Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Parasit merupakan organisme yang hidup pada atau dalam organisme lain dan atas beban
organisme yang ditumpangi. Parasit dapat dibedakan, menjadi : Endo-parasit (Helminth
(cacing), yang terdiri dari cacing : Nematoda (cacing gilik), Cestoda (cacing pita) dan
Trematoda (cacing daun). Selain cacing juga terinfeksi oleh Protozoa darah dan protozoa
saluran cerna, serta Ekto-parasit artropoda kelas Insekta, (kutu, pinjal, lalat dan nyamuk), dan
kelas araknida (caplak dan tungau) (Brown 1979).
Parasit akan merugikan hospes definitive,karena : berkompetisi memperebutkan
makanan dengan hospes definitive, menghisap darah, cairan getah bening atau eksudat,
merusak jaringan tubuh, menimbulkan radang, memudahkan masuknya pathogen lain,
menghasilkan berbagai substansi toksik seperti (hemolysin, histilysine, antikoagulan dan
produksi toksik dari metabolismenya), menimbulkan reaksi alergi, dapat menstimulir
terjadinya kanker, membawa beberapa penyakit (vektor), menimbulkan penyumbatan secara
mekanis, contoh : cacing Ascaris suum jika jumlahnya banyak dapat menyumbat saluran
pencernaan babi, dapat menghncurkan sel, karena mengadakan pertumbuhan didalamnya,
contoh : protozoa (Eimeria sp, menghancurkan sel epitel saluran cerna, Plasmodium sp,
Leucocytozoon dan Haemoproteus, menghancurkan sel darah merah unggas), menurunkan
resistensi tubuh hospes terhadap penyakit lainnya (Brown 1979).
Sebagian besar infeksi dengan parasit cacing berlangsung tanpa gejala atau menimbulkan
gejala ringan oleh sebab itu pemeriksaan laboratorium sangat dibutuhkan karena diagnosis
yang berdasarkan gejala klinis kurang akurat. Pemeriksaan feses diperlukan untuk
menemukan adanya telur, larva, ookista , tropozoit dan kista dari parasit. Identifikasi parasit
yang tepat memerlukan pengalaman dalam membedakan sifat sebagai spesies, parasit, kista,
telur, larva, dan juga memerlukan pengetahuan tentang berbagai bentuk pseudoparasit dan
artefak yang mungkin dikira suatu parasit. Bahan yang akan di periksa tergantung dari jenis
parasitnya, untuk cacing atau protozoa usus maka bahan yang akan di periksa adalah feses,
agar parasit dalam cairan tubuh tadi dapat diidentifikasi dengan mudah, maka mereka tidak
boleh berubah bentuk atau rusak. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan pemeriksaan feses
agar dapat mengetahui macam-macam parasit yang ada pada hospesnya.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui metode pemeriksaan feses rusa dan feses
babi.
BAB 2
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mikroskop, objek, kaca penutup, pipet
tetes, tabung reaksi, dan gelas ukur, sedangkan bahan yang digunakan adalah akuades, NaCl
jenuh, Naoh 10 % dan Methylene blue.
2.2 Cara Kerja
Metode natif

Ambil dengan Letakkan 1 tetes


Campurkan 1 bagian tinja
menggunakan pipet, berikutnya pada objek
dengan 5-10 bagian air
buang tetesan pertama glass

Tutup dengan coverglass,


Amati dengan mikroskop usahakan tidak ada
gelembung udara

Metode willis

Larutkan feses dengan air Ambil krg lebih 1 cc (25 Letakkan tabung pada rak
sehingga didapatkan tetes)larutan, masukkan tabung dengan posisi
konsentrasi 10% dalam tabung reaksi tegak

Ambil gelas penutup dan Tambahkan NaCl jenuh


Tutup dengan gelas
letakkan pada objek gelas sampai membentuk
penutup dan biarkan15
dan dilihat di bawah cembung pada
menit
mikroskop permukaan tabung
Metode Parfitt and Banks

Tuangkan cairan tinja


Buang supernatan
kedalam tabung reaksi
Ambil tinja dan tuangkan sehingga hanya tersisa
sampai ¾ tabung
air secukupnya lalu aduk. endapannya. Lakukan
kemudian tunggu 10
sebanyak 2 kali
menit.

