Anda di halaman 1dari 65

PEMERIKSAAN LABORATORIUM PARASITOLOGI

& PENYAKIT PARASIT YANG MENIMBULKAN KEDARURATAN MEDIS


Mata Kuliah: Agen Penyakit di Wilayah Lahan Basah (IKMW1507)
Semester 3 Program Reguler 2022, PSKM - FK ULM
Rabu, 13 Maret 2020

Annida, SKM , M .Sc


Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda)
Provinsi Kalimantan Selatan
Tinja adalah sisa makanan yg telah dicerna &
Pemeriksaan tinja belum dicerna oleh usus yg dikeluarkan oleh
bertujuan untuk tubuh dalam bentuk benda padat.
menegakkan diagnosa
pasti, ada atau Indikasi dilakukan pemeriksaan tinja:
a.Adanya diare & konstipasi, b.Adanya darah dalam
tidaknya infeksi tinja, c.Adanya lendir dalam tinja, d. Adanya
cacing & protozoa ikterus, e.Adanya gangguan pencernaan,
usus, berat f.Kecurigaan penyakit gastrointestinal.
ringannya infeksi &
menentukan jenis
telur cacing

annidahasan@gmail.com 2
Pemeriksaan feses sebagai gold standard
dapat dilakukan dengan cara makroskopis dan
mikroskopis
Pemeriksaan makroskopis dilakukan untuk
Pemeriksaan tinja menilai warna, konsistensi, jumlah, bentuk,
bau, mukus. Pada pemeriksaan ini juga dapat
meliputi
dinilai ada tidaknya gumpalan darah yang
pemeriksaan tersembunyi, lemak, serat daging, empedu, sel
makroskopik, darah putih dan gula.
mikroskopik, darah Pemeriksaan mikroskopik tinja digunakan
samar dan mikroskop cahaya untuk melihat unsur
pemeriksaan sisa abnormal seperti telur cacing, sisa makanan
pencernaan yaitu lemak, amilum, leukosit dan eritrosit
bila ada perdarahan.
annidahasan@gmail.com 3
❑ Menetapkan tujuan koleksi sampel tinja: apakah untuk
pemeriksaan protozoa atau telur cacing?
❑ Untuk pemeriksaan telur atau cacing, & kemungkinan
pemeriksaan yg tidak dapat dilakukan secepatnya, maka wadah
dapat diisi larutan pengawet (contoh: formalin).
❑ Periksa spesimen tinja dalam 1-4 jam setelah pengambilan.
❑ Wadah yg ideal adalah mempunyai penutup berulir, dan
pastikan tidak pecah/bocor.
❑ Spesimen tinja jangan terpapar udara dalam wadah tanpa
penutup.
❑ Jangan menerima tinja yg tercampur urin (misal dlm pispot).
❑ Jangan memeriksa tinja tanpa mengenakan sarung tangan.
annidahasan@gmail.com 4
• Pemeriksaan mikroskopis terdiri dari: pemeriksaan
kualitatif & kuantiatif.

•Pemeriksaan kualitatif:
pemeriksaan secara natif (direct slide), metode
apung, metode sedimentasi, metode selotip.

•Pemeriksaan kuantitatif:
metode stoll & metode kato katz.
(Rusmatini, 2009)

Metode Pemeriksaan Tinja

annidahasan@gmail.com 5
Warna: Konsistensi:
❑ Hitam (darah samar, occult ❑ Konsistensi padat (normal)
blood) ❑ Konsistensi lunak
❑ Konsistensi cair (encer)
❑ Cokelat, kuning pucat (lemak)
❑ Putih (ikterus obstruktif, Darah atau lendir pd tinja biasanya
obstructive jaundice) terlihat sebagai bercak (atau noda) merah atau
putih. Dapat dijumpai pd kondisi medis tertentu,
Bau: Khas misalnya kolitis ulseratif, schistosomiasis.

Pemeriksaan mikroskopik tinja bertujuan untuk:


❑ Mendeteksi trofozoit motil.
Pemeriksaan ❑ Mendeteksi telur atau larva & kista (yg
terdapat dalam jumlah sedang).
Mikroskopis ❑ Mendeteksi eritrosit, leukosit, jamur, debris
seluler, atau kelebihan lemak, bakteri, sisa
makanan.

annidahasan@gmail.com 6
annidahasan@gmail.com 7
Cara Langsung (Metode Natif)
1. Metode Natif tanpa pewarnaan
2. Teknik pemeriksaan dg larutan garam fisiologis
3. Teknik pemeriksaan dg larutan eosin
4. Teknik pemeriksaan dg larutan iodium (Lugol)

Cara Tidak langsung (Cara Konsentrasi)


