Anda di halaman 1dari 20

1.

PENANGANAN PENYAKIT OBESITAS DAN HIPERLIPIDEMIA


Terapi Non Farmakologi Penyakit Hiperlipidemia
1. Hindari makanan yang banyak mengandung kolesterol
Lemak trigliserida atau kolesterol merupakan

penyebab

munculnya penyakit hiperlipidemia, oleh sebab itu jika Anda telah


menderita penyakit hiperlipidemia ini, akan sangat lebih baik apabila
menghindari makanan yang banyak mengandung kolesterol, karena jika
Anda tetap mengonsumsi makanan yang banyak mengandung kolesterol,
maka lemak akan menimbun dalam jumlah banyak di dalam tubuh,
sehingga penyakit hiperlipidemia yang Anda derita bisa menjadi lebih
parah lagi. makanan yang banyak mengandung kolesterol antara lain
seperti gorengan, daging yang banyak mengandung lemak dan lain
sebagainya. (Priyanto, 2009).

2. Menurunkan berat badan


Obesitas atau kelebihan berat badan juga merupakan salah satu
penyebab munculnya penyakit hiperlipidemia. Hal ini terjadi karena di
dalam tubuh seseorang yang mengalami obesitas, mereka mengalami
penimbunan lemak berlebih yang menyebabkan berat badannya naik. Oleh
sebab itu, terapi non farmakologi penyakit hiperlipidemia yang terbaik

adalah dengan menurunkan berat badan. Anda bisa melakukan program


diet sehat untuk menurunkan berat badan tersebut (Priyanto, 2009).
3. Rutin melakukan aktivitas fisik
Terapi non farmakologi penyakit hiperlipidemia yang terakhir
adalah dengan meningkatkan aktivitas fisik. Aktivitas fisik ini sangatlah
berguna sekali bagi penderita penyakit hiperlipidemia, karena dengan
melakukan aktivitas fisik, lemak dapat dibakar secara optimal melalui
proses metabolisme. Aktivitas fisik yang dapat Anda lakukan antara lain
seperti olahraga jogging, olahraga aerobik, yoga dan lain sebagainya
(Priyanto, 2009).

Terapi Farmakologi Penyakit Hiperlipidemia


Jenis Obat
Penyerap asam empedu

Contoh
Kolestiramin
Kolestipol

Cara Kerja
Mengikat asam empedu
di

usus,

dan

meningkatkan
pembuangan LDL dari
Penghambat

sintesa Niasin

protein

aliran darah
Mengurangi kecepatan
VLDL
merupakan

Penghambat HMG
Koenzim-A reduktase

Adrenalin, Flufastatin
Lovastatin
Vlavastatin
Sinvastatin

(VLDL
prekursor

dari LDL)
Menghambat
pembentukan
kolesterol,

dan

meningkatkan
pembuangan LDL dari
Derivat asam fibrat

1. Niasin
Mekanisme Kerja:

Klofibrat
Fenofibrat
Gemfibrosil

aliran darah
Meningkatkan
pemecahan lemak

Efek hipolipidemik niasin mempunyai terjadi karena menurunnya sekresi VLDL


hepatik yang dihasilkan dari reduksi sintesis trigliserid. Karena kolesterol LDL
merupakan lipoprotein kaya-kolesterol yang berasal dari VLDL, pengurangan
konsentrasi VLDL plasma, kadar LDL dalam sirkulasi juga akan menurun. Kenya
taannya, kadar trigliserid plasma menurun dalam beberapa jam setelah pasien
diberi niasin, dan penurunan kadar kolesterol akan terlihat setelah 4 hari terapi.
Penggunaan dalam terapi : niasin merendahkan kadar plasma kolesterol dan
triasilgliserol. Karena itu, obat ini berguna pada pengobatan hiperlipoproteinemia
tipe II b dan IV, dengan VLDL dan LDL naik. Niasin juga digunakan untuk
pengobatan hiperkolesterolemia lain yang berat, sering dengan kombinasi
antihiperlipidemia lain. Selain itu, obat ini merupakan obat antihiperlipidemia
paling poten untuk meningkatkan kadar HDL plasma.
Tablet kristal niasin: dosis terbagi, 100 mg 2 atau 3 kali sehari ditingkatkan
bertahap. Dimakan pada pagi hari atau sore hari
(setelah makan).
Efek samping: efek samping niasin yang paling menonjol adalah kemerahan pada
kulit (disertai perasaan panas yang tidak nyaman) dan pruritus. Pemberian aspirin
sebelum minum niasin mengurangi rasa panas yang diantar oleh prostaglandin.
Beberapa pasien juga mengalami mual dan sakit pada abdomen. Asam nikotinat
menghambat sekresi tubular asam urat dan karena itu mudah terjadi hiperurisemia
dan

pirai.

