Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI INFEKSI, GANGGUAN

IMUNOLOGI DAN ONKOLOGI


SEMENTER GANJIL 2018-2019
UJI ALT DAN AKK PADA SAMPEL EKSTRAK DAUN JATI BELANDA (Guazumae
Ulmifolia Lamk) DAN SEDIAAN GUAZUSPEN

Hari / Jam Praktikum : Kamis, 15.00 – 17.00


Tanggal Praktikum : 22 November 2018
Kelompok :2
Asisten :1. Faizal Alfaridz
2. Kenny Dwi S.

Nama NPM Pembagian Tugas


Muhamad Rivan Z. 260110170042 Alat Bahan
Nurulita N 260110170055 Perhitungan
Siti Sarah Alfathonah 260110170056 Editor dan
Kesimpulan
Melisa Fuji Faujiah 260110170058 Teori Dasar
Ghina Nadhifah 260110170059 Pembahasan
Mutiara Putri Utami 260110170060 Pembahasan
Alistia Ilmiah Fahira 260110170061 Pembahasan
Tantie Noer Apriliya 260110170062 Perhitungan
Elisha Wianatalie 260110170063 Teori Dasar
Nurhayati 260110170064 Data Pengamatan
Abib Latifu Fatah 260110170065 Tujuan dan Prinsip
Cecep Suhandi 260110170067 Pembahasan
Nurfianti Silvia 260110170068 Data Pengamatan
Annisa Atusholihah 260110170069 Teori Dasar

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FAKULTAS FARMASI


UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR
2018
I. Tujuan
Menentukan Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang Khamir
(AKK) pada sampel ekstrak daun jati belanda (Guazumae ulmifolia Lamk) dan
sediaan Guazuspen.

II. Prinsip
2.1 Uji Biokimia
Yaitu dengan perlakuan atau cara yang dapat dilakukan dalam proses
identifikasi serta determinasi suatu biakan murni bakteri hasil isolasi yang
didapat melalui sifat fisiologinya. Proses ini berkaitan dengan metabolisme
pada sel yaitu reaksi secara kimiawi yang dilakukan sel untuk menghasilkan
energi yang digunakan pada sisntesis komponen-komponen sel. Selain itu,
dapat digunakan untuk kegiatan selular seperti pergerakan sel (Hadiutomo,
1990).