1. Cara Pengapungan dg Larutan NaCl jenuh (Willys Mallory Brine
Floatation Method)
2. Cara Konsentrasi Pengapungan Zink Sulfat menurut Faust et al (1938)
3. Cara Pemeriksaan Konsentrasi Menurut Ritchie (1984)
4. Cara Pemeriksaan Kuantitatif (Cara Kato)
5. Cara membuat Kultur Harada Mori
6. Metode Selotif
7. Metode Anal Swabbings
annidahasan@gmail.com 8
Metode Natif (direct slide)
▪ Metode pemeriksaan langsung.
▪ Merupakan gold standard pemeriksaan kualitatif tinja.
▪ Prinsip dari pemeriksaan ini mencampurkan tinja dg 1-2
tetes NaCl fisiologis 0,9% atau eosin 2% lalu diperiksa
di bawah mikroskop dg perbesaran 100x. Penggunaan eosin
2% digunakan agar lebih jelas membedakan telur-telur
cacing dg kotoran sekitarnya (Rusmatini, 2009;
Swierczynski, 2010).
▪ Kelebihan: mudah & cepat dalam pemeriksaan telur
cacing semua spesies, biaya yg diperlukan sedikit,
peralatan yg digunakan sedikit.
▪ Kekurangan: hanya efektif untuk infeksi berat,
infeksi ringan kurang sensitif.
annidahasan@gmail.com 9
Alat & Bahan Cara Kerja
1. Campurkan 1 bagian tinja dg 5-10 bagian air.
2. Ambil dg menggunakan pipet, buang tetesan
pertama & letakkan 1 tetes berikutnya pd
1. Object glass object glass.
2. Cover glass 3. Tutup dg cover glass, usahakan
3. Pipet tetes tidak ada gelembung udara sehingga
4. Wadah/Beaker glass tidak mengganggu identifikasi
telur.
5. Air suling 4. Pemeriksaan menggunakan mikroskop x10, x40.
6. Mikroskop 5. Bila tidak ditemukan telur cacing, pemeriksaan
dapat diulangi dg meneteskan lagi larutan
tinja.

annidahasan@gmail.com 12
▪ Cara pemeriksaan ini menggunakan larutan NaCl (garam) fisiologis
(0,9%), atau eosin 2%, atau lugol.
▪ Pemeriksaan diulangi sedikitnya 3 kali (3 sediaan).
▪ Preparat dg larutan NaCl fisiologis harus cukup tipis (kertas
koran yg diletakkan dibawahnya cukup jelas terbaca).
▪ Eosin memberikan latar belakang merah terhadap telur yg berwarna
kekuning-kuningan. Jika preparat ini cukup tipis/cukup baik maka
sediaan ini akan berwarna merah jambu muda. Jika warnanya merah tua
atau jingga, itu berarti sediaan tersebut tebal.
▪ Lugol memperjelas warna kuning keemasan pada telur cacing. Preparat
ini tak perlu tipis-tipis. Cara membuat larutan Lugol 5% adalah dg
campuran Iodium 5gr, Kalium Iodida 10gr, & Akuadestilata 100 ml.

annidahasan@gmail.com 13
Alat & Bahan Cara Kerja
1. Object glass diteteskan 1-2
1. Object glass
tetes NaCl fisiologis atau
2. Cover glass
eosin 2% atau lugol.
3. Pipet tetes
4. Lidi
5. Mikroskop
6. Larutan NaCl
fisiologis
(0,9%). 2. Sedikit tinja diambil dg
7. Larutan eosin lidi, ditaruh pada larutan
2%. tsb.
8. Larutan 3. Diratakan dg lidi, & ditutup dg cover glass.
lugol. 4. Diperiksa dibawah mikroskop x10-x40.
annidahasan@gmail.com 14
Metode Konsentrasi
▪ Teknik ini digunakan ketika telur atau larva cacing jumlahnya sangat
sedikit.
▪ Teknik konsentrasi terdiri dari 2 yaitu: teknik sedimentasi
(pengendapan) telur & kista berada di dasar sediaan; & teknik
flotasi atau pengapungan telur & kista berada terapung pada
permukaan karena adanya gravitasi.
▪ Teknik sedimentasi diantaranya yaitu: zinc sulphate, formol eter
concentration (FEC) atau teknik konsentrasi formol eter, & modifikasi
konsentrasi formol eter.
▪ Teknik konsentrasi diperkenalkan oleh Ritchie (1948) kemudian dikembangkan
oleh Ridley & Hawgood (1956) & disederhanakan oleh Ridley & Allen (1970)
dg menggunakan formalin 10% dalam air sebagai penstabil (fixative), eter
sebagai solvent (pelarut) untuk menyingkirkan debris & lemak yg ada di
tinja, diikuti d filtrasi melalui saringan dg ukuran lubang 425µ &
disentrifugasi dg kecepatan 3.000 rpm selama 1 menit sehingga telur,
kista, & larva di sedimen pada dasar tabung sentrifugasi.

