Anda di halaman 1dari 11

TOXOPLASMOLISIS

Oleh:
1. Putri Muzeyyanah_2240020073
2. Mita Rahayu_2240020076
3. Nabilah Rahmah Putri_240020081
4. Indira Zazabilla_2240020083

1. Tujuan:
Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan toxoplasmolisis
2. Alat dan Bahan:
Alat Bahan
1. Sentrifuse 1. feses kucing
2. objek glass 2. eosin 1%
3. cover glass 3. nacl jenuh
4. tusuk lidi 3. aquadest
5. mikroskop
6. pipet ukur

3. Prosedur:
Untuk prosedur pemeriksaannya melalui 3 metode, yaitu metode direct, sedimen, dan
floating.
 Metode direct
1. Pengambilan sampel feses kucing dari
wadahnya menggunakan tusuk lidi
2. Sampel feses ditaruh di objek glass,
diratakan membentuk oval

3. Tambahkan aquadest 1 tetes pada


sampel feses di objek glass

4. Tutup dengan cover glass

5. Diamati preparat pada mikroskop


untuk mengetahui ada tidaknya
toxoplasmolisis.Dilakukan prosedur
yang sama pada sampel feses kucing
kedua
 Metode sedimen
1. Mengambilfeses secukupnya 1
sampai 2 gram kemudian letakkan
pada tabung sentrifuse

2 Lalu ditambahkan dengan aquadest


mencapai angka 10

3. Kemudian diaduk sampai merata

4. Setelah itu melakukan sentrifuse

5. Air dibuang, disisakan endapannya.


Kemudian ambil endapan dan
letakkan pada objek glass
6. Ditambahkan dengan larutan eosin 1
tetes. Lalu amati dibawah mikroskop

 Metode floating
1. Amibil endapan sedimen ditambahkan
dengan nacl jenuh yang telah diaduk
dan sudah membentuk sedikit kristal.
Lalu dituangkan sampai tanda batas
tabung

2. Tempelkan cover glass di atas tabung


dan tunggu selama 15 menit

3. Kemudian amati di bawah mikroskop


4. Data Pengamatan
Metode direct
1. feses kucing pertama 2. feses kucing kedua
Hanya ditemukan cacing tidak terdapat tidak ditemukan toxoplasma
toxoplasma

Metode sedimen
1. feses kucing pertama 2. feses kucing kedua
Tidak ditemukan toxoplasma Tidak ditemukan toxoplasma

Metode floating
1. feses kucing pertama 2. feses kucing kedua
Tidak ditemukan toxoplasma Tidak ditemukan toxoplasma
5. Pembahasan
Pada praktikum tanggal 15 oktobet 2021 kelompok kami melakukan
pemeriksaaan toxoplasma pada sampel feses dari dua kucing yang berbeda. Pada
praktikum tersebut kita menggunakan 3 metode, yaitu metode direct, sedimen, dan
floating. Perbedaan dari ketiga metode tersebut pada metode direct hanya
menggunakan aquadest, dan pada metode sedimen menggunakan sentrifuse serta
eosin sebagai pewarna sampel. Sedangkan metode floating menggunakan air bekas
endapan sedimen dan Nacl jenuh.
Toxoplasma memiliki morfologi atau ciri-ciri bentuk ookista, takizoit, dan
pseudokista. Sedangkan pada pemeriksaan ini tidak ditemukan morfologi atau ciri-
ciri seperti diatas, yang mana ciri-ciri atau morfologinya seperti berikut:
A. Ookista ( berisi Sporozoit)
Ookista yang terdapat dalam tinja kucing merupakan bentuk tidak bersporulasi
berbentuk spheris dan subspheris berukuran 10x12 μm, berisi dua sporokista yang
masing-masing mengandung empat sporozoit. Ookista mempunyai dinding, berisi
satu sporoblas yang membelah menjadi dua
sporoblas (Montoya, 2010).
B. Takizoit (berisi Poliferatif)
Takizoit menyerupai bulan sabit dengan ujung lain agak membulat. Ukuran
panjang 4-8 mikron, lebar 2-4 mikron dan mempunyai selaput sel, satu inti terletak
di tengah bulan sabit dan beberapa organel lain seperti mitokondria dan
badan golgi.
C. Pseudokista/Kista ( berisi Bradizoit)
Kista dibentuk dalam sel hospes bila takizoit yang membelah telah membentuk
dinding. Ukuran kista berbeda-beda, ada yang berukuran 200 mikron berisi kira-kira
3000 bradizoit. Kemudian di otak bentuk kista lonjong/bulat. Dan kista dalam tubuh
hospes dapat ditemukan seumur hidup terutama di otak, otot jantung, dan otot
bergaris.

