TINJAUAN PUSTAKA
I. Malaria
1.1 Definisi Malaria
intraseluler dari genus plasmodium Penyakit malaria secara alami ditularkan oleh
gigitan nyamuk Anopheles betina. Penyakit malaria ini dapat menyerang siapa saja
terutama penduduk yang tinggal di daerah dimana tempat tersebut merupakan tempat
Keluhan dan tanda klinis adalah petunjuk yang penting dalam diagnosa
malaria. Gejala klinis ini dipengaruhi oleh jenis/strain Plasmodium , imunitas tubuh
dan jumlah parasit yang menginfeksi. Waktu mulai terjadinya infeksi sampai
timbulnya gejala klinis disebut sebagai waktu inkubasi, sedangkan waktu antara
terjadinya infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah disebut periode prepaten
(Harijanto, 2000).
tertentu (disebut parokisme), diselingi oleh suatu periode yang penderitanya bebas
sama sekali dari demam disebut periode laten. Gejala yang khas tersebut biasanya
merasa lemah, mengeluh sakit kepala, kehilangan nafsu makan, merasa mual, di ulu
hati, atau muntah semua gejala awal ini disebut gejala prodormal. Masa tunas malaria
sangat tergantung pada spesies Plasmodium yang menginfeksi. Masa tunas paling
pendek dijumpai pada malaria falciparum, dan terpanjang pada malaria kuartana
(P.malariae). Pada malaria yang alami, yang penularannya melalui gigitan nyamuk,
masa tunas adalah 12 hari (9-14) untuk malaria falciparum, 14 hari (8-17 hari) untuk
malaria vivax, 28 hari (18-40 hari) untuk malaria kuartana dan 17 hari (16-18 hari)
untuk malaria ovale. Malaria yang disebabkan oleh beberapa strain P.vivax tertentu
mempunyai masa tunas yang lebih lama dari strain P.vivax lainnya. Selain pengaruh
spesies dan strain, masa tunas bisa menjadi lebih lama karena pemakaian obat anti
(Arsin, 2012) :
Seorang penderita malaria dapat diinfeksi oleh lebih dari satu jenis
banyak dua jenis parasit, yakni campuran antara P. falciparum dengan P. vivax atau P.
malariae. Terkadang dijumpai tiga jenis parasit sekaligus, meskipun hal ini jarang
terjadi. Infeksi campuran biasanya terdapat di daerah yang tinggi angka penularannya
(Arsin, 2012).
Sifat parasit berbeda-beda untuk setiap spesies malaria dan hal ini
paling tinggi, gejala yang paling berat dan masa inkubasi paling pendek. Gametosit P.
falciparum baru berkembang setelah 8 15 hari sesudah masuknya parasit ke dalam
berkaitan dengan kegiatan vektor menggigit. P. vivax dan P. ovale pada umumnya
menghasilkan parasitemia yang rendah, gejala yang lebih ringan dan mempunyai
masa inkubasi yang lebih lama. Sporozoit P. vivax dan P. ovale dalam hati
berkembang menjadi Skizon jaringan primer dan Hipnozoit. Hipnozoit ini yang
dapat bertahan hidup selama sebulan. Siklus nyamuk Anopheles sebagai berikut
(CDC, 2004).
tidak khas dan menyerupai penyakit infeksi lain (demam dengue, demam tifoid)
diagnosa banding penyakit malaria ini adalah Demam Tifoid, Demam Dengue, ISPA,
demam tinggi, atau infeksi virus akut lainnya (Depkes RI, 2003).
Obat antimalaria dapat dikelompokkan menurut efek atau cara kerja obat pada
parasit stadium eritrositik. Beberapa mekanisme kerja dan target dari obat malaria
yang telah diteliti oleh peneliti-peneliti pendahulu, antara lain (Winstanley et.al.,
2004):
a. Gangguan pencernaan hemoglobin dalam lisosom vakuola makanan (food
menjadi asamasam amino. Hemozoin dan asam asam amino diperlukan untuk
mati.
b. Gangguan pada jalur folat dalam sitoplasma parasit. Obat antimalaria
dikenal dengan plasmepsin yang secara in vitro maupun in vivo berperan untuk
b. Meflokuin
kerja meflokuin sama dengan kloroquin. Meflokuin bersifat skizontosida darah untuk
ke 4 spesies Plasmodium manusia dan galur P. falciparum yang MDR, dosis yang
dianjurkan adalah 1529 mg/kgbb, peroral, dosis tunggal atau terbagi dalam 2 dosis
tiap 12 jam. Obat ini tidak diberikan pada wanita hamil trimester pertama (Olliaro PL
and Taylor WR, 2003). Pada penelitian pengobatan dengan pemberian meflokuin
pada penderita malaria falciparum dengan atau tanpa komplikasi menunjukkan bahwa
synthase (dhps) yang mengkode enzim sinthase dihidropteroate (Plowe CV, 2003).
Reaksi yang ditimbulkan dari obat golongan antifolate sangat luas sehingga
dapat mengganggu sintesa DNA melalui deplesi pada tetrahydrofolate dan merupakan
kofaktor yang penting pada jalur folat. Ada dua jalur penting yang terkait, yaitu
enzim DHFR.
Sebagai kompetitif inhibitor dari enzim dihydropteroate synthase
Artemisinin)
Qinghaosu merupakan obat antimalaria golongan seskuiterpen lakton yang
bersifat skizontosida darah untuk P. falciparum dan P. vivax. Obat ini merupakan obat
tradisional Cina untuk penderita demam yang dibuat dari ekstrak tumbuhan
Artemesia annua (qinghao) yang sudah dipakai sejak ribuan tahun lalu. Qinghaosu
tidak diberikan pada wanita hamil karena efek toksik (Meshnick SR et.al., 1996).
alkaloid atau amina seperti pada kuinin. Struktur molekul artemisin mengandung
jembatan peroksida, diyakini ampuh pada kerja obat dan dapat menginduksi oksidatif
stres. Obat artemisin diketahui bekerja secara spesifik pada tahap eritrositik
intramuskular)
Artemether (larutan minyak dalam kapsul untuk peroral dan dalam
di suatu daerah melalui survei resistensi. Bila suatu obat sudah mengalami resistensi
> 25% maka obat tersebut dianjurkan untuk tidak digunakan. Tujuan dari terapi
SP dengan kualitas terbaik. Selain itu juga diperlukan adanya pemberitahuan secara
Sub-Saharan Africa: from Molecule to Policy. Am. Soc for Microbiol 2004;
17(3): 612-637.
Liu J, Gluzman IY, Drew ME and Goldberg DE. The Role of Plasmodium falciparum
(2): 1432-1437.
Olliaro PL and Taylor WR. Antimalarial Compounds: from Bench to Bedside. J. Exp
Plowe CV. Monitoring Antimalarial Drug Resistance: Making the Most of Thetools at
Rosenthal PJ. Antimalarial Drug Discovery: Old and New Aproach. The J. of Exp.
the Antimalarial Artesunate in Rats and Rabbit. Birth Defects. Res. Part A
Harijanto, Nugroho dan Gunawan Carta A. 2009. Malaria Dari Molekuler Ke Klinis.