annidahasan@gmail.com 15
Teknik Flotasi atau Pengapungan
▪ Direkomendasikan untuk
pendeteksian telur Hookworm, ▪ Prinsip: Sampel tinja dicampur dg
Ascaris lumbricoides, Trichuris larutan jenuh natrium klorida (hal
ini akan meningkatkan berat jenis
trichiura, Hymenolepis spp,
larutan). Berat telur dalam larutan
Taenia spp. Tidak sesuai untuk tsb akan menjadi lebih ringan,
telur trematoda & Schistosoma sehingga telur mengapung ke permukaan
spp., larva Strongyloides larutan & dapat dikumpulkan.
stercoralis.
▪ Pemeriksaan dg metode ini
▪ Kekurangan: penggunaan tinja
banyak & memerlukan waktu lama, perlu
menggunakan larutan NaCl jenuh ketelitian tinggi agar telur di
atau larutan gula atau larutan permukaan larutan tidak turun lagi.
▪ Kelebihan:
gula jenuh yg didasarkan atas
dapat digunakan untuk
berat jenis telur sehingga telur
infeksi ringan & berat, telur dapat
akan mengapung & mudah diamati
terlihat jelas.
(Tierney, 2002).
annidahasan@gmail.com 16
Alat & Bahan Cara Kerja
1. Lidi 1. Ambil tinja dg lidi, masukkan dalam gelas beaker, &
larutkan dg larutan NaCl jenuh sampai homogen (±0,5g
2. Gelas beaker 30 ml
tinja + NaCl jenuh hingga 2,5ml; atau 10gr tinja +
3. Tabung reaksi 200ml NaCl jenuh).
4. Object glass 2. Tuang larutan tsb ke dalam tabung reaksi yg sudah
5. Cover glass disiapkan di rak, sampai tinggi cairan memenuhi
6. Larutan NaCl jenuh permukaan tabung.
(33%) 3. Letakkan cover glass di atas permukaan cairan (cover
glass menempel di atas permukaan, jaga jangan sampai
cairan tumpah).
4. Diamkan selama 30-45 menit.
5. Cover glass diambil dg pinset, letakkan di atas object
glass sehingga tidak terdapat gelembung udara.
6. Periksa dg mikroskop pada perbesaran lemah 10x – 40x.
annidahasan@gmail.com 17
Alat & Bahan Cara Kerja
1. Diambil sedikit tinja (sebesar kacang tanah) ditambah 10
bagian air ledeng, dibuat suspensi.
1. Larutan ZnSO4 33% dg B.J. 1,18
yg didapat dg cara mencampur: 2. Suspensi disaring dg kain kasa basah & ditampung ke dalam
331 gr ZnSO4 & 1 liter tabung sentrifuge, ±10 ml.
Akuadestilata. 3. Bahan ini disentrifuge selama 45-60 detik dg kecepatan 2300
rpm. Setelah itu cairan supernatan dibuang.
2. Larutan Iodium.
4. Ulangi langkah kerja ke-3 (2-3 kali) sampai cairan
3. Lidi atau tusuk gigi. supernatan jernih.
4. Tabung atau gelas sedimentasi 5. Pada langkah kerja ke-4 yg terakhir, diatas endapan
besar. ditambahkan larutan ZnSO4 (B.J. 1,18) & diaduk dg lidi
5. Alat sentrifuge dg tabungnya. sampai rata. Sebelum disentrifuge ditambah lagi larutan
6. Corong. ZnSO4 (B.J. 1,18) sampai 3 cm dibawah mulut tabung.
7. Saringan dg kain kasa basah. 6. Disentrifuge 45-60 detik, kemudian tabung sentrifuge
8. Ose atau pipet diletakkan di rak dg sikap tegak, didiamkan selama 2 menit.
7. Dg ose atau pipet diambil bahan dari permukaannya & dibuat
9. Object glass sediaan dg ditambah 1 tetes larutan Lugol pada object glass.
10. Cover glass Ditutup dg cover glass.
8. Diperiksa dibawah mikroskop.

annidahasan@gmail.com 18
Cara Kerja
1. Setelah disentrifuge dalam waktu 45-60 detik (langkah kerja ke-6),
tabung sentrifuge diletakkan di rak & ditambah larutan ZnSO4 (B.J.
1,18) sampai tepat pada permukaan tabung sentrifuge tsb, jangan
sampai ada yg tumpah.
2. Dg hati-hati letakkan cover glass menutup mulut tabung sentrifuge
hingga seluruh permukaan cairan bersinggungan dg cover glass.
Diamkan selama 2 menit.
3. Dg hati-hati cover glass diangkat, diletakkan pada object glass yg
sebelumnya sudah diberi 1 tetes larutan Lugol.

annidahasan@gmail.com 19
Teknik Sedimentasi atau Pengendapan

▪ Prosedur pemeriksaan ini yaitu 1 gr ▪ Metode ini cocok untuk pemeriksaan


tinja dimasukkan ke dalam tabung tinja yg telah diambil beberapa hari
reaksi lalu tambahkan akuadest & sebelumnya, misalnya kiriman dari
diaduk sampai homogen. Masukkan ke daerah yg jauh & tidak memiliki
tabung sentrifusi & disentrifus dg sarana laboratorium(Tierney, 2002).
▪ Prinsip
kecepatan 3000 rpm selama 1 menit.
Larutan dibuang, sedimennya diambil dari metode ini adalah
dg menggunakan pipet pasteur lalu gaya sentrifugal dapat memisahkan
diletakkan di atas object glass supernatan & suspensi sehingga telur
kemudian ditutup dg cover glass & cacing dapat terendapkan.
dilihat di bawah mikroskop. ▪ Metode sedimentasi kurang efisien
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dalam mencari macam telur cacing bila
sampai 2-3 kali (Rusmatini, 2009; dibandingkan dg metode floatasi
Tierney, 2002). (Rusmatini, 2009).

annidahasan@gmail.com 20
Alat & Bahan Cara Kerja
1. Lidi 1. Suspensi 1gr tinja dg 10ml larutan garam fisiologis.
2. Gelas beaker 30 ml. 2. Saring dg kain kasa basah rangkap dua, ditampung dalam tabung
3. Tabung reaksi. sentrifuge.
4. Object glass. 3. Disentrifuge 2300 rpm, 45-60 detik. Setelah itu cairan
5. Cover glass. supernatan dibuang.
6. Lidi. 4. Langkah ke-3 diulangi sampai cairan diatas endapan jernih.
7. Larutan garam
fisiologis. 5. Endapan ditambahkan 10 ml larutan formalin 7,5%. Setelah itu
8. Larutan formalin 7,5%. diaduk dg lidi & didiamkan selama 5-10 menit.
9. Larutan ether. 6. Ditambah 3ml ether, digojog-gojog dg keras selama ±1 menit.
10. Larutan lugol 2%. 7. Sentrifuge 2300 rpm, 2 menit. Cairan supernatan dibuang.
11. Kain kasa 2 rangkap. 8. Endapan diambil sedikit dg lidi, untuk dibuat sediaan dg
12. Mikroskop. ditambah 1 tetes larutan Lugol 2%.
13. Alat sentrifuse. 9. Diperiksa dibawah mikroskop.

