Anda di halaman 1dari 9

PEMBAHASAN

Kultur Pemeriksaan Feses

A. Definisi
Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus
dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja (faeces) merupakan salah satu sumber penyebaran
penyakit yang multikompleks. Kultur tinja (stool culture) adalah pemeriksaan keberadaan
bakteri abnormal dalam tinja yang dapat menyebabkan diare
Metode pemeriksaan feses dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Makroskopis
Pemeriksaan tinja dengan melihat bentuk, konsistensi, warna, bau ada tidaknya darah
samar, lendir, nanah, sisa sisa jaringan makanan atau parasit.
2. Mikroskopis
Pemeriksaan tinja yang lebih dalam dan lebih valid dari makroskopis dengan
menggunakan bantuan alat dan metode yang mendetail dalam pemeriksaanya.

B. Feses normal

Orang dewasa normal mengeluarkan 100-300 g feses per hari dari jumlah tersebut 70%
merupakan air dan dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan,
zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin,
debris, celulosa gas indol, skatol, sterkobilinogen dan bahan patologis. Konsistensi tinja
normal (semi solid silinder) agak lunak, tidak cair seperti bubur maupun keras, berwarna
coklat dan berbau khas. frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-minggu.

C. Macam – Macam Warna Feses


 Warna Kuning Kecoklatan
Feses berwarna Kuning adalah normal. Karena Feses manusia pada umumnya adalah
warna ini. Warna kecoklatan atau kekuningan ini disebabkan karena feses mengandung
suatu zat berwarna orange-kuning yg disebut Bilirubin. ketika Bilirubin ini bergabung
dengan zat besi dari usus maka akan dihasilkan perpaduan warna cokelat kekuning -
kuningan.
 Warna Hitam Feses
Berwarna Hitam bisa jadi mengandung darah dari sistem pencernaan sebelah atas,
kerongkongan, lambung atau juga bagian hulu usus halus. Zat Lain yg memberi warna
hitam ke feses bisa juga dari zat-zat makanan berwarna Hitam (Licorice), timbal, pil yang
mengandung besi, pepto-bismol atau blueberry. Bisa juga karena mengkonsumsi herb
(sejenis tumbuhan yang dikenal dengan akar manis).
 Warna Hijau
Feses warna Hijau didapat dari Klorofil sayuran, seperti bayam yang dikonsumsi.
Selain itu pewarna makanan biru atau hijau yang biasa terkandung dalam minuman atau es
bisa menyebabkan feses berwarna hijau. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh makanan
yang terlalu cepat melewati usus besar sehingga tidak melalui proses pencernaan dengan
sempurna. Feses Hijau juga bisa terjadi pada diare, yakni ketika bahan pembantu
pencernaan yang diproduksi hati dan disimpan dalam empedu usus tanpa pengolahan atau
perubahan. Ada kejadian khusus pada bayi dimana jika feses berwarna hijau dianggap
feses normal, khususnya ketika bayi itu baru saja dilahirkan.
 Warna Merah
Seperti layaknya feses hitam, tetapi bedanya feses merah ini dominan diberi oleh
kandungan darah. Darah ini di dapat dari sistem pencernaan bagian bawah. Wasir dan
radang usus besar adalah yang menjadi penyebab utama Feses menjadi berwarna merah.
Feses merah akibat makanan umumnya disebabkan oleh buah bit, makanan dengan
pewarna merah termasuk minuman bubuk dan juga makanan yang mengandung gelatin.
Mengkonsumsi tomat juga bisa membuat feses jadi merah.

D. Tujuan
Mendapatkan spesimen tinja/feses yang memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan feses rutin Pemeriksaan dengan menggunakan spesimen feses bertujuan
untuk mendeteksi adanya kuman, seperti kelompok salmonela, sigela, sherichia coil,
stafilokokus, dan lain-lain. Mengetahui ada tidaknya masalah pada pencernaan,
mengetahui apa saja kandungan yang terdapat pada feses

E. Indikasi
1. Adanya diare dan konstipasi
2. Adanya darah dalam tinja
3. Adanya lendir dalam tinja
4. Adanya ikterus
5. Adanya gangguan pencernaan
6. Kecurigaan penyakit gastrointestinal

