Mikroorganisme : Bakteri
AX.
AV.
AZ.
BA.
BB.
BC.
Mikroorganisme : Bakteri
BD.
(+)
BE.
BF.Mikroorganisme : Bakteri
BG.
BH.
BI. OKTA PRISMA DYANTI
BJ. Gambar
BK. Keterangan
BL.
BM. Mikroorganisme : Bakteri
BN.
BO.
BQ.
BR.
Mikroorganisme : Bakteri
CB.
BU.
BW.
BX.
BY.
BZ.
CA.
CC.
Mikroorganisme : Bakteri
CD.
(+)
CF.Mikroorganisme : Bakteri
CG.
CE.
CH.
CI. BELLA SEPTIANA
CJ. Gambar
CK.
Keterangan
CM.
Mikroorganisme : Bakteri
CN.
CO.
CL.
CQ.
CR.
Mikroorganisme : Bakteri
CW.
Mikroorganisme : Bakteri
CX.
CY.
CZ.
DA.
DC.
Mikroorganisme : Bakteri
DD.
CV.
(+)
DB.
DF.Mikroorganisme : Bakteri
DG.
DE.
DH.
DI.
DJ.
DK.
DL.
DM.
DN.
B. Pembahasan
DO. Dalam pewarnaan sederhana, bakteri di dalam agar miring yang diletakkan di
kaca benda ditetesi dengan aquades dan kemudian di fiksasi. Setelah dingin, preparat
tersebut ditetesi dengan satu tetes methylen blue, kemudian dibiarkan selama 1- 2 menit.
Preparat kemudian dicuci dengan air mengalir menggunakan pipet, dan setelah itu
dikeringanginkan. Setelah kering, preparat diamati di bawah mikroskop dengan
perbesaran kuat. Hasil yang didapatkan dalam pewarnaan sederhana adalah
mikroorganisme yang berupa bakteri . Berdasarkan hasil pengamatan keempat praktikan
diperoleh bentuk sel coccus. Susunan sel yang diperoleh berdasarkan pewarnaan
sederhana beragam. Shinta Dwi Martika, Indah Nur Fauziah, dan Okta Prisma adalah
stafilococcus, sedangkan susunan sel bakteri hasil pengamatan Bella Septiana adalah
Monococcus. Perbedaan bentuk sel terjadi karena koloni diambil berasal dari biakan
yang bermacam-macam, sehingga susunan sel bakteri juga beragam. Dalam pewarnaan
sederhana didapatkan bakteri yang berwarna biru, hal itu disebabkan pewarna yang
digunakan adalah methylen blue yang memiliki larutan berwarna biru.
DP. Dalam pewarnaan negatif, bakteri yang diletakkan di kaca benda dan ditetesi
nigrosin ditipiskan menggunakan kaca benda yang lain. Setelah itu, preparat
dikeringanginkan dan kemudian diamati di bawah mikroskop. Hasil yang didapatkan
dalam pewarnaan negatif adalah latar belakang yang berwarna gelap dan objek
pengamatan yang berupa bakteri yang berwarna transparan. Hal itu dikarenakan
pewarnaan negatif bertujuan untuk mewarnai latar belakang menggunakan nigrosin.
Sedangkan bakteri tidak ikut terwarnai, melainkan tetap transparan. Berdasarkan hasil
pewarnaan sederhana dapat diketahui bahwa bentuk sel bakteri dari keempat praktikan
adalah coccus. Warna dari bakteri tersebut adalah transparan karena bakteri tidak
terwarnai, yang terwarnai adalah latar belakang atau kaca bendanya. Rangkaian sel yang
dimiliki bakteri dari hasil pengamatan Shinta Dwi Martika, Indah Nur Fauziah, dan Okta
Prisma adalah stafilococcus, sedangkan Bella Septiana adalah monococcus. Rangkaian
sel berbeda karena koloni yang diambil berasal dari biakan yang berbeda, sehingga
rangkaian sel yang dominan juga berbeda.