annidahasan@gmail.com 21
▪ Formol Eter Concentration
(FEC) atau teknik konsentrasi
formol eter
Alat & Bahan
▪ Prinsip: spesimen feses ditaruh 1. Mikroskop
dalam larutan formaldehid, yg
mengawetkan setiap parasit yg ada dalam 2. Object glass
spesimen. Residu berupa gumpalan kasar 3. Cover glass
dipisahkan secara filtrasi. Elemen 4. Centrifuge
lemak dalam suspensi feses dipisahkan
secara ekstraksi menggunakan eter (atau 5. Tabung reaksi
etil asetat), diikuti dg sentrifugasi, 6. Rak tabung reaksi
yg mengendapkan setiap parasit yg ada 7. Tabung centrifuge
dalam spesimen.
8. Aplikator yg terbuat dari kayu
▪ Endris et al (2013) menunjukkan bahwa
teknik FEC lebih baik dalam mendeteksi 9. Penyaring kawat, terbuat dari kuningan, dg 40
telur hookworm dibandingkan dg teknik lubang (425µm), diameter 7,2cm (spy tidak terlalu
Kato-Katz, karena telur hookworm bisa mahal, dapat jg digunakan saringan kopi yg terbuat
rusak karena gliserin yg digunakan pada dari nilon).
teknik Kato-Katz, feses terlalu 10. Cawan atau gelas piala kecil, terbuat dari porselen
sedikit, & apabila sampel feses lama atau logam tahan karat.
diperiksa.
▪ Diagnosa infeksi cacing dg menggunakan 11. Pipet pasteur
metode FEC memberikan hasil positif 12. Larutan formalin 10% (100ml larutan formaldehid 37%
lebih tinggi (73,5%) dibandingkan dg dalam 900ml air suling)
menggunakan metode Kato-Katz (40,7%). 13. Eter (atau etil asetat)

annidahasan@gmail.com 22
Kelebihan teknik FEC:
▪ Tidak merusak organisme yg terdapat di tinja.
▪ Mengetahui ada tidaknya telur trematoda seperti Schistosoma spp & telur trematoda lain
yg mempunyai operculum.
▪ Waktu dilakukan pemeriksaan sampel tinja bisa lebih lama (beberapa jam atau beberapa
hari) setelah sampel dikonsentrasikan.
▪ Penyimpanan tinja & pemeriksaan tinja bisa lebih lama setelah tinja dicampur dg
formalin.
▪ Dapat mendeteksi parasit usus dalam jumlah sedikit, yg mungkin tidak bisa dilakukan dg
tehnik direct wet mount.
▪ Eter dipakai sebagai pengekstrak debris & lemak dari tinja, & meninggalkan parasit
pada dasar suspensi.
▪ Metode FEC lebih berhasil dalam mendeteksi infeksi ringan & beberapa penelitian
menunjukkan adanya peningkatan jumlah parasit yg terdeteksi dg menggunakan metode
konsentrasi.
▪ Biayanya murah.
▪ Memiliki sedikit risiko untuk terinfeksi bakteri atau virus karena bakteri & virus
tidak dapat bertahan saat proses konsentrasi dilakukan.

Kekurangan teknik FEC:


Proses tehnik FEC lebih rumit dibandingkan dg tehnik flotasi, memerlukan waktu lebih lama
untuk pendeteksian.
annidahasan@gmail.com 23
Cara Kerja
1. Dg aplikator, ambil sedikit (±0,5g) tinja pd permukaan &
bagian dalam spesimen tinja.
2. Masukkan tinja ke dalam tabung sentrifus yg berisi 7ml
formalin 10%.
3. Emulsikan tinja dalam formalin, saring & pindahkan ke
dalam cawan.
4. Bersihkan penyaring (dg air bersabun) & buang residu yg
menggumpal.
5. Pindahkan filtrat ke dalam tabung reaksi besar.
Tambahkan 3ml eter (atau etil asetat).
6. Sumbat tabung & kocok hingga isinya tercampur merata.
7. Pindahkan kembali hasil suspensi ke tabung sentifus &
laukan sentrifugasi pada 2000 g selama 1 menit.
8. Bersihkan gumpalan lemak menggunakan aplikator & buang
supernatan dg cara membalik tabung secara cepat.
9. Biarkan cairan yg tersisa di dinding tabung mengalir
menuju endapan. Selanjutnya kocok hingga merata. Dg
pipet, pindahkan setetes cairan tsb ke atas object glass
& tutup dg cover glass.
10. Periksa dibawah mikroskop.
annidahasan@gmail.com 24
▪ Prinsip: teknik ini merupakan teknik yg tidak Alat & Bahan
mahal, aman, & sbg metode sedimentasi kuantitatif
yg sederhana, yaitu dg cara mencampurkan sejumlah 1. Mikroskop
tinja ke dalam larutan formaldehid-detergen yg
2. Object glass
berat jenisnya kecil. Detergen “membersihkan”
debris tinja dalam waktu singkat. Setelah proses 3. Set peralatan : Wadah
sedimentasi & pembersihan selesai, sejumlah kecil beralas kerucut,
endapan halus yg terbentuk diamati di bawah penyaring plastik,
mikroskop untuk mencari telur cacing, kemudian pipet pasteur, gelas
dihitung sehingga dapat diperoleh hasil piala, & detergen yg
pemeriksaan kuantitatif. diencerkan 1:50 dg air
suling.
▪ Teknik ini bermanfaat bagi laboratorium yg tidak
memiliki fasilitas untuk melakukan teknik 4. Larutan formalin 2%
sedimentasi formaldehid-eter. (diabuat dg
mengencerkan larutan
▪ Formalin mengawetkan parasit tanpa merusak
formaldehid 37% dg air
morfologinya.
suling, 1:50)
annidahasan@gmail.com 25
Cara Kerja
1. Tuangkan detergen 2% (dalam formalin 2%) ke dalam
wadah beralas kerucut hingga tanda batas 10ml.
2. Pindahkan 350mg tinja dg hati-hati ke dalam wadah
& campurkan dalam larutan formaldehid-detergen
sampai merata.

