Anda di halaman 1dari 9

MATERI PRAKTIKUM

1. Identifikasi Nematoda Usus (Soil Transmitted Helmints dan Non - Soil Transmitted
Helmints)
2. Identifikasi Nematoda Darah dan Jaringan (Identifikasi filariasis; Wuchereria
bancrofti,B.malayi, B.timore).
3. Identifikasi Cestoda Usus (Native Cestoda Usus)
4. Identifiksdi Cesatoda Darah dan Jaringan (Identifikasi native cestoda darah dan jaringan,
Teknik identifikasi cestoda darah dan jaringan, Interpretasi hasil pemeriksaan cestoda
darah dan jaringan)
5. UTS
METODE PEMERIKSAAN
1. Identifikasi Nematoda Usus (Soil 1. Metode Langsung, Flotasi, Sedimentasi,
Transmitted Helmints dan Non - Soil Harada Mori.
Transmitted Helmints) 2. - Pemeriksaan mikrofilaria
2. Identifikasi Nematoda Darah dan (darah/cairan tubuh yg lain. Proses
Jaringan (Identifikasi filariasis; pengambilan sampel pada malam hari
Wuchereria bancrofti,B.malayi, (22.00-02.00) pada cuping telinga
B.timore). kemudian dilakukan pewarnaan
3. Identifikasi Cestoda Usus (Native Giemsa/Wright.
Cestoda Usus) - Darah perifer penderita filariasis dan
4. Identifiksdi Cesatoda Darah dan dibuat preparat dgn bentuk 3 garis
Jaringan (Identifikasi native cestoda sejajar dan dikeringkan selama 24 jam
darah dan jaringan, Teknik identifikasi kemudian dilakukan pewarnaan.
cestoda darah dan jaringan,
Interpretasi hasil pemeriksaan cestoda
darah dan jaringan)
5. UTS

- PCR

3. Metode Langsung, Flotasi, Sedimentasi.


4. Metode Langsung, Flotasi, Sedimentasi.

Bristol Stool Chart/Skala Mayers atau Skala Feses Bristol merupakan bantuan medis yang
dirancang untuk mengklasifikasikan bentuk kotoran manusia.
(Sumber: Heaton, 1997. Buku Parasitologi Praktikum Analis Kesehatan 2015).

PROSES SAMPLING

- Sampel tinja sewaktu dan 24 jam


- Spontan (boleh menggunakan pencahar), rectal toucher, rectal swab dgn cotton wool
terutama pada bayi.
- Persiapan pasien/penderita : menerangkan cara penampungan sampel feses dan
pemeriksaan yang akan dilakukan.
- Pasien/penderita diminta utk defekasi pada wadah/penampung yg bermulut lebar.
- Menerangkan ke pasien utk tidak kencing di tempat penampungan/wadah sampel.
- Hindari meletakkan tisu toilet pada wadah sampel feses.
- Syarat pengambilan sampel feses : Sampel feses harus segar dan dikumpulkan di tempat
kering, bersih, dan bebas urin, sampel harus segera dipeiksa dan dikirim ke
laboratorium, sampel yg masih hangat sangat baik utk pemeriksaan telur dan trofozoit.
Fases tidak boleh dimasukkan atau disimpan di dalam lemari es. Sampel yg disimpan
dilemari es tidak bisa langsung di periksa sampai dengan suhu ruang dan sampel feses
juga tidak boleh disimpan di incubator, sampel feses diambil segera pada saat sakit,
jumlah sampel yang diambil kira-kira sebesar ibu jari kaki bayi. Sampel yang diambil kira-
kira telihat adanya mucus, lendir atau darah.
- Tidak boleh menggunakan sampel feses yg diambil di kloset.
- Diberi label pada wadah sampel (nama, tanggal, alamat, pemeriksaan yg diminta).

PEMERIKSAAN FESES
Pemeriksan laboratorium feses di klasifikasikan menjadi 5 yaitu : makroskopik, mikroskopik,
kimia, bakteriologi dan khusus.

1. Pemeriksaan makroskopik : Warna, darah, lendir, konsistensi, bau, pH, sisa makanan.
2. Pemeriksaan mikroskopik :
- Kualitatif; utk pemeriksaan helmint (Pemeriksaan secara natif/langsung, metode
sedimentasi formol-eter, metode pengapungan ZnSO4 menurut fauset, Metode selotip,
pemeriksaan biakan (Harada Mori). Untuk pemeriksaan protozoa; pengecatan iron
hematoxylin dan pengecatan trikrom.
- Kuantitatif; metode stoll.

