Anda di halaman 1dari 30

KETENTUAN-KETENTUAN UMUM

PADA UJI TOKSISITAS


A. SEDIAAN UJI
Sediaan uji yang berupa simplisia tanaman obat memerlukan informasi
berikut:
a. Nama latin dan nama daerah tanaman
b. Deskripsi daerah penanaman
c. Bagian tanaman yang digunakan
d. Pemerian simplisia
e. Cara pembuatan dan penanganan simplisia
f. Kandungan kimia simplisia
B. PENYIAPAN SEDIAAN UJI
Pembuatan sediaan uji simplisia tanaman obat dibuat seperti
penggunaan pada manusia atau cara lain yang sesuai,
misalnya penyarian baik dengan etanol maupun air
selanjutnya disaring kemudian diuapkan untuk menghilangkan
etanol dan sisa penguapan dilarutkan dalam air dan
disuspensikan menggunakan tragakan 1-2%, CMC 1-2% (sesuai
kebutuhan), atau bahan pensuspensi lain yang sesuai.
C. DOSIS UJI
Dosis uji harus mencakup dosis yang setara dengan dosis
penggunaan yang lazim pada manusia. Dosis lain meliputi
dosis dengan faktor perkalian tetap yang mencakup dosis yang
setara dengan dosis penggunaan lazim pada manusia sampai
mencapai dosis yang dipersyaratkan untuk tujuan pengujian
atau sampai batas dosis tertinggi yang masih dapat diberikan
pada hewan uji.
D. KELOMPOK KONTROL
Pada setiap percobaan digunakan kelompok kontrol
yang diberi pelarut/pembawa sediaan uji dan
digunakan juga kelompok kontrol tanpa perlakuan
tergantung dari jenis uji toksisitas.
E. CARA PEMBERIAN SEDIAAN
UJI
Pada dasarnya pemberian sediaan uji harus sesuai
dengan cara pemberian atau pemaparan yang
diterapkan pada manusia misalnya peroral (PO),
topikal, injeksi intravena (IV), injeksi intraperitoneal
(IP), injeksi subkutan (SK), injeksi intrakutan (IK),
inhalasi, melalui rektal dll.
F. HEWAN UJI
JENIS UJI TOKSISITAS
A. UJI TOKSISITAS AKUT ORAL
Prinsip : sediaan uji dalam beberapa tingkat dosis diberikan pada
beberapa kelompok hewan uji dengan satu dosis per kelompok, kemudian
dilakukan pengamatan terhadap adanya efek toksik dan kematian.
B. UJI TOKSISITAS SUBKRONIS ORAL
Uji toksisitas subkronis oral adalah suatu pengujian untuk mendeteksi
efek toksik yang muncul setelah pemberian sediaan uji dengan dosis
berulang yang diberikan secara oral pada hewan uji selama sebagian
umur hewan, tetapi tidak lebih dari 10% seluruh umur hewan.
C. UJI TOKSISITAS KRONIS ORAL
Uji toksisitas kronis pada prinsipnya sama dengan uji toksisitas subkronis,
tetapi sediaan uji diberikan selama tidak kurang dari 5-12 bulan.
D. UJI TERATOGENISITAS
Uji teratogenisitas adalah suatu pengujian untuk memperoleh informasi
adanya abnormalitas fetus yang terjadi karena pemberian sediaan uji
selama masa pembentukan organ fetus (masa organogenesis). Informasi
tersebut meliputi abnormalitas bagian luar fetus (morfologi), jaringan
lunak serta kerangka fetus.
E. UJI SENSITISASI KULIT
Uji sensitisasi kulit adalah suatu pengujian untuk mengidentifikasi suatu zat yang
berpotensi menyebabkan sensitisasi kulit.
F. UJI IRITASI MATA
Uji iritasi mata adalah suatu uji pada hewan uji (kelinci albino) untuk mendeteksi efek
toksik yang muncul setelah pemaparan sediaan uji pada mata.
G. UJI IRITASI AKUT DERMAL
Uji iritasi akut dermal adalah suatu uji pada hewan (kelinci albino) untuk mendeteksi
efek toksik yang muncul setelah pemaparan sediaan uji pada
dermal selama 3 menit sampai 4 jam.
H. UJI IRITASI MUKOSA VAGINA
Uji iritasi mukosa vagina adalah suatu uji yang digunakan untuk menguji
sediaan uji yang kontak langsung dengan jaringan vagina dan tidak
dapat diuji dengan cara lain.
I. UJI TOKSISITAS AKUT DERMAL
Uji toksisitas akut dermal adalah suatu pengujian untuk mendeteksi
efek toksik yang muncul dalam waktu singkat setelah pemaparan suatu
sediaan uji dalam sekali pemberian melalui rute dermal.
J. UJI TOKSISITAS SUBKRONIS DERMAL
Uji toksisitas subkronis dermal adalah suatu pengujian untuk
mendeteksi efek toksik yang muncul setelah pemberian sediaan uji
dengan dosis berulang yang diberikan melalui rute dermal pada hewan
uji selama sebagian umur hewan, tetapi tidak lebih dari 10% seluruh
umur hewan.
Metode Uji Toksisita
Akut
Bahan
dikirim ke

Tanaman Sarang Semut

Untuk memastikan bahwa tanaman sarang


semut ini adalah jenis Myrmecodia
pendans Merr dan Perry, suku Rubiaceae.
Penyiapan Ekstrak Air.

