Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PARASITOLOGI

PREPARAT KERING/AWETAN

OLEH;

KELOMPOK 6
1.Ni Luh Putu Suci Handayani (P07134018063)
2.Ni Ketut Budiasih (P07134018079)
3.Luh Gede Meilia Ayu Suari Putri (P07134018087)
4.I Putu Ritzky Mahendra Yogi (P07134018090)
5.Kadek Ayu Swandewi (P07134018096)
6.Ni Putu Sri Widia Wati (P07134018094)
7.Kadek Dita Pradnya Paramita (P07134018107)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Secara global penyakit diklasifikasikan menjadi penyakit non infeksius dan infeksius.
Penyakit non infeksius disebabkan oleh faktor kesalahan manajemen lingkungan dan pakan,
sedangkan penyakit infeksius disebabkan oleh infeksi mikroorganisme bakteri, jamur, parasit,
jamur, bakteri, dan virus. Salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting di Negara-
negara sedang berkembang khususnya pada daerah yang tropik adalah penyakit infeksi
parasit.
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit masih tinggi prevelansinya terutama
pada peternakan di daerah tropik seperti di Indonesia, dan merupakan masalah yang cukup
besar. Hal ini dikarenakan Indonesia berada dalam kondisi geografis dengan temperatur dan
kelembaban yang sesuai, sehingga kehidupan parasit ditunjang oleh proses daur hidup dan
cara penularannya. Parasit merupakan organisme yang hidup baik di luar maupun di dalam
tubuh hewan yang untuk kelangsungan hidupnya mendapatkan perlindungan dan
memperoleh makanan dari induk semangnya. Kelompok hewan yang bersifat parasit
tergolong ke dalam Filim Protozoa, Platyhelminthes, Nemathelminthes, dan Arthropoda.
Parasit ini terdapat pada permukaan luar tubuh dan hidup di dalam tubuh. Filum
Platyhelminthes dan Nemathelminthes tergolong dalam kelompok cacing. Penyakit parasitik
pada hewan akan menjadi penyebab beberapa gangguan kesehatan, reproduksi, pertumbuhan,
dan produktivitas. Jenis parasit baik endoparasit maupun ektoparasit sangat merugikan tidak
hanya hewan tapi juga manusia. Menyadari akibat yang dapat ditimbulkan oleh gangguan
parasit terhadap kesehatan hewan, maka sangat diperlukan suatu pengetahuan tentang
kehidupan organisme parasit yang bersangkutan selengkapnya.
Preparat adalah tindakan atau proses pembuatan maupun penyiapan sesuatu menjadi
tersedia, specimen patologi maupun anatomi yang siap dan diawetkan untuk penelitian dan
pemeriksaan. Karena pada umumnya dalam pengamatan preparat awetan parasitologi
dilakukan dengan menggunakan pengamatan langsung secara mikroskopik, oleh sebab itu
pengamatan dapat dilakukan berulang - ulang hanya dengan sekali pembuatam preparat.

1.2 Rumusan Masalah


1.Bagaimanakah cara mengenali preparat awetan?
2.Bagaimanakah cara pengamatan preparat awetan?
3.Bagaimanakah cara mengidentifikasi telur cacing pada preparat awetan?

1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
1. Mahasiswa dapat mengenali dan mengetahui preparat awetan
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mengetahui cara pengamatan preparat awetan
2. Mahasiswa mampu melakukan pengamatan preparat awetan
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi telur cacing pada preparat awetan

1.4 Manfaat
Bermanfaat untuk mengetahui cara pengamatan preparat awetan, mampu melakukan
pengamatan preparat awetan dan mampu mengidentifikasi telur cacing pada preparat awetan
BAB II
DASAR TEORI