DQ. Dalam pewarnaan gram bakteri, hasil yang didapatkan adalah bakteri yang
memiliki bentuk sel coccus dengan rangkaian sel stafilococcus dan monococcus. Warna
sel yang dimiliki bakteri setelah pewarnaan gram adalah merahmuda hingga merah. Hal
tersebut menunjukkan bahwa bakteri tersebut termasuk bakteri gram negatif.
Berdasarkan literatur, pewarnaan negatif bertujuan untuk mengetahui kelompok bakteri.
Apabila setelah pewarnaan gram bakteri memiliki warna sel biru, hal itu menunjukkan
bahwa bakteri tersebut termasuk bakteri gram positif. Sedangkan, apabila setelah
pewarnaan gram bakteri memiliki warna sel merah muda, hal itu menunjukkan bahwa
bakteri tersebut termasuk ke dalam bakteri gram negatif.
DR. Dalam uji katalase, bakteri yang terdapat di dalam media agar miring
diletakkan di kaca benda kemudian ditetesi dengan H 2O2 3%. Setelah itu diamati di
bawah mikroskop. Berdasarkan hasil pengamatan di bawah mikroskop oleh keempat
praktikan,
termasuk ke dalam bakteri yang mampu menghasilkan enzim katalase (katalase +).
Bakteri katalase positif merupakan bakteri yang mampu menghasilkan enzim katalase
yang berfungsi untuk memecah H2O2 (hidrogen peroksida) yang bersifat racun bagi
bakteri tersebut. Dalam pemecahan hidrogen peroksida oleh bakteri menggunakan enzim
katalase akan dihasilkan hidrogen dan oksigen.
DS. Dalam uji motilitas, bakteri yang terdapat di dalam media agar miring
diletakkan di kaca penutup kemudian ditetesi dengan setetes aquades. Kaca benda
tersebut kemudian diletakkan di atas gelas benda cekung dengan catatan posisi cairan
harus dalam keadaan menggantung. Preparat kemudian diamati di bawah mikroskop.
Berdasarkan hasil pengamatan di bawah mikroskop oleh Shinta Dwi Martika, Okta
Prisma, dan Bella Septiana tidak terlihat pergerakkan bakteri, hal tersebut menunjukkan
bahwa bakteri yang diamati bersifat nonmotil. Hasil pengamatan Indah Nur Fauziah,
bakteri yang diamati bersifat motil karena menunjukkan pergerakan aktif. Perbedaan
motilitas tersebut terjadi karena koloni yang diambil juga berasal dari biakan yang
berbeda, sehingga karakteristik bakteri juga berbeda.
DT.
DU.
DV.
DW.
DX.
DY.
DZ.
EA.
EB.
EC.
ED.
EF.
EE. BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
EG.
A. Kesimpulan
EH.
dengan menggunakan jarum spuid dan meletakkan pada kaca benda cekung
secara perlahan dan dibalik secara perlahan agar tidak bergeser. Diamati
peregerakan bakteri.
5. Uji motilitas yang dihasilkan dari praktikan adalah non-motil, kecuali pada
biakan bakteri Indah Nur Fauziah yang merupakan bakteri motil.
EI.
DAFTAR PUSTAKA
EJ.
EK.
EL.
EM.
EN.
Fitria, Bayu. 2009. Pewarnaan Gram (Gram Positif dan Gram Negatif) (online).
Diakses melalui
EO.
http://biobakteri.wordpress.com/2009/06/07/7-pewarnaan-gram-
EP.
Persada
ER.
Smith, A., Hussey, M. A. Gram Stain Protocol. American Society For Microbiology.
Vol (2):
837-845
Gambar
FM.
FN.
FO.
FP.
FQ.
FS.
FT.
FU.
FW.
FX.
FY.
FZ.
GA.
GB.
GC.