Anda di halaman 1dari 21

1

Review Jurnal
Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri Tanah Sawah Di Desa Sukawali Dan Desa Belimbing,
Kabupaten Tangerang
Judul Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri Tanah Sawah Di Desa Sukawali Dan
Desa Belimbing, Kabupaten Tangerang
Jurnal Jurnal Biology
Volume & Halaman -
Tahun 2017
Penulis Arief Pambudi, Susanti, Taufiq Wisnu Priambodo
Reviewer Deby Rahmadayanti (1810119320028)
Tanggal 24 Desember 2019

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh dan mengetahui


karakteristik bakteri tanah yang berasal dari dua area persawahan,
lokasi pertama di Desa Sukawali (TGR 1) dan lokasi kedua di Desa
Belimbing (TGR 2), Kabupaten Tangerang. Penelitian dilakukan
dengan mengambil sampel tanah, kemudian sampel dikultur dalam
media agar nutrien dengan pengenceran bertingkat
Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri Tanah
Sawah Di Desa Sukawali Dan Desa Belimbing, Kabupaten
Tangerang
Metode Penelitian Metode Penelitian dengan pada tanah dilakukan pada dua lokasi
sawah, yaitu di Desa Sukawali, Kecamatan Pakuhaji dan Desa
Belimbing, Kecamatan Kosambi Kabupaten Tangerang dengan
menggunakan metode :
1. Pengambilan Sampel
2. Enumerasi Bakteri Tanah
3. Perhitungan Total Plate Count (TPC) dan Pengamatan
Morfologi Koloni Bakteri Tanah
4. Uji Kemampuan Bakteri Penambat Nitrogen
5. Uji Kemampuan Pelarut Fosfat
6. Uji kemampuan bakteri penghasil IAA
7. Uji Katalase
8. Uji Gram
9. Uji Penghasil HCN
1
2

10. Uji Motilitas


Pendahuluan Padi (Oryza sativa) merupakan tanaman yang dijadikan salah satu
makanan pokok di Indonesia. Jumlah penduduk yang bertambah di
Indonesia sebanyak 2% setiap tahunnya menyebabkan kebutuhan
beras terus bertambah. Indonesia merupakan negara terbesar ketiga
yang memproduksi beras setiap tahunnya setelah China dan India,
yaitu sebanyak 75,36 juta ton dengan konsumsi per kapita sebesar
140 kg/orang/tahun (Van der Schaar, 2016). Namun, saat ini
Indonesia masih mengimpor beras dari negara lain karena produksi
padi domestik tidak dapat mencukupi kebutuhan masyarakat
Indonesia (BPS, 2016). Sekitar 90% lahan pertanian padi juga
merupakan pertanian rakyat dengan rata-rata luasan lahan kurang
dari 0,8 Ha dan masih dikelola secara tradisional sehingga biaya
produksi cukup tinggi. Salah satu penyebab tingginya biaya produksi
adalah konsumsi penggunaan pupuk kimia. Kebanyakan petani
menggunakan pupuk kimia untuk mendapatkan hasil panen yang
bagus, tanpa memikirkan efek jangka panjang. Aplikasi pupuk kimia
memang mampu meningkatkan produksi, namun penggunaan dalam
jangka panjang, selain meningkatkan biaya produksi juga dapat
mempengaruhi kondisi tanah. Perubahan kondisi tanah akibat
aplikasi pupuk kimia berlebih dapat menyebabkan penurunan
kualitas tanah dalam jangka waktu yang panjang. Eksploitasi lahan
secara terus menerus menyebabkan kerusakan pada tanah dan
mempengaruhi produktivitas padi (Triyono et al., 2013). Perbaikan
kualitas dan kesuburan tanah dapat menjadi salah satu pendekatan
untuk meningkatkan produksi padi dan mengurangi konsumsi pupuk
kimia. Plant growth-promoting rhizobacteria (PGPR) adalah bakteri
tanah yang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman. PGPR
dapat hidup di dalam akar tanaman dan berasosiasi dengan tanaman
(Beneduzi et al., 2012). Menurut Gupta et al. (2015) PGPR berfungsi
sebagai biokontrol karena dapat menginduksi resistensi tanaman
terhadap pathogen. Selain sebagai biokontrol, PGPR berfungsi
sebagai biofertilizer karena dapat memicu pertumbuhan tanaman
dengan cara memfiksasi nitrogen, menyediakan fosfat terlarut,
2
3

hingga menghasilkan fitohormon (Vacheron et al., 2013). Penelitian


mengenai isolasi bakteri sawah pada daerah perkotaan telah
dilakukan sebelumnya pada daerah Bekasi (data tidak dipublikasi).
Selain Bekasi, daerah perkotaan lain yang merupakan penyangga
Ibukota adalah Tangerang. Sebesar 63% lahan di Kabupaten
Tangerang digunakan untuk pertanian (sawah maupun bukan
sawah). Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan
mengkarakterisasi bakteri tanah sawah yang berasal dari dua area
persawahan di Kabupaten Tangerang. Dua lokasi persawahan ini
dipilih sebagai perlakuan duplo. Umur dan varietas padi yang
ditanam sama saat pengambilan sampel, sehingga kondisi kedua
lokasi dianggap sama. Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber
informasi
mengenai gambaran komunitas bakteri tanah sawah di Kabupaten
Tangerang. Dari penelitian ini diharapkan diperoleh isolat-isolat
potensial PGPR asal daerah urban yang cenderung lebih terpapar
pada kondisi tidak ideal bagi pertanian sehingga bakteri yang hidup
lebih tahan terhadap cekaman.

