PENDAHULUAN
Bab ini berisikan panduan praktikum pemeriksaan feses dan darah, yang pada dasarnya
ingin mengajak Anda untuk mendalami teori yang telah diberikan melalui aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi baik di laboratorium dalam bentuk percobaan atau pengamatan serta
melatih keterampilan praktikum di laboratorium.
Pemeriksaan parasitologis merupakan salah satu komponen yang penting dalam
membantu menegakkan diagnosis dan menentukan terapi yang tepat untuk berbagai penyakit
infeksi yang disebabkan oleh protoza, cacing, dan jamur. Laboratorium parasitologi tidak dapat
bekerja sendiri untuk mendapatkan hasil yang baik dan benar, namun diperlukan kerjasama dan
komunikasi yang erat antara dokter, perawat, dan petugas laboratorium, agar pemeriksaan
bermanfaat bagi pasien.
Bab ini membahas tentang pemeriksaan feses dan darah terhadap parasit cacing dan
protozoa. Setelah melaksanakan praktikum ini diharapkan Anda mampu melakukan
pemeriksaan feses dan darah. Secara khusus Anda diharapkan mampu:
1. Melakukan pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis feses untuk parasit cacing dan
protozoa; dan
2. Menjelaskan prosedur pemeriksaan paparan darah untuk parasit cacing dan protozoa.
Agar memudahkan Anda mempelajari bab ini, maka materi yang akan dibahas dibagi
menjadi 4 topik praktikum, yaitu:
1. Pengelolaan dan Pemeriksaan Feses: parasit cacing;
2. Pemeriksaan Feses: parasit protozoa;
3. Pemeriksaan Darah Perifer: cacing; dan
4. Pemeriksaan Darah Perifer: parasit protozoa.
Kegunaan mempelajari bab ini adalah agar Anda sebagai mahasiswa keperawatan mampu
menjelaskan berbagai parasit penyebab infeksi, mampu mengelola spesimen pemeriksaan
dengan benar, dan mampu berkomunikasi dengan tim kesehatan yang lain, serta melakukan
pemeriksaan dasar, seperti: pemeriksaan makroskopis feses, pemeriksaan paparan tipis,
pemeriksaan paparan tebal parasit yang menunjang diagnosis dan penatalaksanaan penyakit
infeksi.
Selanjutnya Anda akan berhasil dalam mempelajari materi yang tersaji dalam bab 6 ini,
bila memperhatikan beberapa saran berikut:
1. Pelajari setiap topik praktikum secara bertahap;
2. Usahakan melakukan praktikum sesuai petunjuk praktikum dengan tertib dan penuh
kesungguhan; Kerjakan tes yang disediakan.
3. Anda diwajibkan membuat laporan mengikuti format umum mahasiswa atau sesuai
petunjuk instruktur dan dikumpulkan satu minggu setelah praktikum atau sesuai jadwal
yang diberikan instruktur.
4. Diskusikan bagian yang sulit Anda pahami dengan instruktur, teman sejawat, atau melalui
pencarian dari sumber lain (perpustakaan, internet).
5. Yakinlah bahwa Anda akan dapat menyelesaikan bab ini dengan baik apabila memiliki
semangat belajar dan keingintahuan yang tinggi, di samping tetap berdo’a kepada Tuhan
Yang Maha Esa, agar senantiasa diberikan keberkahan dan kefahaman dalam belajar.
Topik 1 Pemeriksaan
Feses
(Pemeriksaan Parasit Cacing)
Pada bab sebelumnya Anda telah mempelajari tentang cara pemeriksaan feses, dan untuk
lebih memantapkan keterampilan, tentunya Anda harus mendemonstrasikan cara pemeriksaan
feses tersebut.
Beberapa hal penting untuk memberikan penjelasan pada pasien tentang cara
pengambilan/mendapatkan spesimen feses/tinja yang benar, yaitu:
1. Feses tidak boleh tercampur dengan air kloset (karena dapat mengandung organisme
bentuk bebas yang menyerupai parasit manusia) atau urin (karena urin dapat
menghancurkan organisme yang bergerak).
2. Bila memungkinkan, dianjurkan pada pasien agar pada saat buang air besar, feses
langsung ditampung dalam wadah. Bila tidak, feses ditampung di alas plastik, lalu diambil
sebanyak 5 gram atau satu sendok teh dari tinja yang berlendir atau berdarah dan
masukkan ke dalam wadah.
3. Tetap dijaga agar spesimen feses tidak cepat mengering.
4. Penampung/sediaan wadah harus bersih, kering, maka seyogyanya menggunakan wadah
bermulut lebar dan tertutup (agar tidak mudah tumpah). Untuk setiap pemeriksaan,
pasien diberikan salah satu dari penampung berikut:
kardus yang berlapis lilin;
kaleng yang bertutup;
penampung dari bahan plastik yang ringan;
botol gelas yang khusus dibuat untuk penampungan spesimen feses, yang dilengkapi
sendok yang melekat pada tutupnya.
5. Beri label pada wadah, feses dikirim bersama formulir permintaan pemeriksaan.
Spesimen feses setelah dikumpulkan harus diperiksa sesegera mungkin (dalam waktu 15
menit, maksimum 1 jam setelah pengumpulan). Bila menerima beberapa contoh feses pada
waktu bersamaan, dahulukan pemeriksaan feses cair atau feses yang mengandung darah atau
berlendir (bisa jadi mengandung amuba yang motil yang cepat mengalami kematian). Spesimen
yang paling baik adalah feses segar, dan spesimen feses hendaknya disimpan dalam lingkungan
yang hangat karena dalam lingkungan dingin gerak amuboidnya berkurang.
