Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

PERCOBAAN 1
PREPARAT APUS

OLEH :

NAMA : LINA AULIA NURDIN


STAMBUK : F1D118037
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN PEMBIMBING : EVA INDRASWARI

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Preparat apus merupakan sediaan yang diperoleh dengan cara

mengoleskan atau mengapus objek diatas kaca objek dengan bantuan kaca objek

yang lain, untuk mendapatkan apusan yang tipis. Teknik membuat preparat

dengan metode apusan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran dari bentuk

suatu sel dengan jelas, sehingga sel tersebut dapat dengan mudah untuk

diketahui dan diamati dibawah mikroskop. Objek amatan dalam preparat apus

dapat berupa apusan darah, apusan vagina maupun apusan sperma.

Kajian histopatologi adalah salah satu bidang penerapan ilmu

mikroteknik. Identifikasi organ atau jaringan yang mengalami gangguan atau

kerusakan akibat aktivitas mikroorganisme seperti bakteri dan jamur yang

bersifat patogen, dapat diketahui melalui pengamatan preparat apusan. Misalnya

pemeriksaan penyakit malaria akibat parasit plasmodium viva, melalui

pembuatan preparat apusan darah tepi. Teknik apusan darah tepi banyak

digunakan di laboratorium klinik untuk kepentingan pemeriksaan. Tidak hanya

sebatas media pemeriksaan, metode sediaan preparat apusan juga melahirkan

solusi atas permasalahan yang dikaji, melalui penelitian lebih lanjut.

Dasar pemeriksaan histologi yaitu diawali dengan pembuatan preparat

apus untuk mengamati bentuk atau struktur objek amatan. Pembuatan preparat

apusan darah adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk sel darah, preparat apusan

vagina digunakan untuk mengetahui struktur atau bentuk sel-sel epitel vagina

yang kemudian dapat menentukan fase dari siklus reproduksinya serta preparat
apusan sperma yang menunjukan proses perkembangan spermatozoa yang

kemudian menjadi struktur sperma. Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan

praktikum yang berjudul preparat apus.


B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana cara membuat film darah tipis untuk mempelajari korpuskula

darah?

2. Bagaimana cara membuat apusan vagina?

3. Bagaimana cara membuat apusan sperma?


C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui cara pembuatan film darah tipis untuk mempelajari

korpuskula darah.

2. Untuk mengetahui cara pembuatan apusan vagina.

3. Untuk mengetahui cara pembuatan apusan sperma.


D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang dapat diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui cara pembuatan film darah tipis untuk mempelajari

korpuskula darah.

2. Dapat mengetahui cara pembuatan apusan vagina.

3. Dapat mengetahui cara pembuatan apusan sperma.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Preparat Apus Darah

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma

darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan

trombosit. Eritrosit berbentuk bikonkaf, cekungan (konkaf), pada eritrosit

digunakan untuk memberikan ruang pada hemoglobin yang akan mengikat

oksigenMorfologi sel darah merah terdiri dari bentuk, warna, ukuran yang dapat

diamati pada sediaan apus dengan pewarnaan giemsa atau wright. Eritrosit

normal berukuran sama dengan inti limfosit kecil pada sediaan apus. Kelainan

morfologi pada eritrosit dapat berupa kelainan ukuran, bentuk atau kelainan

warna (Kurniasih dan Reskiani, 2018).

Tingginya angka kematian akibat penyakit malaria dipengaruhi oleh

prosedur penanganan malaria yang dimulai dari ketepatan diagnosa, pengobatan,

dan fasilitas kesehatan, karena berbeda Plasmodium yang menyerang pasien

penyakit malaria, maka berbeda dalam pengobatannya. Salah satu upaya untuk

menekan angka kematian malaria adalah ketepatan diagnosa laboratorium untuk

melihat gambaran eritrosit yang menyerang pasien yang diduga terserang

penyakitSediaan apus darah tepi merupakan pemeriksaan dengan teknik

mikroskopis untuk mengamati morfologi sel darah, seperti gambaran darah tepi,

jumlah eritrosit, jumlah retikulosit dan trombosit. Sediaan apus darah tepi ini

meliputi 2 bagian pemeriksaan yaitu, pemeriksaan hitung jenis sel darah putih

dan gambaran sel darah serta unsur-unsur lain (Kurniasih dan Reskiani, 2018).