 Siklus Hidup
Toxoplasma gondii mempunyai dua siklus hidup, siklus hidup seksual dan siklus
hidup aseksual. Siklus hidup seksual terjadi di usus halus hospes definitifnya yaitu
kucing. Setelah kucing menelan jaringan yang mengandung kista, dalam tubuh
kucing kista ini akan berubah menjadi bentuk bradizoit dengan melepaskan dinding
luar kista. Proses ini dibantu oleh enzim pencernaan.
Bradizoit ini menyerang sel epitel intestinal kucing. Bradizoit kemudian
mengalami replikasi dan bertransformasi menghasilkan mikrogamet dan
makrogamet. Mikrogamet sebagai sel kelamin betina dan makrogamet sebagai sel
kelamin jantan kemudian bersatu dan membentuk zigot. Tiap zigot atau sporon
diselubungi oleh dinding sel dan keluar dari intestinal sebagai ookista tak
bersporulasi (unsporulated oocyst). Apabila ookista ini keluar bersama feses kucing,
maka ookista ini dapat mengkontaminasi tanah dan air. Ookista ini menjadi infektif
pada suhu ruangan selama 3-4 hari. Selama waktu ini, sporoblast primer terbelah
menjadi dua sporoblast dan tiap sporoblast akan pecah menjadi empat sporozoit.
Ookista yang mengalami proses sporozoit dalam tubuhnya disebut sporokista yang
infektif sampai satu tahun di tanah (Natadisastra, 2009). Selanjutnya, sporokista ini
masuk ke dalam tubuh manusia atau hewan yang berdarah panas melalui ingesti
daging yang kurang matang atau tanaman dan air yang terkontaminasi dan akan
berlangsung siklus hidup aseksual
di tubuh hospesintermediet (Tenter, et al., 2000).
Setelah hospes menelan ookista infektif, ookista ini akhirnya pecah di traktus
gastrointestinal yang akhirnya mengeluarkan bradizoit atau sporozoit yang
menginvasi dan berdiferensiasi menjadi takizoit yang berada di epitel
gastrointestinal. Takizoit ini kemudian berjalan ke seluruh tubuh melalui aliran
darah. Takizoit ini akhirnya bersirkulasi melalui darah dan sistem limfatik dan
berpotensi menginfeksi semua jenis sel dan jaringan. Takizoit di jaringan
selanjutnya menginisiasi pembentukan kista jaringan yaitu bradizoit yang
berkembang lambat. Dalam kista jaringan, bradizoit bermultiplikasi dengan
endogoni dan bertahan di jaringan sampai seumur hidup hospes. Kista jaringan
inilah yang infeksius dan kadang pecah dan kembali berubah bentuk menjadi
takizoit. Takizoit ini selanjutnya melakukan reinvasi pada hospes. Takizoit kembali
membentuk bradizoit. Jika tertelan oleh hospes definitif, bradizoit akan menginisiasi
siklus hidup seksual dan dan siklus hidup Toxoplasma gondii akan berulang.

 Patogenesis dan Gejala Klinis


Toxoplasma gondii adalah parasit yang menyebabkan penyakit toxoplasmolisis.
Penyakit toxoplasmolisis ini merupakan penyakit zoonis atau penyakit pada hewan
yang dapat ditularkan ke manusia. Pada garis besarnya dengan cara penularan dan
gejala klinisnya, toksoplasmolisis dapat dikelompokkan menjadi Toxoplasmolisis
akuisita (dapatan) dan toxoplasmolisis kongential.
Gejala klinis yang paling sering dijumpai pada toxoplasmolisis dapatan ialah
limfadenopati dengan rasa lelah, demam, nyeri otot, dan rasa sakit kepala, kadang-
kadang ada eksantema dan retinokoroiditis. Pada infeksi akut limpfadenopati sering
dijumpai pada kelenjar getah bening daerah leher belakang.
Sementara itu, pada toxoplasmosis kongenital bisa dijumpai prematuritas,
retardasi pertumbuhan intrauterin, post-maturitas, retinokoroiditis, strabismus,
kebutaan, retardasi psikomotor, mikrosefalus atau hidrosefalus, kejang, hipotonus,
ikterus, anemia, dan hepatosplenomegali (Sutanto, et al., 2011). Toxoplasmosis
kongential dapat menunjukkan gejala yang sangat berat dan menimbulkan kematian
penderitanya karena parasit telah tersebar luas di berbagai organ penting dan juga
pada sistem saraf penderita.