3. Dg penyaring plastik, saring


suspensi ke dalam gelas piala.
Bilas wadah, lalu tambahkan filtrat
ke dalamnya.
4. Taruh wadah tegak lurus di dalam
rak yg tersedia & diamkan selama 1
jam(jangan disentrifus). Pada
kondisi lapangan, tinja yg sudah
diemulsikan dapat dikirim ke
laboratorium untuk diperiksa.

annidahasan@gmail.com 26
Cara Kerja
5. Pisahkan & buang cairan supernatan secara
hati-hati, jangan sampai merusak endapan
yg terbentuk di dasar wadah.
6. Tambahkan 10ml larutan
formaldehid-detergen, campur & diamkan
selama 1 jam lagi, sampai endapan
terbentuk dg sendirinya. Selanjutnya,
bersihkan debris yg terdapat pd spesimen
tinja.
7. Pisahkan & buang cairan
supernatan yg terbentuk,
menyisakan kira-kira 0,5ml
endapan halus.
8. Dg pipet pasteur, pindahkan
seluruh endapan ke object
glass & tutup dg cover glass
berukuran 22x40mm.
annidahasan@gmail.com 27
Cara Kerja
9. Periksa keseluruhan preparat di bawah
mikroskop.
10. Hitung semua telur yg ditemukan &
kalikan 3; hasilnya menrupakan
perkiraan jumlah telur per gram tinja.
11. Jika cairan supernatan tidak dibuang
selama 1 jam, melainkan ditambah dg 10
ml reagen & suspensi dicampur kembali
serta dibiarkan mengendap semalaman,
telur, kista, & larva parasit akan ikut
terendapkan.

annidahasan@gmail.com 28
Cara Pemeriksaan Kuantitatif:
▪ Pemeriksaan kuantitatif menggunakan metode Stoll & Kato.
▪ Teknik sediaan tebal (cellaphane covered thick smear tecnique) atau disebut
teknik Kato, Kato Katz. Pengganti cover glass dg menggunakan sepotong
“cellophane tape”. Terbukti efisien untuk mendiagnosis schistosomiasis &
trematoda. Tidak cocok untuk mendiagnosis strongyloidiasis, enterobiasis atau
protozoa.
▪ Metode Stoll menggunakan NaOH 0,1 N sebagai pelarut tinja. Cara ini cocok
untuk pemeriksaan infeksi berat & sedang, namun kurang baik untuk infeksi
ringan (Rusmatini, 2009; Tierney, 2002).
▪ Kekurangan: Bahan feses yg digunakan banyak.
▪ Kelebihan: Dapat mengidentifikasi tingkat cacing pada penderita berdasar
jumlah telur & cacing, baik dikerjakan di lapangan.
▪ Teknik ini biasanya digunakan untuk pemeriksaan tinja secara massal karena
pemeriksaan ini lebih sederhana & murah. Morfologi telur cacing cukup jelas
untuk membuat diagnosa (Swierczynski, 2010).
▪ Pemeriksaan dilakukan dg menghitung jumlah telur cacing yg terdapat dalam
feses yg dikeluarkan seseorang dalam sehari. Pemeriksaan ini untuk STH. Jumlah
telur yg didapat kemudian dicocokkan dg skala pembagian berat ringannya
penyakit kecacingan yg diderita (Tierney et al, 2002).
annidahasan@gmail.com 29
Alat & Bahan Cara Kerja
1. Sebuah botol diisi dg NaOH 0,1 N 56 ml (Stool) &
1. Larutan NaOH 0,1 dimasukkan tinja, diaduk sampai homogen, dipipet
2. Pipet 0,15 & diletakkan pada object glass, lalu ditutup
dg cover glass & diperiksa.
3. Object glass
2. Telur per gram akan tergantung pd konsistensi
4. Cover glass tinjanya, yaitu:
5. Tabung atau ✔ Tinja yg lembek, EPG (egg per gram) dalam
gelas pemeriksaannya dikalikan 1,5.
sedimentasi ✔ Tinja setengah encer, EPG yg diperoleh dikalikan
besar 2.
6. Mikroskop ✔ Tinja encer, EPG yg diperoleh pd pemeriksaan
dikalikan 3.
annidahasan@gmail.com 30
Cara Kerja
1. Celupkan strip selofan ke dalam larutan gliserol-
Alat & Bahan Malachyte green (atau methylen blue) sedikitnya
24 jam sebelum digunakan.
1. Stik aplikator gepeng, terbuat 2. Pindahkan sedikit tinja (±0,5g)
dari kayu ke secarik kertas.
2. Penyaring, terbuat dari logam
tahan karat,nilon, atau 3. Letakkan penyaring di atas
plastik, dg 60-105 lubang. sampel tinja & tekan.
3. Cetakan, terbuat dari logam
tahann karat, plastik, atau 4. Dg stik aplikator, kerok
kardus. menembus permukaan atas
4. Mikroskop.
5. Object glass.
penyaring untuk menyaring
6. Selofan, tebal 40-50µm, dg sampel tinja.
strip berukuran 25x30mm atau
25x25mm. 5. Letakkan cetakan terukur, di atas object glass yg
7. Stoples beralas datar. bersih. Pindahkan sampel tinja yg telah disaring
8. Pinset. ke dalam lubang cetakan & ratakan dg stik
9. Kertas toilet atau tisu
penyerap cairan. aplikator.
10. Secarik kertas atau kertas 6. Angkat cetakan dg hati-hati supaya semua sampel
koran.
11. Larutan gliserol-Malachyte tinja terpindahkan ke object glass & tidak ada
green atau larutan methylen sisa yg menempel di cetakan.
blue.
annidahasan@gmail.com 31
Ngewese et al. Diagnostic Techniques of Soil-Transmitted Helminths:
Impact on Control Measures. Trop. Med. Infect. Dis. 2020, 5(2), 93
Cara Kerja
7. Tutup sampel tinja pd object glass
dg strip selofan yg dibasahi
gliserol.
8. Kalau terdapat tumpahan gliserol di
permukaan atas selofan, seka dg
tisu penyerap cairan.

