BIOFARMASETIKA
DISUSUN OLEH:
FAKULTAS FARMASI
2017
DAFTAR ISI
i
PERCOBAAN I
PENGARUH FORMULASI TERHADAP LAJU DISOLUSI
I. Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat memahami profil disolusi obat dalam berbagai kondisi pH.
2. Untuk melihat pengaruh formulasi sediaan obat terhadap laju disolusi.
II. Pendahuluan
Untuk mencapai absorbsi sistemik, suatu obat padatan akan mengikuti beberapa
proses seperti disintegrasi, disolusi dan absorbsi melalui membran sel. Pada proses
tersebut, laju obat mencapai sirkulasi sistemik ditentukan oleh tahapan yang paling
lambat rate limiting step. Obat yang memiliki kelarutan yang buruk dalam air, maka
disolusi merupakan tahap penentu dalam proses tersebut.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi disolusi obat, di antaranya sifat
fisikokimia bahan obat, faktor formulasi, anatomi dan fisiologi saluran cerna, dll. Salah
satu faktor yang akan diamati adalah pengaruh formulasi sediaan obat.
B. Bahan-Bahan:
1. Tablet Parasetamol Paten 3. HCl 0.1 N
2. Tablet Parasetamol Generik 4. Aquadest
1
2. Ukur serapannya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang maksimum.
3. Buat kurva baku parasetamol (Absorbansi vs Konsentrasi).
V. Hasil Percobaan
A. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Parasetamol dalam HCl 0.1 N
Panjang Gelombang Maksimum Parasetamol = nm
2
C. Profil Disolusi Parasetamol
Waktu Absorbansi Kadar % Terdisolusi
(Menit) Paten Generik Paten Generik Paten Generik
5
10
15
20
30
3
PERCOBAAN II
DISTRIBUSI DAN EKSKRESI TETES MATA KLORAMFENIKOL
I. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami distribusi dan ekskresi obat yang
diberikan atau dipakai secara topikal (tetes mata).
II. Pendahuluan
Obat di dalam tubuh mengalami proses absorbsi, distribusi, metabolisme dan
ekskresi. Obat setelah diserap akan dieliminasikan melalui urin, saliva, kulit, dan lain
sebagainya.
Obat yang diberikan secara topikal pada mata, misalnya tetes mata, tidak hanya
bekerja pada mata, tetapi sebagiannya diabsorbsi melalui pembuluh darah dan
didistribusikan secara sistemik. Senyawa obat akan dikurangi dalam tubuh melalui
proses ekskresi.
B. Bahan-Bahan:
1. OTM Kloramfenikol 5% 6. Serbuk Zn
2. Saliva dan Urin Probandus 7. Benzoil Klorida
3. Etanol 95% 8. FeCl3
4. Larutan CaCl2 9. HCl encer
5. Na Asetat Anhidrat 10. Aquadest
4
4. Sampel dikumpulkan untuk:
Saliva: setiap 2 menit selama 20 menit.
Urin: pada menit ke-5; 30; 60; 90; 120.
5. Dilakukan analisa urin dan saliva yang diduga mengandung kloramfenikol sebagai
berikut (Farmakope Indonesia Edisi III Hal. 143):
Larutkan saliva dan urin dalam 1 ml etanol 95%, tambahkan 3 ml campuran dari
1 bagian volume larutan CaCl2 dan 9 bagian volume air. Tambahkan 50 mg
serbuk Zn, panaskan di atas water bath selama 10 menit. Endap tuangkan ke
dalam tabung kimia, tambahkan 100 mg natrium asetat anhidrat dan 2 tetes
benzoil klorida. Kocok selama 1 menit, tambahkan 0.5 ml larutan FeCl3, jika
perlu tambahkan HCl encer secukupnya hingga larutan jernih: terjadi warna
violet merah sampai ungu.