Telah

dilaporkan

adanya

gangguan

toleransi

glukosa

dan

hepatotoksisitas.
2. Fibrat-Klofibrat dan Gemfibrozil
Mekanisme kerja : Kedua obat menyebabkan penurunan trigliserol plasma dengan
memacu aktifitas lipase lipoprotein, sehingga menghidrolisis triasilgliserol pada
kilomikron dan VLDL, sehingga dapat mempercepat pengeluaran partikel-partikel
ini dari plasma. Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa fibrat dapat
menyebabkan penurunan kolesterol plasma dengan menghambat sintesis

kolesterol dalam hati dan meningkatkan ekskresi biliar kolesterol ke dalam feses.
Fibrat juga merendahkan kadar fibrinogen plasma.
Penggunaan Terapi : Fibrat digunakan dalam pengobatan hipertrigliseridemia,
menyebabkan penurunan yang signifikan pada kadar triasilgliserol plasma.
Klofibrat dan gamfibrozil berguna dalam mengobati hiperlipidemia tipe III
(disbetalipoproteinemia),

dengan penumpukan partikel lipoprotein densitas

sedang (IDL). Pasien dengan hipertrigliseridemia (tipe IV) (VLDL meningkat)


atau penyakit tipe V (peningkatan VLDL dan kilomiron) yang tidak responsif
dengan diet atau obat lain dapat mengambil manfaat obat-obat ini.
Efek Samping:
a. Efek Gastrointestinal
Efek samping paling umum adalah gangguan pencernaan ringan. Efek samping
akan berkurang dengan berkembangnya terapi.
b. Litiasis
Karena obat-obat ini meningkatkan ekskresi kolesterol biliar,terdapat predisposisi
untuk pembentukan batu empedu.
c. Keganasan
Pengobatan dengan kolifibrat telah menyebabkan sejumlah keganasan-terkait
dengan kematian.
d. Otot
Miositis atau peradangan otot polos dapat terjadi dengan kedua obat sehingga
pelemahan otot atau nyeri otot harus dievaluasi. Meskipun jarang, pasien dengan
insufisiensi ginjal mengandung resiko. Miopati dan rhabdomiolisis telah
dilaporkan pada beberapa pasien yang menggunakan gamfibrozil dan lovastatin
bersamaan.
e. Interaksi Obat

Kedua fibrat bersaing dengan antikoagulan kumarin dalam pengikatan pada


protein plasma, sehingga meningkatkan efek antikoagulan sepintas. Karena itu
kadar protrombin perlu dimonitor jika pasien meminum kedua obat ini.
f. Kontraindikasi
Keamanan obat-obat ini pada ibu hamil atau menyusui belum jelas. Seharusnya
obat-obat ini tidak digunakan pada pasien dengan kelainan fungsi hati atau ginjal
atau pasien dengan penyakit kandung empedu.

3. Resin pengikat asam empedu : kolestiramin dan kolestipol


Mekanisme: Resin-resin

pengikat

empedu

(kolestiramin,

kolestipol

dan

kolesevelam) adalah resin-resin penukar anion yang mengikat asam empedu


bermuatan negative dalam usus halus. Resin-resin ini tidak diabsorpsi dan tidak
dimetabolisme. Kompleks resinasam empedu diekskresi dalam tinja. Tubuh
mengompensasi pengurangan asam empedu dengan mengubah kolestrol menjadi
asam empedu sehingga secara efektif menurunkan kadar kolestrol. (Janet, stringer.
2008).
Penggunaan dalam terapi : resin yang mengikat asam empedu (sering dikombinasi
dengan diet atau niasin) adalah obat-obat pilihan dalam mengobati hiperlipidemia
tipe II a dan II b. kolestiramin juga dapat meringankan pruritus akibat akumulasi
asam empedu pada pasien dengan obstruksi biliar.
Dosis: Peningkatan dosis secara bertahap 5g / 4g per hari 20 g per hari secara
oral
Efek samping:
a)