Bila spesimen feses tidak dapat segera diperiksa, spesimen sebaiknya diberi pengawet,
dengan tujuan mengawetkan morfologi protozoa dan mencegah berkembangnya telur/larva.
Beberapa larutan pengawet yang umum digunakan adalah:
1. Formalin 5% atau 10%
Biasanya 5% untuk mengawetkan protozoa, 10% untuk telur dan larva cacing.
Pemeriksaan spesimen hanya dapat dilakukan melalui sediaan basah saja.
2. Merthiolate-Iodine-Formalin (MIF)
Baik untuk berbagai stadium dan semua jenis sampel. Terutama digunakan di lapangan.
Pemeriksaan spesimen biasanya dilakukan melalui sediaan basah.
3. Sodium Acetate-Acetic Acid-Formalin (SAF)
Mirip formalin 10%, digunakan untuk teknik konsentrasi dan sediaan pulas permanen
(HE). Bisa digunakan sebagai pengawet tunggal di laboratorium karena telur, larva, cacing, kista,
dan trofozoit bisa diawetkan dengan metode ini.
4. Schaudin
Digunakan untuk spesimen feses segar atau sampel dari permukaan mukosa usus, dibuat
sediaan hapusan permanen.
5. Polyvinyl Alkohol (PVA)
Biasanya digunakan bersama dengan Schaudinn. Keuntungan: dapat dibuat sediaan hapus
dengan pulasan permanen. Sangat dianjurkan untuk pemeriksaan kista dan trofozoit yang akan
diperiksa dikemudian hari (jika perlu waktu pengiriman yang lama).
Telur Enterobius vermicularis biasanya dikumpulkan pada cekungan kulit di sekitar anus,
dan jarang ditemukan pada feses. Pemeriksaan dilakukan pada pagi hari sebelum anak kontak
dengan air, anak yang diperiksa berumur 1-10 tahun.
Contoh morfologi telur parasit cacing dapat dilihat pada Gambar 6.1 dan Gambar 6.2
gerikut ini.
Pada praktikum sebelumnya Anda telah melakukan praktikum tentang pemeriksaan feses
pada cacing, nah sekarang Anda akan melaksanakan praktikum tentang pemeriksaan feses pada
protozoa.
B. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
Pemeriksaan mikorskopis dapat dilakukan secara langsung (direct wet mount) maupun
dengan cara konsentrasi.
Organisme protozoa dapat berada dalam aliran darah, baik secara terus menerus,
(persisten), intermitten, atau transien. Adanya mikroorganisme dalam darah dapat
menyebabkan dampak yang serius. Mikroorganisme yang dapat bersirkulasi dalam darah dapat
dikelompokkan menjadi 4 yaitu, bakteri, virus, jamur, dan parasit. Namun dalam kegiatan
praktikum ini hanya akan dibahas mengenai infeksi protozoa dan cacing melalui pemeriksaan
darah kapiler. Pemeriksaan parasit dapat dilakukan secara langsung maupun dengan
pewarnaan. Pemeriksaan parasit cacing filaria Wuchereria brancrofti, Brugia malayi, dan
Brugia timori yang dilakukan pada malam hari (antara pukul 22.00 dan 04.00 wib) merupakan
contoh pemeriksaan langsung.
Pewarnaan Giemsa (Giemsa Stain) adalah teknik pewarnaan untuk pemeriksaan
mikroskopis yang namanya diambil dari seorang peneliti malaria yaitu Gustav Giemsa.
Pewarnaan ini digunakan untuk pemeriksaan sitogenetik dan untuk diagnosis histopatologis
parasit malaria dan parasit lainnya. Prinsip dari pewarnaan Giemsa adalah presipitasi hitam yang
terbentuk dari penambahan larutan metilen biru dan eosin yang dilarutkan di dalam metanol.
Pewarnaan Giemsa digunakan untuk membedakan inti sel dan morfologi sitoplasma dari sel
darah merah, sel darah putih, trombosit, dan parasit yang ada di dalam darah. Pewarnaan
Giemsa adalah teknik pewarnaan yang paling bagus digunakan untuk identifikasi parasit yang
ada di dalam darah (blood-borne parasite).
B. INTERPRETASI HASIL
2. Sarung (sheat)
Sarung akan tercat merah pink dengan Giemsa atau tetap tidak berwarna, tergantung
spesies.
3. Lengkungan tubuh
Ada lengkungan besar, lengkungan kecil tapi banyak.
5. Inti di tubuhnya
Dengan Giemsa akan berwarna ungu, terpisah jelas atau tumpang tindih (Gambar 6.8 dan
6.9).
1 2 3 4 567 891011121314
15161718192021
Gambar 6.9. Diagram telur cacing dengan rerata ukuran, panjang atau diameter µm
Tabel 6.5 Nama dan Panjang Telur Cacing
No Nama Panjang (µm)
1 Metagonimus yokogawai 26
2 Heterophyes heterophyes 28
3 Clonorchis sinensis 31
4 Opisthorchis viverrini 28
5 Opisthorchis filenius 30
6 Taenia spp. 35
7 Dicrocoelium dendriticum 40
8 Capillaria philippinensis 40
9 Hymenolepis nana 45
10 Enterobius vermicularis 57
11 Trichuris trichiura 60
12 Hookworm spp. 63
13 Ascaris lumbricoides (fert) 57
14 Diphyllobothrium latum 65
15 Hymenolepis diminuta 75
16 Trichostrongylus sp. 85
17 Ascaris lumbricoides (unfert) 91
18 Paragonimus westermani 97
19 Schistosoma japonicum 89
20 Schistosoma mansoni 145
21 Fasciola hepatica 140
Topik 4 Pemeriksaan
Darah
(Parasit Protozoa Plasmodium Penyebab Malaria)