III. Teori Dasar


Angka Kapang Khamir merupakan banyaknya koloni jamur kapang serta
khamir yang tumbuh pada mediaa setelah diinokulasi dan diinkubasi selama 3-5
hari pada suhu 20 -25°C. Tujuan dilakukan pengujian angka kapang dan khamir
ini adalah untuk menunjukkan cemaran atau koloni fungi/jamur pada obat agar
tidak melebihi batas yang ditentukan sebab hal tersebut sangat berpengaruh
terhadap aflatoksin dan stabilitas obat seta berbahaya bagi kesehatan (Radji,
2011).
Khamir atau yeast merupakan golongan fungi uniseluler yang dapat
dilihat dengan mikroskopik. Terdapat beberapa genu dari khamir yang mampu
membentuk misolenium serta adanya percabangan. Khamir memiliki sifat
patogen bagi makhluk hidup seperti binatang bersel satu dan juga manusia.
Khamir memiliki ukuran sel yang lebih besar daripada bakteri yaitu dengan
lebar 1-5 mikron serta panjang 5-30 mikron (Tarigan, 1988).
Kapang merupakan golongan fungi multiseluler yang memiliki filamen.
Filamen ini adalah ciri khusus morfologi dari kapang yang tidak terdapat pada
khamir. Terdapatnya filamen pada khamir sehingga koloni terlihat seperti
kapas. Awal pertumbuhannya berwarna putih namun ketika spora sudah
mengalami pertumbuhan warna pada koloni mengikuti pada jenis kapang. (Lay,
1994).
Syarat adanya kontaminasi mikroba dalam hasil uji yang ditetapkan
menurut Farmakope Indonesia edisi IV adalah lebih kecil atau sama dengan 106
cfu per mL sampel. Apabila hasil ALT yang diperoleh melebihi syarat tersebut
maka dapat disimpulkan produk atau obat tersebut telah rusak serta mengalami
dekomposisi (Atma, 2016).
ALT (Angka Lempeng Total) digunakan untuk menghitung berapa
banyak cemaran bakteri dalam sampel tertentu. Analisis total cemaran mikroba
dilakukan dengan mengambil sebanyak 1 ml sampel hasil pengenceran dan
dimasukkan dalam cawan petri sterilberisi media pertumbuhan yang sesuai.
Media yang digunakandapatberupa PCA atau MHA. Hasil yang didapat harus
disesuaikan dengan blanko sebagai pembanding. Cawan petri kemudian
diinkubasi dengan memasukkan semua cawan petri pada posisi terbalik
kedalam inkubator. Inkubasi dilakukan pada suhu 36±1oC selama 24-48 jam.
Perhitungan dan pencatatan pertumbuhan koloni dilakukan dalam satuan koloni
forming unit per gram atau ml sampel (cfu/gr atau ml) (Maturin & Peeler,
2001).
Media pertumbuhan bakteri dapat berupa media cairan yaitu seperti
kaldu, selain itu juga dapat berupa media padatan seperti gelatin serta agar.
Inokulum merupakan sejumlah bakteri yang telah diinokulasikan ke dalam
media pertumbuhan. Bakteri yang dapat tumbuh serta berkembang biak di
dalam media pertumbuhan disebut sebagai biakan bakteri (Radji, 2011).
Media pertumbuhan bakteri harus dapat memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
• Mengandung nutrisi tepat untuk bakteri yang akan dibiakkan.
• Kadar oksigen cukup, kelembapan sesuai, serta pH sesuai.
• Media pertumbuhan dalam keadaan steril yaitu tidak terkontaminasi.
• Media diinkubasikan pada suhu yang ditetapkan.
(Pinki, dkk, 2016).
Pada pengujian AKK (Angka Kapang Khamir) digunakan medua PDA
(Potato Dextrose Agar) yang merupakan media yang dapat meningkatkan
produksi konidia oleh bakteri. Sedangkan pada pengujian ALT (Angka
Lempeng Total) dapat digunkan media PCA (Plate Count Agar) yang
merupakan media dengan komposisi tripton, yeast extract, serta glukosa
sebagai nutrisi yang dibutuhkan bakteri (Bridson, 2006). PCA juga digunakan
untuk menghitung jumlah mikrooganisme pada susu, air, makanan, termasuk
pada obat tradisional (Atlas, 1997).
Media SDA (Sabaroud Dextrose Agar) yaitu media dengan komposisi
peptone, glukosa, agar, serta aquades yang masing-masing komposisi berperan
penting. Glukosa yang terkandung di dalam media SDA (Sabaroud Dextrose
Agar) dapat menyebabkan jamur memperoleh sumber nutrisi yang cukup
sehingga dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik (Getas, et al, 2014).

IV. Alat dan Bahan


4.1 Alat
a. Cawan petri
b. Inkubator
c. Mikropipet
d. Pembakar spiritus
e. Pipet ukur
f. Spatel
g. Spreader
h. Tabung reaksi

4.2 Bahan
a. Aquadest steril
b. Dimetil Sulfoksida
c. Ketokonazol
d. Kloramfenikol
e. Mueller-Hinton Agar
f. Sabouraud Dextrose Agar
g. Sampel ekstrak
h. Sampel sediaan suspensi ekstrak

V. Data Pengamatan
5.1 Pembuatan Larutan dan Pengenceran Ekstrak
No Perlakuan Hasil Foto
1. Ditimbang ekstrak ekstrak kental
kental sampel sampel telah
sebanyak 0,5 g ditimbang
dalam kaca arloji sebanyak 0,5174 g
dalam kaca arloji

2. dilarutkan ekstrak Ekstrak kental tak


kental dalam larut sempurna
aquadest dalam aquadest
3. Ditambahkan Ekstrak telah larut
DMSO sebanyak 5 dalam campuran
ml secara perlahan- larutan
lahan hingga larut
add aquadest
hingga 10 ml
(tabung 1)
4. Dilakukan Telah dilakukan
pengenceran sampel pengenceran
dengan cara sampel sampel
pada tabung 1
diambil dengan
mikropipet P100
kemudian
dimasukkan ke
dalam tabung 2
yang berisi 9 ml
aquadest
5. Dilakukan Telah dilakukan
pengenceran 10-3 pengenceran
dengan cara larutan
pada tabung 2
diambil sebanyak 1
ml kemudian
dimasukkan ke
dalam tabung 3
yang berisi 9 ml
aquadest
6. Dilakukan
pengenceran hingga
10-6

5.2 Pembuatan Larutan dan Pengenceran Suspensi Ekstrak


No Perlakuan Hasil Foto
1. Diambil sediaan Sediaan suspensi
suspensi guzuspen guazuspen telah
sebanyak 0,5 ml diletakkan dalam
dan diletakkan tabung reaksi 1
dalam tabung
reaksi 1
2. Diadd dengan Sampel telah
aquadest hingga 5 ditambah aquadest
ml hingga 5 ml

3. Dilakukan Telah dilakukan


pengenceran pengenceran dari
sampel suspensi tabung 1 ke tabung
dengan cara sampel 2 dengan besar
pada tabung 1 rasio pengenceran
diambil dengan 10-2
mikropipet P100
kemudian
dimasukkan ke
dalam tabung 2
yang berisi 9 ml
aquadest
4. Dilakukan Telah dilakukan
pengenceran pengenceran dari
kembali yaitu 10-3 tabung 2 ke tabung
dengan cara larutan 3 dengan besar
pada tabung 2 rasio pengenceran
diambil sebanyak 1 10-3
ml kemudian
dimasukkan ke
dalam tabung 3
yang berisi 9 ml
aquadest
5. Dilakukan Telah dilakukan
pengenceran pengenceran dari
hingga 10-6 tabung 4-5 ke
tabung 5-6 dengan
besar rasio
pengenceran
10-4, 10-5, 10-6
5.3 Uji Angka Lempeng Total dan Angka Kapang Khamir Ekstrak
No Perlakuan Hasil Gambar
1. Diambil 50 µl 50 µl
kloramfenikol dan kloramfenikol
dituang ke dalam berada pada cawan
cawan petri PDA, petri berisi PDA,
50 µl ketokonazol 50 µl ketokonazol
dan dituang ke berada pada cawan
dalam cawan petri petri berisi MHA
MHA (Masing-
masing 6 cawan
petri)
2. Disebar dengan Kloramfenikol dan
menggunakan ketokonazol
spreader dan tersebar merata dan
tunggu hingga kering
kering

3. Diambil 50 µl pada 50 µl larutan


masing-masing ekstrak tiap
konsentrasi larutan konsentrasi diambil
ekstrak menggunakan
mikropipet

4. Dituangkan ke 50 µl larutan
dalam cawan petri ekstrak berada pada
yang berisi MHA cawan petri MHA,
atau PDA PDA
5. Diratakan dengan Larutan ekstrak
menggunakan tersebar merata
spreader

6. Difiksasi cawan Cawan petri


petri dengan difiksasi
melewatkannya
pada api

7. Diinkubasi pada Pada cawan petri


suhu 37°C selama kontrol dan ekstrak
18-24 jam untuk MHA terdapat
MHA dan suhu jamur dan media
37°C selama 2 hari terkontaminasi,
untuk PDA PDA tumbuh jamur

