Pemeriksaan feces dapat dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif
dilakukan dengan metode natif, metode apung, metode harada mori, dan Metode kato. Metode
ini digunakan untuk mengetahui jenis parasit usus, sedangkan secara kuantitatif dilakukan
dengan metode kato untuk menentukan jumlah cacing yang ada didalam usus (Gandahusada.dkk,
2000). Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam pemeriksaan feses diantaranya adalah :
Kesalahan pemeriksa/praktikan (human error)
Kesalahan yang termasuk antara lain kesalahan saat melakukan pemeriksaan/melaksanakan
praktikum, kesalahan dalam menggunakan alat dan bahan, dan kesalahan dalam pengambilan
feses saat praktikum.
Kesalahan saat awal pengambilan feses
Kesalahan yang dimaksud yakni kesalahan saat pengambilan feses dari manusia/hospes,
apakah diambil pada tempat pembuangan/kloset atau tidak langsung dari perianal, apakah
tercampur dengan urin.
Kesalahan penyimpanan feses
Kemungkinan kesalahan saat proses penyimpana feses tidak dalam suhu rendah dan ruangan
yang tidak steril.
Pemeriksaan Kualitatif
Yaitu pemeriksaan yang didasarkan pada ditemukkan telur pada masing-masing metode
pemeriksaan tanpa dihitung jumlahnya.
1) Metode Natif (direct slide)
Metode ini dipergunakan untuk pemeriksaan secara cepat dan baik untuk infeksi berat, tetapi
untuk infeksi yang ringan sulit ditemukan telur-telurnya. Cara pemeriksaan ini menggunakan
larutan NaCl fisiologis (0,9%) atau eosin 2%. Penggunaan eosin 2% dimaksudkan untuk lebih
jelas membedakan telur-telur cacing dengan kotoran disekitarnya.
Maksud : Menemukan telur cacing parasit pada feces yang diperiksa.
Tujuan : Mengetahui adanya infeksi cacing parasit
Dasar teori : Eosin memberikan latar belakang merah terhadap telur yang berwarna
kekuning- kuningan dan untuk lebih jelas memisahkan feces dengan
kotoran yang ada.
Kekurangan : Dilakukan hanya untuk infeksi berat, infeksi ringan sulit terdeteksi.
Kelebihan : Mudah dan cepat dalam pemeriksaan telur cacing semua spesies, biaya
yang diperlukan sedikit, peralatan yang digunakan sedikit.
Alat dan Bahan : Gelas obyek, Pipet tetes, Lidi, Cover glass, Mikroskop, Tinja kecil dan
Eosin 2%.
Cara kerja :
1. Gelas obyek yang bersih di teteskan 1-2 tetes NaCl fisiologis atau eosin 2%
2. Dengan lidi, di ambil sedikit tinja dan taruh pada larutan tersebut
3. Dengan lidi tadi, kita ratakan /larutkan, kemudian di tutup dengan gelas benda/cover
glass.
4. Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10X dan 40X
Pelaksanaan :
1. Siapkan kaca sediaan yang bersih dan kering
2. Tetesi 1 tetes larutan NaCl atau Eosin
3. Dengan ujung batang lidi ambil sedikit tinja yang akan diperiksa.
4. Tinja tadi diaduk-aduk dengan lidi tersebut dalam tetesan larutan sampai diperoleh suspensi
yang tipis dan rata. Bagian-bagian yang keras seperti serabut-serabut atau pasir dibuang.
5. Tutuplah sediaan dengan kaca penutup
6. Lidi bekas buang ke botol berlisol
7. Periksalah sediaan di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x atau 40 x.
Interpretasi Hasil :
Pemeriksaan Makroskopik : Warna, bau, bentuk, ada darah atau tidak, ada lendir atau tidak
Pemeriksaan Mikroskopik : Ditemukan atau tidaknya telur cacing atau amoeba.
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Feses
Makroskopi dan Mikroskopi Interpretasi
1. Butir, kecil, keras, warna tua 1. Konstipasi.
2. Volume besar, berbau dan mengambang 2. Malabsorbsi zat lemak atau protein.
3. Rapuh dengan lendir tanpa darah 3. Sindroma usus besar yang mudah
terangsang inflamasi dangkal dan difus,
adenoma dengan jonjot-jonjot.
4. Rapuh dengan darah dan lendir (darah 4. Inflamasi usus besar, tifoid, shigella,
nyata) amubiasis, tumor ganas.
5. Hitam, mudah melekat seperti ter 5. Perdarahan saluran cerna bagian atas.
6. Volume besar, cair, sisa padat sedikit 6. Infeksi non-invasif (kolera, E.coli keadaan
toksik, kkeracunan makanan
oleh stafilokokus, radang selaput osmotic
(defisiensi disakharida, makan berlebihan).
7. Rapuh mengandung nanah atau jaringan 7. Divertikulitis / abses lain, tumor nekrotik,
nekrotik parasit.
8. Agak lunak, putih abu-abu sedikit 8. Obstruksi jaundice, alkoholik.
9. Cair bercampur lendir dan eritrosit 9. Tifoid, kolera, amubiasis.
10. Cair bercampur lendir dan leukosit 10. Kolitis ulseratif, enteritis, shigellosis,
salmonellosis, TBC usus.
11. Lendir dengan nanah dan darah 11. Kolitis ulseratif, disentri basiler,
karsinoma ulseratif colon, diverticulitis
akut, TBC.