Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI

PEMERIKSAAN TINJA UNTUK INFEKSI CACING

Disusun oleh:

Nama: Rizky Kurniawan

Npm: 1908260091

Kelompok: A5

DEPARTEMEN PARASITOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

2020
I. TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan Umum :
Setelah mengikuti praktikum ini, diharapkan mahasiswa/i mampu untuk melakukan pemeriksaan pada feses yang
diduga terinfeksi parasit cacing dan dapat melakukan identifikasi terhadap telur cacing.

Tujuan Khusus:
1. Mahasiswa mampu membuat preparat pemeriksaan langsung/direct slide untuk memeriksa telur cacing.
2. Mahasiswa mampu membuat preparat pemeriksaan Metode Kato Katz untuk memeriksa telur cacing.

II. LANDASAN TEORI


Penyakit infeksi kecacingan masih merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara
berkembang termasuk di Indonesia. Di Indonesia sendiri sekitar 60–90% penduduk menderita infeksi kecacingan
yang salah satu paling sering penyebabnya ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted Helminth) (Siregar, 2006).
Sebelum melakukan pemeriksaan, terlebih dahulu harus diketahui habitat dari parasit cacing atau bahan
pemeriksaan yang akan diperiksa. Disini akan diuraikan pemeriksaan yang penting dari bahan pemeriksaan tinja,
yaitu pemeriksaan telur cacing dari tinja, pemeriksaan larva cacing, pemeriksaan cacing dewasa, penyimpanan,
pengawetan, telur dan cacing dewasa, preparat permanen, dan pembuatan larutan. Pemeriksaan tinja dilakukan
untuk membantu menegakkan diagnosa infeksi cacing (Rusmartini.T., 2009)

ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM PEMERIKSAAN TELUR CACING


Pada pemeriksaan telur cacing, dalam pembuatan preparat akan mendapatkan hasil yang kualitatif dan kuantitatif.
Beberapa pemeriksaan telur cacing yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

A. PEMERIKSAAN TELUR CACING UNTUK MENDAPATKAN HASIL KUALITATIF


Pemeriksaan telur cacing didalam feses untuk mendapatkan hasil yang kualitatif dapat dilakukan dengan
pemeriksaan secara langsung dan pemeriksaan secara tidak langsung, yaitu antara lain sebagai berikut:

a. Pemeriksaan Secara Langsung/Natif (Direct Slide)


Pemeriksaan Sediaan secara langsung dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu sebagai berikut:

1) Pemeriksaan Sediaan Tinja Basah Dengan Kaca Tutup


ALAT:
1. Lidi ( 5 cm).
2. Object glass.
3. Kaca penutup.
4. Mikroskop.

BAHAN:
1. Tinja yang akan diperiksa.
2. NaCl 0,9% atau Eosin 2%.
3. Air.
2) Pemeriksaan Sediaan Tinja Basah Hapus
ALAT:
1. Lidi ( 5 cm).
2. Object glass.
3. Mikroskop.

BAHAN:
1. Tinja yang akan diperiksa.
2. Zat warna Eosin 2% atau NaCl 0,9%.
3. Air.

b. Pemeriksaan Secara Tidak Langsung


Pemeriksaan Sediaan secara Tidak langsung dapat dilakukan dengan beberapa macam cara, yaitu:

2) Teknik Sediaan Tebal / Teknik Kato Kualitatif (Modifikasi Teknik Kato)


ALAT:
1. Kertas saring.
2. Object glass.
3. Lidi.
4. Tutup botol dari karet.
5. Mikroskop.

BAHAN:
1. Cellophane tape ukuran 2 x 3 cm yang telah direndam selama 18 - 24 jam dengan larutan kato.
2. KATO's solution.
3. Tinja yang akan diperiksa.

B. PEMERIKSAAN TELUR CACING UNTUK MENDAPATKAN HASIL KUANTITATIF


Pemeriksaan telur cacing didalam feses untuk mendapatkan hasil yang kuantitatif dapat dilakukan dengan
beberapa macam cara, yaitu antara lain:
a. Pemeriksaan Dengan Metode Stoll
ALAT:
1. Gelas Erlenmeyer.
2. Tutup karet.
3. Pipet ukur.
4. Object glass.
5. Kaca penutup/deck glass.
6. Mikroskop.