Diagnosa dini dan akurat adalah kunci penanganan penyakit malaria yang

efektif. Penggunaaan diagnosa mikroskopis telah dijadikan metode utama dalam


mendiagnosa malaria. Parasitemia adalah terdapatnya parasit dalam darah

melalui pemeriksaan mikroskopis pada sediaan apusan darah, jika parasit

ditemukan lebih dari 100.000/μL maka disebut hiperparasitemia. Tingkat

parasitemia dapat digunakan untuk menilai beratnya penyakit. Ketepatan

diagnosa sangat mempengaruhi dalam prosedur penanganan pasien penyakit

malaria, dalam penyembuhan dan penyebaran penyakit. Ketepatan diagnosa

laboratorium untuk melihat gambaran bentuk, ukuran, dan warna eritrosit yang

menyerang pasien, sehingga dapat mengurangi kematian dan penyembuhan

penyakit malaria dengan cepat (Kurniasih dan Reskiani, 2018).


B. Metode Pembuatan Preparat Apus Darah

Pembuatan preparat apusan darah diawali dengan pengambilan sampel

darah vena. Letak vena pengambilan darah diusapkan dengan kapas yang berisi

alkohol 70%, kemudian menusukkan jarum ke dalam lumen vena. Darah yang

berhasil diambil selanjutnya dimasukkan ke dalam tabung yang telah berisi

antikoagulan. Meletakkan satu tetes darah pada kaca objek, kaca penghapus

disentuhkan pada tetesan darah dan dibiarkan hingga darah menyebar. Sudut

kaca penghapus diatur antara 30-45°, kemudian menggesernya hingga terbentuk

apusan darah yang tipis. Fiksasi dilakukan untuk menghentikan proses

metabolisme secara cepat, mencegah kerusakan jaringan, serta mempertahankan

keadaan sebenarnya. Fiksasi dilakukan dengan menggenangi preparat dengan

larutan alkohol absolut selama 5 menit. Pewarnaan giemsa digunakan untuk

membedakan inti sel dan morfologi sitoplasma dari sel darah merah, sel darah

putih, trombosit dan parasit dalam darah (Rachmawati, 2016).


C. Preparat Apus Vagina

Apusan vagina dapat digunakan untuk pemeriksaan siklus estrus dan

mempelajari kegiatan fungsional ovarium. Melalui apusan vagina dapat

dipelajari berbagai tingkat diferensiasi sel epitel vagina, yang secara tidak

langsung mencerminkan perubahan fungsional ovarium. Sel epitel merupakan

sel yang terletak di permukan vagina, sehingga apabila terjadi perubahan kadar

estrogen maka sel epitel merupakan sel yang paling awal terkena akibat dari

perubahan tersebut. Leukosit merupakan sel antibodi yang terdapat di seluruh

bagian individu.Leukosit di vagina berfungsi membunuh bakteri dan kuman

yang dapat merusak ovum. Sel epitel berbentuk oval atau polygonal, sedangkan

leukosit berbentuk bulat berinti. Fase estrus merupakan periode ketika betina

reseptif terhadap jantan dan akan melakukan perkawinan, mencit jantan akan

mendekati mencit betina dan akan terjadi kopulasi. Mencit jantan melakukan

semacam panggilan ultrasonik yang dilakukan sesering mungkin selama masa

pedekatan dengan mencit betina, sementara itu mencit betina menghasilkan

semacam feromon yang dihasilkan oleh kelenjar prepusial yang diekskresikan

melalui urin. Feromon ini berfungsi untuk menarik perhatian mencit jantan

(Dikjayanti, 2018).

Langkah-langkah pembuatan preparat apus vagina meliputi, pertama

yang dilakukan adalah pengapusan vagina mencit (Mus musculus L),

menggunakan cotton buds yang telah dibasahi larutan NaCl 0,9 % sedalam ± 5

mm, dengan diputar searah jarum jam sebanyak 2 – 3 kali putaran. Kemudian

cotton buds tersebut dioleskan tipis dan searah di atas gelas objek yang telah
dibersihkan untuk membuat preparat apusan vagina. Kemudian preparat difiksasi

dengan alkohol 70 % selama 5 menit. Selanjutnya diteteskan pewarna giemsa 1

% pada preparat dan dibiarkan selama 5 – 10 menit hingga pewarna agak kering.