 Cara Penularan
Bermula dari feses kucing yang mengandung Toxoplasma gondii, protozoa ini
selanjutnya dapat mengkontaminasi air, tanah, sayuran, maupun manusia secara
langsung. Transmisi Toxoplasma gondii ke hewan berdarah panas ataupun ke
manusia umumnya melalui dua cara baik secara horizontal maupun vertikal. Secara
horizontal, transmisi ini dapat terjadi melalui ingesti ookista ketika makan daging
yang kurang matang dari hasil peternakan yang telah terinfeksi Toxoplasma gondii.
Selain daging, ingesti ookista juga dapat terjadi dari air, tanah, ataupun sayuran yang
telah terkontaminasi Toxoplasma gondii. Manusia juga dapat terkena toksoplasmosis
melalui transplantasi dari organ yang terinfeksi (Tenter, et al., 2000). Secara vertikal,
transmisi ini dapat terjadi dari ibu ke janin selama proses kehamilan. Pada beberapa
hospes, takizoit bisa juga ditransmisikan dari ibu ke anak melnoalui Air Susu Ibu
(ASI), tetapi langka sekali terjadi kasus transmisi takizoit melalui susu yang tidak
terpasteurisasi dan menyebar langsung ke aliran darah (Tenter, et al., 2000).

 Diagnosa
Meskipun insiden infeksi toxoplasmosis tinggi, diagnosis klinis jarang dilakukan
karena tanda klinis dari toxoplasmosis mirip dengan penyakit infeksi lainnya. Uji
laboratorium biasanya digunakan untuk diagnosis. Hanya mendeteksi antibodi yang
spesifik saja tidak cukup karena banyak manusia dan binatang memiliki titer
antibodi. Sebuah infeksi baru dapat menjadi pembeda dengan deteksi peningkatan
jumlah antibodi (seroconversion) dari isotypes yang berbeda (IgG, IgM, IgA) atau
dari sirkulasi. Deteksi parasit yang bebas (takizoit) pada kombinasi dengan gejala
klinis dapat mengkonfirmasikan suatu infeksi, sebagai contoh pada biopsi atau
abortion material. Deteksi kista jaringan (hanya seperti antibodi saja) tidak
mengkonfirmasi infeksi aktif. Identifikasi Toxoplasma gondii dalam darah atau
cairan tubuh (Medows, 2005), yaitu :
1. Isolasi T. gondii dalam darah atau cairan tubuh (misalnya, CSF, cairan
ketuban) dengan inokulasi kultur jaringan.
2. Fluorescent antibodi atau tachyzooites pewarnaan immunoperoxidase.
3. Reaksi berantai polimerase (PCR) untuk deteksi T. gondii DNA.
4. Serologi, yaitu :
a. ELISA untuk mendeteksi IgG, IgM, IgA atau antibodi IgE
b. IFA deteksi IgG atau IgM
IgM spesifik tes yang dilakukan bila diperlukan untuk menentukan waktu
infeksi, misalnya dalam sebuah pregnansi. Sebuah tes negatif yang kuat IgM
menunjukkan bahwa infeksi ini tidak baru, tetapi tes IgM positif sulit untuk
menginterpretasikan. IgM spesifik toksoplasma dapat ditemukan hingga 18
bulan setelah infeksi akut dan positif palsu yang umum.
c. Uji aviditas imunoglobulin G.
d. Immunosorbant aglutinasi untuk IgM atau IgA.
e. Uji Sabin-Feldman dye, hemaglutinasi tidak langsung, aglutinasi
lateks, aglutinasi dimodifikasi dan fiksasi komplemen.
5. Pencitraan Radiologi
a. Computed Tomography (CT) atau radiologi dapat menunjukkan
toksoplasmosis otak, USG dapat digunakan pada janin dan kalsifikasi
atau ventrikel membesar dalam otak bayi baru lahir.
b. CT atau MRI dapat menunjukkan beberapa kontras, bilateral meningkat
("cincin-lesi") dalam otak.