5.4 Uji Angka Lempeng Total dan Angka Kapang Khamir Suspensi
Ekstrak
No Perlakuan Hasil Gambar
1. Diambil 50 µl 50 µl
kloramfenikol dan kloramfenikol
dituang ke dalam berada pada cawan
cawan petri PDA, petri berisi PDA,
50 µl ketokonazol 50 µl ketokonazol
dan dituang ke berada pada cawan
dalam cawan petri petri berisi MHA
MHA (Masing-
masing 6 cawan
petri)
2. Disebar dengan Kloramfenikol dan
menggunakan ketokonazol
spreader dan tersebar merata dan
tunggu hingga kering
kering

3. Diambil 50 µl pada 50 µl suspense


masing-masing ekstrak tiap
konsentrasi konsentrasi diambil
suspensi ekstrak menggunakan
mikropipet

4. Dituangkan ke 50 µl suspensi
dalam cawan petri ekstrak berada pada
yang berisi MHA cawan petri MHA,
atau PDA PDA

5. Diratakan dengan Suspensi ekstrak


menggunakan tersebar merata
spreader
6. Difiksasi cawan Cawan petri
petri dengan difiksasi
melewatkannya
pada api

7. Diinkubasi pada Pada cawan petri


suhu 37°C selama suspensi ekstrak
18-24 jam untuk MHA tumbuh
MHA dan suhu koloni bakteri dan
37°C selama 2 hari jamur, PDA
untuk PDA tumbuh koloni
kapang dan khamir

VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan pengujian Angka Lempeng Total
(ALT) dan Angka Kapang Khamir (AKK) suspensi ekstrak dan sediaan yang
akan dibuat dengan tujuan untuk menghitung jumlah koloni bakteri, kapang dan
khamir dengan metode penumbuhan mikroorganisme pada media tertentu.
Seharusnya pada pengujian ini, bakteri dan jamur yang ditemukan berjumlah
sedikit karena baik ekstrak maupun sediaan akan dikonsumsi. Suatu sediaan
dikatakan aman apabila Angka Lempeng Total nya kurang dari 106 CFU/mL.
Hal ini termasuk dalam persyaratan mutu suatu sediaan obat yang baik.
Bahan yang digunakan dalam pengujian ini diantaranya ekstrak daun jati
belanda yang merupakan zat aktif dan sediaan yang telah jadi dan siap diuji,
kemudian digunakan larutan dimetil sulfoksida (DMSO) 2 mL untuk
meningkatkan kelarutan dan ditambahkan dengan aquadest.
Uji Angka Lempeng Total dan Angka Kapang Khamir menggunakan
teknik cawan sebar. Sebelum dilakukan uji ini, pertama ekstrak yang telah
dilarutkan dalam dimetil sulfoksida diencerkan secara bertingkat, tujuan nya
untuk mengurangi kepekatan bakteri yang akan ditanam dengan menambahkan
pelarut yang bersifat netral yaitu dengan aquadest steril. Pada uji Angka
Kapang Khamir, ditambahkan antibiotik kloramfenikol pada cawan petri,
bertujuan untuk mencegah tumbuhnya bakteri pada media. Sedangkan pada Uji
Angka Lempeng Total ditambahkan antifungi ketokonazol agar mencegah
tumbuhnya jamur pada media yang digunakan. Pembuatan larutan uji dengan
aquadest steril dilakukan dengan cara pengenceran sampai konsentrasi 10-6 agar