BAHAN:
1. Larutan NaOH 0,1 N (KOH 10%).
2. Tinja/feses yang akan diperiksa.
b. Pemeriksaan Metode Kato Katz Kuantitatif
ALAT:
1. Kawat selebar 3x4 cm untuk menyaring tinja.
2. Kertas karton tebal 3x4 cm ditengah berlubang. Dimana isi lubang karton telah diketahui sebelumnya
± 50 mg .
3. Kaca benda.
4. Tutup botol karet.
5. Kertas saring ukuran 10 x 10 cm.
6. Kertas berminyak tidak tembus air ukuran 10x10 cm.
7. Potongan lidi / bambu.
8. Mikroskop.

BAHAN
1. Cellophane tape selebar ± 2,5 x 3 cm. yang sudah direndam dilarutan kato selama 18 – 24 jam.
2. Larutan Kato.
3. Tinja yang akan diperiksa.

SYARAT PENGUMPULAN FESES


Untuk pengambilan feses yang akan diperiksa juga tidak boleh dilakukan sembarangan dan membutuhkan
beberapa syarat, yaitu antara lain:
a. Tempat penampungan feses harus bersih, kedap, bebas dari urin, diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan..
b. Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum pemeriksaan.
c. Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
d. Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher.
e. Pasien konstipasi.

Cara Penyimpanan dan Pengawetan Telur Cacing di Dalam Tinja


Cara ini dipergunakan untuk pengiriman tinja yang memerlukan waktu lama dan untuk keperluan penyimpanan
telur cacing dalam tinja atau koleksi tersebut.
Cara kerja :
1. Buat larutan formalin 3 - 4 %. yaitu dengan mencampurkan 1 bagian larutan formalin 35 % atau 40 % dengan 9
bagian air dan dimasukkan dalam botol tertutup.
2. Tinja dimasukkan dalam pot - pot plastik dan di tambah larutan tersebut secukupnya hingga terendam dan
selanjutnya ditutup rapat Apabila tinjanya berbentuk cair (tidak padat), dipakai larutan formalin 10% sebagai
pengawetnya.

Metode Pemeriksaan Tinja


Pemeriksaan telur cacing di tinja dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode yang kualitatif dimana
metode ini dilakukan untuk menentukan positif atau negatif seorang penderita infeksi kecacingan dan metode
kuantitatif dimana metode ini berguna untuk untuk menentukan intensitas infeksi atau berat ringannya penyakit dengan
mengetahui jumlah telur per gram tinja. Pada hasil yang KUALITATIF dapat dilakukan pemeriksaan tinja dengan
beberapa macam cara tergantung dengan kebutuhannya, yaitu :
1. Pemeriksaan secara langsung/natif (sediaan basah) dimana untuk pemeriksaan langsung ini sendiri dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu: pemeriksaan sediaan tinja basah dengan kaca tutup dan pemeriksaan sediaan
tinja basah hapus atau tanpa kaca penutup.
2. Pemeriksaan secara tidak langsung (konsentrasi) dapat dilakukan dengan bermacam cara, antara lain yaitu
pemeriksaan dengan metode apung (Flotation methode), Modifikasi metode Merthiolat Iodine Formaldehyde
(MIF), Metode selotip (Cellotape methode), Metode konsentrasi, Tekhnik sediaan tebal (Cellophane Covered
Thick Smear Technic/Tekhnik Kato) dan Metode Sedimentasi Formol Ether (Ritchie) (Rusmartini.T, 2009: 383).

Sementara untuk mendapatkan hasil yang KUANTITATIF dapat dilakukan dengan dua metode pemeriksaan, yaitu
Metode Stoll dan Metode Kato Katz. Untuk pemeriksaan larva cacing dapat dilakukan dengan dua cara pemeriksaan
yaitu, dengan menggunakan metode pembiakan larva menurut Baermann dan Modifikasi Harada Mori (Rusmartini.T,
2009)

A. PEMERIKSAAN TELUR CACING UNTUK MENDAPATKAN HASIL YANG KUALITATIF


1. Pemeriksaan Feses Secara Langsung/ Natif (Sediaan Basah/Direct slide)
Pemeriksaan fesses secara langsung (sediaan basah/Direct slide) adalah metode yang digunakan bertujuan untuk
mengetahui telur cacing pada tinja secara langsung. Pemeriksaan feses secara langsung dapat dilakukan dengan dua
metode yaitu dengan kaca penutup dan tanpa kaca penutup (Maulida 2016).
Metode ini dipergunakan untuk pemeriksaan secara cepat dan baik untuk infeksi berat. Tetapi untuk infeksi ringan
sulit untuk menemukan telur. Digunakan larutan NaCl fisiologis (0,9%) atau eosin 2%. Eosin 2% dimaksudkan
untuk lebih jelas membedakan telur cacing dengan kotoran disekitarnya (Rusmartini.T., 2009; Fuad, 2012)
Menurut (Sofia, 2017), Metode langsung (direct slide) mempunyai kelemahan yaitu jika bahan untuk membuat
sediaan secara langsung terlalu banyak, maka preparat menjadi tebal sehingga telur menjadi tertutup oleh unsur lain.
Metode direct slide cepat dan baik untuk infeksi berat, tetapi untuk infeksi yang ringan sulit ditemukan telur -
telurnya.