Ambil endapan paling Tunggu 10 menit, buang Tetesi endapan dengan


bawah dengan supernatan sehingga NaOH 10 % 3 tetes
menggunakan pipet lalu hanya tersisa endapan,
letakkan diatas objek lalu tetesi dengan dan tambahkan air
glass dan diamati dengan methylene blue 0,5 % 2 sampai ¾ tabung lalu
mikroskop tetes dan aduklah. aduk.
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Berdaarkan hasil praktikum, diperoleh gambar yang disajikan dalam bentuk gambar
sebgai berikut.

Gambar 1 Pengamatan feses Gambar 2 Pengamatan feses


rusa metode natif rusa metode natif

Gambar 3 Pengamatan feses Gambar 4 Pengamatan feses


rusa metode natif babi metode natif

Gambar 5 Pengamatan feses Gambar 6 Pengamatan feses


babi metode natif babi metode natif
Gambar 7 Pengamatan feses Gambar 8 Pengamatan feses
babi metode Willis rusa metode Willis

Gambar 9 Pengamatan feses Gambar 10 Pengamatan feses


rusa metode Willis rusa metode Willis

Gambar 11 Pengamatan feses Gambar 12 Pengamatan feses


rusa metode Willis rusa metode Parfitt

Gambar 13 Pengamatan feses Gambar 14 Pengamatan feses


babi metode Parfitt babi metode Parfitt
Gambar 15 Pengamatan feses
babi metode Parfitt