200 g serbuk kering


sarang semut

Tanaman sarang semut segar Direfluks 3 kali dengan 2 liter


dibersihkan, dipotong-potong akuades dan menghasilkan sekitar
menjadi potongan kecil, dikeringkan 44,32 g (22,16%) ekstrak air
dan digiling
Uji Toksisitas Akut Ekstrak Air

Mencit tersebut ditempatkan dalam 4


buah bak plastik dengan pemberian pakan
dan minum

Diberikan 3 tingkatan perlakuan


dosis

Digunakan 40 ekor mencit


(Mus musculus) jantan yang Yaitu 37,5; 375 dan 3750 mg/kg bb (berat
berumur sekitar 2 bulan badan) ekstrak air tanaman sarang semut.
dengan berat ± 16 g. kelompok kontrol hanya diberi akuades

Pengamatan perkembangan kerusakan


diamati pada hari ke 5, 12, 19 dan 26.
Metode BST
Bahan

1. Daun soyogik 2. Metanol 3. Larva Artemia salina Leach 3. Garam bubuk

7. vanilin 4% ,asam klorida pekat


dan asam galat
4. Reagen Folin- 5. Natrium 6. Aluminium
Ciocalteu (50%) karbonat 2% klorida 2%
Pengambilan dan Preparasi Sampel
• Sampel diambil di Desa Silian Kecamatan Tombatu Kabupaten
Minahasa Tenggara

dicuci dihaluskan
di keringanginkan
selama 5 hari

diayak dengan
ayakan 65 mesh
Ekstraksi
• Ekstraksi dilakukan dengan cara soxhletasi

Sampel sebanyak 50 g,
Pelarut metanol
dibungkus dengan kertas Kemudian alat soxhletasi
sebanyak 500 mL
saring dan dimasukkan dirangkai dengan
dimasukkan ke dalam
ke dalam ekstraktor kondensor.
labu alas bulat.
soxhlet.

Pelarut diuapkan
Ekstraksi dilakukan
Ekstrak yang didapat menggunakan waterbath
sekitar 8 jam hingga
dievaporasi sampai diperoleh ekstrak
cairan tidak berwarna
kental.
Penentuan Kadar Air

2 g sampel
dimasukkan ke Di dinginkan Sampel
dalam oven dalam desikator ditimbang Kadar air
pada suhu selama 30 hingga berat dihitung
105oC selama 3- menit, sampel konstan
5 jam
Uji Toksisitas Menggunakan Metode Brine
Shrimp Lethality Test

1. Penyiapan larva A. salina


2. Penyiapan Larutan Stok
Leach

Dibuat larutan uji dengan konsentrasi 2000


Telur A. salina Leach sebanyak 1 g.
ppm.

Merendam telur tersebut dalam air laut Dibuat lagi larutan dengan konsentrasi
buatan sebanyak 2 L 1000, 500, 100, 50, 25 dan 12,5 ppm

Diberi penerangan dengan lampu pijar 40- Untuk kontrol (0 ppm) dilakukan tanpa
60 watt serta diaerasi selama 48 jam. penambahan ekstrak.
3. Uji Toksisitas
Larutan uji dipipet Pengamatan I Jumlah larva
sebanyak 6 mL dilakukan selama udang yang mati
dimasukkan ke 6 jam dengan dihitung tiap 6,
dalam tabung selang waktu 1 12, 18 dan 24
reaksi dan jam. Selanjutnya jam. Setiap
ditambahkan 10 pengamatan II konsentrasi
ekor larva udang dilakukan pada dilakukan dua kali
yang telah 12, 18 dan 24 pengulangan dan
berumur 2 hari. jam. dibandingkan
dengan kontrol.
Uji Kandungan Total Senyawa
Metabolit Sekunder
1 Uji Kandungan Fenolik
• Sampel ekstrak 200 ppm sebanyak 1 mL + 1 mL reagen Folin-Ciocalteu (50%) dalam tabung reaksi dan
kemudian campuran divortex selama 3 menit. Setelah interval waktu 3 menit + 1 mL larutan Na2CO3 2%.
Selanjutnya campuran disimpan dalam ruang gelap selama 30 menit. Absorbansi λ 750 nm.

2 Uji Kandungan Flavonoid


• 1 mL sampel ekstrak 200 ppm + 2 mL aluminium klorida 2% yang telah dilarutkan dalam methanol.
kemudian divortex dan ditera pada λ 415 nm.

3 Uji Kandungan Tani


• Sebanyak 0,1 mL larutan ekstrak 200 ppm dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dibungkus dengan
aluminium foil, + 3 mL larutan vanilin 4% (b/v) dalam metanol dan divortex. + 1,5 mL HCl pekat dan
divortex lagi. Absorbansi pada λ 500 nm setelah campuran diinkubasi selama 20 menit pada suhu kamar.
Analisis Data

Dilakukan dengan uji


Data pengujian probit menggunakan
toksisitas diperoleh dari Software Package used
analisis nilai LC50 for Statistical Analysis
(SPSS) 20.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Pedoman Uji Toksisitas
Nonklinik Secara In Vivo

Anda mungkin juga menyukai