Preparat dibilas menggunakan aquadest dan dikeringkan. Sisa air maupun

pewarna yang berlebihan dibersihkan menggunakan tissue. Preparat diamati

menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400 kali untuk mengamati sel epitel

yang masih berinti atau telah mengalami kornifikasi sehingga diketahui fase

yang dialami mencit (Mus musculus L) (Lusiana, 2017).


D. Preparat Apus Sperma

Morfologi spermatozoa penting untuk mencapai kesuksesan fertilisasi.

Morfologi yang normal biasanya pada kepala spermatozoa mengandung nukleus

serta terdapat lipid, mucoprotein, magnesium, dan garam lainnya. Begitu pula

pada ekor. Untuk menilai normal atau tidaknya morfologi spermatozoa, dapat

digunakan preparat apusan (Lukas, 2016).

Tikus dibius dengan eter, kemudian dibedah. Diambil testis dan kauda

epididimisnya. Tiap tikus diambil testis kanan dan kiri, masing-masing testis

dibuat tiga preparat yaitu preparat untuk motilitas, preparat untuk jumlah, dan

preparat untuk morfologi spermatozoa.Pengukuran Parametera. (a) Motilitas

Spermatozoa, pemeriksaaan motilitas spermatozoa dilakukan dengan segera

ketika spermatozoa diambil dari kauda epididimis, dengan meneteskan setetes

sperma pada gelas obyek. Tetesan diusahakan sama besarnya untuk setiap

pemeriksaan. Pengamatan dilakukan dibawah mikroskop dengan perbesaran 400

kali. (b) Jumlah Spermatozoa, perhitungan jumlah spermatozoa dilakukan


dengan cara memipet sperma menggunakan pipet eritrosit sampai skala

0,5.Kemudian sperma diencerkan dengan larutan pengencer sampai tanda 101

(Pengenceran 200x) lalu dikocok menurut angka 8 selama 15-20 menit.

Kemudian buang 3 tetes pertama, sebelum diteteskan ke kamar hitung Neubauer

improved. Selanjutnya hitung jumlah spermatozoa. Pengamatan dilakukan

dibawah mikroskop dengan perbesaran 100 kali. (c) Morfologi Spermatozoa

Morfologi spermatozoa dapat diamati pada sediaan apusan yang dibuat dengan

cara sperma dikering anginkan pada objek gelas kemudian difiksasi dengan

dicelupkan ke dalam larutan metanol selama 5 menit kemudian di keringkan.

Setelah itu dicelupkan ke dalam larutan safranin 1% selama 5 menit. Kemudian

dibilas dengan aquades dan dikering anginkan (Wuwungan dkk, 2017).

III. METODE PRAKTIKUM


A. Waktu danTempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 25 September 2019 pukul

12:40-15:00 WITA dan bertempat di Laboratorium Biologi Unit Zoologi,


Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetauan Alam, Universitas

Halu Oleo, Kendari.

B. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan kegunaan


No Alat Kegunaan
1 Mikroskop Untuk mengamati preparat apusan
2 Kaca objek Untuk media mengapus objek
3 Kaca penutup Untuk menutup kaca objek
4 Jarum Frankle Untuk menusuk jari agar darah keluar
5 Stopwatch Untuk mengukur waktu dalam pengamatan
6 Pipet tetes Untuk mengambil larutan
7 Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan
8 Kamera Untuk mendokumentasikan

C. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan dan kegunaan


No Bahan Kegunaan
1 2 3
1. Darah manusia Sebagai objek pengamatan
2. Mencit (Mus musculus) Sebagai objek pengamatan
3. Tikus putih (Rattus novergicus) Sebagai objek pengamatan
4. Alkohol 70% Untuk mensterilkan objek pengamatan
5. Kapas Untuk membersihkan objek
6. Cotton bud Untuk membuat apusan pada kaca objek
7. Tissue Untuk membersihkan alat dan bahan
8. NaCl 0,9% Sebagai larutan fisiologis
9. Klorofom Sebagai bahan bius pada hewan uji

Tabel 2. Lanjutan
1 2 3
10. Aquadest Untuk menjernihkan dan membilas sisa alkohol
dan pewarna pada kaca preparat apus
11. Giemsa 3% dan 20% Untuk mewarnai preparat
12. Kertas label Untuk memberi label pada kaca objek

D. Prosedur Kerja
a. Preparat Apus Darah
Prosedur kerja pada pembuatan preparat apus darah adalah sebagai

berikut:

1. Membersihkan jari dengan alkohol 70%, kemudian mengambil sampel

darah dengan jarum frankle, sebelumnya mengurut jari agar darah mudah

keluar.
2. Meneteskan darah yang keluar pada tissue, lalu tetes beruikutnya pada

kaca objek.
3. Mengapus darah dengan menggunakan kaca objek lain dengan

membentuk sudut 45. Menarik kaca objek dengan kuat dan cepat hingga

terbentuk apusan yang tipis.