Efek Gastrointestinal : efek samping paling sering adalah gangguan

pencernaan seperti konstipasi, mual dan flatus.

b)

Gangguan Absorbsi : absorbsi vitamin larut lemak A,D,E,K dapat terganggu

jika terdapat dosis resin yang tinggi. Absorbsi asam folat dan askorbat juga dapat
berkurang.
c)

Interaksi Obat : kolestiramin dan kolestipol mengganggu absorbsi beberapa

obat dalam usus, misalnya tetrasiklin, fenobarbital, digoksin, warfarin,


pravastatin, fluvastatin, aspirin, dan diuretic thiazid. Karena itu, obat-obat harus
diminum 1-2 jam sebelum atau 4-6 jam setelah resin pengikat asam empedu ini
diminum.

4. Inhibitor HMG CoA reduktase : Lovastatin, pravastatin, simvastatin, dan


fluvastatin
Mekanisme: Inhibitor HMG KoA reduktase memblok sintesis kolestrol dalam hati
(yang mengambil sebagian besar obat). Hal ini menstimulasi ekspresi lebih
banyak enzim, cenderung untuk mengembalikan sintesis kolestrol menjadi normal
bahkan pada saat terdapat obat. Akan tetapi, efek kompensasi ini tidak lengkap
dan pengurangan kolestrol dalam hepatosit menyebabkan peningkatan ekspresi
reseptor LDL, yang meningkatkan bersihan kolestrol dari plasma. Bukti kuat
bahwa statin menurunkan kolestrol plasma, terutama dengan meningkatkan
jumlah reseptor LDL, adalah kegagalan obat untuk bekerja pada pasien dengan
hiperkolesterolemia familial hmozigot (yang tidak mempunyai reseptor LDL)
(Neal. 2006).
Penggunaan Terapi: Obat-obat ini efektif dalam menurunkan kadar kolesterol
plasma pada semua jenis hiperlipidemia. Namun pasien yang homozigot untuk
penyakit hiperkolesterolemia kekurangan reseptor LDL dan oleh karenanya
mendapatkan keuntungan sedikit dari obat-obat ini. Perlu diperhatikan bahwa
meskipun proteksi diberikan karena pengurangan kadar kolesterol, kira-kira
pasien yang diobati dengan obat ini masih menderita masalah koroner. Karena itu
diperlukan strategi tambahan seperti diet, latihan, atau obat tambahan perlu
diberikan. Diberikan pada malam hari (dosis tunggal satu kali sehari).

Dosis: dosis tunggal (satu kali sehari) pada malam hari


Efek Samping:
a)

Hati : kelainan biokimiawi fungsi hati telah terjadi dalam penggunaan

inhibitor HMG-CoA reduktase. Karena itu, sangat diperlukan menilai fungsi hati
dan mengukur kadar serum transaminase secara periodic. Semua akan kembali
normal jika obat dihentikan.
b)

Otot : miopati dan rhabdomiolisis (disintegrasi atau disolusi otot) jarang

dilaporkan. Dalam beberapa kasus, pasien biasanya menderita insufisiensi ginjal


atau mengambil obat seperti siklosporin, itrakonazol, eritromisin, gemfibrosil atau
niasin. Kadar keratin kinase plasma harus diperiksa secara teratur.
c)

Interaksi obat : inhibitor HMG-CoA reduktase juga meningkatkan kadar

kumarin. Sehingga, penting untuk sering mengevaluasi waktu protrombin.


d)