METODE PENGAWETAN FESES


1. Cara fisik: pengawetan dgn suhu dingin lemari es 3-50. Hanya bentuk trofozoit yg akan
rusak dengan pendinginan.
2. Cara Kimiawi : Formalin 5 % atau 10%, polyvinyl alcohol (PVA) sangat baik utk protozoa,
merthiolate iodine formalin (MIF).
PROSEDUR KERJA PEMERIKSAAN FESES

KUALITATIF
1. Metode Natif (langsung) (sampel feses anak yg di duga terinfeksi cacing)
Tujuan : utk mengetahui adanya infeksi yang disebabkan cacing parasit pada seseorang
yang diperiksa fesesnya.
- Pemeriksaan ini menggunakan larutan NaCl fisiologis 0,9%, Eosin 2% (lebih jelas utk
melihat perbedaan telur-telur cacing dengan kotoran).

(Sumber : Nugraha B. Buku Penuntun Praktikum Parasitologi, 2011).


sedimentasi
2. Metode Konsentrasi (sampel feses anak yg di duga terinfeksi cacing)
Tujuan : untuk memisahkan kista dan telur cacing dari bahan-bahan lain yg terkandung
di dalam tinja dan bergantung pada berat jenis masing-masing. Terdapat 2 cara utk
metode kosentrasi yaitu sedimentasi dan pengapungan.
- Metode konsentrasi pengendapan sederhana

- Metode konsenstrasi pengendapan Formol-eter (utk menemukan kista dan

Teks
telur cacing termasuk golongan trematoda.
a. Emulsikan 1-2 g feses dalam 7-10 ml lar. Formalin dalam larutan garam fisiologis.
Kemudian saring dengan kain kasa, masukkan filtratnya ke dalam tabung sentrifuge.
b. Tambahkan 3 ml eter dan kocok selama 1 menit.
c. Sentrifugasi selama 2 menit kecepatan 2000 rpm.
d. Maka akan terlihat tiga lapisan

(Cara pemisahan debris setelah proses sentrifugasi dengan menggunakan batang


pengaduk yg di putar hingga debris terlepas dan dengan cepat tabung dibalik/ditumpah)

e. Kemudian sedimen yg tertinggal dalam tabung selanjutkan di tuang ke objek


glass/slide dan diperiksa di bawah mikroskop.
- Metode Konsentrasi Pengapungan ZnSO4 Faust.
Tujuan : utk menemukan kista protozoa, telur, larva, dan cacing dewasa. Namun
kurang efektif utk telur cacing hati, cestoda dan telur beroperkulum.
- Metode Konsentrasi Pengapungan (menggunakan Lar. NaCL jenuh atau larutan
gula jenuh. Metode ini digunakan untuk pemeriksaan feses yg mengandung
sedikit telur. Pemeriksaan ini hanya efektif utk telur-telur nematoda,
Schistosoma, Dibothiriosephalus, telur yg berpori-pori dari family Taenidea, telur-
telur Achantocephala ataupun telur ascaris yg infertil. (sampel yang di bawa
sayuran seperti Kemangi dan Sayur Selada)
3. METODE SELOTIP
Metode ini utk pemeriksaan telur Enterobius vermicularis/Oxyuris vermicularis.
Proses pengambilan sampel pada metode ini dilakukan pada pagi hari pada saat bangun
tidur sebelum anak kontak dgn air.
Prosedur pemeriksaan :
Siapkan plester/selotip tipis
bening kemudian di potong dgn
ukuran 2x1,5 cm.

Plester/selotip tsb ditempelkan


pada permukaan lubang anus dan
ditekan menggunakan ujung jari.

Kemudian plaster/selotip di lepas


perlahan dan langsung di
tempelkan di permukaan objek
glass utk di amati di bawah
mikroskop, apakah terdapat telur
cacing atau tidak.

Interpretasi hasil :
(+) : terdapat 1-5 telur
(++) : terdapat 6-10 telur
(+++) : terdapat 11-20 telur
(++++) : terdapat >20 telur
4. METODE BIAKAN HARADA MORI
Metode ini digunakan utk menentukan dan mengidentifikasi larva cacing
Ancylostoma duodenale, Necator americanus, Strongyloides stercolaris dan
Trichostronngilus sp yang di dapatkan dari feses yang diperiksa. Pada metode ini
memungkinkan utk telur cacing dapat berkembang menjadi larva infektif pada kertas
saring basah selama kurang lebih 7 hari, kemudian larva akan ditemukan pada ujung
tabung.
Metode ini tuk mengidentifikasi larva cacing Ancylostoma duodenale, Necator
americanus, Strongyloides stercolaris dan Trichostronngilus sp. Atau mencari larva
cacing-cacing parasit usus yg menetas di luar tubuh hospes.
Tujuan pemeriksaan ini, mengetahui adanya infeksi cacing tambang. Hanya
cacing-cacing yg menetas di luar tubuh hospes yang akan menetas 7 hari menjadi larva
dgn kelmbapan yg cukup.