V. Hasil Percobaan
Saliva Urin
Perlakuan Hasil Perlakuan Hasil
Kontrol Kontrol
2 Menit 5 Menit
4 Menit 30 Menit
6 Menit 60 Menit
8 Menit 90 Menit
10 Menit 120 Menit
12 Menit
14 Menit
16 Menit
18 Menit
20 Menit
5
PERCOBAAN III
DIFUSI ASAM/NATRIUM SALISILAT KE DALAM AGAR
I. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan mengetahui proses difusi zat aktif sediaan secara semi
kuantitatif.
II. Pendahuluan
Obat di dalam tubuh mengalami proses absorbsi, sehingga obat akan diserap dan
terdistribusi secara merata. Proses absorbsi obat dalam membran dapat melalui proses
difusi, transpor aktif, pinositosis, fagositosis dan persorpsi. Proses ini dipengaruhi oleh
beberapa hal di antaranya sifat fisiko kimia senyawa obat, jenis dan basis yang
digunakan, serta fisiologi membran yang dilewati.
B. Bahan-Bahan:
1. Krim Asam/Natrium Salisilat 2%
2. Salep Asam/Natrium Salisilat 2%
3. Agar-Agar Serbuk (Tidak Berwarna)
4. FeCl3
5. Kertas Saring
6. Aquadest
6
5. Letakkan masing-masing sampel (sediaan uji) dengan jumlah yang sama pada
lubang dengan:
Cawan Petri I : Krim Asam/Natrium Salisilat 2%
Cawan Petri II : Salep Asam/Natrium Salisilat 2%
6. Simpan cawan petri di dalam kulkas selama 30 menit, amati perubahan yang terjadi.
Kemudian biarkan pada suhu kamar dan amati perubahan yang terjadi setelah 60
menit dan 90 menit.
7. Apakah ketajaman warna dan kedalaman warna pada agar berbanding lurus dengan
jumlah asam/natrium salisilat yang dilepas dari basisnya.
V. Hasil Percobaan
Krim Asam Salisilat Salep Asam Salisilat
Waktu
Diameter Intensitas Diameter Intensitas
(menit)
(mm) Warna (mm) Warna
30
60
90
7
PERCOBAAN IV
ANALISIS OBAT DALAM MATRIKS BIOLOGI
I. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami prinsip dan prosedur analisis obat dalam matriks
biologi.
II. Pendahuluan
Analisis obat dalam matriks biologi dalam studi farmakologi, farmakokinetika dan
pengembangan penggunaan obat. Pada tahap farmakokinetika penelitian meliputi aspek
absorbsi, distribusi, biotransfromasi dan ekskresi. Analisis obat dalam cairan biologi
ditujukan untuk memonitor penampilan sediaan obat yang ada dalam perdagangan yang
meliputi studi ketersediaan hayati, konfirmasi respon farmakologik, membuktikan
adanya racun atau keracunan, serta memonitoring obat pada kasus overdosis.
Agar hasil analisis dapat dipercayai, maka metode penetapan kadar harus memenuhi
kriteria antara lain nilai perolehan kembali yang tinggi (75-90% atau lebih), kesalahan
acak dan sistematik (kurang dari 10%), di samping itu perlu juga diperhatikan kepekaan
dan selektivitas yang nilainya tergantung pada alat yang diperlukan. Untuk
mendapatkan hasil analisis yang optimal, percobaan berikut perlu dilakukan:
1. Khusus untuk reaksi warna perlu penetapan jangka waktu larutan obat yang
memberikan respon tetap.
2. Penetapan panjang gelombang larutan obat yang memberikan respon maksimum.
3. Pembuatan kurva baku.
4. Perhitungan nilai perolehan kembali, kesalahan acak dan kesalahan sistematik.
B. Bahan-Bahan:
1. Teofilin
2. NaOH 0.1 N
8
3. Plasma
4. HCl 0.1 N
5. Kloroform
6. Isopropil Alkohol
9
D. Penetapan Jangka Waktu Respon Tetap
1. Larutan teofilin dengan kadar 5 g/ml dan 10 g/ml disiapkan.
2. Ukur serapannya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang maksimum tiap 5 menit selama 1 jam.
3. Buat kurva jangka waktu serapan tetap (Absorbansi vs Waktu) pada kertas
numerik dan tetapkan jangka waktu serapan tetap.
= 100% %
2. Kesalahan Acak
Kesalahan acak merupakan tolak ukur inpresisi suatu analisis dan dapat
bersifat negatif atau positif. Kesalahan acak identik dengan variabilitas
pengukuran dan dicerminkan oleh tetapan variasi.
= 100%
V. Hasil Percobaan
A. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Teofilin dalam NaOH 0.1 N
Panjang Gelombang Maksimum Teofilin = nm
10
C. Penetapan Kadar Teofilin dalam Plasma
Konsentrasi Teofilin Absorbansi Kadar (g/ml)
dalam Plasma (g/ml) 1 2 3 1 2 3
2.5
5.0
7.5
10.0
Keterangan:
A = Konsentrasi 5 g/ml
B = Konsentrasi 10 g/ml
11
F. Kesalahan Acak
( )
No
A B C D A B C D A B C D
1
2
3
Total
Keterangan:
= Kadar masing-masing suatu larutan dengan konsentrasi yang sama
= Kadar rata-rata suatu larutan
A = Konsentrasi 2.5 g/ml
B = Konsentrasi 5.0 g/ml
C = Konsentrasi 7.5 g/ml
D = Konsentrasi 10.0 g/ml
12
PERCOBAAN V
SISTEM DISPERSI PADAT
I. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami teknik pembuatan dispersi padat
dengan metode peleburan dan evaluasi sifat-sifat fisikokimia.
II. Pendahuluan
Sistem dispersi padat adalah suatu sistem dimana satu atau lebih zat aktif dalam
bentuk padat terdispersi dalam pembawa inert pada keadaan padat. Suatu zat aktif yang
sukar larut dalam air jika diformula sebagai sistem dispersi padat menggunakan
pembawa yang hidrofilik, maka akan terlihat peningkatan kelarutan zat aktif dalam air,
laju disolusi dan bioavailabilitasnya. Dengan demikian, sistem dispersi padat menjadi
salah satu pilihan dalam memperbaiki sifat yang kurang menguntungkan dari suatu
senyawa obat. Sistem dispersi padat dapat dibuat dengan 3 cara yaitu:
1. Metode Pelarutan
2. Metode Peleburan
3. Metode Penggabungan Keduanya
B. Bahan-Bahan:
1. Furosemide
2. PEG 6000/PVP
3. Dapar Fosfat pH 7.2
4. Paraffin Cair
5. Glibenklamid/Ketoprofen
6. Es Batu
7. Aquadest
13
IV. Prosedur Kerja
A. Pembuatan Serbuk Sistem Dispersi Padat dengan Metode Peleburan
1. Siapkan bahan furosemide dan PEG 6000 dengan perbandingan (1:9) dan (9:1).
2. PEG 6000 dilebur dalam cawan uap di atas water bath dan ditambahkan
furosemide.
3. Setelah melebur, dinginkan dalam wadah es sampai terbentuk padatan.
4. Massa yang telah padat tersebut, kemudian digerus dan dilewatkan pada ayakan
425 m.
5. Serbuk sistem dispersi padat siap dilakukan evaluasi.
4. Uji Kelarutan
a. Sejumlah serbuk dispersi padat dari campuran furosemide dan PEG 6000
(1:9) dan (9:1) yang setara dengan 10 mg glibenklamid dilarutkan dalam 25
ml larutan dapar fosfat pH 7.2 dalam erlemeyer bertutup.
14
b. Penentuan kelarutan:
Dilarutkan dengan bantuan magnetic stirrer selama 1.5 jam sampai
larutan jenuh.
Masing-masing sampel yang telah jenuh disaring dengan kertas saring.
Hitung kadar furosemide dengan menggunakan spektrofotometer UV-
Vis pada panjang gelombang maksimum.
Buat kurva serapan dan kadar perbandingan campuran furosemide dan
PEG 6000 (1:9) dan (9:1).
V. Hasil Percobaan
A. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Furosemide dalam Dapar Fosfat
pH 7.2
Panjang Gelombang Maksimum Furosemide: nm
15