Kontra indikasi : obat-obat ini merupakan kontraindikasi bagi ibu hamil atau

menyusui. Obat-obat ini tidak boleh digunakan pada anak-anak atau remaja.
Terapi obat kombinasi
Kadang-kadang perlu memberikan 2 antihiperlipidemia untuk mendapatkan
penurunan kadar lipid plasma yang signifikan. Sebagai contoh, pada
hiperlipidemia terapi II, pasien sering diobati dengan kombinasai niasin ditambah
obat pengikat asam empedu, seperti kolestiramin. Kombinasi inhibitor HMG-CoA
reduktase dengan zat pengikat asam empedu juga telah menunjukkan manfaat
dalam menurunkan kolesterol LDL.
Target pemberian obat-obatan yang digunakan untuk pengobatan lipid serum yang
meningkatkan (hiperlipidemia) adalah menurunkan produksi lipoprotein atau
kolestrol, meningkatkan degradasi lipoprotein, atau meningkatkan pembuangan
kolestrol dari tubuh (Janet, stringer. 2008: 117).
Hasil Terapi yang diinginkan:

Tujuan perawatan adalah mengurangi total kolesterol dan LDL-C untuk mencegah
terbentuknya lesi aterosklerosis pada dinding vascular, untuk menghambat
perkembangan lesi yang sudah terbentuk, dan merangsang penghilangan lesi yang
sudah ada. Data dari uji intervensi primer dan sekunder juga memberikan bukti
bahwa morbiditas dan mortalitas CHD dan juga total mortalitas bisa dikurangi
dengan diet dan terapi obat (Sukandar, 2008).
Daftar Pustaka
Priyanto. 2009. Farmakoterapi dan Terminologi Medis. Depok: LESKONFI.
Janet, Stringer. 2008. Konsep Dasar Farmakologi (Panduan untuk Mahasiswa).

Jakarta: EGC.
Neal. 2006. At a glance Farmakologi Medis. Jakarta: Erlangga
Sukandar, Elin Yulinah dkk. 2008. Iso Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI.

2. PENANGANAN PENYAKIT HIPERTENSI


Terapi Non Farmakologi Penyakit Hipertensi
1. Diet
Kelebihan berat badan juga akan menimbulkan penyakit hipertensi bertambah
buruk. Hal ini dapat terjadi karena kandungan lemak berupa kolesterol jahat pada
seseorang yang mempunyai tubuh gemuk akan menumpuk pada pembuluh darah
sehingga jika hal tersebut terus berlangsung pembuluh darah akan menjadi sempit

dan aliran darahpun menjadi tinggi, dengan melakukan diet maka kolesterol jahat
yang terdapat pada pembuluh darah secara bertahap akan hilang dengan
sendirinya.
2. Berolahraga
Berolahraga dapat menurunkan tekanan darah. karena dengan berolahraga
sirkulasi darah pada pembuluh akan berjalan dengan lancar, selain itu berolahraga
juga akan membantu mengurangi kolesterol jahat yang terdapat pada pembuluh
darah. Oleh sebab itu berolahraga sangatlah penting untuk mengatasi hipertensi,
minimal berolahraga rutin setiap hari 30 menit. Seperti olahraga ringan jogging,
senam, jalan cepat dan masih banyak lagi.
3. Menciptakan keadaan rileks
Stres yang dialami seseorang juga akan menjadi pemicu tekanan darah menjadi
naik atau hipertensi, karena seseorang yang sedang mengalami stres dia akan
mengalami penegangan saraf sehingga hal tersebut memicu tekanan darah
menjadi tinggi, maka dari itu dengan menciptakan suasana yang rileks maka saraf
pada otak akan terkontrol dengan baik sehingga tekanan darah dapat menurun,
rileksasi yang dapat dilakukan oleh penderita hipertensi yaitu seperti meditasi,
rekreasi, yoga, hipnotis atau hipnoterapi dan masih banyak lagi, intinya lakukan
apa saja yang membuat diri penderita menjadi rileks atau tidak tegang.

4. Mengurangi rokok dan alkohol


Merokok dan

mengkonsumsi alkohol dapat menjadi memicu penumpukan

kolesterol jahat pada pembuluh darah, maka dari itu bagi penderita hipertensi
cobalah untuk menghentikan kebiasaan buruk tersebut.
Terapi Farmakologi Penyakit Hipertensi
1. Diuretik (thiazid)

Biasanya obat pilihan utama yang diberikan untuk mengobati hipertensi. Diuretik
membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan mengurangi volume cairan
diseluruh tubuh sehingga tekanan darah akan berkurang. Yang harus diperhatikan
dalam pemberian diuretik adalah kehilangan kalium dalam tubuh, sehingga harus
diberikan tambahan kalium atau obat penahan kalium.
Contoh obat : Hidroklortiazid (HCT), Furosemide, Spironolakton (hemat kalium),
Manitol
2. ACE Inhibitor
Merupakan obat yang memperlambat aktivitas enzim ACE, yang mengurangi
produksi dari angiotensin II. Sehingga mengakibatkan melebarnya pembuluh
darah dan tekanan darah berukurang.
Contoh : Enapril, Kaptopril, Lisinopril, Benazepril, Quinapril
3. Beta bloker
Obat ini bekerja dengan menghalangi noreprin dan eprinefrin mengikat pada
reseptor beta pada syaraf. Terutama adalah beta 1 dan beta 2. Sehingga akan
mengurangi denyut jantug, tekanan darah serta melebarkan pembuluh darah.
Contoh : Atenolol, Propanolol, Acebutolol, Bisoprolol
4. Kalsium Antagonis
Menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan mekanisme yang benar-benar
berbeda. Kalsium antagonis menghalangi gerakan kalsium dari jantung dan arteri
menuju otot. Kalsium antagonis menyebabkan kekuatan pompa jantung berkurang
dan mengendurkan otot-otot dinding arteri, sehingga tekanan darah akan
menurun.
Contoh: Amlodipine, Felodipine, Nifedipine
5. Alfa bloker
Menurunkan tekanan darah dengan menghalangi reseptor-reseptor alfa pada otot
polos arteri peripheral diseluruh jaringan.

Contoh: Terazosin, Doxazosin


6. Alfa beta bloker
Alfa beta bloker bekerja dengan kombinasi, yaitu sama dengan kerja alfa bloker
tetapi diikuti dengan menurunnya denyut jantung seperti pada beta bloker.
Contoh: Labetalol, Carvedilol
7. Angiotensin reseptor bloker
Obat ini menghalangi angiotensin II mengikat pada reseptor-reseptor angiotensin
II di pembuluh darah. Sehingga pembuluh darah akan melebar, darah mengalir
lancar yang mengakibatkan tekanan darah menurun.
Contoh: Losartan, Irbesartan, Valsartan
8. Vasodilator
Langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah. Obat dari golongan ini
hampir selalu digunakan sebagai tambahan obat anti hipertensi lainnya.
Merelaksasi sel-sel otot polos yang mengelilingi dinding pembuluh darah.
Contoh: Hidralazin, Minoksidil, Diazoksid
Hasil terapi yang diinginkan:
1. Menurunkan tekanan darah untuk mencegah terjadinya resiko terhadap stroke,
aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.
2. Meningkatkan kualitas Hidup pasien
(Julianti, 2005).
DAFTAR PUSTAKA
Julianti, E.D, Nurjana, dan soetrisno. (2005). Bebas Hipertensi
dengan terapi jus. Jakarta ; Puspa Suara.

3. PENANGANAN PENYAKIT JANTUNG KORONER

Terapi Non Farmakologi Penyakit Jantung Koroner


1. Buat Program Diet
Penimbunan kolesterol dalam pembuluh arteri terjadi karena penderita penyakit
jantung koroner ini mengalami obesitas atau kegemukan, nah untuk mengatasi
obesitas tersebut penderita harus membuat atau menjalani program diet, seperti
berolahraga setiap hari, tidak makan-makanan berlemak tinggi, makan-makanan
bergizi dan masih banyak lagi (Dede Kusmana, 1996).
2. Mengurangi Konsumsi Gula
Seseorang yang menderita penyakit jantung koroner tidak diperkenankan untuk
memperbanyak konsumsi gula, karena akan mengakibatkan munculnya penyakit
baru yakni diabetes. Penyakit diabetes ini akan mudah sekali muncul pada
seseorang yang sedang mengidap penyakit jantung koroner. Jika terpaksa
mengonsumsi gula, konsumsilah gula tebu yang rendah lemak atau alami (Dede
Kusmana, 1996).
3. Hindari Kebiasaan Buruk
Penyebab utama dari penyakit jantung koroner adalah kebiasaan-kebiasaan buruk
yang sebelumnya dilakukan penderita, seperti merokok, minum alkohol, minum
berkafein tinggi dan masih banyak lagi. maka dari itu akan sangat penting apabila
penderita menghindari kebiasaan buruk seperti itu, karena hal tersebut akan
memicu timbunan kolesterol yang semakin tinggi didalam pembuluh arteri (Dede
Kusmana, 1996).