Langkah-langkah Langkah-langkah pengambilan sampel adalah sebagai berikut :


pengambilan sampel 1. Pengambilan Sampel Usia padi saat pengambilan sampel
tanah berkisar antara 25−40 hari setelah tanam. Pengukuran
derajat keasaman tanah dengan menggunakan pH meter
dilakukan terlebih dahulu. Tanah diambil dengan
menggunakan plastik steril dari daerah perakaran padi
dengan kedalaman 0−20 cm pada lima titik untuk setiap
lokasi. Sampel kemudian dimasukkan ke dalam plastik steril,
dicampur menjadi campuran komposit, lalu dibawa ke
laboratorium dengan menggunakan cool box (Kesaulya et
al., 2015).
2. Sampel tanah yang diambil kemudian dikultur dengan
menggunakan metode pengenceran serial seperti dilakukan
oleh Juwita et al. (2013) dengan sedikit modifikasi.
Sebanyak 10 g sampel tanah dihomogenisasi dengan 90 mL
3
4

NaCl fisiologis, kemudian dikocok. Suspensi tanah dalam


NaCl fisiologis ini adalah pengenceran 10-1 . Sebanyak 1
mL suspensi sampel tanah dimasukkan kedalam tabung
reaksi yang berisi 9 mL NaCl fisiologis untuk mendapatkan
tingkat pengenceran 10-2 , begitu seterusnya hingga
pengenceran 10-6 . Hasil pengenceran 10-4 , 10-5 dan 10-6
diambil sebanyak 1 mL kemudian dikultur ke dalam cawan
petri bersamaan dengan 25 mL media Nutrient Agar (NA)
dengan cara pour plate, setelah itu diinkubasi selama 18 jam
pada suhu ruang. Tiap pengenceran dilakukan 2 pengulangan
(duplo).
3. Perhitungan Total Plate Count (TPC) dan Pengamatan
Morfologi Koloni Bakteri Tanah Setelah diinkubasi,
dilakukan perhitungan bakteri dengan menggunakan metode
Total Plate Count (TPC). Syarat perhitungan bakteri dengan
metode TPC adalah jumlah koloni dalam petri berisi 25−250
koloni (SNI No. 01−2332.3−2006 2006). Setelah jumlah
koloni dihitung, dilakukan pengambilan koloni tunggal yang
terdapat dalam petri kemudian diinokulasi kembali ke media
4. Uji Kemampuan Bakteri Penambat Nitrogen Sebanyak 39,1
g media Jensen’s dilarutkan kedalam 1000 mL akuades,
kemudian dipanaskan hingga mendidih dan disterilisasi
dengan autoklaf pada suhu 121 °C selama 15 menit. Isolat
bakteri tunggal diinokulasi lalu diinkubasi pada suhu ruang
selama 8 hari. Isolat yang memiliki kemampuan untuk
memfiksasi nitrogen akan tumbuh dalam media.
5. Uji Kemampuan Pelarut Fosfat Sebanyak 16,3 g media
Pikovskaya dilarutkan ke dalam 1000 mL akuades,
kemudian dipanaskan hingga mendidih. Setelah itu larutan
disterilisasi dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu
121°C
6. Uji kemampuan bakteri penghasil IAA Uji kemampuan
bakteri penghasil IAA menggunakan 100 mL media NB

4
5

yang mengandung tambahan L-triptofan 200 ppm. Isolat


bakteri yang akan diuji dikultur dalam media NB selama 5
hari pada suhu 28oC.
7. Uji Penghasil HCN Uji penghasil HCN dilakukan seperti
yang diuraikan dalam Bakker & Schippers (1987). Isolat
bakteri sebanyak 1 mL dikultur dengan menggunakan media
King’s B yang ditambahkan dengan larutan glysin 4,4 g/L.
Setelah itu di bagian tutup petri diberi kertas whatman yang
sebelumnya direndam dalam larutan 2% natrium karbonat
dalam 0,5% asam pikrat. Perubahan warna kertas Whatman
setelah 4 hari menjadi orange atau cokelat menunjukkan
hasil positif bahwa isolat menghasilkan HCN
8. Uji Katalase Uji dilakukan dengan cara meneteskan 3%
H2O2 di atas object glass, kemudian ditambahkan isolat
bakteri.
9. Uji motilitas dilakukan dengan menusukkan kultur isolat
pada media NA menggunakan jarum ose. Bakteri yang motil
ditandai dengan pertumbuhan bakteri menyebar dari bekas
tusukan jarum ose setelah inkubasi 24 jam sedangkan bakteri
yang tidak motil hanya akan tumbuh pada daerah tusukan
jarum ose.
10. Uji Gram Uji Gram dilakukan dengan meneteskan KOH 3%
di atas object glass, kemudian ditambahkan isolat bakteri.
Isolat bakteri diambil menggunakan tusuk gigi steril, lalu
dicampurkan ke dalam KOH 3% selama ±60 detik. Bakteri
Gram negatif akan menghasilkan suspensi kental seperti
lendir saat tusuk gigi diangkat (Powers, 1995).
Hasil Penelitian Hasil isolasi dan karakterisasi bakteri tanah sawah di desa sukawali
dan desa belimbing, kabupaten tangerang menggunakan :
1. perhitungan total plate count (tpc) dan analisis tanah tpc yang
didapatkan pada lokasi tgr 1 menunjukkan hasil yang lebih
tinggi dibandingkan dengan tgr 2, namun dari jumlah total
isolat justru sebaliknya, tgr 2 lebih kaya jumlah isolatnya.
Perbedaan pola nilai tpc dan total isolat antar kedua lokasi
5
6