3.2 Pembahasan
Parasit merupakan organisme yang hidup pada atau dalam organisme lain dan atas
beban organisme yang ditumpangi. Parasit dapat dibedakan, menjadi : Endo-parasit
(Helminth (cacing), yang terdiri dari cacing : Nematoda (cacing gilik), Cestoda (cacing pita)
dan Trematoda (cacing daun). Parasit akan merugikan hospes definitive,karena : berkompetisi
memperebutkan makanan dengan hospes definitive, menghisap darah, cairan getah bening
atau eksudat, merusak jaringan tubuh, menimbulkan radang, memudahkan masuknya
pathogen lain, menghasilkan berbagai substansi toksik seperti (hemolysin, histilysine,
antikoagulan dan produksi toksik dari metabolismenya), menimbulkan reaksi alergi, dapat
menstimulir terjadinya kanker, membawa beberapa penyakit (vektor), menimbulkan
penyumbatan secara mekanis. Pemeriksaan parasit pada hospes dapat melalui pemeriksaan
feses yang terdiri dari 3 metode yaitu metode Natif, metode Willis, dan metode Parfitt and
Banks (Brown 1979)
Metode natif dipergunakan untuk pemeriksaan secara cepat dan baik untuk infeksi
berat, tetapi untuk infeksi ringan sulit ditemukan telur-telurnya. Cara pemeriksaan ini
menggunakan larutan lugol atau eosin 2%. Penggunaan eosin dimaksudkan untuk lebih jelas
membedakan telur-telur cacing dengan kotoran di sekitarnya.Kelebihan metode ini adalah
mudah dan cepat dalam pemeriksaan telur cacing semua spesies, biaya yang diperlukan
sedikit, serta peralatan yang digunakan juga sedikit. Sedangkan kekurangan metode ini
adalah dilakukannya hanya untuk infeksi berat, infeksi ringan sulit dideteksi. Metode natif
dilakukan dengan cara mencampur feses dengan sedikit air dan meletakkannya di atas gelas
obyek yang ditutup dengan deckglass dan memeriksa di bawah mikroskop (Gandahusada &
Pribadi 1998).
Gambar 1 pengamatan feses rusa pada metode natif menunjukkan Oxyuris
ztermicularis. Morfologi, cacing jantan panjangnya 2-5 mm, ekor melengkung, cacing betina
panjangnya + 10 mm, uterus berisi telur, ekor runcing, baik jantan maupun betina
mempunyai "cephalic alae", telurnya berukuran + 55 x 25 mikron, bentuk lonjong asimetris,
berdinding, tebal, berisi larva. Parasit ini menyebabkan penyakit oksiuriasis atau enterobiasi,
dengan hospes manusia. Patologi klinis yang ditimbulkan yaitu pruritus ani terutama pada
malam hari, gejala intestinal biasanya ringan, peradangan pada vagina/tuba fallopii.
Diagnosis parasit ini ditandai dengan adanya telur dan cacing dewasa. Telur cacing
dapatdiambil dengan "anal swab". Terapi untuk penyakit yang ditimbulkan yaitu dengan
penapiperazin, pirvinium pamoat, tiabendazol, dan mebendazol (Levine 1990).
Gambar 4 pengamatan feses babi pada metode Natif menunjukkan Balantidium coli.
Morfologi terbagi atas dua bentuk yaitu bentuk vegetatif: besarnya 60-70 mikron, bentuk
lonjong, mempunyai silium, mempunyai makronukleus, mikronukleus, sitostom. (2) bentuk
kista: besarnya 60 mikron, bentuk bulat/lonjong, dinding tebal, tampak makronukleus dan
silium. Parasit ini menyebabkan penyakit balantidiasis dengan hospes babi, manusia. Patologi
klinis yang ditimbulkan yaitu pada selaput lendir usus besar terbentuk abses-abses kecil, bila
pecah membentuk ulkus. Ulkus ini menyerupai ulkus yang disebabkan oleh entamoeba
histolytica. Diagnosis menemukan bentuk vegetatif dan kista dalam tinja. Terapi dengan
diiodohidroksikuinolin, tetrasiklin, metronidazol (Levine 1994).
Gambar 5 pengamatan feses babi pada metode Natif menunjukkan Ascaris
lumbricoides. Morfologi cacing jantan berukuran 10-31 cm, ekor melingkar, memiliki 2
spikula. Cacing betina berukuran 22-35 cm, ekor lurus, pada 7/3 bagian anterior memiliki
cincin kopulasi. Mulut terdiri atas tiga buah bibir. Telur yang dibuahi berukuran + 60 x 45
mikron, berbentuk oval, berdinding tebal dengan 3 lapisan dan berisi embrio. Telur yang
tidak dibuahi berukuran + 90 x 40 mikron, berbentuk bulat lonjong. Atau tidak teratur,
dindingnya terdirl atas 2lapisan dan dalamnya bergranula. Telur decorticated, telurnya tanpa
lapisan albuminoid yang lepas karena proses mekanik. Penyakit yang ditimbulkan yaitu
askariasis dengan hospes manusia. Patologi klinis larva di pulmo menyebabkan sindrom
loeffler, juga dapat menyebabkan bronkopneumonia. Cacing dewasa di dalam rongga usus
dapat menyebabkan ileus obstruktif. Bila cacing dewasa menetap di tempat-tempat yang tidak
biasa (apendiks, peritoneum, saluran empedu, trakea) disebut infeksi ektopik. Diagnosis
adanya telur dalam tinja. Cacing dewasa yang keluar melalui mulut, hidung, atau tinja.
Terapi, piperazin sitrat, pirantel pamoat, mebendazol, dan albendazol (Mohr 1957).
Gambar 6 pengamatan feses babi pada metode Natif menunjukkan Balantidium coli.
Morfologi terbagi atas dua bentuk yaitu bentuk vegetatif: besarnya 60-70 mikron, bentuk
lonjong, mempunyai silium, mempunyai makronukleus, mikronukleus, sitostom. (2) bentuk
kista: besarnya 60 mikron, bentuk bulat/lonjong, dinding tebal, tampak makronukleus dan
silium. Parasit ini menyebabkan penyakit balantidiasis dengan hospes babi, manusia. Patologi
klinis yang ditimbulkan yaitu pada selaput lendir usus besar terbentuk abses-abses kecil, bila
pecah membentuk ulkus. Ulkus ini menyerupai ulkus yang disebabkan oleh entamoeba
histolytica. Diagnosis menemukan bentuk vegetatif dan kista dalam tinja. Terapi dengan
diiodohidroksikuinolin, tetrasiklin, metronidazol (Guna 2014).
Gambar 7 pengamatan feses babi pada metode Willis menunjukkan Metagonimus sp.
Morfologi, cacing dewasa Metagonimus yokogawai berukuran + 1 mm, memiliki batil isap
kepala dan batil isap perut yang terletak agak lateral, ovarium dan uterus berisi telur, dua
testis bulat letaknya serong. Patologi klinis yang ditimbulkan Nyeri perut, diare, payah
jantung, perdarahan serebral dan spinal. Diagnosis Telur dalam tinja. Terapi dengan
Prazikuantel, Bitionol. Penyakit yang ditimbulkan adalah Metagonimiasis dengan Hospes
Manusia, anjing, kucing, babi, dan lain-lain serta Hospes perantara Keong (Semisulcospira,
Thiara, Hua) sebagai hospes perantara pertama. Ikan salem sebagai hospes perantara kedua
(Muslihin 2014).
Gambar 8 pengamatan feses rusa pada metode Willis menunjukkan Trichinella
spiralis. Morfologi, cacing jantan panjangnya I 1.,5 cm, gemuk, testis 6-8 buah, memiliki
batil isap kepala dan batil isap perut, integumen halus, kanalis ginekoforus. Cacing betina
panjangnya 1,9 cm,langsing, ovarium di tengah, uterus berisi telur, kelenjar vitelaria di
posterior, terletak dalam kanalis ginekoforus cacing jantan. Telur berukuran + 90 x 70
mikron, memiliki duri kecil, berisi mirasidium. Penyakit yang ditimbulkan yaitu Oriental
schistosomials, skistosomiasis japonika, demam keong dengan hospes manusia, anjing,
kucing, rusa, dan lain-lain serta hospes perantara Keong Oncomelania. Patologi klinis yang
ditimbulkan yaitu stadium I menyebabkan gatal-gatai (urtikaria), hipereosinofilia. Stadium II
ditemukan sindrom disentri. Stadium III ditemukan sirosis hepatis dan splenomegali.
Diagnosis, telur dalam tinja atau dalam jaringan biopsi. Reaksi serologis: COPT, IHT,
ELISA, FAT. Terapi dengan Niridazol, prazikuantel (Supriadi 2014).
Gambar 9 pengamatan feses rusa pada metode Willis menunjukkan Trichinella
spiralis. Morfologi, cacing jantan panjangnya 1,5 mm, esofagus 7/2 panjang badan, ujung
ekor terdapat dua buah papel.- cacing betina panjangnya 3-4 mm, esofagus 7/3 panjang
badan, uterus berisi larva-larva, ekor berujung tumpul. Penyakit yang ditimbulkan yaitu
trikinosis atau trikiniasis dengan hospes manusia, babi, tikus, beruang, dan lain-lain.
Patologi klinis yang ditimbulkan yaitu cacing dewasa masuk ke mukosa menyebabkan sakit
perut, diare, mual, dan muntah. Larva di otot menyebabkan mialgia (nyeri pada otot) dan
miositis (radang otot) yang disertai demam, hipereosinofilia, leukositosis, timbulnya
perkapuran dan pembentukan jaringan fibrotik pada fase ekskistasi. Diagnosis klinis dari
anamnese, tes kulit, tes ikat komplemen, flokulasi, dan biopsi. Terapi pengobatan secara
simtomatis dan tiabendazol (Supriadi 2014)
Gambar 10 pengamatan feses rusa pada metode Willis menunjukkan Taenia solium.
Morfologi cacing dewasa berukuran * 2-4 m, terdiri dari 1000 buah proglotid skoleks bulat
runcing, berdiameter * 1 mm, memiliki empat batil isap, rostelumnya mempunyai dua baris
kait-kait.- proglotid gravid ukuran panjang segmen 1,5 kali ukuran lebar segmen, utertts
bercabang-cabang 7 -i2 p asang. Telur matang tidak dapat dibedakan dengan telur taenia
saginata. Penyakit yang ditimbulkan yaitu tenasis solium dengan hospes manusia dan hospes
perantara babi. Patologi klinis yang ditimbulkan yaitu , nyeri ulu hati, diare, obstipasi,
eosinofilia, peritonitis. Manusia dapat juga menderita sistiserkosis (infestasi stadium larva)
pada jaringan subkutis, mata, otot, otak, hati, limpa. Bila mengenai jaringan otak atau medula
spinalis dapat mengakibatkan epilepsi meningo-ensefalitis, hidrosefalus internr-rs bila ada
sumbatan aliran cairan serebrospinal. Diagnosis proglotid atau telur dalam tinja, dan ntuk
sistiserkosis, menemukan sistiserkus dalam benjolan di bawah kulit atau dengan reaksi
