Anda di halaman 1dari 6

PENUGASAN VIDEO

PRAKTIKUM TUMBUHAN AKUATIK


ACARA 8 DAN 9 (Ekstraksi Senyawa Aktif Rumput Laut dan Uji Toksisitas)

OLEH

M Marsha Dwiananto

20/462478/PN/16908
B1

Asisten PJ

1. Muhammad Nabil Zidan


2. Syadza Wikunawar Nabila
3. Amaranova Arfiani Khusna
4. Anisah Luthfi Purboasih

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
EKSTRAKSI SENYAWA AKTIF RUMPUT LAUT

Alat dan bahan pada praktikum ekstraksi senyawa aktif rumput laut antara lain,
alumunium foil, botol gelap, botol kaca, erlenmeyer, gelas ukur, gunting, kertas saring,
kompor elektrik, mortar dan alu, saringan teh, sendok, timbangan analitik, aquades, etanol,
metanol, dan sargassum sp.
Cara kerja yang pertama yaitu gunting sampel. Ambil sampel yang sudah kering
dengan panjang 5 mm. Lalu haluskan sampel dengan menggunakan mortar. Sampel yang
sudah dihaluskan kemudian ditimbang dengan timbangan analitik sebanyak 5 gram untuk
dilakukan maserasi. Selanjutnya ambil methanol sebanyak 100 ml. Sampel kemudian
direndam dengan methanol didalam botol gelap untuk proses maserasi, proses maserasi adalah
salah satu metode ekstrasi dengan cara merendam bahan dengan pelarut. Selanjutnya sampel
dan methanol dimasukkan kedalam botol dan botol dibungkus dengan lapisan alumunium foil
agar tidak terpapar cahaya, dan alumunium foil menutup rapat botol sehingga tidak ada cahaya
yang dapat masuk, hal ini bertujuan untuk mengurangi resiko terjadinya reaksi antara bahan
didalam botol dengan cahaya/sinarmatahari. Setelah proses maserasi selama 24 jam, kemudian
botol dibuka untuk selanjutnya dilakukan proses penyaringan.

Proses penyaringan menggunakan kertas saring dengan posisi membentuk kerucut, lalu
hasil maserasi dituangkan secara perlahan ke kertas saring, penyaringan dilakukan dengan
tujuan untuk memisahkan antara metabolit sekunder dengan metabolit primer, apabila pelarut
masih terlihat berwarna atau belum jernih maka maserasi harus disaring kembali hingga
pelarut sudah terlihat jernih yang menandakan bahwa bahan aktif sudah terambil. Selanjutnya
ekstrak kasar yang sudah kering ditimbang untuk menghitung rendemannya dengan cara
membagi antara berat akhir ekstrak dengan berat total rumput laut dikalikan 100%,
perhitungan rendeman ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelarut dalam melakukan
ekstrasi.
Selanjutnya dalam proses isolasi metabolit primer adalah dengan memasukkan ekstrak
kasar kering sebanyak 2 gram kedalam erlenmeyer. Lalu mencampurkan ekstrak kasar kering
dengan aquades didalam erlenmeyer untuk proses pendidihan. Selanjutnya didihkan selama 60
menit dengan tujuan mendegradasi dinding sel. Saring ekstrak kasar hancur dalam proses
pendidihan, proses penyaringan menggunakan saringan teh dengan tujuan untuk mengambil
filtratnya. Filtrat yang sudah diambil dan dipindahkan kedalam botol kaca. Siapkan etanol
sebanyak 3x volume filtrat, etanol 96% dalam keadaan dingin diambil sebanyak 3x dari
volume filtrat yang didapat. Etanol ditambahkan dalam larutan filtrat yang dihasilkan

kemudian simpan pada suhu 4oC selama 24 jam. Setelah 24 jam, metabolit primer dapat
diambil.
UJI TOKSISITAS

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum uji totsisitas yaitu, larutan DMSO,
kista artemia, ekstrak bahan alam pegagan dan spirulina, air laut, aquades, micropipet kuning,
biru, dan putih, microplate 24 sumuran (dipakai hanya 9 sumuran saja), microtube putih, biru,
dan kuning, bayclin, yeast 3 mg, pipet tetes 3 buah, garam ikan, dan aerator.