4. Mengeringkan film darah dan meneteskan larutan fiksasi menggunakan

alkohol absolut selama 30 menit.


5. Meneteskan larutan giemsa 3% dan membiarkannya selama 3 menit.
6. Membilas preparat dengan aquades dan mengeringkannya.
7. Mengamati apusan darah di bawah mikroskop dan membuat dokumentasi.

b. Preparat Apus Vagina

Prosedur kerja pada pembuatan preparat apus vagina adalah sebagai

berikut:

1. Memanaskan aquades atau NaCl 0,9 % sampai suhu 37°C.


2. Memasukkan cotton bud ke dalam aquade atau NaCl 0,9% yang sudah

dipanaskan.
3. Memasukkan cotton bud tersebut ke dalam lubang vagina dan memutarnya

secara perlahan.
4. Mengoleskan atau mengapus cotton bud pada kaca objek.
5. Meneteskan alkohol absolut kemudian diamkan selama 30 menit dan

mengeringkannya di udara.
6. Meneteskan giemsa 20% selama satu menit.
7. Membilas dengan air mengalir dan mengeringkannya selama 10 menit.
8. Mengamati apusan vagina di bawah mikroskop dan membuat

dokumentasi.

c. Preparat Apus Sperma

Prosedur kerja pada pembuatan preparat apus sperma adalah sebagai

berikut:

1. Memasukkan tikus di dalam toples kemudian membiusnya dengan

menggunakan klorofom.
2. Membedah tikus dengan kemudian mengambil bagian cauda

epididmisnya.
3. Menetekan cauda epididimis pada NaCl 0.9% yang terlebih dahulu sudah

dipanaskan.
4. Memecah atau mengurai cauda epididimis menggunakan gunting bedah,

agar spermatozoanya dapat keluar.


5. Mengambil cairan NaCl 0,9% yang telah mengandung suspensi

spermatozoa dengan pipet tetes kemudian meneteskannya pada kaca objek.


6. Meneteskan metanol setelah dikeringkan selama 20 menit.
7. Meneteskan larutan giemsa 20% selama 20 menit, setelah kering kemudian

membilas preparat dengan aquades.


8. Mengamati apusan darah dibawah mikroskop dan membuat dokumentasi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 3, 4, 5 dan 6.

a. Apusan Sperma

Hasil pengamatan apusan sperma dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3. Hasil Pengamatan Apusan Sperma


Gambar
No. Keterangan
Gambar Pengamatan Gambar Literatur
1 2 3 4
1. Apusan Sperma
1 1. Kepala
sperma
(Caput)
2 2. Leher
sperma
(Corpus)
3. Ekor
3 sperma
(Caudal)
(Sudarti, 2019)

Pembahasan

Preparat apus merupakan salah satu teknik pembuatan sediaan dengan

cara mengapus atau mengoleskan suatu objek biasanya dalam bentuk cairan

diatas kaca objek hingga diperoleh apusan yang sangat tipis untuk dapat

diamati di bawah mikroskop. Umumnya preparat apus bersifat sementara,

sehingga perlu dilakukan pemberian larutan fiksatif pada preparat apus untuk
mengawetkan preparat yang dibuat. Larutan fiksatif adalah larutan yang dapat

mempertahankan morfologi jaringan atau sel tubuh seperti dalam keadaan

hidup serta untuk mempermudah proses pewarnaan. Larutan fiksatif yang biasa

digunakan adalah alkohol.

Pembuatan preparat apus sperma yaitu dengan menggunakan tikus

putih (Rattus novergicus) jantan, diawali dengan melakukan pembedahan untuk

mengambil organ testis tepatnya bagian cauda epididimis sebagai tempat

matangnya sel-sel sperma. Cauda epididimis kemudian di masukkan ke dalam

cawan petri yang sebelumnya telah diisi dengan NaCl 0,9% yang sudah

dipanaskan terlebih dahulu. Cauda epididmis diurai dengan bantuan gunting

bedah, sehingga memungkinkan spermatozoa dapat keluar dan memenuhi

cairan. NaCl 0,9% adalah larutan fisiologis yang berfungsi untuk

mempertahankan keadaan spermatozoa saat dikeluarkan dari tubuh induk.

Terjadi perbedaan keadaan suhu tubuh, PH maupun kelembaban. Suspensi

spermatozoa diapuskan pada kaca objek lalu dikeringkan. Preparat apus

kemudian ditetesi oleh etanol (larutan fikastif). Pewarnaan preparat dengan

menggunakan giemsa 20%. Giemsa20% digunakan sebagai pewarna yang

menandai objek yang diamati, agar nampak jelas struktur dan bentuknya ketika

diamati di bawah mikroskop. Aquadest diberikan untuk menjernihkan preparat

apusan. Preparat apus dicuci atau dibilas untuk menghilangkan endapan

alkohol atau zat warna yang berpotensi mengganggu proses pengamatan.

Berdasarkan hasil pengamatan preparat apus sperma tikus putih

(Ratus novergicus) diperoleh hasil yang menunjukan struktur spermatozoa,


meliputi kepala (Caput), leher (Corpus) dan ekor (Caudal). Struktur tersebut

merupakan gambaran dari spermatozoa normal. Bentuk sperma pada tikus

seperti benang yang bagian atasnya (membengkok). Bagian kepala sperma

memiliki kromosom dan juga memiliki struktur badan yang disebut akrosom.

Akrosom mengandung enzim hialuronidase dan proteinase yang keduanya

berfungsi untuk menembus lapisan sel telur. Di bagian leher akrosom terdapat

mitokondria kecil yang berfungsi menyediakan energi untuk menggerakkan

ekor sperma. Sel sperma diproduksi pada tubulus seminiferus dalam testis.

Dinding tubulus seminiferus banyak mengandung sel-sel yang tersebar secara

acak. Sel ini disebut sel sertoli, satu-satunya sel somatik yang terdapat pada

tubulus seminiferus testis. Peran utama sel Sertoli adalah merawat dan

mengatur perkembangan spermatozoa di dalam testis. Sel-sel Sertoli secara

anatomis dan fisologis melindungi sel-sel germinal dengan membangun suatu

sistem perlindungan yang dikenal sebagai blood-testis barrier (BTB).


b. Apusan Vagina

Hasil pengamatan apusan vagina dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Pengamatan Apusan Vagina


No. Gambar
Keterangan
Gambar Pengamatan Gambar Literatur
1 2 3 4
1. Apusan vagina
1. Leukosit
1 2. Epitel
berinti
2

Fase Metetrus (Suci, 2015)


Pembahasan

Pembuatan apusan vagina mencit betina (Mus muscullus L.) dilakukan

dengan cara mengoleskan atau mengapus vagina mencit diatas kaca objek

dengan bantuan cotton bud. Cotton bud dicelupkan ke dalam larutan NaCl

0,9%, yaitu larutan fisiologis untuk mempertahankan struktur vagina mencit

(Mus musculus L.) agar tetap sama dengan kondisi pada tubuh induk.

Pewarnaan preparat ini juga menggunakan giemsa 20%. Melalui pembuatan

preparat apus vagina dapat diamati perubahan sel-sel penyusun lapisan epitel

vagina yang dapat mendeteksi fase reproduksi pada mencit. Gambaran apus

vagina akan menunjukkan setiap fase dari siklus estrus pada mencit

(Musmusculus L.). Sel epitel merupakan sel yang terletak di permukan vagina,

sehingga apabila terjadi perubahan kadar estrogen maka sel epitelmerupakan

sel yang paling awal terkena akibat dari perubahan tersebut.

Proses estrus pada mencit (Mus musculus L.) terjadi dalam 4 fase

yaitu fase proesterus, fase estrus, fase metestrus dan fase diestrus. Fase

proestrus yang ditandai dengan pembentukan leukosit dan epitel berinti, fase

estrus yang ditandai dengan sel terkornifikasi, metesterus ditandai dengan

adanya l ceukosit, epitel berinti dan sel yang terkornifikasi seta fase diestrus

yang ditandai dengan adanya berkembang sempurnanya corpus luteum.

Berdasarkan hasil pengamatan apusan vagina mencit (Mus muscullus

L.) betina terlihat mengalami fase metestrus karena ditemukan adanya epitel
berinti berbentuk bulat yang muncul secara tunggal dan leukosit, tetapi di fase

metestrus juga di dominasi dengan epitel bertanduk (kornifikasi). Leukosit

merupakan sel antibodi yang terdapat di seluruh bagian individu. Leukosit di

vagina berfungsi membunuh bakteri dan kuman yang dapat merusak ovum. Sel

epitel berbentuk oval atau polygonal, sedangkan leukosit berbentuk bulat

berinti. Fase ini tidak terjadi perkawinan dimana ovarium mengandung copora

lutea dan folikel-folikel kecil, dimana ditandai dengan bertumbuhnya CL dan

sel-sel granulosa folikel dengan cepat yang dipengaruhi oleh LH dari

adenohiphofisa. Selama, metestrus, uterus menjadi agak lunak karena terjadi

pengendoran otot serta melakukan persiapan untuk menerima dan memberi

makan embrio.

c. Apusan Darah

Hasil pengamatan apusan darah dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Pengamatan Apusan Darah


Gambar
No. Keterangan
Gambar Pengamatan Gambar Literatur
1 2 3 4
1. Apusan Darah
1. Eritrosit
2. Leukosit
1 3. Neutrofil
4. Limfosit
2

3
4
(Dafrosa, 2014)

Pembahasan
Pembuatan preparat apus darah diawali dengan pengambilan sampel

darah dengan melalui jarum frankle. Jari yang telah diusap dengan alkohol,

kemudian di urut dan ditusukkan dengan jarum frankle hingga darah keluar.

Darah diteteskan pada tissue lalu tetesan berikutnya pada kaca objek yang telah

dibersihkan. Pengapusan darah dilakukan dengan membuat sudut 45° antara

kaca objek dan kaca objek lainnya, kemudian kaca objek yang lain di tarik

dengan kuat dan cepat hingga terbentuk film darah yang tipis. Kaca objek yang

telah diapus kemudian difiksasi dengan alkohol absolut, lalu setelah kering

diteteskan larutan giemsa 3% dan terakhir dibilas menggunakan aquades.

Berdasarkan hasil pengamatan pada apusan darah diperoleh hasil yang

menunjukan jenis sel darah, yaitu sel darah merah (eritrosit) dan sel darah

putih (leukosit) serta dua lainnya merupakan jenis dari sel darah putih

diantaranya neurofil dan limfosit. Terlihat adanya eritrosit berwarna bening

transparan dengan bentuk bulat seperti cekungan pada bagian dalam dan tidak

berinti. Cekungan (konkaf) pada eritrosit digunakan untuk memberikan ruang

pada hemoglobin yang akan mengikat oksigen. Fungsi utama sel-sel darah

merah adalah membawa oksigen ke semua sel-sel tubuh seiring dengan

pemompaan darah yang dilakukan oleh jantung.

Leukosit terlihat seperti sel yang memiliki inti berwarna ungu. Warna

ungu yang tampak pada leukosit tersebut disebabkan oleh inti leukosit yang

bersifat basa sehingga mudah menyerap zat warna giemsa. Infeksi yang

mengancam dan berpotensi merusak tubuh akan ditangani oleh sel darah putih,

dengan cara mengenalinya terlebih dahulu kemudian menghancurkan


mikroorganisme yang bersangkutan. Neutrofil pada hasil pengamatan hanya

sedikit yang terlihat. Neutrofil merupakan salah satu jenis sel darah putih yang

ada di dalam tubuh yang berfungsi untuk membantu melawan infeksi,

sekaligus melindungi tubuh dari ancaman berbagai penyakit. Limfosit sendiri

juga merupakan salah satu dari beberapa jenis leukosit yang berukuran kecil

dan berperan dalam kekebalan tubuh.


d. Apusan Malaria

Hasil Pengamtan apusan malaria dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Pengamatan Apusan Malaria


Gambar
No. Keterangan
Gambar Pengamatan Gambar Literatur
1 2 3 4
1.
Apusan Parasit 1. Eritrosit
Malaria 1 2. Leukosit

(Fadrul, 2015)

Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan pada apusan parasit diperoleh hasil

yang menunjukan dua jenis sel darah yaitu eritrosit dan leukosit serta tidak

terdapat parasit darah pada preparat apus darah yang diamati. Hal ini

menandakan orang yang memiliki sampel darah tersebut memiliki sistem

peredaran darah yang masih terjaga, dalam artian sel darah merah dalam

keadaan normal. Parasit darah merupakan suatu organisme yang hidup di

organisme lain. Infeksi parasit biasanya terjadi karena organisme tersebut


masuk ke dalam tubuh melalui mulut atau kulit. Parasit yang menimbulkan

penyakit misalnya Plasmodium falciparum, yang merupakan infektor malaria.

Penderita malaria yang diserang oleh Plasmodium falciparum dicirikan dengan

bentuk eritrosit normal (Bikonkaf), ukurannya Normositer (± 7 mikron), dan

warna eritrosit Hipocrom (eritrosit pucat >1/3 bagian).

Ketepatan diagnosa sangat mempengaruhi ketepatan dalam prosedur

penanganan pasien penyakit malaria dalam penyembuhan dan penyebaran

penyakit. Ketepatan diagnosa laboratorium untuk melihat gambaran bentuk,

ukuran, dan warna eritrosit yang menyerang pasien sehingga dapat mengurangi

kematian dan penyembuhan penyakit malaria dengan cepat.


V. PENUTUP

A. Simpulan

Simpulan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan preparat apus darah diawali dengan pengambilan sampel darah

dengan melalui jarum frankle. Darah diteteskan pada pada kaca objek dan

diapus setipis mungkin, difiksasi, diwarnai, dan terakhir dibilas menggunakan

aquades.

2. Pembuatan apusan vagina dilakukan dengan cara memasukkan cotton bud

yang telah dicelupkan dalam larutan NaCl 0,9% ke dalam vagina mencit,

kemudian mengapus pada kaca objek, melakukan fiksasi dan pewarnaan

kemudian dikeringkan dan diamati di bawah miroskop.


3. Pembuatan apusan sperma dilakukan dengan cara membedah hewan terlebih

dahulu kemudian mengambil organ cauda epididimis dan dihancurkan

didalam wadah berisi larutan NaCl 0,9%, diteteskan pada kaca objek,

difiksasi, diwarnai lalu dkeringkan dan diamati.

B. Saran

Saran yang diajukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk laborotorium agar menyediakan alat pratikum atau alat bedah yang

memadai.
2. Untuk asisten agar membimbing praktikan dengan baik dan menjelaskan

materi yang akan dipraktikumkan.


3. Untuk praktikan agar terus belajar dan bekerjasama dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Dikjayanti, F. R., 2018, Struktur Sel-Sel Epitel pada Ulas Vagina Fase Proestrus
dan Fase Estrus serta Lama Waktu Estrus Mencit (Mus musculus L.)
setelah Pemberian Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya L.), Skripsi,
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Kurniasih, Y. dan Reskiani, M., 2018, Gambaran Eritrosit pada Sediaan Darah
Tepi Malaria di Puskesmas Sungai Pancur, Jurnal Endurance, 3(2): 227

Lucas, H., 2016, Perbandingan Hasil Pemeriksaan Morfologi Spermatozoa


Manusia Menggunakan Metode Pewarnaan Papanicolaou, Diff-Quik dan
Safranin-Kristal Violet di Rsud Dr. Soetomo Surabaya, Tesis, Program
Pendidikan Dokter, Spesialis Andrologi, Fakultas Kedokteran, Universitas
Airlangga, RSUD dr. Soetomo Surabaya, Surabaya.

Lusiana, N., 2017, Pengaruh Fitoestrogen Daging Buah Kurma Ruthab (Phoenix
dactylifera L.) terhadap Sinkronisasi Siklus Estrus Mencit (Mus musculus
L.) Betina, Jurnal Klorofil, 1(1): 26

Rachmawati, D., 2016, Pengaruh Lama Penguapan Larutan Fiksasi terhadap Hasil
Makroskopis dan Mikroskopis Sediaan Apus Darah Tepi, Skripsi, Program
Studi Di.visi Analisis Kesehatan, Fakultas Ilmu Keperawatan Dan
Kesehatan, Universitas Muhammmadyah Semarang, Semarang.

Wuwungan, C., Edwin, D. Q. dan Defny, S. W., 2017, Kualitas Spermatozoa


Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus L.) setelah Pemberian
Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L.), Jurnal Ilmiah Farmasi, 6(3):
326-327

Anda mungkin juga menyukai