imunologi.terapi pengobatannya sama dengan taenia saginata dan untuk larvanya (sistiserkus)
dengan melakukan pembedahan (Supriadi 2014).
Gambar 11 pengamatan feses rusa pada metode Willis menunjukkan Strongyloides
stercoralis. Morfologi, larva rabditiform, panjangnya + 225 mikron, ruang mulut: terbuka,
pendek, dan lebar esofagus dengan dua bulb, ekor runcing. Larva filariform: panjangnya +
700 mikron, langsing, tanpa sarung, ruang mulut tertutup, esofagus menempati 1/2 panjang
badan, bagian ekor berujung tumpul berlekuk. Cacing dewasa jantan: bentuk bebas
panjangnya + 1 mm, esofagus pendek dengan dua bulbus, ekor melingkar dengan spikulr.
Cacing dewasa betina: bentuk bebas panjangnya + I mm, esofagus pendek dengan dua
bulbus, uterus berisi telur, ekor runcing.Patologi klinis yang ditimbulkan adalah Stadium
larva kulit: "Cutaneous Larva Migrans." paru-paru: pneumonitis atau
bronkopneumonia.Stadium dewasa Hiperinfeksi, autoinfeksi, hipereosinofilia, hepatitis, ileus
paralitik. Diagnosis Iarva dalam tinja, biakan, atau aspirasi du odenum. Terapi dengan
Tiabendazol, pirvinium pamoat. Penyakit yang ditimbulkan yaitu Strongiloidiasis dengan
hospes Manusia (Muslihin 2014).
Gambar 13 pengamatan feses babi pada metode Parfitt menunjukkan
Balantidium coli. Morfologi terbagi atas dua bentuk yaitu bentuk vegetatif: besarnya 60-70
mikron, bentuk lonjong, mempunyai silium, mempunyai makronukleus, mikronukleus,
sitostom. (2) bentuk kista: besarnya 60 mikron, bentuk bulat/lonjong, dinding tebal, tampak
makronukleus dan silium. Parasit ini menyebabkan penyakit balantidiasis dengan hospes
babi, manusia. Patologi klinis yang ditimbulkan yaitu pada selaput lendir usus besar terbentuk
abses-abses kecil, bila pecah membentuk ulkus. Ulkus ini menyerupai ulkus yang disebabkan
oleh entamoeba histolytica. Diagnosis menemukan bentuk vegetatif dan kista dalam tinja.
Terapi dengan diiodohidroksikuinolin, tetrasiklin, metronidazol. (Muslihin 2014).
Gambar 14 pengamatan feses babi pada metode Parfitt menunjukkan Hymenolepsis
nana. Morfologi , cacing dewasa panjangnya 2,5 cm, skoleks kecil, strobila terdiri atas +
2000 proglotid dan makin ke posterior makin lebar. Skoleks memiliki empat batil isap dan
rostelum kecil yang berkait-kait. - proglotid gravid berbentuk trapezium, mengandung 80-180
telur. Telur berukuran 47 x 37 mikron, berbentuk bulat/bujur, memiliki dinding luar, dinding
dalam terdiri atas dua kutub, masing-masing dengan 4-8 filamen halus, berisi embrio
heksakan. Penyakit yang ditimbulkan yaitu himenolepiasis nana dengan hspes manusia dan
tikus. Patologi klinis tidak menyebabkan gejala, bila infeksinya berat menyebabkan mual,
muntah, diare, eosinofilia, anemia. Diagnosis telur dalam tinja. Terapi dilakukan dengan
atabrin, bitionol, prazikuantel, niklosamid, amodiakuin (Muslihin 2014).
Gambar 15 pengamatan feses babi pada metode Parfitt and Banks menunjukkan
Trichuris trichiura. Morfologi, cacing jantan panjangnya * 4 cm, bagian anterior halus seperti
cambuk, bagian ekor melingkar, cacing betina panjangnya * 5 cm, bagian anterior halus
seperti cambuk, bagian ekor lurus berujung tumpul, telurnya berukuran + 50 x 22 mikron,
bentuk seperti tempayan dengan kedua ujung menonjol, berdinding tebal dan berisi larva.
Parasit ini menyebabkan penyakit inkurrasls dengan hospes manusia. Patologi klinis yang
ditimbulkan yaitu infeksi ringan tidak menyebabkan gejala klinis yang khas. Infeksi berat dan
menahun menyebabkan disentri, prolapsus rekti, apendisitis,anemia berat, sakit perut, mual,
dan muntah. Diagnosis telur dalam tinja. Terapi dengan mebendazol, oksantel pamoat
(Muslihin 2014).
KESIMPULAN
Parasit merupakan organisme yang hidup pada atau dalam organisme lain dan atas
beban organisme yang ditumpangi. Parasit dapat dibedakan, menjadi : Endo-parasit
(Helminth (cacing), yang terdiri dari cacing : Nematoda (cacing gilik), Cestoda (cacing pita)
dan Trematoda (cacing daun). Parasit akan merugikan hospes definitive,karena : berkompetisi
memperebutkan makanan dengan hospes definitive, menghisap darah, cairan getah bening
atau eksudat, merusak jaringan tubuh, menimbulkan radang, memudahkan masuknya
pathogen lain, menghasilkan berbagai substansi toksik seperti (hemolysin, histilysine,
antikoagulan dan produksi toksik dari metabolismenya), menimbulkan reaksi alergi, dapat
menstimulir terjadinya kanker, membawa beberapa penyakit (vektor), menimbulkan
penyumbatan secara mekanis. Pemeriksaan parasit pada hospes dapat melalui pemeriksaan
feses yang terdiri dari 3 metode yaitu metode Natif, metode Willis, dan metode Parfitt and
Banks
DAFTAR PUSTAKA