Preparat ada 2 macam yaitu preparat awetan dan preparat basah. Preparat awetan
dikerjakan pada waktu melakukan praktikum mikroteknik tumbuhan dan preparat yang
dihasilkan dapat disimpan cukup lama. Preparat basah dilakukan pada waktu praktikum
struktur mikroorganisme dan preparat yang dihasilkan tidak dapat tersimpan lama (Volk dan
Margareth,1998)
Bentuk tubuh nematoda panjang, langsing, silindris, dan pada beberapa jenis menjadi
pipih ke arah posterior, dilihat dari arah arah anterior, tampak bahwa daerah mulut dan
sekitarnya simetri radial atau biradial. Diduga hal ini merupakan bukti bukti bahwa nenek
moyang nematoda adalah hewan sessile. Mulut terletak di ujung anterior, dan di sekitarnya
terdapat 3 atau 6 buah bibir,papila dan setae. Tubuh tertutup kutikula yang kompleks. Di
bawah kutikulaterdapat lapisan epidermis, biasanya selular, namun beberapa spesies sinsitial.
Sitoplasma epidermis pada nematoda melebar dan mendesak pseudocoelom sepanjang garis
middorsal, midventral, dan kedua midlateral. Semua nukleiepidermis terdapat dalam keempat
jalur tersebut dan secara khusus tersusun dalambarisan. Pada dinding tubuh nematoda hanya
ada otot longitudinal. Pseudocoelom pada nematoda luas dan berisi cairan yang antara lain
berfungsi sebagai rangkahidrostatik, dan menunjang gerak cacing yang meliuk-liuk seperti
ular. Organ untuk pernafasan dan peredaran darah tidak ada (Subandi, 2009).
Jenis-jenis nematoda yang ditemukan di alam dapat bertindak sebagai parasit dan
saprofitik. Nematoda parasitik biasanya dapat dijumpai di dalam tubuh inang. Nematoda
parasitik tanaman dapat menyerang bagian tanaman sesuai dengan sifat parasitasi nematoda
itu sendiri. Ada yang bersifat ektoparasit, endo parasit ataupun ekto-endo parasit. Bagian
tanaman yang terserang dapat berupa akar, batang, daun, dan bahkan pada bagian biji. Gejala
dan tanda serangan nematoda pada tanaman dapat dilihat pada bagian tanaman yang berada
di atas tanah maupun yang berada di dalam tanah (Swibawa,2000).
Untuk mengamati sel-sel yang terdapat pada Rhoeo discolor biasanya kita
menggunakan preparat basah karena untuk saat ini tumbuhan tersebut masih dapat kita
jumpai di berbagai tempat. Preparat basah merupakan preparat yang paling praktis
membuatannya daripada preparat awetan karena dalam pembuatan relative mudah. Akan
tetapi terdapat kekurangan mengenai preparat ini yaitu penggunaannya tidak dapat digunakan
dengan berulang kali. Meskipun preparat basah merupakan preparat yang praktis dalam
pembuatannya, kita juga memerlukan beberapa taktik untuk mendapatkan hasil sesuai dengan
yang kita inginkan, seperti sayatannya harus tipis, tidak terdapat gelembung antara reagen
dan object diantara cover glass dan object glass. Juga preparat basah ini harus dijaga dengan
baik supaya cover glass tidak bergerak yang mengakibatkan adanya gelembung pada object
atau cover glass tersebut lepas dari object glass. Dalam pembuatan preparat diperlukan
reagen yang terdiri dari berbagai macam reagen tergantung kebutuhannya (Saryono et
al.,2002).
Penghitungan spora dilakukan dengan teknik pengenceran suspensi, kemudian dibuat
preparat pada bidang hemositometer dan dihitung dengan mikroskop cahaya perbesaran 400
kali, penghitungan diulang 5 kali per perlakuan. Pengukuran panjang dan lebar spora dengan
cara membuat preparat pada obyek glass kemudian diukur dengan okuler mikrometer yang
telah ditera pada obyek mikrometer menggunakan mikroskop perbesaran 400 kali,
pengukuran diulang 10 kali per perlakuan. Lethal time 50 merupakan kemampuan jamur
membunuh 50% larva dengan gejala larva telah berhenti dari aktivitasnya (tidak bergerak)
dihitung dalam satuan waktu, dengan cara mengamati aktivitas gerakan larva pada tabung
gelas (Waluyo,2007).
Jamur adalah organisme yang sel-selnya berinti sejati atau eukariotik, berbentuk
benang, bercabang-cabang, tidak berklorofil, dinding selnya mengandung khitin atau selulosa
ataukeduanya, heterotrof, absortif dan sebagian besar tubuhnya terdiri dari bagian vegetatif
berupa hifa dan generatif yaitu spora. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang
disebut hifa. Hifa membentukjaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-
jalinan semu menjadi tubuh buah. Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari
dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa.
Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik (Budi,2009).
Kebanyakan hifa jamur dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai
pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang
mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta
atauhifasenositik.Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang
tidak diikuti dengan pembelahansitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya
mengalami modifikasi menjadihaustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari
substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat. Semua jenis jamur bersifat heterotrof.
Namun, berbeda dengan organismelainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan
makanan. untuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui
hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen (Panagan,2011).
Preparat dibuat dengan cara sebagai berikut: cendawan yang akan diidentifikasi
diambil dengan menggunakan jarum probes. Sebelumnya object glass diberi setetes
lactofenol blue, kemudian cendawan diletakkan di dalam tetesan lactofenol blue. Setelah itu,
ditutup dengan cover glass (sampai tidak terbentuk gelembung udara). Agar preparat kedap
udara, pinggiran cover glass diberi kutek bening dan di panaskan dengan hot plate selama 2-3
hari. Preparat yang sudah selesai dibuat, diberi label sesuai dengan identitas cendawan yang
di dalamnya. Pada edisi ini akan dibahas beberapa koleksi preparat cendawan yang berhasil
didapat pada pengujian benih Kedelai di tahun 2008. Beberapa cendawan yang berhasil
dikoleksi preparatnya adalah Fusarium oxysporum, Mucor sp., Phomopsis sojae,
Cladosporium sp. dan Rhizopus sp. Berikut ini adalah ciri-ciri cendawan tersebut Phomopsis
sojae Piknidia pada benih biasanya hanya satu atau dalam kelompok. Memiliki ostiol yang
besar dan beberapa piknidia terlihat dengan oose dari piknidiospora yang basah.
Piknidiospora terdiri atas dua tipe, alpa dan beta. Alpa berbentuk fusoid sampai elips, sangat
jarang ditemukan. Sementara itu, beta berbentuk filiform, seperti kurva dan jarang yang lurus
(Dwidjoseputro,1989).
BAB III
METODE
3.1 ALAT DAN BAHAN
ALAT :
1. Mikroskop
2. Objek glass
3. Cover glass

BAHAN :
 Preparat awetan
Preparat awetan telur cacing Taenia sp
CARA KERJA :
1. Diamati preparat berbagai morfologi telur cacing Taenia sp di bawah mikroskop
dengan pembesaran 10-40 kali
2. Diamati morfologi cacing dewasa Taenia sp baik jantan maupun betina.
3. Di catat hasil pengamatan
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

No Hasil Keterangan
1
Pada pembesaran 4x ditemukan cacing

2
Pada pembesaran 10 x terlihat jelas
ditemukan cacing
3
Pada pembesaran 40 x ditemukan telor
cacing jenis askaris yang tidak dibuai

4.2 PEMBAHASAN

Preparat awetan atau kering merupakan objek yang sudah diawetkan. Preparat awetan
dapat digunakan berkali-kali. Preparat segar atau basah adalah preparat yang dibuat secara
langsung tanpa pengawetan. Preparat basah berupa objek hidup yang akan diamati dan
biasanya hanya untuk satu kali pengamatan. Preparat adalah tindakan atau proses pembuatan
maupun penyiapan sesuatu Menjadi tersedia, spesimen patologi maupun anatomi yang siap
dan diawetkan Untuk penelitian dan pemeriksaan ( Dorland, 2002). Sediaan awetan
mempunyai peran penting dalam pelaksanaan dan kelancaran pendidikan maupun penegakan
diagnosa suatu penyakit di bidang kesehatan. Dengan adanya preparat permanen diharapkan
bisa menambah pengetahuan tentang isi atau organisme yang ada dalam preparat tersebut
serta diharapkan bisa menambah ketrampilan dalam membuat sediaan permanen di bidang
kesehatan. Karena dengan adanya sediaan awetan tersebut tiap orang di bidang kesehatan
diharapkan bisa melihat dan membedakan ciri dari masing-masing spesies parasit yang ada.
Banyak teknik yang berbeda telah dipakai untuk diagnosis laboratorik infeksi-infeksi
protozoa dan untuk meneliti protozoa parasitik. Beberapa dari teknik-teknik ini berguna,
tidak hanya untuk protozoa tetapi juga untuk telurtelur cacing atau larva cacing, sehingga
untuk telur cacing dengan teknik pewarnaan pada protozoa tersebut perlu dipelajari lebih
lanjut, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan yang dikaitkan dengan telur cacing tersebut,
dengan melalui pengamatan mikroskopik dari ciri-ciri yang dimiliki oleh telur cacing pada
sediaan apusan permanen. Oleh sebab itu penelitian ini menggunakan Sampel berupa
suspensi telur cacing.
Maserasi merupakan salah satu teknik pembuatan preparat yang digunakan Untuk melihat
kenampakan sel secara utuh. Prinsip kerja dari teknik pembuatan ini Adalah dengan cara
memutuskan lamella tengah dari sel tumbuhan. Pemutusan Lamella tengah bertujuan
memisahkan bagian sel dengan sel lainnya sehingga sel Bisa dilihat secara satuan utuh.
Teknik ini sangat bermanfaat. Banyak penelitian Melakukan teknik ini untuk mengekstraksi
suatu zat atau bagian tertentu dari sel Tumbuhan. Preparat Maserasi merupakan suatu
preparat yang proses pembuatannya Dengan cara pembusukan buatan (melunakkan jaringan
tertentu) dengan Menggunakan cairan maserator. Proses membusuknya jaringan yang mudah
Hancur akan terbuang, sementara jaringan yang tidak rusak akibat cairan Maserator akan
tetap bertahan dan utuh.
Pada mengamatan preparat awetan yang kami temukan adalah telur Ascaris lumbricoides.
Ascaris lumbricoides atau yang lebih dikenal dengan cacing gelang merupakan salah satu
cacing yang merugikan bagi manusia dari kelas Nematoda dalam salah satu Filum Nema
thelminthes. Ascaris lumbricoides termasuk ke dalam Nematoda intestinal yaitu nematode
yang berhabitat di saluran pencernaan manusia dan hewan. Sebagian besar dari nematode ini
adalah penyebab masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Cacing ini ditemukan