hasil yang baik dapat dibandingkan pada tiap konsentrasinya.
Selanjutnya, dari masing-masing suspensi ekstrak tersebut dilakukan
inokulasi dengan cara memipet 100 µL suspensi bakteri ke dalam media SDA
(Sabouraud Dextrose Agar) untuk pengujian AKK dan MHA (Mueller Hinton
Agar) untuk pengujian ALT. Lalu diletakkan pada permukaan medium agar lalu
disebar dengan menggunakan spreader steril. Selain itu, digunakan etanol 70%
untuk mensterilkan alat–alat yang digunakan seperti pada alat spreader supaya
terhindar dari kontaminasi cemaran mikroorganisme lain.
Proses penyebaran ini harus dilakukan secara merata dan harus aseptis
sehingga dapat terhindar dari penumpukan konsentrasi bakteri yang tumbuh
pada bagian tertentu saja. Teknis aseptis juga dilakukan untuk mencegah
tumbuhnya bakteri yang dapat mengkontaminasi pada proses pengujian.
Pada proses inokulasi diperlukan proses fiksasi dengan menggunakan
pembakar spritus. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kontaminan baik pada saat
inokulasi atau pada mulut cawan petri, karena bakteri adalah organisme yang
tidak tahan terhadap pemanasan atau suhu tinggi sehingga proses fiksasi sangat
membantu yaitu dengan cara didekatkan pada sumber panas. Setelah suspensi
telah disebar di atas permukaan media agar, dilakukan inkubasi selama lebih
kurang 2-5 hari untuk pengujian AKK pada suhu 20-25oC dan 18 jam untuk
pengujian ALT pada suhu 35oC. Bakteri dalam uji ini dapat hidup optimum
pada suhu tersebut, sehingga hasil pengujian akan lebih terlihat dan akurat.
Media uji diinkubasi dalam posisi cawan petri media terbalik, hal ini
bertujuan agar uap yang mengembun dalam tutup cawan petri tidak menetes
dalam media. Jika uap air itu menetes dalam media maka akan terjadi
kontaminasi pada bakteri/fungi dalam media. Karena air merupakan medium
yang baik untuk pertumbuhan bakteri dan fungi
Hasil yang didapat pada pengujian ALT adalah terdapat cemaran berupa
jamur yang tumbuh karena inkubator terkontaminasi sehingga bakteri yang
akan diamati tidak ditemukan dan tidak dapat dilakukan perhitungan ALT
karena tidak memenuhi syarat perhitungan ALT, dimana perhitungan ALT
dapat dilakukan jika mikroba memiliki rentang antara 30-300 koloni.
Sedangkan pada pengujian Angka Kapang Khamir (AKK) diperoleh
cemaran jamur dengan variasi jenis yang beragam, ada yang berhifa ataupun
tidak. Jumlah cemaran yang digunakan diambil dari jumlah cemaran kapang
khamir pada pengenceran ke 10-4 dan 10-5 dengan hasil rata-rata cemaran
sebesar 112 x 103/0,5 mL sediaan atau 224 x 103/mL sediaan. Hasil ini tidak
sesuai dengan persyaratan sediaan Obat Herbal Terstandar dimana batas
maksimal cemaran Kapang-Khamir adalah tidak lebih dari 103 koloni/mL
sediaan.