Brown HW. 1979. Dasar Parasitologi Klinis. Jakarta : Gramedia


Gandahusada H dan W Pribadi. 1998. Parasitologi Kedokteran Edisi ketiga, FKUI. Jakarta :
EGC 67-69
Guna INW, NA. Suratma, IM Damriyasa. 2014. Infeksi cacing nematoda pada usus halus
babi di
Lembah Baliem dan pegunungan Arfak Papua. Buletin Veteriner Udayan. 6(2):2-5.
Levine ND. 1990. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Yogyakarta : Gajahmada
University Press.
Levine ND 1994. Textbook of Veterinary Parasitology. Edisi kedua. Yogyakarta :
Gajahmada University Press.
Mohr JC. 1957. Parasit-Parasit Hewan Yang Utama Pada Manusia. Medan : Fakultas
Kedokteran Negeri Medan.
Muslihin, S.A. 2014. Pre-eliminasi parasit gastrointestinal pada babi dari desa Suranadi
Kecamatan Narmada Lombok Barat. Media Bina Ilmiah. 8(5): 1978-3787.
Supriadi, A.M. 2014. Pre-Eliminasi parasit gastrointestinal pada babi dari Desa Suranadi
Kecamatan Narmada Lombok Barat. Media Bina Ilmiah. 8(5):2-5.

Anda mungkin juga menyukai