 Pencegahan
Menurut Natadisastra (2009) pada dasarnya, belum ada cara yang cukup praktis
untuk mencegah toxoplasmosis. Menghindari binatang yang kemungkinan terinfeksi
tidak mempunyai arti yang signifikan. Pencegahan ini dapat berupa memasak daging
sampai matang untuk daging kambing, sapi, dan babi. Penyimpanan daging di
freezer pada suhu rendah dapat juga mencegah penyakit toxoplasmosis meskipun
tidak sebaik pemanasan yang sempurna. Sampai saat ini pencegahan yang dapat
dilakukan adalah perbaikan higiene dan sanitasi. Penggunaan vaksin belum
memungkinkan diproduksi dan diterapkan pada manusia karena banyak
menimbulkan efek samping dan pendeknya waktu efektivitas vaksin (Sudarto a,
2012).

 Pengobatan
Sampai saat ini pengobatan yang terbaik adalah kombinasi pyrimethamine
dengan trisulfapyrimidine. Kombinasi ke dua obat ini secara sinergis akan
menghambat siklus p-amino asam benzoat dan siklus asam foist. Dosis yang
dianjurkan untuk pyrimethamine ialah 25-50 mg per hari selama sebulan dan
trisulfapyrimidine dengan dosis 2.000-6.000 mg sehari selama sebulan. Karena efek
samping obat tadi ialah leukopenia dan trombositopenia, maka dianjurkan untuk
menambahkan asam folat dan selama pengobatan. Trimetoprimn juga ternyata
efektif untuk pengobatan toxoplasmosis tetapi bila dibandingkan dengan kombinasi
antara pyrimethamine dan trisulfapyrimidine, ternyata trimetoprim masih kalah
efektifitasnya. Spiramycin merupakan obat pilihan lain walaupun kurang efektif
tetapi efek sampingnya kurang bila dibandingkan dengan obat-obat sebelumnya.
Dosis spiramycin yang dianjurkan ialah 2-4 gram sehari yang di bagi dalam 2 atau 4
kali pemberian. Beberapa peneliti menganjurkan pengobatan wanita hamil trimester
pertama dengan spiramycin 2-3 gram sehari selama seminggu atau 3 minggu
kemudian disusul 2 minggu tanpa obat. Demikian berselang seling sampai sembuh.
Pengobatan juga ditujukan pada penderita dengan gejala klinis jelas dan terhadap
bayi yang lahir dari ibu penderita toxoplasmosis.

6. Kesimpulan
Telah dilakukan suatu praktikum untuk mengetahui adanya plasmolisis dengan
menggunakan dua sampel kucing berbeda yang mana pemeriksaannya
menggunakan tigs metode, yaitu direct (aquadest), sedimen (sentrifuse dan
penambahan eosin), dan floating (air bekas endapan sedimen dan Nacl jenuh). Hasil
yang didapat dari kedua sampel kucing, tidak menunjukkan adanya ciri-ciri atau
morfologi dari toxoplasma. Di mana perlu diketahui bahwa ciri-ciri atau morfologi
dari toxoplasma adalah ookista, takizoit, pseudokista. Toxoplasma gondi adalah
parasit yang menyebabkan toxoplasmolisis. Toxoplasma gondi melalui dua siklus
yaitu seksual dan aseksual, Siklus hidup seksual terjadi di usus halus hospes
definitifnya yaitu kucing. Gejala dari toxoplasmolisis gondii seperti toxoplasmolisis
dapatan yaitu limfadenopati dengan rasa lelah, demam, nyeri otot, dan rasa sakit
kepala, kadang-kadang ada eksantema dan retinokoroiditis. Sementara itu, pada
toxsoplasmosis kongenital bisa dijumpai prematuritas, retardasi pertumbuhan
intrauterin, post-maturitas. Cara penularan dari toxoplasmolisis pada manusia
melalui cara vertikal dan horizontal yang mana transmisi secara horizontal ini dapat
terjadi melalui ingesti ookista ketika makan daging yang kurang matang dari hasil
peternakan yang telah terinfeksi Toxoplasma gondii. Selain daging, ingesti ookista
juga dapat terjadi dari air, tanah, ataupun sayuran yang telah terkontaminasi
Toxoplasma gondi. Secara vertikal dapat terjadi dari ibu ke janin selama proses
kehamilan. Pada beberapa hospes, takizoit bisa juga ditransmisikan dari ibu ke anak
melnoalui Air Susu Ibu (ASI).

7. Daftar Pustakan
Levine ND.1994. Parasitologi Veteriner. Yogyakarta: UGM Press.
Halimatunnisa, Febriana. Prabowo, A.Y.2018. Diagnosis Toxplasma Gondii dan
Toksoplasmolisis. Medula. 8(1), 1-4.

Anda mungkin juga menyukai