F. Syarat pengumpulan feces


a. Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan.
Bila pemeriksaan ditunda simpan pada almari es.
b. Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum
pemeriksaan.
c. Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
d. Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher
e. Pasien konstipasi
G. Waktu
Pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal dan sebaiknya
sebelum pemberian anti biotik. Feses yang diambil dalam keadaan segar.
H. Alat-alat
1. Sarung tangan
2. Spatel steril
3. Hand scoon bersih
4. Vasseline
5. Lidi kapas steril
6. Pot tinja
7. Bengkok
8. Perlak pengalas
9. Tissu
10. Tempat bahan pemeriksaan
11. Sampiran

I. Cara kerja
A. Prosedur pengambilan feses pada dewasa :
1. Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan tindakan
2. Menyiapkan alat yang diperlukan
3. Meminta ibu untuk defekasi di pispot, hindari kontak dengan urine
4. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
5. Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen kemudian
tutup dan bungkus
6. Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit pada sampel
7. Buang alat dengan benar
8. Cuci tangan
9. Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium
10. Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai

B. Prosedur pengambilan feses pada dewasa dalam keadaan tidak mampu defekasi
sendiri:
1. Mendekatkan alat
2. Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan tindakan
3. Mencuci tangan
4. Memasang perlak pengalas dan sampiran
5. Melepas pakaian bawah pasien
6. Mengatur posisi dorsal recumbent
7. Memakan hand scoon
8. Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus dengan arah keatas kemudian
diputar kekiri dan kekanan sampai teraba tinja
9. Setelah dapat , dikeluarkan perlahan – lahan lalu dimasukkan ke dalam tempatnya.
10. Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue.
11. Melepas hand scoon
12. Merapikan pasien
13. Mencuci tangan

C. Prosedur pengambilan feses pada bayi :


1. Jelaskan prosedur pada ibu bayi dan meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
pada bayinya
2. Menyiapkan alat yang diperlukan
3. Memantau feses yang dikeluarkan oleh bayi di popoknya, hindari kontak dengan urine
4. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
5. Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen kemudian
tutup dan bungkus
6. Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit pada sampel
7. Buang alat dengan benar
8. Cuci tangan
9. Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium
10. Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai

J. Jenis Pemeriksaan Feses

Jika akan memeriksa tinja, pilihlah selalu sebagian dari tinja itu yang memberi
kemungkinan sebesar-besarnya untuk menemui kelainan umpamanya bagian yang tercampur
darah atau lendir dan sebagainya. Oleh Karen unsur-unsur patologik biasanya tidak terdapat
merata, maka hasil pemeriksaan mikroskopis tidak dapat dinilai derajat kepositifannya
dengan tepat, cukup diberi tanda :

Negative ( - ) : tidak ada perubahan warna atau samar-samar hijau

Positif ( +) : hijau
Positif (2+) : biru bercampur hijau

Positif (3+) : biru

Positif (4+) : biru tua

a. Pemeriksaan feces lengkap merupakan pemeriksaan feces yang terdiri atas : 


 Pemeriksaan makroskopik (dapat dilihat dengan mata telanjang: konsistensi, warna,
darah, lendir). Adanya darah dan lendir menandakan infeksi yang harus segera diobati,
yaitu infeksi karena amuba atau bakteri shigella.
 Pemeriksaan mikroskopik (hanya dapat dilihat melalui mikroskop: leukosit, eritrosit,
epitel, amilum, telur cacing dan amuba). Adanya amuba menandakan adanya infeksi
saluran cerna terhadap amuba tersebut, dan adanya telur cacing menandakan harus
diobatinya pasien dari infeksi parasit tersebut.
 Pemeriksaan kimia : untuk mengetahui adanya  Darah Samar, Urobilin, Urobilinogen,
Bilirubin dalam feses / tinja
b. Pemeriksaan feces kultur merupakan pemeriksaan feces melalui biakan
 Tujuan : mendapatkan spesimen tinja/feses yang memenuhi persyaratan
untuk  pemeriksaan feses rutin.
 Waktu : pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal dan sebaiknya
sebelum pemberian anti biotik.
 Alat-alat :
- lidi kapas steril 
- pot tinja