9. Balik object glass & tekan


sampel tinja yg menempel pada
selofan di atas permukaan licin
untuk meratakan sampel.

10. Jangan mengangkat object glass tegak lurus karena


apusan tinja dapat terlepas dari selofan.
Miringkan object glass perlahan-lahan sambil
menahan selofan.
annidahasan@gmail.com 33
Cara Kerja
11. Sediaan dibiarkan dalam temperatur kamar
selama minimal 30 menit supaya menjadi
transparan.
12. Diperiksa dibawah mikroskop seluruh
permukaan pita selopan dg perbesaran lemah.
13. Jumlah telur cacing yg ditemukan dapat
dihitung. Perhitungan jumlah telur untuk
tiap-tiap spesies cacing usus dilakukan
secara terpisah.
14. Cara menghitung telur cacing usus: Bila
ditemukan jumlah telur pada sediaan Kato
adalah N dari tinja seberat 30 mg, maka
jumlah telur per gram tinja adalah:
(1000/30) x N
annidahasan@gmail.com 34
Metode Harada Mori atau Test Tube Culture
▪ Kultur Harada Mori atau Test Tube Culture, Metode Charcoal Culture
atau Sand Culture digunakan untuk menentukan & mengidentifikasi
spesies Ancylostoma duodenale, Necator americanus,
Strongyloides stercoralis dari stadium larva yg didapatkan
dari tinja yg diperiksa (terdapat telur hookworm/Strongyloides).
▪ Prinsip: strip kertas saring dicelupkan sebagian ke dalam tabung
reaksi berisi air. Setiap larva yg terdapat dalam spesimen akan
bermigrasi menjauhi arus air, yg terjadi akibat adanya gaya
kapiler, & terakumulasi pada bagian dasar tabung.
▪ Telur hookworm/Strongyloides akan menetas & berkembang menjadi
larva yg infektif dg kelembaban cukup dalam waktu ±7 hari.
▪ Kekurangan: hanya untuk identifikasi hookworm, waktu lama, alat
& bahan banyak.
▪ Kelebihan: bentuk larva dapat membedakan spesies dibandingkan
telur. annidahasan@gmail.com 35
Metode Harada Mori atau Test Tube Culture
Alat & Bahan Cara Kerja
1. Plastik diisi aquades steril kurang lebih
5ml.
1. Mikroskop 2. Dengan lidi bambu, tinja dioleskan pada
2. Tube atau Kantong kertas saring sampai mengisi sepertiga bagian
ditengahnya.
plastik es mambo
3. Kertas saring dimasukkan ke dalam plastik
30x200mm tersebut diatas. Cara memasukkan kertas
3. Kertas saring saring dilipat membujur dg ujung kertas
menyentuh permukaan aquades & tinja jangan
3x15cm sampai terkena aquades.
4. Lidi bambu 4. Mulut plastik ditutup & dijepit.
5. Penjepit 5. Simpan selama 3-7 hari, dg cara digantung.
6. Disentrifus & diambil dg pipet tetes kemudian
6. Tinja diamati di bawah mikroskop.
7. Aquades 7. Pada hari ke-3 larva Strongyloides sudah
dapat dilihat, pada hari ke-7 untuk menemukan
larva hookworm.
annidahasan@gmail.com 36
6.Eramkan selama
4-7 hari
kemudian ambil
air aquadest pd
ujung plastik

2.Memotong
kertas saring
1.Membuat
seperti bentuk
plastik es
plastik es
manjadi kerucut