VII. Kesimpulan
Pengujian Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang Khamir
(AKK) pada sampel ekstrak daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) dan
sediaan Guazuspen telah dilakukan, nilai Angka Lempeng Total (ALT) tidak
dapat dilakukan perhitungan karena tidak memenuhi persyaratan, sedangkan
nilai Angka Kapang Khamir (AKK) didapatkan hasil rata-rata cemaran
sebesar 112 x 103/0,5 mL sediaan atau 224 x 103/mL sediaan, hasil ini tidak
sesuai dengan persayaratan sediaan Obat Herbal Terstandar dimana batas
maksimal cemaran Kapang-Khamir tidak lebih dari 103 koloni/mL sediaan.
Daftar Pustaka

Atlas, R.M. 2000. Handbook of Microbiological Media, 2nd edition. New York: CRC
Press.
Atma, Yoni. 2016. Angka Lempeng Total (ALT), Angka Paling Mungkin (APM) dan
Total Kapang Khamir Sebagai Metode Analisis Sederhana Untuk Menentukan
Standar Mikrobiologi Pangan Olahan Posdaya. Jurnal Teknologi. Vol 8 No 2.
BPOM, 2006, Metode Analisis PPOMN, MA PPOMN nomor 96/mik/00, Uji Angka
Kapang/Khamir dalam Obat Tradisional. Jakarta: BPOM pp.108-110
Getas, I Wayan., Ida Bagus Rai Wiadnya., Luh Aprisa Waguriani. 2014. Pengaruh
Penambahan Glukosa Dan Waktu Inkubasi Pada Media Sda (Sabaroud
Dextrose Agar) Terhadap Pertumbuhan Jamur Candida Albicans. Media Bina
Ilmiah 51. Volume 8 (1): 1978-3787.
Hadiutomo. 1990. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Lay, B.W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratotium Edisi 1. Jakarta: PT Garfindo
Persada.
Maturin L, Peeler JT. 2001. Aerobic Plate Count. In: Bacteriological Analytical
Manual Online. Center for Food Safety and Applied Nutrition. Washington
DC: US Food and Drug Administration.
Pinki Prahara T., Meitini.W.P., Irsan Nuhantoro. 2015. Pengaruh Media terhdap
Pertumbuhan dan Biomassa Cendawan Alternaria Alternata Keissler. Jurnal
Biologi. Vol 19 (1).
Radji, M. 2011. Buku Ajar Panduan Mikrobiologi Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Tarigan, J. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Lampiran
• Pengenceran Ekstrak Guazumae ulmifolia L.
0,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
Larutan stock = = 10-1
5 𝑚𝑙

Rumus pengenceran: N1 x V1 = N2 x V2
1. Pengenceran ke- 1
10-1 x 0,5 ml = N2 x (0,5 ml + 4,5 ml)
10-1 x 0,5 ml = N2 x 5 mL
N2 = 10-2
2. Pengenceran ke -2
10-2 x 0,5 ml = N2 x (0,5 ml + 4,5 ml)
10-2 x 0,5 ml = N2 x 5 mL
N2 = 10-3
3. Pengenceran ke -3
10-3 x 0,5 ml = N2 x (0,5 ml + 4,5 ml)
10-3 x 0,5 ml = N2 x 5 mL
N2 = 10-4
4. Pengenceran ke -4
10-4 x 0,5 ml = N2 x (0,5 ml + 4,5 ml)
10-4 x 0,5 ml = N2 x 5 mL
N2 = 10-5
5. Pengenceran ke -5
10-5 x 0,5 ml = N2 x (0,5 ml + 4,5 ml)
10-5 x 0,5 ml = N2 x 5 mL
N2 = 10-6
• Pengenceran Sediaan Suspensi Guazumae ulmifolia
0,5 𝑚𝑙
Larutan awal: = 10−1
5 𝑚𝑙

Rumus pengenceran: N1 x V1 = N2 x V2
1. Pengenceran ke- 1
10-1 x 0,5 ml = N2 x (0,5 ml + 4,5 ml)
10-1 x 0,5 ml = N2 x 5 mL
N2 = 10-2
2. Pengenceran ke -2
10-2 x 0,5 ml = N2 x (0,5 ml + 4,5 ml)
10-2 x 0,5 ml = N2 x 5 mL
N2 = 10-3
3. Pengenceran ke -3
10-3 x 0,5 ml = N2 x (0,5 ml + 4,5 ml)
10-3 x 0,5 ml = N2 x 5 mL
N2 = 10-4
4. Pengenceran ke -4
10-4 x 0,5 ml = N2 x (0,5 ml + 4,5 ml)
10-4 x 0,5 ml = N2 x 5 mL
N2 = 10-5
5. Pengenceran ke -5
10-5 x 0,5 ml = N2 x (0,5 ml + 4,5 ml)
10-5 x 0,5 ml = N2 x 5 mL
N2 = 10-6
• Perhitungan ALT Ekstrak Guazumae ulmifolia L.
10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6
<1 <1 <1 <1 <1 <1
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan didapatkan cemaran
berupa jamur yang tumbuh karena media yang digunakan telah rusak
sedangkan jumlah koloni bakteri tidak ditemukan, sehingga perhitungan ALT
tidak dapat dilakukan karena tidak memenuhi syarat perhitungan Angka
Lempeng Total (ALT). Dimana perhitungan ALT dapat dilakukan jika
mikroba yang didapat dalam rentang 30-300 koloni.

• Perhitungan ALT Sediaan Suspensi Guazumae ulmifolia L.