Cara kerja :

a) Penderita diharuskan buang air kecil terlebih dahulu karena tinja tidak boleh boleh
tercemar urine
b) intruksikan pada penderita untuk buang air besar langsung kedalam pot tinja ( kira kira
5gram )
c) tutup pot dengan rapat
d) Berikan label berisi tanggal pemeriksaan,nama pasien dan jenis spesimen 
e) Waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan feses :
Umumnya dilakukan di rumah/laboratorium (Bila di rumah, feses sebaiknya dibawa ke
laboratorium, kurang dari 1 jam)
K. Analisis Spesimen feses

Analisa specimen feses dapat memberikan informasi meliputi proses tentang kondisi
kesehatan. Beberapa tujuan pemeriksaan  feses meliputi :

a) Untuk menentukam adanya darah samar (tersembunyi) perdarahan dapat terjadi akibat
adanya ulkus,penyakit inflamasi atau tumor. Pemeriksaan samar sering disebut sebagai
tes uji guaiase, dapat dilakukan dengan cepat oleh perawat di klinik atau klien di rumah.
Kertas guaiase yang di gunakan untuk pemeriksaan sensitive terhadap adanya darah
dalam feses. Makanan tertentu,obat dan vitamin c dapat menjadikan pemeriksaan tidak
akurat. Hasil positif palsu dapat terjadi bila klien baru memakan daging merah,sayuran
atau buah-buahan mentah atau obat-obatan tertentu yang mengiritasi mukosa lambung
dan mengakibatkan perdarahan, seperti aspirin atau abat anti inflamasi nonsteroid
(Nonsteroidal antI-inflamatory drugs/NSAID) yang lain,steroid,sediaan besi dan anti
koagulan. Hasil negatif palsu terjadi bila klien mengonsumsi lebih dari 50 mg vitamin
c/hari dari semua sumber baik dari diet dan suplemen 3 hari sebelum pengukuran –
sekalipun njika ada perdarahan.
b) Untuk menganalisis produk diet dan sekresi digestif. Sebagai contoh, jumlah lemak yang
berlebihan pada feses (steatore) dapat mengindikasi absorbsi lemak yang terjadi pada
usus halus. Penurunan jumlah empedu dapat mengiritasi obstruksi aliran empedu dari
hati dan kandung kemih ke dalam usus. Untuk pemeriksaan jenis ini, perawat perlu
mengumpulkan dan mengirim seluruh feses pada satu kali defekasi bukan sempel yang
sedikit.
c) Untuk mendeteksi adanya telur dan parasit. ketika mengumpulkan spesimen untuk
pemeriksaan parasit sample yang harus di bawa ke laboratorium masih baru. Biasanya,
ada tiga spesimen feses yang di evaluasi untuk memastikan dan mengidentifikasi adanya
organisme sehingga dapet disusun pengobatan yang sesuai.
d) Untuk mendeteksi  adanya bakteri atau virus. Pemeriksaan ini hanya membutuhkan
sedikit feses karena spesimen tersebut akan di kultur. Wadah atau penampung harus
steril dan teknik aseptik digunakan saat mengumpulkan spesimen. Feses perlu dikirim
segera ke laboratorium. Perawat perlu membuat catatan pada slip permintaan
laboratorium bila klien mendapatkan antibiotik.

Hal – hal yang perlu diperhatikan

Penyimpanan

 Feses tahan < 1 jam pada suhu ruang


 Bila 1 jam/lebih gunakan media transpot yaitu Stuart’s medium, ataupun Pepton water
 Penyimpanan < 24 jam pada suhu ruang, sedangkan > 24 jam pada suhu 4°C
Pengiriman
 Pengiriman < 1 jam pada suhu ruang
 Bila tidak memungkinkan, gunakan media transport atau kultur pada media Tetra
Thionate Broth

f. Mengumpulkan spesimen feses

Alat – Alat :

 Pispot yang bersih


 Sarung tangan
 Wadah spesimen dari plastik berlebel dengan penutup, hapusan steril pada tabung untuk
kultur feses
 Dua spatel
 Tissue
 Slip permintaan dari laoratorium yang terisi lenkap
 Penyegar udara

g. Pemeriksaan feses untuk darah samar

Alat – Alat :