5.Masukkan
air aquadest
7.Teteskan pd object
sampai ujung
glass kmd tutup dg
kertas saring
3.Oleskan tinja cover glass & amati
4.Masukkan dg mikroskop
di tengah kertas
kertas saring
saring
dalam plastik annidahasan@gmail.com 37
Pemeriksaan Enterobiasis
▪ Metode pemeriksaan untuk mendiagnosis Enterobiasis dapat
menggunakan selotif/plester atau usapan kapas.
▪ Pemeriksaan dilakukan pada pagi hari sebelum anak kontak dg
air & usia anak yg diperiksa berkisar 1-10 tahun.
▪ Cellotape method / Scotch Tape Test menggunakan
plester plastik yg bening & tipis & dipotong dg ukuran 2 x 1,5
cm. Plester plastik lalu ditempelkan pada lubang anus &
ditekan dg ujung jari. Hasil diplester kemudian ditempelkan ke
object glass & dilihat dibawah mikroskop untuk melihat telur
cacing (Rusmatini, 2009; Swierczynski, 2010).
▪ Anal Swab menggunakan kapas yg diusapkan di anus.
▪ Prinsip: telur Enterobius biasanya diambil (terutama pada
anak-anak) dari lipatan-lipatan kulit sekitar anus. Telur
jarang terdapat dalam tinja.
annidahasan@gmail.com 38
Cara Kerja
1. Letakkan 1 strip plester selofan, dg sisi
yg berperekat menghadap ke bawah, pd
object glass.

Alat & Bahan


1. Mikroskop
2. Object glass
3. Tabung reaksi
4. Pipet pasteur
5. Plester selofan
6. Spatula lidah yg terbuat
dari kayu 2. Tempelkan gagang spatula berhadapan dg
7. Kapas sisi bawah object glass.

annidahasan@gmail.com 39
Cara Kerja
3. Buka plester
perlahan-lahan dari
object glass & putar
plester hingga
melingkari ujung spatula
4. Pegang swab plester yg sudah jadi dg tangan
kanan, sambil menekan object glass pd
spatula dg mantap.
5. Buka lipatan kulit
antar-bokong anak dg tangan
kiri. Tekankan ujung spatula
yg terbungkus plester pd
beberapa tempat di kulit
sekitar anus.
annidahasan@gmail.com 40
Cara Kerja
6. Angkat object glass & lipat
kembali plester spt semula, sisi
berperekat menghadap ke bawah.

7. Pastikan plester benar-benar


telah merekat rata pd object
glass dg cara menekannya dg
segumpal kapas.
8. Periksa di bawah mikroskop menggunakan
pembesaran objektif x10. Carilah
telur-telur Enterobius vermicularis.
annidahasan@gmail.com 41
Cara Kerja
1. Gunakan swab kapas untuk
menyeka sekeliling anus
(tetapi tidak ke dalam).

Alat & Bahan


2. Celupkan swab tsb ke dalam
suatu tabung reaksi yg
1. Mikroskop berisi sekitar 0,5 ml (10
2. Object glass tetes) larutan natrium
3. Cover glass klorida. Bilas swab sampai
4. Tabung reaksi bersih dalam larutan tsb.
5. Pipet pasteur
6. Lidi kapas
7. Larutan natrium 3. Ambil larutan dg pipet pasteur. Pindahkan ke
klorida 0,85% object glass, tutup dg cover glass, & amati di
bawah mikroskop.
annidahasan@gmail.com 42
annidahasan@gmail.com
Dalam penatalaksanaan Pertolongan Pertama
Kedaruratan kasus medis tidak banyak berbeda antara yang
medis adalah semua satu dengan yang lainnya. Hal yang paling
penting adalah mengenali kedaruratannya,
yang dialami korban yang
terutama secara dini. Kesimpulan mengenai
tidak tergolong dalam
keadaan yang dihadapi hampir 80% diperoleh
kecelakaan dimasukkan
berdasarkan wawancara dengan penderita bila
dalam kelompok kedaruratan
sadar, keluarganya atau saksi mata dan
medis. Seseorang yang
sumber informasi lainnya.
mengalami kasus medis
mungkin juga dapat Dalam penatalaksanaan penderita yang
mengalami cedera sebagai paling penting adalah menjaga jalan
akibat dari gejala napas dan memantau tanda vital penderita
gangguan fungsi tubuh yang secara teratur, seperti:
terjadi misalnya ▪ Tekanan darah
kehilangan kesadaran lalu ▪ Denyut nadi
terjatuh sehingga terjadi ▪ Pernafasan
suatu luka ▪ Suhu tubuh annidahasan@gmail.com 44
Beberapa hal yang dapat diamati pada
Gejala merupakan
penderita yang mengarahkan kecurigaan
hal-hal yang dirasakan
kita pada adanya masalah medis adalah :
oleh penderita.
Sedangkan, Tanda Gejala:
merupakan hasil 1. Demam
pemeriksaan medis oleh 2. Nyeri
klinisi. 3. Mual, muntah
Gejala dan tanda pada 4. Buang air kecil berlebihan atau tidak
kedaruratan medis sama sekali
sangat beragam, khas 5. Pusing, perasaan mau pingsan
maupun tidak khas. 6. Sesak atau merasa sukar bernapas
Perubahan yang tidak 7. Rasa haus atau lapar berlebihan, rasa
normal dari tanda vital aneh pada mulut
penderita sudah
mengarah pada
kedaruratan medis.
annidahasan@gmail.com 45
Tanda:
1. Perubahan status mental (tidak sadar, bingung)
2. Perubahan irama jantung : nadi cepat atau sangat
lambat, tidak teratur, lemah atau sangat kuat.
3. Perubahan pernapasan: irama dan kualitas warna pada
selaput lendir (pucat, kebiruan, terlalu merah)
4. Perubahan keadaan kulit : suhu, kelembaban, keringat
berlebihan, sangat kering, termasuk perubahan warna
pada selaput lendir (pucat, kebiruan, terlalu merah)
5. Pupil mata : sangat lebar, atau sangat kecil
6. Bau khas dari mulut atau hidung
7. Aktivitas otot misalnya kejang atau kelumpuhan
8. Gangguan saluran cerna : mual, muntah atau diare
9. Tanda-tanda lainnya yang seharusnya tidak ada.
10. Anggap semua keluhan penderita adalah benar. Bila
penderita merasa tidak enak atau nyaman maka
perlakukan sebagai kasus medis.