1. Pemeriksaan Feses Secara Tidak Langsung (Konsentrasi)


a. Metode Kato Katz Yang Kualitatif (Modifikasi Kato Katz)
Metode ini ditemukan oleh Kato dan Miura pada tahun 1954. Prinsip pemeriksaan metode twknik kato adalah
feses direndam dalam gliserin hijau, dikeringkan dengan kertas saring dan didiamkan selama 20 – 30 menit pada
inkubator dengan suhu 40°C untuk mendapatkan telur cacing dan larva (Fuad, 2012).

b. Metode Sedimentasi/Pengendapan
Metode ini ditemukan oleh Faust dan Russell pada tahun 1964. Prinsip pemeriksaan metode sedimentasi adalah
adanya gaya sentrifugal dari sentrifuge yang dapat memisahkan antara suspensi dan supernatannya sehingga telur
cacing akan terendapkan (Maulida 2016).

c. Metode Konsentrasi
Menurut Maksum pada tahun 2012, teknik konsentrasi mempunyai keuntungan cepat prosedur pemeriksaannya,
sehingga baik untuk kerja lapangan khususnya telur-telur Ascaris lumbricoides, Hookworm, Trichuris trichiura,
Taenia sp dan Hymenolepis nana. Metode konsentrasi juga menghasilkan persediaan yang bersih dibandingkan
metode lain karena kotoran di dasar lambung dan elemen-elemen parasit ditemukan pada lapisan permukaan
larutan.
Pada tahun 2009, Izzah Aulia telah meneliti tentang sensitivitas antara metode direct slide dan metode konsentrasi
dalam mendeteksi Entamoeba histolytica dan didapatkan hasil bahwa metode konsentrasi lebih sensitif. Oleh
karena itu, penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai perbandingan metode direct slide dan metode konsentrasi
dalam menegakkan diagnosis kecacingan.

d. Metode Pengapungan/Flotasi (Flotation Methode)


Metode ini ditemukan oleh Willis pada tahun 1921. Metode ini menggunakan larutan garam jenuh atau gula
jenuh sebagai alat untuk mengapungkan telur. Metode ini terutama dipakai untuk pemeriksaan tinja yang
mengandung sedikit telur. Cara kerja dari metode ini berdasarkan Berat Jenis (BJ) telur-telur yang lebih ringan
daripada BJ larutan yang digunakan sehingga telur - telur terapung dipermukaan, dan juga untuk memisahkan
partikel - partikel yang besar yang terdapat didalam tinja (Rusmartini.T., 2009; Fuad, 2012).

B. PEMERIKSAAN TELUR CACING UNTUK MENDAPATKAN HASIL YANG KUANTITATI


a. Pemeriksaan Dengan Metode Stoll
Metode ini menggunakan NaOH 0,1N sebagai pelarut tinja, Metode ini baik digunakan untuk infeksi berat dan
sedang. Metode ini kurang baik untuk pemeriksaan ringan (Natadisastra 2009).

b. Pemeriksaan Dengan Metode Kato Katz Yang Kuantitatif


Metode ini dapat digunakan untuk pemeriksaan kuantitatif maupun kualitatif tinja. Prinsip dari metode ini sama
dengan metode direct slide dengan penambahan pemberian selophane tape yang sudah direndam dengan malachite
green sebagai latar (Limpomo dan Sudaryanto2014).
Pada teknik ini di gunakan cellophane tape sebagai pengganti kaca tutup. Telur cacing dapat ditemukan lebih
banyak, karena kita menggunakan tinja lebih banyak, ± 100 - 200 mg. Teknik ini dianjurkan untuk
pemeriksaan tinja pada penelitian epidemiologi karena lebih sederhana, murah dan morfologi telur cacing
dapat dilihat cukup jelas.
Larutan yang digunakan adalah larutan KATO yang terdiri dari :
1. 100 bagian aquadest atau Phenol 6 %
2. 100 bagian gliserin
3. 1 bagian malachite green 3 %