berkaitan dengan tekstur fisik dan kimia tanah


2. Karakterisasi Kemampuan Isolat Sebagai PGPR Secara
umum, keseluruhan isolat dari kedua lokasi menunjukkan
hasil yang lebih banyak positif pada karakter yang diujikan.
Karakter yang dijadikan perhatian dalam potensi sebagai
PGPR antara lain kemampuan pelarut fosfat (BPN), fiksasi
nitrogen (BPN), penghasilan IAA, penghasilan HCN, dan
kemampuan katalase. Motilitas dan jenis gram hanya
merupakan data pendukung. Sebanyak 45 isolat yang
diperoleh kemudian dilakukan pemetaan karakter melalui
diagram venn (menjadi 9 kelompok berdasarkan kemampuan
karakter yang dimiliki Kelompok dengan anggota terbanyak
adalah kelompok yang memiliki kelima karakter yang
diujikan, yaitu sebanyak 16 isolat. Keenambelas isolat ini
yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai PGPR.
Kekuatan Penelitian Kekuatan penelitian ini adalah alat yang digunakan dalam penelitian
cukup mudah digunakan oleh subjek penelitian sehingga dalam
pengambilan datanya tidak dibutuhkan waktu yang lama seperti pada
data metode kualitatif.
Kelemahan Penelitian Kelemahan penelitian ini adalah rentan waktu penelitian yang
digunakan kurang efektif dan juga terlalu panjang.

Review Jurnal
Pemeriksaan Bakteriologis Air Minum Isi Ulang Di Beberapa Depo Air Minum Isi
Ulang Di Daerah Lenteng Agung Dan Srengseng Sawah Jakarta Selatan
Judul Pemeriksaan Bakteriologis Air Minum Isi Ulang Di Beberapa Depo
Air Minum Isi Ulang Di Daerah Lenteng Agung Dan Srengseng
Sawah Jakarta Selatan
Jurnal Jurnal majalah ilmu kefarmasian
Volume & Halaman Vol. V, No. 2, halaman 101 - 109
Tahun 2008
Penulis Maksum Radji, Heria Oktavia dan Herman Suryadi

Reviewer Deby Rahmadayanti (1810119320028)


Tanggal 24 Desember 2019
6
7

Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran
tentang kualitas air minum isi ulang yang dijual di beberapa depo air
minum isi
ulang di daerah Jagakarsa, Jakarta Selatan
Subjek Penelitian Subjek penelitian ini Pemeriksaan Bakteriologis Air Minum Isi
Ulang Di Beberapa Depo Air Minum Isi Ulang Di Daerah Lenteng
Agung Dan Srengseng Sawah Jakarta Selatan
Metode Penelitian Metode penelitian pemeriksaan bakteriologis air minum isi ulang di
beberapa depo air minum isi ulang di daerah lenteng agung dan
srengseng sawah jakarta selatan dengan pengambilan dan
penanganan sampel, pengujian angka lempeng total, pengujian
bakteri coliform, identifikasi bakteri escherichia coli, identifikasi
bakteri patogen,
Pendahuluan Air merupakan materi yang sangat penting dalam kehidupan, baik
tanaman, hewan maupun manusia. Kehidupan manusia tentu tidak
terlepas dari kebutuhan akan air bersih terutama air minum. Selama
ini kebutuhan akan air dipenuhi dari berbagai sumber antara lain air
tanah, air sungai, air hujan, air pegunungan dan air laut yang diolah
sedemikian rupa dan ditawarkan sebagai bahan baku air. Kebutuhan
akan air semakin lama semakin meningkat sesuai dengan keperluan
dan taraf kehidupan penduduk. Masalah utama yang harus dihadapi
dalam pengolahan air adalah semakin tingginya tingkat pencemaran
air, baik pencemaran yang berasal dari air limbah rumah tangga
maupun limbah industri, sehingga upaya-upaya baru terus dilakukan
untuk mendapatkan sumber air, khususnya untuk pemenuhan akan
air minum yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Standar air minum di Indonesia mengikuti standar WHO yang dalam
beberapa hal disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Pada tahun
2002, Departemen Kesehatan RI telah menetapkan kriteria kualitas
air secara mikrobiologis, melalui Keputusan Menteri Kesehatan No.
907 tahun 2002 bahwa air minum tidak diperbolehkan mengandung
bakteri coliform dan Escherichia coli. Sedangkan dalam Standar
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-3553-2006, air minum dalam

7
8

kemasan selain tidak boleh mengandung bakteri patogen yaitu


Salmonella dan Pseudomonas aeruginosa, juga tidak boleh
mengandung cemaran mikroba lebih besar dari 100 koloni/ml. Salah
satu upaya untuk memenuhi kebutuhan air minum adalah produksi
air minum isi ulang yang pada saat ini telah berkembang pesat di
seluruh daerah di Indonesia, utamanya di perkotaan seiring dengan
pertumbuhan industri air dalam kemasan. Usaha ini ditempuh untuk
memberikan pilihan bagi masyarakat untuk mendapatkan air minum
yang baik ditengah-tengah semakin mahalnya harga air minum
dalam kemasan. Sebagai air minum, air minum isi ulang harus
memenuhi persyaratan kualitas yang telah ditetapkan. Hampir di
setiap jalan terdapat depo yang menjual air minum isi ulang. Namun
kualitas air minum isi ulang masih diragukan karena diduga dapat
terkontaminasi mikroba patogen jika penanganan dan pengolahannya
kurang baik. Pemeriksaan kualitas bakteriologis air minum dalam
kemasan termasuk air minum isi ulang harus dilakukan pemeriksaan
cemaran bakterinya secara berkala. Dalam lampiran Kepmenkes No.
907 tahun 2002 ditetapkan bahwa pemeriksaan kualitas bakteriologi
air minum dalam kemasan dan air minum isi ulang disebutkan
bahwa pemeriksaan bakteriologis air baku untuk air minum harus
dilakukan setiap 3 bulan sekali sedangkan untuk air minum yang
siap dimasukkan ke dalam kemasan minimal 1 kali setiap bulan .
Depo air minum isi ulang ini merupakan usaha yang berkembang
pesat sejak tahun 2002, dengan harga yang relatif lebih murah jika
dibandingkan dengan harga air minum dalam kemasan. Penelitian ini
dilakukan untuk mendapatkan gambaran akan kualitas air minum isi
ulang yang sampelnya diambil dari depo air minum isi ulang di
kelurahan Lenteng Agung dan kelurahan Srengseng Sawah,
kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Diharapkan dari hasil
penelitan ini dapat memberikan manfaat baik bagi Dinas Kesehatan
setempat untuk melakukan pengawasan secara berkala terhadap
kualitas air minum isi ulang, maupun bagi masyarakat sebagai
konsumen air minum isi ulang dan para pemilik depo air minum isi

8
9

ulang agar dapat melakukan pemeliharaan dan perbaikan secara terus


menerus dalam penanganan dan pengolahan air minum isi ulang
secara baik, sehingga terhindar dari pencemaran mikroba sebagai
upaya untuk melindungi kesehatan masyarakat.
Alat dan bahan Bahan Sampel air minum isi ulang berasal dari 13 depo air minum
isi ulang yang berada di kelurahan Lenteng Agung dan Srengseng
Sawah kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan. Pengambilan sampel
dilakukan secara aseptis masing-masing 500 ml, sebanyak 2 botol.
Media perbenihan yang digunakan adalah Lactose Broth, Brilliant
Green Lactose Bile Broth (BGLB), Lactose Broth, Eosin Methylene
Blue Agar (EMBA), Nutrient Agar, Nutrient Broth, Simmon’s
Citrate Agar, Salmonella Shigella Agar (SSA). Plate Count Agar,
Mannitol Salt Agar (MSA), Centrimide Agar, medium MR-PV.
Larutan pereaksi yang digunakan adalah pereaksi IMViC, larutan
naftol 1% dan larutan Kalium Hidroksida (KOH) 40%. Alat
Autoklaf (Hirayama,Japan), lemari bersih yang dilengkapi dengan
laminar air flow (ESCO), incubator (Mmmert-WG, Imperial III
LabLine), mikroskop (Euromex C. Range), vortex (Fischer
Scientific), oven (WTB binder, Lab-Line), timbangan analitik (AND
Japan), lemari pendingin dan alat-alat gelas.
Langkah-langkah Langkah-langkah pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
pengambilan sampel 1. Pengambilan dan penanganan sampel Sampel diambil dari
keran air siap minum dengan menggunakan botol steril masing-
masing sebanyak 500 ml secara aseptis. Sampel dikocok
homogen dan dipipet sebanyak 25,0 ml ke dalam labu steril
yang telah berisi 225 ml larutan pengencer dan dikocok sampai
homogen. Selanjutnya dilakukan pengenceran secara serial
sehingga didapatkan pengenceran 100 kali dan 1000 kali
2. Pengujian angka lempeng total Pengujian angka lempeng total
dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Dari
masing-masing hasil pengenceran sampel dipipet 1,0 ml ke
dalam cawan Petri steril, kemudian dituangkan 15- 20 ml media
Plate Count Agar (PCA), yang telah dicairkan dan didinginkan
hingga temperaturnya 450 C. Cawan Petri segera digoyang dan
9
10

diputar sampai media tersebar merata dan homoge.


3. Identifikasi bakteri Escherichia coli Masing-masing biakan
positif pada uji konfirmasi bakteri coliform, diambil satu
sengkelit dan diinokulasikan pada media Eosin Methylene Blue
Agar (EMBA), dan diinkubasi pada suhu 370 C selama 24 jam.
Dipilih koloni warna hijau dengan kilap logam dan bintik biru
kehijauan dari media EMBA dan digoreskan pada media
Nutrient Agar. Setelah diinkubasi pada suhu 370 C selama 24
jam dilakukan identifikasi Escherichia coli dengan uji IMViC
(Indol, Metil merah Voges Praskauer dan Sitrat)
4. Identifikasi bakteri patogen Sampel yang diperoleh dipipet
sebanyak 10,0 ml ke dalam 90 ml Nutrient Broth dan diinkubasi
pada suhu 370 C selama 24 jam
Hasil Penelitian Hasil penelitian pada pengujian angka lempeng total merupakan
salah satu cara untuk menentukan jumlah mikroba dalam sampel air
minum isi ulang secara tidak langsung dengan metode hitung
mikroba yang hidup dalam media agar. Cara ini lebih akurat
dibandingkan dengan cara hitung langsung melalui pengamatan di
bawah mikroskop, karena cara ini dapat menentukan jumlah mikroba
hidap melalui kemampuannya membentuk koloni pada media agar
yang dapat langsung dilihat dengan mata tanpa bantuan mikroskop.
pada pengujian angka lempeng total bahwa ada dua sampel yang
angka lempeng totalnya melebihi batas cemaran mikroba yang
dipersyaratkan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI). Pemeriksaan
angka lempeng total tidak selalu mengindikasikan kualitas sampel
sebagai air minum karena dengan pemeriksaan jumlah bakteri yang
terdapat dalam sampel tidak dapat menunjukkan keberadaan dari
suatu mikroba patogen pada manusia. Oleh sebab itu pemeriksaan
untuk mengetahui cemaran bakteri patogen perlu dilakukan untuk
mengidentifikasi lebih lanjut bakteri patogen dalam sampel air
minum isi ulang tersebut. Air minum yang layak untuk dikonsumsi
tidak boleh mengandung bakteri coliform dan bakteri patogen
termasuk Escherichia coli, Salmonella dan Clostridium perfringens
dan Pseudomonas aeruginosa. Bakteri coliform adalah golongan
10
11