kosmopolit (di seluruh dunia), terutama dii daeerah tropic dan erat hubungannya dengan
hygiene dan sanitasi tinggi. Lebih sering diitemukan pada anak-anak. Di Indonesia
frekuensinya tinggi berkisar antara 20-90 %. Ascaris lumbricoides hidup di dalam usus
karena di dalam usus halus cacing perut ini dapat memperoleh makanan Ascaris lumbricoides
adalah cacing yang pertama kali diidentifikasi dan diklasifikasikan oleh Linnaeus melalui
observasi dan studinya antara tahun 1730-1750 an. Dari hasil observasinya, Linnaeus pergi
kebeberapa tempat di dunia untuk mengonfirmasi wilayah penyebaran parasite tersebut.
Linnaeus diberi kesempatan untuk menamai parasite tersebut.
Penyebab utama dari kebanyakan infeksi oleh parasite ini adalah penggunaan kotoran
manusia untuk menyuburkan tanah lahan pertanian atau perkebunan di mana tanah tersebut
digunakan untuk menumbuhkan tanaman sebagai bahan makanan. Cacing dewasa hidup di
dalam usus halus dan telur cacing perut keluar bersama feses, ketika telur cacing tersebut
berada di makanan dan makanan itu kita makan maka kemungkinan besar cacing ini akan
tumbuh di dalam tubuh kita. Setelah telur masuk ke dalam tubuh, telur akan menetas dan
akan menjadi cacing ke dalam usus halus. Karena ukurannya yang mikroskopis maka cacing
ini dapat menembus dinding-dinding usus, jalan terus hingga ke paru-paru. Sampai paru-paru
cacing perut ini terus berjalan ke trakea lalu kembali lagi ke dalam usus halus melalui
esofagus.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Preparat adalah tindakan atau proses pembuatan maupun penyiapan sesuatu Menjadi
tersedia, spesimen patologi maupun anatomi yang siap dan diawetkan Untuk penelitian dan
pemeriksaan ( Dorland, 2002). Preparat awetan dikerjakan pada waktu melakukan praktikum
mikroteknik tumbuhan dan preparat yang dihasilkan dapat disimpan cukup lama. Preparat
basah dilakukan pada waktu praktikum struktur mikroorganisme dan preparat yang dihasilkan
tidak dapat tersimpan lama (Volk dan Margareth,1998).Pada mengamatan preparat awetan
yang kami temukan adalah telur Ascaris lumbricoides. Ascaris lumbricoides atau yang lebih
dikenal dengan cacing gelang merupakan salah satu cacing yang merugikan bagi manusia
dari kelas Nematoda dalam salah satu Filum Nema thelminthes. Ascaris lumbricoides
termasuk ke dalam Nematoda intestinal yaitu nematode yang berhabitat di saluran
pencernaan manusia dan hewan.
DAFTAR PUSTAKA
Budi, S.W. 2009. Taksonomi Fungi Mikoriza Arbuskula dan Dasar-Dasar Isolasi dan
Inokulasi Mikoriza untuk Pertanian dan Kehutanan. Bogor : Departemen Silvikutur, Fakultas
Kehutanan, IPB.

Dwidjoseputro, D. 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan Press.

Panagan,Almundy. 2011. Isolasi Mikroba Penghasil Antibiotika dari Tanah Kampus Unsri
Indralaya Menggunakan Media Ekstrak Tanah. Jurnal Penelitian Sains. Vol.14(3).27-30.

Subandi. 2009. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Erlangga.

Saryono, dkk. 2002. Isolasi Dan Karakterisasi Jamur Penghasil Inulinase Yang Tumbuh Pada
Umbi Dahlia (Dahlia Variabilis). Jurnal Natur Indonesia.Vol.4(2):171-177.

Swibawa, I Gede. 2000. Pengaruh Infestasi Nematoda Pratylenchus Terhadap Pertumbuhan


Tanaman Nenas Ananas comosus. Junal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika. Vol.1(1) :
25-26.

Volk, Wesley A dan Margareth F. Wheeler.1998. Mikrobiologi Dasar Jilid I. New York:
Wesky-Publishing Company. Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum . Malang : UMM Press.

Mine coins - make money: http://bit.ly/money_crypto

Anda mungkin juga menyukai