 Pispot yang bersih


 Sarung tangan
 Dua spatel
 Tissue

Persiapan perawat sebelum pemeriksaan  :

1. Kumpulkan peralatan yang di perlukan


2. Pasang tanda di kamar mandi klien bila diperlukan spesimen feses sesuai waktu
3. Pelaksanaan
4. Jelaskan kepada klien apa yang akan anda lakukan, mengapa hal tersebut harus
dilakukan dan apakah klien dapat bekerjasama.
5. Berikan informasi dan interupsi kepada klien yang dapet berjalan
6. Tujuan pengambilan spesimen feses dan bagaimana klien dapat mebantu
mengumpulkannya
7. Defekasi pada pispot yang bersih
8. Jangan sampai spesimen terkontaminasi dengan urin atau darah menstruasi. Jika
memungkinkan klien berkrmih dulu sebelum mengumpulkan spesimen
9. Jangan membuang tisu ke dalam pispot defekasi karena kandungan kertas dapat
mempengaruhian alisis laboratorium
10. Beritahu perawat secepat mungkin setelah defekasi terutama setelah mendapatkan
spesimen dan segera dikirim ke laboratorium
11. Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi lainnya yang sesuai. Ketika
mengambil sampel feses yaitu saat membawa pispot klien, saat memindahkan sampel
feses ke wadah spesimen, saat membuang sisa pada pispot, perawat melakukan teknik
aseptik dengan cermat.
12. Berikan privasi klien
13. Bantu klien yang memerlukan bantuan
14. Bantu klien memakai pispot yang diletakkan di atas kursi di samping tempat tidur atau di
bawah dudukan toilet di kamar mandi
15. Setelah klien defekasi tutup pispot bertujuan untuk mengurangi rasa bau dan malu pada
klien
16. Pasang sarung tangan untuk menghindari kontaminasi pada tangan dan bersihkan klien
sesuai dengan kebutuhan. Inspeksi sekitar anus untuk memeriksa adanya iritasi bila klien
sering defekasi dan fesesnya cair.
17. Pindahkan sejumlah feses yang diperlukan ke dalam wadah feses
18. Gunakan satu atau dua spatel untuk memindahkan sejumlah atau semua feses ke dalam
wadah spesimen, hati-hati agar tidak mengontaminasi bagian luar wadah. Jumlah desse
yang dikirim bergantung pada tujuan pengumpulan spesimen feses. Biasanya
pemeriksaan cukup membutuhkan 2 ,5 cm feses yang berbentuk atau 15-30 ml fese cair.
Untuk beberapa spesime waktu,seluruh feses yang keluar mungkin perlu di kirimkan,
mukius atau darah yang terlihat harus disertakan pada sampel.
19. Untuk kultur, masukkan swab steril kedalam spesimen. Letakkan swab kedalam tabung
periksa steril dengan menggunakan teknik steril.
20. Bungkus spatel yang telah digunakan dengan tissue sebelum membuangnya kedalam
wadah pembuangan. Tindakan ini membantu mencegah penyebaran mikroorganisme
melui kontak dengan benda lain
21. Tutup wadah segera setelah spesimen berada di dalam wadah
22. Pastikan klien dalam keadaan nyaman
23. Kosongkan dan bersihkan pispot dan letakkan kembali ke tempatnya
24. Lepaskan sarung tangan
25. Gunakan penyegar udara untuk mrenghilangkan bau kecuali dikontra indikasikan untuk
klien (misalmnya semprotan yang meningkatkan dispenia)
26. Beri label dan kirimkan spesimen ke laboratorium
27. Pastikan informasi yang benar terdapat pada slip permintaan laboratorium dan pada label
yang melekat di wadah specimen.
28. Atur spesimen agar di bawa ke laboratorium untuk kultur atau pemeriksaan parasit perlu
segera dikirim. Bila tidak memungkinkan ikuti petunjuk pada wadah spesimen. Pada
beberapa institusi pendinginan di indikasikan karena perubahan bakteriologis terjadi
pada spesimen feses dalam suhu ruangan. Jangan pernah meletakkan spesimen dalam
tempat pendingin yang berisi makanan dan obat-obatan untuk mencegah kontaminasi

Anda mungkin juga menyukai