bakteri yang hidup dalam saluran percernaan manusia antara lain


golongan Enterobacter, Klebsiella, Proteus dan Escherichia coli.
Golongan bakteri patogen lainnya yang perlu mendapatkan perhatian
dan sering ditemukan di dalam air minum adalah Salmonella,
Staphylococcus dan Pseudomonas. Dalam pemeriksaan bakteri
coliform dengan cara uji nilai duga terdekat, dilakukan melalui uji
prakiraan dan uji konfirmasi. Uji konfirmasi dilakukan untuk
meyakinkan keberadaan uji coliform karena pada uji prakiraan hasil
yang positif tidak selalu disebabkan oleh adanya bakteri coliform.
Hasil uji positif dapat juga disebabkan oleh bakteri lain yang dapat
memfermentasi laktosa yang disertai dengan pembentukan gas dan
asam atau dikarenakan oleh bakteri-bakteri yang bersifat sinergis
sehingga dapat menguraikan karbohidrat dan membentuk gas. Dalam
uji konfirmasi digunakan media selektif yaitu media Brilliant Green
Lactose Bile 2%. (BGLB) yang mengandung garam empedu yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif yang tidak
hidup dalam saluran pencernaan manusia dan mengandung hijau
brilian yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif
tertentu selain coliform. Pemeriksaan bakteri Escherichia coli
dilakukan dengan menginokulasi sampel yang ditelah ditanam dalam
media uji konfirmasi, pada media selektif yaitu Eosin Methylene
Blue Agar (EMBA). Media ini bersifat selektif dalam menumbuhkan
Escherichia coli karena dalam media ini mengandung eosin yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan hanya
dapat menumbuhkan bakteri gram negatif. Bila dalam biakan
terdapat bakteri Escherichia coli maka asam yang dihasilkan dari
fermentasi akan menghasilkan warna koloni yang spesifik untuk
bakteri Escherichia coli yaitu koloni yang berwarna hijau dengan
kilap logam. Dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya bakteri
coliform dan Escherichia coli dari 13 sampel yang diperiksa.
Identifikasi keberadaan bakteri patogen pada air minum isi ulang
sangat penting untuk dilakukan di samping bakteri coliform dan
Escherichia coli yang merupakan indikator adanya pencemaran air

11
12

oleh bakteri fekal manusia.


Kekuatan Penelitian Kekuatan penelitian ini adalah terdapat hasil penelitian menunjukkan
bahwa dua dari 13 sampel air minum isi ulang mengandung cemaran
mikroba melebihi batas yang dipersyaratkan dalam air minum, 4
sampel mengandung bakteri Staphylococcus aureus dan tidak ada
satupun sampel yang diuji mengandung Escherichia coli,
Salmonella, Clostridium perfringens dan Pseudomonas aeruginosa.
Kelemahan Penelitian Kelemahan penelitian ini adalah rentan waktu penelitian yang
digunakan kurang efektif dan juga terlalu panjang.

Review Jurnal
Aspek Mutu Produk Nata De Coco Dengan Penambahan Sari Buah Mangga
Judul Aspek Mutu Produk Nata De Coco Dengan Penambahan Sari Buah
Mangga
Jurnal Jurnal Teknik Industri HEURISTIC.
Volume & Halaman Vol 11 No 2
Tahun 2014
Penulis Rini Rahayu Sihmawati, Devy Oktoviani, Wardah
Reviewer Deby Rahmadayanti (1810119320028)
Tanggal 24 Desember 2019

Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Aspek
Mutu Produk Nata De Coco Dengan Penambahan Sari Buah Mangga
Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah Aspek Mutu Produk Nata De Coco
Dengan Penambahan Sari Buah Mangga
Metode Penelitian Metode Penelitian dengan cara Penelitian dilakukan di Laboratorium
Industri Pangan Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya selama
kurang lebih 2 (dua) bulan. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor yang
diulang sebanyak 6 (enam) kali. Yaitu S1 : Penambahan sari buah
mangga 15 % S2: Penambahan sari buah mangga 30 % S3:
Penambahan sari buah mangga 45 % Jurnal Teknik Industri
HEURISTIC Vol 11 No 2 Oktober 2014. ISSN 1693-8232 68
Parameter yang diuji adalah adalah : derajat keasaman (pH), kadar
vitamin C, pengujian secara fisik ( tebal dan tekstur nata) serta uji
organoleptik Hedonic Scale Scoring ( rasa, warna dan aroma).

12
13

Apabila dari hasil pengolahan data dengan rancangan acak lengkap


di atas terdapat pengaruh yang berbeda nyata maka dilanjutkan
dengan uji BNT ( Beda Nyata Terkecil).
Pendahuluan Nata adalah sejenis jelly kenyal berwarna putih susu atau bening,
yang berasal dari proses fermentasi air kelapa. Produk nata de coco
ini pada awalnya diproduksi di Filipina. Secara etimologis, nata de
coco berarti krim kelapa atau terapung. Proses fermentasi nata de
coco dibantu oleh sejenis bakteri bernama Acetobacter xylinum.
Enzim yang dihasilkan bakteri nata de coco mengubah gula yang
terkandung dalam air kelapa menjadi lembaran-lembaran serat
selulosa. Lembaran-lembaran selulosa itu kemudian menjadi padat
dan berwarna putih bening yang dinamakan nata. Nata merupakan
selulosa yang berkalori rendah, kadar serat 2,5 %, dan memiliki
kadar air 98 %. Serat yang ada dalam nata tersebut sangat penting
dalam proses fisiologis, bahkan dapat membantu para penderita
diabetes dan memperlancar pencernaan makanan atau dalam saluran
pencernaan. Oleh karena itu dapat dipakai sebagai sumber makanan
kalori rendah dan untuk keperluan diet .Bahan baku yang sudah
umum digunakan sebagai media untuk membuat nata adalah air
kelapa, yang produknya dikenal dengan nama nata de coco.
Pemberian nama nata disesuaikan dengan substrat pertumbuhan
Acetobacter xylinum, sehingga ada beberapa nama nata diantaranya
nata de pina yaitu nata yang diperoleh dari saribuah nanas, nata de
mango dari sari buah mangga, natade soya dari limbah tahu, nata de
cacao dari limbah kakao dan lain sebagainya(Pambayun, 2002). Di
Indonesia, nata de coco sering disebut sari air kelapa atau sari
kelapa. Nata de coco pertama kali berasal dari Filipina. Di Indonesia,
nata de coco mulai dicoba pada tahun 1973 dan mulai diperkenalkan
pada tahun 1975. Namun demikian, nata de coco mulai dikenal luas
di pasaran pada tahun 1981 (Sutarminingsih, 2004). Media-media
yang mengandung gula adalah bahan baku pembuatan nata, dan
berdasarkan jenis medialah nama nata diberikan, misalnya Nata De
Coco dari media air kelapa, Nata De Soya dari media ampas pabrik
tahu, Nata De Cassava dari media ampas pabrik tapioka, Nata De
13
14

Molase dari media limbah cair tebu. Nata merupakan makanan


dengan nutrisi yang rendah, tetapi kaya akan serat yang sangat baik
bagi tubuh (Santosa et al., 2012). Pembuatan nata dilakukan untuk
menghasilkan nata dengan kualitas baik dengan serat baik bagi tubuh
dan juga merupakan penghasil bakteri selulosa yang baik. Oleh
karena itu nata dijadikan makanan yang sangat baik dan sehat
dimana akan membantu proses pencernaan manusia. Air kelapa
digunakan sebagai substrat bagi Acetobacter xylinum untuk dapat
tumbuh dan berkembang dalam air kelapa dan membentuk nata
Alat dan bahan Alat yang digunakan dalam penelitian adalah membuat nata de coco
adalah panci , spatula atau pengaduk , loyang atau baskom koran dan
tali rafia secukupnya. Bahannya seperti buah kelapa bakteri starter
acetobacter xylinum, starter, asam cuka, gula 100 gram, urea 1 gram.
Langkah-langkah Proses pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:
pengambilan sampel 1. Air kelapa 10 liter disaring supaya bersih dari kotoran, kemudian
ditambahkan gula pasir sebanyak 100 gr, asam cuka 100 mililiter,
ZA 17 gram, NPK 3.5 gram dan asam sitrat 3,5 gram. Aduk rata
sampai homogen.
2. Kupas mangga gadung , cuci bersih dan potong-potong kecil
kemudian hancurkan sampai menjadi bubur, saring atau ekstraksi
sari buah sebanyak 15%, 30 %, 45 %.
3. Ambil air kelapa yang sudah homogen tadi (no.1) dan campur
dengan sari buah sesuai perlakuan . Aduk sampai rata.
4. Panaskan campuran air kelapa dan sari buah sesuai perlakuan
sampai mendidih.
5. Tuangkan larutan ke dalam wadah setinggi 2 cm lalu didinginkan,
tutup wadah merata dengan kertas putih bersih dan ikat agar tidak
tercemar. Diamkan sampai 24 jam,
6. Setelah didinginkan larutan siap dituangi starter ( bibit bakteri
nata) sebanyak 5% dari volume media bakteri.
7. Fermentasi larutan sampai tumbuh lembaran natanya kurang lebih
7 hari.
8. Cuci bersih dan potong-potong.
9. Analisis untuk memperoleh data yang diperlukan.
14
15

Hasil Penelitian Hasil analisa sidik ragam pada Tabel 1 di bawah ini menunjukkan
bahwa perlakuan dengan penambahan sari buah mangga ke dalam
pembuatan nata de coco memberikan pengaruh yang nyata terhadap
derajad keasaman (pH). Maka penelusuran lebih lanjut dilakukan
dengan menggunakan uji BNT 5% terhadap taraf masing-masing
perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar
pemberian sari buah mangga terhadap pembuatan nata de coco akan
memperkecil pH (derajat keasaman). Penurunan pH tersebut
disebabkan karena kandungan vitamin C yang ada disari buah
mangga yang bersifat asam. Hal ini sesuai dengan pendapat Winarno
(1995), bahwa unsur yang menyebabkan rasa asam adalah ion H+,
selain itu semakin banyak jumlah asam yang ditambahkan pada
larutan semakin besar ion H+ yang dilepaskan, sehingga akan
menyebabkan pH turun ( Lehninger, 1996).
Kekuatan Penelitian Kekuatan penelitian ini adalah bahwa penambahan saribuah mangga
pada pembuatan nata de coco mempengaruhi secara nyata terhadap
derajat keasaman (pH). kandungan vitamin C dan ketebalan nata de
coco. Derajat keasaman (pH) , tekstur dan ketebalan nata cenderung
menurun linier sejalan dengan meningkatnya persentase penembahan
saribuah mangga. Sedangkan kandungan vitamin C akan cenderung
meningkat dengan semakin tingginya persentase penambahan
saribuah mangga. Untuk tekstur nata menunjukkan bahwa semakin
tinggi pemberian saribuah mangga akan menunjukkan semakin
lunak, hal ini ditunjukkan dari angka hasil pengukuran yang
cenderung turun. Sedangkan pada ketebalan nata , dari data yang
diperoleh semakin tinggi pemberian saribuah mangga, ketebalan
cenderung meningkat. Hasil Uji organoleptik menunjukkan panelis
penguji tidak dapat melihat adanya perbedaan antar perlakuan
terhadap warna. Sedangkan masing-masing perlakuan akan
memberikan damapak yang berbeda sangat nyata terhadap produk
pada rasa dan aroma
Kelemahan Penelitian Kelemahan penelitian ini adalah rentan waktu penelitian yang
digunakan kurang efektif dan juga terlalu panjang. Perlu dilakukan
penelitian pembuatan nata dari sari buah mangga sampai 100%, dan
15
16

sari buah-buahan yang lain. Untuk mendapatkan ketebalan nata yang


maksimal perlu diteliti kembali sampai lebih dari 7 hari.

Review Jurnal
Uji Daya Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav.)
Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus Aureus , Eschericia Coli Dan Candida Albicans
Secara In Vitro
Judul Uji Daya Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper
Crocatum Ruiz & Pav.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus
Aureus , Eschericia Coli Dan Candida Albicans Secara In Vitro
Jurnal Biomedika
Volume & Halaman Volume 4 Nomor 1
Tahun 2012
Penulis Anika Candrasari, M. Amin Romas, Masna Hasbi, Ovi Rizky Astuti
Reviewer Deby Rahmadayanti (1810119320028)
Tanggal 24 Desember 2019

Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui uji daya
antimikroba ekstrak etanol daun sirih merah (piper crocatum ruiz
& pav.) Terhadap pertumbuhan staphylococcus aureus , eschericia
coli dan candida albicans secara in vitro
Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun sirih merah
dengan konsentrasi atau dosis berturut-turut yang diperoleh
dengan rumus Progresi Geometris: N-1 Y =Y R
Metode Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan metode
post test control group design only.

Pendahuluan Salah satu tumbuhan yang dikenal luas oleh masyarakat adalah
sirih. Sirih merupakan tanaman yang telah banyak digunakan
sebagai obat di Asia Tenggara. Sirih di Indonesia ada beberapa
jenis, yang dibedakan berdasarkan bentuk daun, rasa dan
aromanya, yaitu sirih hijau, sirih banda, sirih cengkih, sirih hitam

16
17

dan sirih merah (Moeljanto & Mulyono, 2003; Sudewo, 2005).


Beberapa penelitian mengenai antimikroba alami yang efektif
untuk melawan infeksi telah dilakukan. Salah satu tanaman yang
telah diteliti adalah sirih hijau (Piper betle Linn). Daun sirih hijau
telah dibuktikan mempunyai daya antibakteri (Fadhilah, 1993;
Taringan, 1994; Zakiyah, 1995; Sari & Dewi, 2006) dan daya
antifungi (Sutardi, 1994; Wulandari & Maretnianin, 2008). Hasil
penelitian terdahulu menunjukkan bahwa daun sirih hijau
mengandung minyak atsiri yang terdiri dari betelfenol, kavikol,
seskuiterpen, hidroksikavikol, kavibetol, estragol, eugenol, dan
karvakrol. Minyak atsiri dan ekstraknya dapat melawan beberapa
bakteri Gram positif dan Gram negatif. Daun sirih hijau tidak
mengandung alkaloid sedangkan daun sirih merah mengandung
alkaloid (Sudewo, 2010). Berdasarkan pernyataan di atas, maka
dapat dirumuskan permasalahan Apakah ektrak etanol daun sirih
merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) mempunyai daya
antimikroba terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus ATCC
6538, Eschericia coli ATCC 11229 dan Candida albicans ATCC
10231 secara in vitro. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui daya antimikroba etanol daun sirih merah
terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus ATCC 6538,
Eschericia coli ATCC 11229 dan Candida albicans ATCC 10231
secara in vitro. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk
memberi informasi daya antimikroba etanol daun sirih merah
terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus ATCC 6538,
Eschericia coli ATCC 11229 dan Candida albicans ATCC 10231
secara in vitro.
Alat dan bahan Alat dan bahan yang di dalam penelitian ini adalah tabung reaksi
steril, inkubator, cawan petri, kapas lidi steril, ohse kolong,
erlemeyer, penjepit, pipet, lampu spritus. Daun sirih merah,
larutan etanol 70%, dan pelarut aquadest steril.
Langkah-langkah Langkah-langkah pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
pengambilan sampel Alat yang digunakan di dalam penelitian ini adalah tabung reaksi
steril, inkubator, cawan petri, kapas lidi steril, ohse kolong,
17
18

erlemeyer, penjepit, pipet, lampu spritus. Daun sirih merah dicuci


bersih lalu diangin-anginkan, kemudian dikeringkan dengan oven
pada suhu 40°C sampai kering, kemudian diremas dan dihaluskan
sampai menjadi serbuk menggunakan blender. Serbuk kemudian
ditambahkan dengan larutan etanol 70%, diaduk, didiamkan
(maserasi), dan diambil filltratnya dengan penyaringan. Hasil
saringan diuapkan dalam rotary vacuum evaporator dengan suhu
40°C. Pada akhir proses ini di dapatkan ekstrak etanol sirih merah
dengan cairan kental, berwarna coklat, dengan bau khas aromatik.
Selanjutnya ekstrak etanol sirih merah diencerkan dengan pelarut
aquadest steril bila akan digunakan (Poelongan & Soeripto, 1998).
Siapkan dua buah plate media Muller Hinton, pada bagian bawah
plat dibuat garis garis pembagian dengan menggunakan spidol dan
dilabeli masing-masing konsentrasi ekstrak. Selanjutnya plate
pertama diolesi secara merata dengan bakteri Staphylococcus
aureus yang telah dibandingkan dengan standar 0,5 Mc.Farland.
Untuk plate yang kedua diolesi secara merata dengan bakteri
Eschericia coli yang telah dibandingkan dengan standar 0,5
Mc.Farland. Kemudian pada masing masing sumuran diteteskan
ekstrak etanol sirih merah dengan kosentrasi 2,5%, 5%, 10%,
20%, 40%, 80% dan 100%. Selanjutnya inkubasi plate pada suhu
37C selama 18-24 jam. Selanjutnya diinkubasi pada suhu kamar
selama 1-2 hari. Diameter zona bening atau zona hambat yang
terbentuk diukur dengan penggaris dengan satuan milimeter (mm).
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan diuji nilai
kemaknaannya dengan menggunakan Oneway Anova.
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
1. Dengan metode sumuran kontrol negatif dan kelompok
perlakuan yang menggunakan ekstrak etanol daun sirih
merah dengan konstentrasi 2,5% dan 5% tidak
menunjukkan efek antibakteri terhadap pertumbuhan
Staphylococcus aureus. Biakan Staphylococcus aureus
mulai terbentuk zona hambat pada konsentrasi ekstrak
sebesar 10% dan semakin meningkat seiring dengan
18
19

meningkatnya kadar konsentrasi ekstrak. T


2. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol
Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) Terhadap
Eschericia coli ATCC dengan Metode
Sumuranmenunjukkan bahwa kontrol negatif dan
kelompok perlakuan yang menggunakan ekstrak etanol
daun sirih merah dengan konstentrasi 2,5%, 5%, 10% dan
20% tidak menunjukkan daya antibakteri terhadap
pertumbuhan Eschericia 12 Biomedika. Biakan Eschericia
coli mulai terbentuk zona hambat pada konsentrasi ekstrak
sebesar 40%b/v dan sedikit meningkat seiring dengan
meningkatnya kadar konsentrasi ekstrak namun menetap
setelah konsentrasi ekstrak tertinggi yakni 100%.
3. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol
Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) Terhadap
Candida albicans dengan Metode Sumuranbahwa tidak
terdapat daya antifungi pada kontrol negatif maupun
konsentrasi ekstrak 2,5% dan 5% terhadap Candida
albicans. Zona hambat pada biakan Candida albicans mulai
terbentuk pada konsentrasi ekstrak 10% dengan diameter 8
mm. Dari beberapa macam konsentrasi ekstrak yang telah
dibuat terlihat bahwa konsentrasi ekstrak 40% mempunyai
diameter zona hambat paling besar yaitu mencapai 14 mm.
Diameter konsentrasi ekstrak ini hampir mendekati
diameter maksimum dari kontrol positif yang digunakan
(ketokonazol) yaitu sebesar 15 mm. Pada bakteri
Staphylococcus aureus hasil analisis varian data didapatkan
hasil tidak homogen dan distribusi data tidak normal, maka
data tidak bisa diuji dengan Anova, sehingga digunakan
Uji Non Parametrik Kruskal Wallis. Pada uji ini
didapatkan p (Asymp. Sig) = 0.001. Oleh karena nilai p <
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang bermakna daya antibakteri antara kesepuluh

19
20

kelompok perlakuan. Perbedaan zona hambat yang


dihasilkan antara bakteri Staphylococcus aureus dan
Eschericia coli disebabkan karena diameter zona hambat
yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain toksisitas bahan uji, kemampuan difusi bahan
uji pada media, interaksi antar kompomen medium, dan
kondisi lingkungan mikro in vitro. Menurut Siswandono &
Soekardjo (2000) konsentrasi suatu bahan yang berfungsi
sebagai antibakteri merupakan salah satu faktor penentu
besar kecil kemampuanya dalam menghambat
pertumbuhan mikroba yang diuji. Selain itu, ukuran zona
hambat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
mikroorganisme uji (strain dan siologi uji bakteri), medium
kultur , metode uji serta kecepatan difusi zat. Perbedaan
zona hambat tersebut juga dikarenakan adanya perbedaan
struktur dinding sel antara kedua bakteri yang
mempengaruhi kerja ekstrak etanol daun sirih merah
sebagai senyawa antibakteri. Struktur dinding sel bakteri
gram positif lebih sederhana, yaitu berlapis dengan
kandungan lipid yang rendah (1-4 %) sehingga
memudahkan bahan bioaktif masuk ke dalam sel (Hawley,
2003). Staphylococcus aureus sebagai bakteri gram positif
memiliki 3 lapisan yaitu selaput sitoplasma, lapisan
peptidoglikan yang tebal dan simpai. (Jawetz et al, 2001).
Struktur dinding sel bakteri gram negatif lebih kompleks,
berlapis tiga, yaitu lapisan luar lipoprotein, lapisan tengah
lipopolisakarida yang berperan sebagai penghalang
masuknya bahan bioaktif antibakteri dan lapisan dalam
berupa peptidoglikan dengan kandungan lipid tinggi (11-
12%) (Hawley, 2003). Eschericia coli sebagai gram negatif
memiliki lapisan yang lebih kompleks dan berlapis lapis
yaitu selaput sitoplasma, lapisan tunggal peptidoglikan dan
selaput luar yang terdiri dari lipoprotein dan

20
21

lipopolisakarida.
Kekuatan Penelitian Kekuatan penelitian ini adalah Ekstrak etanol daun sirih merah
(Piper crocatum Ruiz & Pav.) memiliki daya hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus ATCC 6538 pada
konsentrasi 10%, 20%, 40%, 80% dan 100%, sedangkan terhadap
pertumbuhan bakteri Eschericia coli ATCC 11229 ekstrak etanol
daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) memiliki daya
hambat pada konsentrasi 40%, 80%, dan 100% walaupun secara
statistik tidak bermakna. Dan terhadap pertumbuhan Candida
albicans ATCC 10231 memiliki daya hambat pada konsentrasi
10%, 20%, 40%, 80%, dan 100%.
Kelemahan Penelitian 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan
zat aktif daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) yang
beraktifitas sebagai antimikroba serta mekanisme
penghambatannya.
2. Perlu dilakukan uji daya antimikroba daun sirih merah (Piper
corcatum Ruiz & Pav) dengan menggunakan pelarut dan
metode ekstrak lainnya

21

Anda mungkin juga menyukai