Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUJIAN TETRAZOLIUM

Dosen pengampu : 1. Ir. Sri Rahayu, MP

: 2. Ir. Titien Suhermiatin, MP

Teknisi : 1. Yuliatiningsih, S.St


: 2. Rina sofiana, S.St
Disusun Oleh kelompok 04 :

Nur laila sari (A41170943)

Stefani aprillia wijaya (A41170677)

Risky setiawan (A41171196)

Febri fitriyanto (A41171167)

Bayu nugroho seto (A41171044)

M. Fariz avin F. (A41171353)

PROGRAM STUDI TEKNIK PRODUKSI BENIH


JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2017
BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang.

Salah satu metode yang digunakan untuk menduga kualitas benih adalah uji tetrazolium.
Uji tetrazolium bertujuan dalam mengaktifkan sel/jaringan benih dan membedakan
antara sel atau jaringan yang hidup atau mati. Uji tersebut sangat cepat dan tepat apabila
diaplikasikan pada benih yang yang mengalami dormansi dan mengalami pemasakan
lanjutan (after ripening).

Pengujianbenihdengantetrazoliummerupakansalahsatuuji yang efektif.


Ujitetrazoliummemanfaatkanprinsipdehidrogenase yang merupakan group enzim
metabolism padaselhidup, yang mana mudah diamati perubahan warnanya. Selain uji
TZ, uji hydrogen peroksida (H2O2) juga merupakan uji yang efektif. Uji ini merupakan
uji viabilitas yang lain, yang membentuk transisi menjadi pengujian kecambah.

Uji tetrazolium juga disebut uji biokhemis benih dan uji cepat viabilitas. Disebut uji
biokhemis karena uji tetrazolium mendeteksi adanya proses biokimia yang berlangsung
di dalam sel-sel benih khususnya sel-sel embrio. Disebut uji cepat viabilitas karena
indikasi yang diperoleh dari pengujian tetrazolium bukan berupa perwujudan kecambah,
melainkan pola-pola pewarnaan pada embrio yang akan terbentuk dalam beberapa saat
saja setelah diterapkan, sehingga waktu yang diperlukan untuk pengujian tetrazolium
tidak sepanjang waktu yang diperlukan untuk pengujian yang indikasinya berupa
kecambah yang memerlukan waktu berhari-hari. Klorida/bromida yang larut dalam air
digunakan untuk mengindikasi adanya sel-sel yang hidup. Bila indikator diimbibisi oleh
benih ke dalam sel-sel benih yang hidup dengan bantuan enzim dehidrogenase akan
terjadi proses reduksi sehingga terbentuk zat yang disebut trifenil formazan, suatu
endapan yang berwarna merah. Pada sel-sel yang mati tidak terjadi reduksi dan tidak
terbentu trifenil formazan sehingga warnanya tetap. Adanya pola-pola warna merah
pada bagian-bagian penting pada embrio benih mengindikasikan bahwa benih mampu
menumbuhkan embrio menjadi kecambah yang normal.
Kegunaan uji tetrazolium cukup banyak yaitu untuk mengetahui viabilitas benih yang
segera akan ditanam, untuk mengetahui viabilitas benih dorman, untuk mengetahui
hidup atau matinya benih segar tidak tumbuh dalam pengujian daya berkecambah benih.
Uji tetrazolium sebagai uji vigor bisa dilakukan, dengan cara membuat penilaian benih
lebih ketat untuk katagori benih vigor diantar benih viabel.Metode ini dapat dilakukan
dengan cepat. Dalam metode ini benih tidak dikecambahkan tetapi hanya direndam
dengan larutan tetra zolium selama satu jam dan kemudian dinilai embrionya. Prinsip
dari metode ini adalah terjadi pengecatan bagian embrio, sebagai hasil oksidasi larutan
tetrazolium. sehingga bagian embrio yang hidup akan berwarna merah sedangkan yang
mati atau cacat akan berwarna putih

1.2 Tujuan Pratikum :

1. Mengetahui cara menguji viabilitas benih jagung secara cepat dengan uji
tetrazolium.
2. Mengetahui faktor lingkungan yang mempengaruhi uji tetrazolium pada benih
dan jagung.
3. Mengetahui benih jagung yang viabel (hidup dan matinya benih) secara cepat.

Anda mungkin juga menyukai