a) Cara Membuat Larutan Kato


Yang dimaksud dengan Larutan Kato adalah cairan yang dipakai untuk merendam/memulas selofan
(cellophane tape) dalam pemeriksaan tinja terhadap telur cacing menurut modifikasi teknik Kato dan
Kato-Katz. Cara untuk membuat Larutan Kato adalah sebagai berikut:
(1) Untuk membuat Larutan Kato diperlukan campuran dengan perbandingan: Aquadest 100 bagian,
Glycerin 100 bagian dan Larutan malachite green 3% sebanyak 1 bagian.
(2) Timbang malachite green sebanyak 3 gram, masukkan ke dalam botol/beker glass dan
tambahkan aquadest 100 cc sedikit demi sedikit lalu aduk/kocok sehingga homogen, maka akan
diperoleh larutan malchite green 3%.
(3) Masukkan 100 cc aquadest ke dalam Waskom plastik kecil, lalu tambahkan 100 cc glycerin sedikit
demi sedikit dan tambahkan 1 cc larutan malachite green 3%, lalu aduk sampai homogen. Maka
akan didapatkan Larutan Kato 201 cc.

b) Cara merendam/memulas selofan (cellophane tape)


Cara merendam / memulas cellophane tape dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Buatlah bingkai kayu segi empat sesuai dengan ukuran Waskom plastik kecil. Contoh: Misal
bingkai untuk foto atau dapat juga menggunakan Waskom kecil.
2) Tuangkanlah larutan kato kedalam wadah tersebut.
3) Guntinglah cellophane tape dengan ukuran ± 2,5 x 3cm secukupnya.
4) Rendamlah cellophane tape tersebut didalam larutan kato selama ± 18 – 24 jam.
1. CARA KERJA PRAKTIKUM PEMERIKSAAN TELUR CACING
Pemeriksaan telur cacing akan mendapatkan hasil yang kualitatif dan kuantitatif yang dapat dilakukan dengan beberapa
macam cara pemeriksaan, yaitu antara lain:
A. Pemeriksaan Untuk Mendapatkan Hasil Kualitatif
Pada pemeriksaan telur cacing, untuk mendapatkan hasil yang kualitatif dapat dilakukan dengan dua macam
pemeriksaan yaitu pemeriksaan secara langsung dan pemeriksaan secara tidak langsung, yaitu sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Sediaan Langsung/Natif (Direct Slide)
Pemeriksaan Sediaan secara langsung dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu sebagai berikut:
1) Pemeriksaan Sediaan Tinja Basah Dengan Kaca Tutup
Cara Kerja :
1. Letakkan 1-2 tetes larutan zat warna Eosin 2% atau NaCl 0,9% diatas object glass
2. Ambil sedikit tinja dengan lidi dan diletakkan diatas tetesan larutan yang berada di object glass
3. Hancurkan atau lisiskan tinja diatas object glass hingga terdapat suspense yang
homogeny.Keluarkan bahan yang kasar seperti sisa makanan,pasir,dll.
4. Tutuplah dengan menggunakan kaca tutup/deck glass
5. Periksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x10

b. Pemeriksaan Secara Tidak Langsung


Pemeriksaan Sediaan secara Tidak langsung dapat dilakukan dengan beberapa macam cara, yaitu sebagai
berikut:
1) Teknik Sediaan Tebal / Teknik Kato Kualitatif (Modifikasi Teknik Kato)
Pada teknik ini di gunakan cellophane tape sebagai pengganti kaca tutup.. Teknik ini dianjurkan untuk
pemeriksaan tinja pada penelitian epidemiologi karena lebih sederhana, murah dan morfologi telur
cacing dapat dilihat cukup jelas.
Cara kerja:
1. Ambil 20–50 mg tinja (sebesar kacang merah) yang akan diperiksa dengan lidi dan diletakkan di
atas permukaan object glass.
2. Tutuplah dengan menggunakan cellophane tape.
3. Tekan cellophane tape dengan object glass lain atau tutup botol karet untuk meratakan tinja di
bawah cellophane tape sehingga tinja menjadi rata dan menyebar dibawah cellophane tape.
4. Letakkan sediaan secara terbalik di atas kertas saring, keringkan larutan yang berlebihan dengan
menggunakan kertas saring dan biarkan sediaan selama lebih kurang 20– 30 menit.
5. Periksa sediaan di bawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 10.
Hasil Praktikum
1) Pemeriksaan Telur Cacing secara Langung dengan Kaca Tertutup

Pada Hasil Pemeriksaan dengan Mikroskop ditemukan telur cacing sehingga penderita Positif terinfeksi
Parasit Cacing

2) Pemeriksaan Telur Cacing secara Langsung dengan Metode Kato Katz

Pada Hasil Pemeriksaan dengan Mikroskop ditemukan telur cacing sehingga penderita Positif terinfeksi
Parasit Cacing

Anda mungkin juga menyukai