PROSEDUR KERJA :

- Potong kertas saring 3,5-25 cm, kemudian


oleskan 0,5 gram tinja pada kertas saring pada
½ sampai 2/3 panjang kertas.
- Letakkan kertas saring tsb ked lm tabung
reaksi yg telah diisi 3 ml air, jangan sampai
olesan tinja yg tadi terkena air/masuk ke
dalam air.
- Tutup tabung dengan kapas dan inkubasi di
suhu ruang 3-7 hari.
- Larva filariform diharapkan dapat ditemukan
di dasar tabung. Kemudian tetaskan endapan
di dasar tabung pada objek glass pada hari ke
tiga utk melihat adanya larva Strongyloides
stercoralis.
- Kemudian ulangi pemeriksaan tsb pada hari ke
tujuh untuk menemukan larva hook worm.
5. METODE KATO
Metode pemeriksaan ini efektif utk mendeteksi telur cacing berukuran sedang dan
besar, tetapi tidak efektif jika digunakan utk mendeteksi Trematoda berukuran kecil.
PROSEDUR KERJA :
- Pita cellophane dimasukkan ke dalam larutan malachite green selama kurang
lebih 24 jam.
- Taruh tinja sebesar biji kacang (50-60 mg)
- Selanjutanya ditutup dgn pita cellophane dgn meratakan tinja di seluruh
permukaan pita sampai sama tebal, dengan bantuan gelas preparat yg lain.
- Dibiarkan pada suhu ruang selama 30 menit di incubator supaya menjadi
transparan.
- Seluruh permukaan diperiksa dengan menghitung jumlah semua telur yang
ditemukan dengan perbesaran lemah.

KUANTITATIF
1. METODE STOLL
Metode ini bertujuan utk mengetahui derajat infeksi penderita kecacingan dan utk
mengetahui efektivitas suatu obat cacing. Walaupun metode ini tidak bisa menetukan
secara tepat jumlah cacing pada penderita, akan tetapi dapat menggambarkan derajat
ringan atau berat infeksi kecacingan.

Perhitungan telur cacing per gram feses


Prinsip : berat feses yang akan diperiksa harus disertakan dengan volume cairan 0,1 N
NaOH. Untuk feses lunak 1,03 g – 1,04 g setara dengan 1 ml 0,1 N NaOH, sedangkan
feses yg keras 1,05 g – 1,07 g feses setara dengan 1 ml 0,1 N NaOH.
Prosedur kerja :
- Isi bejana erlenmayer khusus dgn 0,1 N NaOH sampai mencapai tanda 5,6 ml pada leher
bejana.
- Ditambahkan feses hingga larutan NaOH naik sampai dengan tanda 5,6 ml.
- Tambahkan 5-6 butir manic kaca (glass beads) kemudiqan sumbat dgn karet, kocok
selama 2-3 menit.
- Kemudian masukkan bejana erlenmayer dan isisnya ke dalam lemari es semalaman.
- Setelah selesai di dinginkan dlm lemari es, kocok lagi bejana tadi sampai tidak ada lagi
partikel besar dalam larutan.
- Pipet 0,075 ml dengan menggunakan pipet stoll larutan dari tengah larutan kemudian
teteskan pada objek glass bersih dan tutup dgn cover glass.
- Hitung jumlah telur yg di temukan di bawah mikroskop.
KESIMPULAN

1. Penting untuk mengetahui dan memilih metode pemeriksaan yang sesuai dengan
tujuan pemeriksaan, dikarenakan setiap metode memiliki sensitifitas yang berbeda-
beda utk setiap jenis stadium parasit (kista, trofozoit, larva, atau telur cacing.
2. Metode pemeriksaan juga terdapat perbedaaan berdasarkan jenis spesimen yang di
dapat.
3. Memastikan setiap metode yg dipilih dan dikerjakan sesuai dengan kebutuhan
pemeriksaan.

Anda mungkin juga menyukai