annidahasan@gmail.com 46
Malaria
Filariasis
annidahasan@gmail.com
Gejala demam pada awalnya tidak teratur tergantung pada
jumlah klon yang ada di dalam darah. Setelah satu klon
menjadi dominan, maka demam akan timbul secara periodik,
tergantung pada proses skizogoni ke lima plasmodium,
P.falciparum memerlukan waktu 36-48 jam, P.vivax/ovale
48 jam, P.malariae 72 jam dan P.knowlesi 24 jam.
Splenomegali
Limpa merupakan organ
pertahanan tubuh
terhadap infeksi
malaria. Pembesaran
limpa (splenomegali)
akan teraba setelah 3
hari dari serangan
infeksi akut.
Pemeriksaan
fisik:
• anemia
• koma
• hepatomegali
• splenomegali
• gagal ginjal
• gangguan pencernaan
(mual, muntah, diare)
Siklus Hidup
PLASMODIUM
Siklus Hidup (Siklus Hati)
P.falciparum & P.vivax & P.ovale:
P.malariae: sporozoit • sebagian sporozoit
langsung menjadi trofozoit langsung menjadi
trofozoit
• sebagian dorman
sporozoit (menjadi hipnozoit) 🡪
menyebabkan relaps
Sporozoit masuk jangka panjang
sel hati
Skizon hati

Merozoit hati
Fase aseksual dalam darah 🡪
berhubungan dengan gejala klinis
penderita
• terjadi proses skizogoni darah
• Pada P.vivax, P.ovale dan
P.malariae 🡪 skizogoni hanya
terjadi di darah tepi.
• Pada P.falciparum: skizogoni
terjadi di kapiler alat dalam 🡪
menyebabkan sekuestrasi 🡪 gejala
klinis bisa menjadi berat
Fase dalam Nyamuk
• Waktu antara gametosit masuk ke dalam
tubuh nyamuk sampai terbentuknya
sporozoit dalam kelenjar ludah nyamuk
▪ Penyakit kaki gajah;
Elefantiasis ▪ Tempat hidup di darah,
▪ Penyebab: Wuchereria saluran limfe
bancrofty, Brugia malayi, ▪ Ukuran mikrofilaria
Brugia timori 250-300µ.
▪ Ukuran cacing dewasa
♂:40mm, ♀:80-100mm,
bentuk seperti benang.
▪ Vektor penular: semua
genus nyamuk

FILARIASIS
by dan pembatasan
annidahasan@gmail.com kecacatan bagi
penderita kronis
filariasis:
• Pengobatan
massal
filariasis: DEC
(DiEtil
Carbamazin
sitrat)
• Pengobatan kasus
klinis
filariasis agar
anggota tubuh
yang sudah cacat
tidak bertambah
berat derajat
kecacatannya

Siklus Hidup Filaria




Sakit kepala
Pusing
Kejadian Ikutan Pasca


Demam
Mual
Pengobatan Filariasis
• Muntah • KepMenKes No.893/MENKES/SK/VIII/2007
• Sakit otot ttg Pedoman Penanggulangan Kejadian
• Lemas Ikutan Pasca Pengobatan Filariasis
• Gatal • Akibat efek farmakologi,
• Mengantuk ES, interaksi obat,
intoleransi,
• Keluar cacing idiosinkrasi ataupun
kejadian ikutan berupa
• Diare alergi
• Diare dengan
• Penundaan pengobatan
dehidrasi berat filariasis pada anak
• Sinkop <2tahun, bumil, gg
fungsi ginjal, gg fungsi
• Udem anasarka hati, epilepsi, sakit
berat, kasus kronis
• Angioedema serangan akut,
marasmus/kwasiorkor
Penanggulangan Filariasis di Indonesia
Kebijakan untuk Filariasis
1. Penanggulangan Filariasis di Indonesia dilaksanakan dg
strategi eliminasi Filariasis.
2. Eliminasi Filariasis di Indonesia sejalan dg Program
Eliminasi Filariasis Limfatik Global, WHO, melalui dua
upaya utama:
(1)Memutuskan rantai penularan Filariasis
(2)Mencegah & membatasi kecacatan.
3. Satuan lokasi pelaksanaan eliminasi Filariasis
(implementation unit) adalah Kabupaten/Kota.
4. Mencegah penyebaran Filariasis antar Kabupaten, Provinsi
& antar Negara.
annidahasan@gmail.com
annidahasan@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai