Anda di halaman 1dari 24

MODUL PRAKTIKUM BLOK BMS

PARASITOLOGI KEDOKTERAN
Edisi ke 2

Disusun Oleh

Tusy Triwahyuni ,S.Si,M.Biomed


DR.Devita Febriani Putri,S.Si,M.Biomed

Asisten laboratorium
Esy Tri Handiani
Rafif FalahRamulya
Aang Buldani
Ayu Amaliatus Sholicha
Sigit Firjatullah
Meishy Monica
Naufal Irsyad Wicaksono
Hafiz Ikhsan Firdaus
Fitri Humairoh Lubis
Syeufira Rizky Chairunnisa
Lisda Ageng Pratiwi
MODUL PRAKTIKUM
PARASITOLOGI KEDOKTERAN

FOTO

3X4

NAMA :

NPM :

KELOMPOK :
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-
Nya, sehingga buku panduan praktikum ini terselesaikan. Tak lupa juga salawat
serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad
SAW.
Buku panduan praktikum yang berjudul “Konsep dan Panduan Praktikum
Parasitologi Kedokteran” ini telah selesai kami susun sebagai bahan bacaan dan
panduan untuk kegiatan praktikum di lab parasitologi. Dalam buku panduan ini
terdapat informasi mengenai morfologi dari spesies yang dipelajari di praktikum
parasitologi sehingga dapat menjadi acuan bagi mahasiswa dalam melakukan
praktikum.
Demikian buku panduan praktikum ini kami buat dengan harapan agar
mahasiswa dan dosen dapat melakukan praktikum sesuai standar yang di
tetapkan serta dapat bermanfaat bagi parasitologi kedokteran. Terima kasih
kami ucapkan kepada asisten lab parasitologi, serta FK Universitas Malahayati
yang telah mendukung untuk penyusunan dan pengadaan buku panduan
praktikum ini.

Bandar Lampung, 25 Juni 2023


Tim Penyusun
GASTROINTESTINAL

SYSTEM
I. PENDAHULUAN

Infeksi saluran cerna atau gastroenteritis yang disebabkan oleh


parasit memiliki morbiditas dan mortalitas yang tinggi di seluruh dunia.
Berbagai hal dapat menjadi penyebab tingginya angka prevalensi infeksi
parasit diantaranya adalah buruknya sanitasi. Angka prevalensi tertinggi
infeksi saluran cerna oleh parasit didapatkan di negara berkembang
dengan ekonomi rendah terutama di daerah tropis. Definisi Diare
didefinisikan sebagai buang air besar lebih dari tiga kali sehari dengan
konsistensi lembek atau cair, namun definisi yang lebih banyak dianut
adalah apabila terdapat salah satu atau lebih gejala peningkatan
frekuensi defekasi, konsistensi feses dan jumlah feses.

Jenis parasit yang dapat menyebabkan diare adalah protozoa


(Giardia lamblia, Cryptosporidium sp., Isospora belli, Sarcocystis sp.,
Entamoeba histolytica, Nonpathogenic Amoeba, Balantidium coli),
cacing (Strongyloides stercoralis, Capillaria philippinensis, Trichinella
spiralis, Trichostrongylus orientalis, Trematoda, Trichuris trichiura), dan
jamur (Candida sp., Aspergillus sp., Zygomycosis sp).
II. PEMERIKSAAN TINJA

Pemeriksaan tinja parasitologis merupakan suatu cara untuk


mendeteksi keberadaan parasit dalam tubuh serta mempunyai peran
yang cukup penting sebagai salah satu cara menegakkan diagnosis
infeksi oleh parasit Kegunaan pemeriksaan tinja, mempunyai cakupan
yang cukup luas untuk menunjang pemeriksaan berbagai infeksi oleh
parasit; seperti infeksi protozoa usus, infeksi cacing usus yang meliputi
nematoda usus, trematoda usus, dan cestoda usus. Beberapa penyakit
infeksi oleh parasit pada organorgan selain usus, seperti hati, paru serta
beberapa sistem vaskuler dapat dideteksi keberadaannya dengan
pemeriksaan tinja. Kemampuan melakukan pemeriksaan tinja dengan
indikasi parasitologis, merupakan salah satu kompetensi (kompetensi 4)
yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum yang merupakan dokter
layanan primer
A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa


mempunyai kompetensi untuk melakukan pemeriksaan tinja.
Mampu mengidentifikasi keberadaan parasit dalam tinja, seperti :
stadium kista dan trofozoit dari protozoa, stadium telur, larva dan
dewasa dari berbagai cacing (Nematoda, Trematoda dan Cestoda),
sehingga dapat menegakkan diagnosis penyakit infeksi parasit.
B. Adapun kompetensi dasar pembelajaran ini adalah :

a. Mampu melakukan persiapan pemeriksaan tinja


b. Mampu melakukan pemeriksaan makroskopis tinja
c. Mampu melakukan pembuatan sediaan dari spesimen/tinja
d. Mampu melakukan pemeriksaan dan identifikasi parasit secara
mikroskopis dalam sediaan dan spesimen tinja.
III. SPESIMEN TINJA

Spesimen tinja diperiksa untuk mengetahui adanya


protozoa dan larva atau telur cacing. Stadium dari protozoa
yang ditemukan pada tinja adalah kista dan trofozoit. Stadium
dari cacing yang biasanya ditemukan pada tinja adalah telur
dan larva, walaupun secara keseluruhan cacing dewasa atau
bagian dari cacing dapat juga dilihat. Cacing dewasa dan
bagian dari cacing pita biasanya dapat dilihat dengan mata
telanjang, tapi untuk telur, larva, trofozoit dan kista hanya
dapat dilihat melalui mikroskop. Untuk mengetahui struktur
ini, material tinja harus benar-benar dipersiapkan dan
diperiksa. Pengumpulan Spesimen Tinja Pengumpulan tinja
yang baik perlu memperhatikan :

1. Tempat spesimen

• Wadah dari gelas atau plastik tertutup rapat atau


kotak yang berlapis lilin bagian dalamnya dan
tertutup rapat

• Tempat spesimen harus diberi label dengan jelas,


berisi informasi :

• Nama pasien atau nomor pasien

• Tanggal pengumpulan

• Jam saat tinja dikeluarkan dari tubuh pasien (saat

BAB)
2. Penyimpanan dan Pengiriman

Beberapa organisme terutama trofozoit amuba,


mudah hancur atau berubah dalam waktu singkat
setelah dikeluarkan bersama tinja sehingga menjadi
tidak dikenali. Suhu yang hangat juga akan
mempercepat perubahan ini. Oleh karena itu
spesimen harus sampai ke laboratorium secepatnya (
tidak lebih dari 1,5 jam) setelah tinja dikeluarkan dari
tubuh dan hindari suhu hangat. Jika tidak
memungkinkan sampai dalam waktu 1,5 jam, maka
spesimen harus diberi pengawet (preservasi). Di
laboratorium, tempat berisi spesimen disimpan di
tempat yang tergelap atau terdingin, kalau perlu
dalam lemari es. Spesimen tidak boleh disimpan di
tempat yang hangat dan jangan ditinggalkan di
tempat yang terkena sinar matahari. 25

3. Volume Spesimen

Volume spesimen harus cukup besar untuk


pemeriksaan yang adekuat. Volume/ jumlah yang
dianjurkan lebih kurang sebesar telur merpati.
Spesimen tinja juga harus bebas dari urine, kotoran
dan tanah. Urine dapat merusak trofozoit amuba,
sedangkan kotoran atau tanah akan mempengaruhi
pemeriksaan.
Dasar Identifikasi Parasit Patogen dalam Tinja

A. Parasit yang menimbulkan Hookworm diseases

1. Necator americanus

2. Ancylostoma duodenia

3. Ancylostoma caninum

B. Parasit yang menimbulkan Strongyloidiasis Strongyloidesstercoralis


C. Parasit yang menimbulkan Ascariasis Ascaris lumbricoides

D. Parasit yang menimbulkan Enterobiasis Enterobius vermicularis

E. Parasit yang menimbulkan Trikuriasis Trichuris trichura

F. Parasit yang menimbulkan Taeniasis

1. Taenia solium 2. Taenia saginata

G. Parasit yang menimbulkan Amebiasis

1. Entamoeba histolytica

2. Entamoeba coli H.

H.Parasit yang menimbulkan Giardiasis Giardia lamblia

I. Parasit yang menimbulkan Balantidiasis Balantidium coli


PEMERIKSAAN FESES LENGKAP (FL)

Pemeriksaan feses lengkap ada dua cara, yaitu :

1. Direct (langsung) :

a. Makroskopis : Identitas (nama, umur, jenis kelamin), warna (kuning,


hijau), bau (menyengat atau khas), konsistensi (cair, lembek,padat),
berlendir, darah.

b. Mikroskopis : Untuk bentuk-bentuk normal : Serat tumbuhan, serat


otot, amilum, lemak, sedangkan untuk bentuk-bentuk tidak normal,
telur, larva, eritrosit dan leukosit . Untuk contoh bentuk parasit yang lain
: Entamoeba coli, Entamoeba histolitica.

2. Indirect (tidak langsung)

a.Flotasi : pengapungan NaCl jenuh dan ZnSO4 33%.

b.Sedimentasi

c.Harada mori : perkembangbiakan larva

d.Stoll : menghitung jumlah telur

TUJUAN : Untuk memeriksa feses secara lengkap dan mengetahui


bentuk atau morfologi (normal atau tidak normal) yang ada didalam
feses.

ALAT :

a. Obyek gelas

b. Cover glass

c. Lidi

d. Mikroskop binokuler atau monokuler


BAHAN :

a. Feses normal atau feses patogen

b. Larutan NaCl 0,85% atau Pz c. Eosin 2% d. Lugol 2%

PROSEDUR :

a. Disiapkan obyek glass dan cover glass yang bersih dan bebas lemak.
b. Diambil sedikit feses dengan menggunakan lidi lalu diletakkan diatas
obyek glass.

c. Diambil sedikit larutan NaCl 0,85% kemudian diaduk rata sampai


homogen (tidak boleh ada gelembung), demikian juga untuk eosin 2%
dan lugol 2%.

d. Ditutup dengan cover glass.

e. Diperiksa dibawah mikroskop pembesaran lensa obyektif 10x atau


40x.

HASIL PENGAMATAN :

a. Gambar pengamatan

b. Keterangan dari gambar pengamatan


1. CARA LANGSUNG

Pemeriksaan sediaan tinja dengan kaca tutup

Bahan yang diperlukan:

1. Lidi(5cm)

2. Kacabenda

3. Kacatutup

4. Air

5. Tinja

Cara:

1. Letakan setetes air diatas kaca benda

2. Ambil sedikit tinja dengan lidi (1-2mm³)

3. Hancurkan tinja hingga homogen.Pisahkan bahan kasar :


sisa makanan &pasir

4. Tutup dengan kaca benda

5. Periksa dengan pembesaran lemah(10x)


MENGHITUNG TELUR CACING DENGAN CARA
KATO-KATZ

Bahan yang diperlukan :

1. Selofan±2,5x3cm

2. Larutan untuk memulas selofan:

• 100 bagian aquade s(atau6%fenol)

• 100 bagian gliserin

• 1bagian larutan malachite3%

3. Rendam selofan selama 18-24 jam sebelum digunakan


4. Kertas saring±10x10cm

5. Kaca benda

6. Lidi

7. Tinja

8. Tutup botol dari karet

9. Kawat kasa untuk menyaring tinja ±3x4cm

10. Kertas karton ±3x4 cm dengan lubang ditengahnya (isi


lubang ±50 mg)

11. Kertas minyak tak tembus air ± 10 x 10 cm


Cara:

1. Letakan kertas saring diatas kertas minyak

2. Ambil tinja sebanyak banyaknya dengan lidi dan letakan


di atas kertas saring

3. Letakan kawat kasa diatas tinja

4. Letakan karton berlubang diatas kaca benda dan pastikan


lubang berada di tengah kaca benda

5. Tekan dengan lidi kawat kasa kemudian ambil dengan


lidi tinja diatas kawat kasa

6. Isi lubang karton sampai rata dengan permukaan karton

7. Angkat kertas karton &tinja akan tertinggal di kaca


benda

8. Tutup tinja dengan selofan

9. Tekan selofan dengantutup botol lain untuk meratakan.


10. Letakan sediaan secara terbalik diatas kertas saring

11. Diamkan selama 20-30 menit

12. Hitung telur cacing x 1000/50 sama dengan jumlah telur


dalam 1gram tinja
PEMBIAKAN LARVA DENGAN CARA MODIFIKASI
HARADA-MORI

Metode yang di gunakan untuk menentukan dan


mengidentifikasi larva cacing Ancylostoma duodenale,
Necator americanus, Strongyloides stercolaris dan
Trichostrongylus.sp.

Bahan yang diperlukan:

1. Kantong plastikes mambo,ujungnya dibuat sempit


tertutup dengan uk. ± 17 x 3cm

2. Kertas saring yang ujungnya dibuat runcing berukuran


±15x2,5cm

3. Air bersih

4. Api lilin

5. Lidi

6. Tinja

CARA

1. Oleskan tinja secukupnya pada bagian tengah kertas


saring

2. Masukan kertas saring yang sudah di oles tinja kedalam


kantong plastik lebih dahulu sehingga ujung runcing
kertas saring masuk kebagian sempit kantong pastik

3. Masukan air± 2 cc kedalam kantong plastik

4. Tutuplah kantong plastik dengan api lilin

5. Gantunglah kantong plastik dengan jepitan kertas

6. Biarkan selama 4-7 hari pada suhu kamar(25-30ºC)

7. Periksa larva dalam air di ujung sempit kantong plastik


dengan binokuler pembesaran kecil (3x,2x).
REFERENSI

BUKU PARASITOLOGI
KEDOKTERANUNIVERSITAS INDONESIA

BUKU PARASITOLOGI
KEDOKTERANUNIVERSITAS PADJADJARAN

ATLAS OF MEDICAL
HELMINTHOLOGIANDPROTOZOOLOGY
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
GAMBAR KETERANGAN

GAMBAR KETERANGAN
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
GAMBAR KETERANGAN

GAMBAR KETERANGAN
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
GAMBAR KETERANGAN

GAMBAR KETERANGAN
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
GAMBAR KETERANGAN

GAMBAR KETERANGAN
JAWABAN

Anda mungkin juga menyukai