Anda di halaman 1dari 22

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DENGAN SPECIMEN

FAESES

1. JENIS JENIS PEMERIKSAAN


2. INDIKASI PEMERIKSAAN
3. PERSIAPAN PASIEN
4. PROSEDUR KERJA
5. PENANGANAN AWAL SAMPEL DAN TRANSPORTASINYA
PENGERTIAN PEMERIKSAAN FESES

 Pemeriksaan feses adalah


serangkaian tes yang dilakukan pada sampel feses yang
dilakukan membantu mendiagnosis kondisi tertentu
yang mempengaruhi saluran pencernaan.
 Kondisi nya dapat mencakup infeksi (parasit, virus dan bakteri ),
penyerapan nutrisi yang buruk atau kanker.
JENIS JENIS PEMERIKSAAN
 Pemeriksaan Faeses Lengkap.
Untuk dinilai secara makroskopik dan mikroskopik yaitu :
 Konsistensi : normal agak lunak dan berbentuk. Peragian pada karbohidrat dalam usus menghasilkan
tinja yang lunak dan bercampur gas.
 warna,
 baunya, : normal bau khas bukan bau busuk. Tidak normal bau busuk bisa disebabkan dalam usus
terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman.
 adanya lendir atau tidak : ada rangsangan / radang pada dinding usus.
 Selain itu, tes ini juga memeriksa ada tidaknya bakteri, cacing, atau parasit penyebab infeksi,
 Darah ; pendarahan
 Nanah : ada penyakit kronik pada colon. Disentri basiler tidak didapat dalam jumlah yang banyak
JENIS JENIS PEMERIKSAAN
 lemak, dan serat daging/sisa makanan : keberadaannya normal tapi jumlahnya yang dihubungan dengan sesuatu
hal yang abnormal.
 Bilirubin, urobilin dan Urobilinogen :
 serta mengukur tingkat keasaman pada sampel tinja pasien ( peragian gula yg tidak dicerna dengan sempurna
seperti pada diare)
 Epitel ; jumlah sel bertambah banyak jika ada peradangan dinding usus bagian distal.
 Amilum : kristal dalam feses tidak banyak artinya.
 Pemeriksaan Jumlah pada feses ; normal 100 – 250 g/hari. Banyaknya dipengaruhi jenis makanan.
 Tes darah samar. Untuk menemukan ada atau tidaknya darah yang tercampur dalam tinja, melalui reaksi kimia.
 Kultur faeses. Bertujuan untuk menemukan pertumbuhan bakteri yang tidak normal, yang menyebabkan infeksi
di dalam saluran pencernaan
INDIKASI PEMERIKSAAN FAESES
Dokter akan mempertimbangkan pemeriksaan feses pada kondisi-kondisi seperti:
 Alergi atau peradangan pada saluran pencernaan. Misalnya, alergi susu pada bayi.
 Infeksi yang bisa disebabkan oleh bakteri, jamur, parasit, atau virus yang menyerang saluran cerna.
 Perdarahan di saluran pencernaan.
 Mengalami gejala-gejala gangguan saluran cerna, seperti mual, muntah, perut kembung, nyeri atau kram
perut, demam, serta diare.
 Sebagai pemeriksaan penyaring kanker usus besar dengan melihat ada atau tidaknya darah pada tinja.
 Gangguan penyerapan gizi atau sindrom malabsorbsi.
 Membantu dalam mengidentifikasi penyakit hati, pankreas, atau saluran pencernaan. Dalam kondisi ini,
dokter akan memeriksa enzim pada tinja pasien untuk memastikan normal atau tidaknya fungsi
pankreas.
INDIKASI PEMERIKSAAN FAESES

 Adanya diare dan konstipasi


 Adanya ikterus
 Adanya gangguan pencernaan
 Adanya lendir dalam tinja
 Kecurigaan penyakit gastrointestinal
 Adanya darah dalam tinja
WARNA TINJA / FESES

 Warna kuning kecoklatan : adalah normal disebabkan feses mengandung


bilirubin. Bilirubin bergabung dengan zat besi dari usus hasil perpaduan warna
coklat kekuningan.
 Warna hitam : feses mengandung darah dari sistem pencernaan bagian atas,
(kerongkongan , lambung atau juga hulu usus halus). Zat lain dari makanan
berwarna hitam , timbal, pil yang mengandung besi, bluberry)
 Warna hijau : feses mengandung klorofil sayuran yang dikonsumsi. Pewarna
makan yang terkandung dalam makanan atau minuman biasanya karena
terlalu cepat melewati usus besar sehingga tidak melalui proses pencernaan
dengan sempurna. Bisa terjadi juga feses hijau karena diare.
 Warna merah : seperti warna hitam , bedanya feses didominan kandungan
darah. Darah ini didapat dari sistem pencernaan bagian bawah. Wasir dan
radang usus besar yang menjadi penyebab utama. Bisa juga dari makanan yang
berwarna merah.
 Warna Abu - abu / pucat : warna orang sakit , biasanya pasien sedang
mengalami penyakit liver, pankreas atau empedu.
BENTUK TINJA

 Tipe 1 spertri kacang keras sulit dilewati


 Tipe 2 berbentuk sosis tapi kental
 Tipe 3 seperti sosis tapi permukaan seperti pecahan
 Tipe 4 seperti sosis atau ular , halus dan lembut
 Tipe 5 gumpalan lembut mudah dilewati
 Tipe 6 potongan halus dengan tepi tak beraturan
 Tipe 7 cairan sepenuhnya tidak ada bagian padat
PERSIAPAN PASIEN
 Kloset dicuci dengan baik, beri alas plastic atau koran pada dinding kloset yang tidak ada airnya
 Wadah penampung wadah khusus untuk menampung sampel feses. Wadah ini biasanya berupa pot plastik
berbentuk tabung, dengan ukuran yang bervariasi dan kedap udara. Pastikan wadah tersebut dalam keadaan bersih.
 Jangan mengeluarkan urin bersamaan ke wadah penampung urin memiliki efek merugikan pada protozoa
 Pasien tidak dibenarkan makan obat pencehar sebelumnya. Preparat besi akan mempengaruhi warna tinja dan
sebaiknya dihentikan 4-6 hari sebelum pengambilan sampel. Begitupun dengan obat- obat antidiare, golongan
tetracycline, barium, bismuth, minyak atau magnesium akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.
 Sampel sebaiknya tinja segar (pagi hari) sebelum sarapan pagi, atau tinja baru, defekasi spontan dan diperiksa
dilaboratorium dalam waktu 2-3 jam setelah defekasi (warm stool).
PERSIAPAN PASIEN
 Jelaskan kepada pasien persiapan untuk pengambilan specimen faeses, Penderita diharuskan buang air kecil terlebih
dahulu karena tinja tidak boleh tercemar urine
 Cuci tangan dengan air dan sabun sebelum mengambil sampel faeses
 Hindari pemeriksaan feses jika mengalami siklus menstruasi atau perdarahan aktif yang disebabkan oleh wasir.
 Jangan menggunakan sampel tinja yang telah jatuh ke dasar kloset, terkena urine atau peralatan di kamar mandi.
 Sebelum pemeriksaan, beri tahu dokter mengenai obat-obat yang sedang digunakan, termasuk obat resep, obat bebas,
herba, atau suplemen.
 Beberapa jenis obat dapat mengubah hasil tes. Obat-obatan tersebut umumnya adalah antibiotik, antidiare, antiparasit,
pencahar, obat maag antasida, dan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Oleh karena itu, tanyakan kepada dokter
mengenai obat-obat yanGunakan plastik pembungkus untuk mengambil sampel tinja yang kering atau kertas koran yang
diletakkan di kloset saat BAB.
 Pastikan tinja tidak berceceran atau jatuh menyentuh dasar kloset untuk mencegah kontaminasi.
PERSIAPAN PASIEN
 Gunakan plastik pembungkus untuk mengambil sampel tinja yang kering atau kertas koran yang diletakkan di
kloset saat BAB.
 Pastikan tinja tidak berceceran atau jatuh menyentuh dasar kloset untuk mencegah kontaminasi.
 Gunakan sendok khusus atau spatula yang disediakan bersama wadah, untuk mengambil sampel feses kira-kira
seukuran biji kurma, dan pindahkan ke dalam wadah.
 Cegah sampel tinja bercampur bersama urine.
 Setelah sampel tinja terkumpul di dalam wadah, segera masukkan dan tutup rapat di dalam kantong plastik.
 Cuci tangan dengan air dan sabun sampai bersih. Jangan lupa untuk menyiram sisa kotoran yang berada di dalam
kloset.
 Segera bawa wadah yang berisi sampel feses ke laboratorium, sebaiknya tidak lebih dari 24 jam untuk mencegah
pertumbuhan bakteri dan mengaburkan hasil pemeriksaan.
PERSIAPAN PASIEN
Prosedur pengambilan feses pada dewasa :
 1. Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan tindakan
 2. Menyiapkan alat yang diperlukan
 3. Meminta ibu untuk defekasi di pispot, hindari kontak dengan urine
 4. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
 5. Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen kemudian tutup dan bungkus
 6. Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit pada sampel
 7. Buang alat dengan benar
 8. Cuci tangan
 9. Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium
 10. Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai
PERSIAPAN PASIEN
Prosedur pengambilan feses pada dewasa dalam keadaan tidak mampu defekasi sendiri:
 1. Mendekatkan alat
 2. Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan tindakan
 3. Mencuci tangan
 4. Memasang perlak pengalas dan sampiran
 5. Melepas pakaian bawah pasien
 6. Mengatur posisi dorsal recumbent
 7. Memakan hand scoon
 8. Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus dengan arah keatas kemudian diputar kekiri dan kekanan
sampai teraba tinja
 9. Setelah dapat , dikeluarkan perlahan – lahan lalu dimasukkan ke dalam tempatnya.
 10. Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue.
 11. Melepas hand scoon
 12. Merapikan pasien
 13. Mencuci tangan
PERSIAPAN PASIEN
Prosedur pengambilan feses pada bayi :
 1. Jelaskan prosedur pada ibu bayi dan meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan pada bayinya
 2. Menyiapkan alat yang diperlukan
 3. Memantau feses yang dikeluarkan oleh bayi di popoknya, hindari kontak dengan urine
 4. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
 5. Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen kemudian tutup dan bungkus
 6. Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit pada sampel
 7. Buang alat dengan benar
 8. Cuci tangan
 9. Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium
 10. Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai
PROSEDUR KERJA
PROSEDUR KERJA
PROSEDUR KERJA
A. Makroskopik.
1. Spesimen diperiksa ditempat yang terang.
2. Perhatikan warna, bau, konsistensi, adanya darah, lendir, cacing dll.

B. Mikroskopik
1. Alat yang diperlukan
a. Lidi
b.Kaca sediaan
c. Kaca penutup
d. Mikroskop
2. Reagent :
a. Larutan Eosin 2 %.
b. Larutan Lugol.
c. Larutan garam fisiologis.

3. Cara pembuatan:

a.Tetesi kaca objek disebelah kiri


dengan 1 tetes garam fisiologis
dan sebelah kanan dengan 1
tetes larutan Eosin 2 % atau
larutan lugol.
b. Ambil tinja bagian tengah atau
permukaanyang mengandung
darah/lendir ± seujung lidi.

c. Aduk sampai rata pada


permukaan masing-masing
larutan

d. Tutup dengan kaca penutup.


e. Lihat dibawah mikroskopmula-mula
pembesar
okulr 10 X, objektif 10 X, kemudian objektif
40 X.
PENANGANAN AWAL SAMPEL DAN TRANSPORTASI

 Tuliskan nama, tanggal lahir, dan tanggal pengambilan sampel pada label wadah sampel untuk mencegah wadah
tertukar.
 Transport < 2 jam pada suhu ruang.
 Bila tidak memungkinkan, diberi pengawet.
PENANGANAN AWAL SAMPEL DAN TRANSPORTASI
Cara penyimpanan feses:
 1. Penyimpanan specimen mungkin disebabkan keterlambatan pemeriksaan dilaboratorium,maka pengawetan feses
diperlukan.
 2. Pengawetan feces adalah untuk mengawetkan morfologi protozoa dan mencegah perkembangan telur dan larva
cacing.
 3. Jenis-jenis pengawet:
 -PVA(polivinil-alcohol) Untuk mengawetkan protozoa tropozoit, stabil untuk masa yangsangat lama (berbulan-bulan sampai
dengan tahun).
 -Formalin5%: untuk mengawet kista protozoa.10%: untuk mengawet telur dan larva cacing. Rasio formalin dengan feses = 3: 1
 Merthiolat Iodine-Formalin
-Merupakan pengawet berwarna yang baik untuk berbagai stadium dari parasit yang ditemukan dalam tinja(terutama digunakan
untuk survei lapangan)
-Protozoa, telur dan larva dapat didiagnosis dengan sediaan basahsementara tanpa pewarnaan lebih lanju

Anda mungkin juga menyukai