Cara kerja yang pertama yaitu siapkan 500ml air laut kedalam botol minum bekas
dalam posisi terbalik yang sudah dilengkapi dengan aerator, jika tidak ada air laut bisa
digantikan dengan garam ikan yang diberi air biasa. Lalu tuangkan 1 mg kista artemia ke
dalam air, setelah kista masuk ke dalam air didiamkan selama 24 jam sampai kista artemia
menetas, setelah 24 jam kista artemia siap digunakan.

Selanjutnya adalah menghitung jumlah aertemia yang sudah menetas dan dipindahkan
kedalam wadah. Ambil menggunakan pipet tetes. Lalu masukkan artemia ke microtube dan
tambahkan air laut/air garam hingga mencapai batas 1 ml kedalam microtube (pastikan tepat 1
ml). Kemudian siapkan microplate 24 sumuran yang sudah diberi label (digunakan cukup 9
sumuran), label yang digunakan yaitu 3 sumuran kontrol negatif, 3 sumuran kontrol positif
dan 3 sumuran untuk pengujian. Fungsi dari 3 jenis sumuran ini adalah untuk bentuk
pengulangan agar hasil dapat lebih teliti. Artemia yang sudah siap tadi dipindahkan ke
microplate menggunakan pipet tetes. Lalu setiap sumuran diberi 10 ekor artemia dengan air
laut/air garam sebanyak 1 ml.

Kemudian setelah 9 sumuran diisi, tambahkan ekstrak bahan alami ke setiap sumuran.
Kontrol negatif tidak diberikan perlakuan apapun. Kontrol positif diberikan chlorine sebanyak
100 mikroliter. Pada sumuran pengujian ditambahkan 100 mikroliter bahan aktif. Ekstrak
bahan alam perlu dilarutkan terlebih dahulu pada larutan DMSO sebelum dimasukkan ke
sumuran. Lalu ekstrak bahan alam dimasukkan ke dalam microtube yang telah diberi larutan
DMSO. Setelah semua ekstrak masuk, tutup microtube dan kemudian dihomogenkan
menggunakan vortex. Larutan DMSO diencerkan terlebih dahulu (karena kadarnya masih
100%). Pengenceran DMSO dengan cara yaitu 6.25 ml DMSO 100% dimasukkan kedalam
gelas ukur, lalu tambahkan aquadest sebanyak 43.75 ml (tepat sampai 50 ml). Bayclin juga
harus diencerkan terlebih dahulu dengan perbandingan 1 : 1.
Setelah larutan DMSO dan bayclin di encerkan. Selanjutnya buat pakan artemia,
dengan cara yaitu 3 mg yeast kering dilarutkan didalam 5 ml air laut/air garam lalu
dimasukkan kedalam microtube. Setelah menambahkan kontrol positif dan ekstrak bahan alami
pada setiap sumuran yang telah ditentukan, selanjutnya tambahkan pakan pada setiap sumuran.
Pada setiap sumuran ditambahkan 100 mikroliter pakan. Penambahan pakan ini bertujuan agar
artemia tidak mati karena pengaruh efek toksin dari senyawa bahan alami. Lalu homogenkan
larutan pada setiap sumuran dengan cara repipeting (dilakukan dengan pipet tetes) dengan hati-
hati.
Penggunaan satu pipet tetes hanya bisa digunakan untuk satu jenis sumuran agar pipet
tidak terkontaminasi dengan zat lain yang tidak diinginkan. Kemudian inkubasi artemia selama
24 jam. Untuk mengetahui efek sitotoksisitas bahan alami adalah hitung jumlah artemia yang
hidup dan mati pada setiap sumuran. Jika terjadi kematian pada kontrol maka kematian dalam
bentuk (%) tiap perlakuan dihitung dengan rumus abbotts.

Rumus abbotts : (Uji control/control) x 100

Anda mungkin juga menyukai