10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6
<1 <1 <1 <1 <1 <1
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan didapatkan cemaran
berupa jamur yang tumbuh karena media yang digunakan telah rusak
sedangkan jumlah koloni bakteri tidak ditemukan, sehingga perhitungan ALT
tidak dapat dilakukan karena tidak memenuhi syarat perhitungan Angka
Lempeng Total (ALT). Dimana perhitungan ALT dapat dilakukan jika
mikroba yang didapat dalam rentang 30-300 koloni.

• Perhitungan AKK terhadap sampel ekstrak Guazumae ulmifolia


10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6
<1 <1 <1 <1 <1 <1
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan didapatkan jamur
yang tumbuh dengan padat, selain itu ketidakmerataan koloni jamur dan padat
penduduk sehingga perhitungan AKK tidak dapat dilakukan karena tidak
memenuhi syarat perhitungan Angka Kapang Kamir (AKK). Dimana
perhitungan AKK dapat dilakukan jika mikroba yang didapat dalam rentang
10-150 koloni. Diketahui pula bahwa media juga tercemari dikarenakan alat
inkubasi yang terkena kontaminasi dan media yang tercemari.

• Perhitungan AKK terhadap sampel suspensi ekstrak Guazumae ulmifolia


10-1 1-2 10-3 10-4 10-5 10-6 Kontrol -
8 6 24 20 8 26 9
1
AKK = Jumlah koloni x 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛

a. Perhitungan Koloni pada Suspensi


• Pengenceran 10-1
1
AKK = 8 x 10−1

AKK = 80 koloni
• Pengenceran 10-2
1
AKK = 6 x 10−2

AKK = 6 x 102 koloni


• Pengenceran 10-3
1
AKK = 24 x 10−3

AKK = 24 x 103 koloni


• Pengenceran 10-4
1
AKK = 20 x 10−4

AKK = 2 x 105 koloni


• Pengenceran 10-5
1
AKK = 8 x 10−5

AKK = 8 x 105 koloni


• Pengenceran 10-6
1
AKK = 26 x 10−6

AKK = 26 x 106 koloni


Apabila dari dua cawan petri dari dua tingkatpengenceran yang
berurutan menunjukkan jumlah antara 10-150, maka dihitung jumlah koloni
dan dikalikan dengan faktorpengenceran, kemudia diambil angka rata-rata
(BPOM, 2006).
Maka berdasarkan dari hasil yang telah diamati hasil pengenceran yang
terdapat koloni antara 10-150 adalah pada pengenceran ke 10-3 dan 10-4
sehingga perhitungannya:
24 x 103 + 200 x 103
Rata-rata koloni: = 112 𝑥 103 koloni/ 0,5 ml
2

Sehingga di dapat dalam 1 ml banyaknya jumlah koloni adalah 224 x 103 / ml.

• Foto Hasil Inkubasi Sampel Ekstrak Guazumae ulmifolia L. Uji ALT

Pengenceran 10-1 Pengenceran 10-2 Pengenceran 10-3

Pengenceran 10-4 Pengenceran 10-5 Pengenceran 10-6


• Foto Hasil Inkubasi Sampel Ekstrak Guazumae ulmifolia L. Uji AKK

Pengenceran 10-1 Pengenceran 10-2 Pengenceran 10-3

Pengenceran 10-4 Pengenceran 10-5 Pengenceran 10-6

• Foto Hasil Inkubasi Sediaan Suspense Guazumae ulmifolia L. Uji ALT

Pengenceran 10-1 Pengenceran 10-2 Pengenceran 10-3


Pengenceran 10-4 Pengenceran 10-5 Pengenceran 10-6

• Foto Hasil Inkubasi Sediaan Suspense Guazumae ulmifolia L. Uji AKK

Pengenceran 10-1 Pengenceran 10-2 Pengenceran 10-3

Pengenceran 10-4 Pengenceran 10-5 Pengenceran 10-6


Kontrol negatif

Anda mungkin juga menyukai