4. Minum Banyak Air Putih


Penderita penyakit jantung koroner akan lebih mudah terserang penyakit lainya,
salah satu penyakit yang sering menyerang penderita adalah penyakit ginjal, oleh
karena itu penderita lebih baik memperbanyak konsumsi air putih, agar kolesterol
tidak menumpuk pada ginjal dan menyebabkan penyakit ginjal, minumlah air
minimal 10 gelas setiap hari. Selain air berfungsi untuk mengurangi resiko

penyakit ginjal pada penderita, dengan mengonsumsi air putih sebanyakbanyaknya akan membuat sistem imun menjadi meningkat (Dede Kusmana,
1996).
5. Olahraga
Olahraga dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki kolateral
koroner sehingga PJK dapat dikurangi, olahraga bermanfaat karena :
-

Memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke miokard


Menurunkan berat badan sehingga lemak lemak tubuh yang berlebih

berkurang bersama-sama dengan menurunnya LDL kolesterol


Menurunkan tekanan darah
Meningkatkan kesegaran jasmani
(Dede Kusmana, 1996).

Terapi Farmakologi Penyakit Jantung Koroner


- Analgetik yang diberikan biasanya golongan narkotik (morfin) diberikan secara
intravena dengan pengenceran dan diberikan secara pelan-pelan. Dosisnya awal
2,0 2,5 mg dapat diulangi jika perlu
- Nitrat dengan efek vasodilatasi (terutama venodilatasi) akan menurunkanvenous
return akan menurunkan preload yang berarti menurunkan oksigen demam. Di
samping itu nitrat juga mempunyai efek dilatasi pada arteri koroner sehingga akan
meningkatakan suplai oksigen. Nitrat dapat diberikan dengan sediaan spray atau
sublingual, kemudian dilanjutkan dengan peroral atau intravena.
Aspirin sebagai Antitrombotik Penggunaan aspirin atau pengencer darah lainnya
setiap hari dapat mengurangi tendensi butir darah untuk menggumpal/membeku
yang mana hal ini akan mencegah penyumbatan pembuluh darah arteri koroner.
Apabila mengalami serangan jantung maka aspirin dapat membantu mencegah
serangan

jantung

ulangan.

Beta-Blocker. Jenis obat ini akan memperlambat denyutan jantung dan akan

menurunkan tekanan tinggi sehingga akan menurunkan kebutuhan akan oksigen


dari jantung. Apabila mendapat serangan jantung, Beta-Bloker juga akan
mencegah serangan jantung ulangan.
Angiotensin-Converting Enzyme (ACE). Obat ini akan menurunkan tekanan
darah tinggi dan dapat menolong mencegah progresivitas penyakit jantung
koroner. Apabila mendapat serangan jantung, penghambat ACE ini akan
mencegah

resiko

serangan

jantung

ulangan.

Antagonis Ca atau nitrat jangka panjang dan kombinasinya untuk tambahan beta
blocker apabila ada kontraindikasi atau efek samping yang tidak dapat ditolelir.
(Drs. Tan dan Drs. Rahadja, 2007).
Hasil terapi yang diinginkan:
Memperbaiki

prognosis

dengan

cara

mencegah

infark

miokard

dan

kematian.Upaya yang dilakukan adalah bagaimana mengurangi terjadinya


trombotik akutdan disfungsi ventrikel kiri. Hal ini dapat dicapai dengan
modifikasi gaya hidupatau intervensi farmakologi yang dapat
1. Mengurangi progresif plek
2. Menstabilkan plek, dengan mengurangi inflamasi dna memperbaiki
fungsiendotel, dan
3. Mencegah thrombosis bila terjadi disfungsi endotel atau pecahnya plak.
Hasil terapi penyakit jantung koroner yang diinginkan (jangka pendek):
1. Pemulihan aliran darah ke arteri yang mengalami infark sehingga infarkridak
meluas
2. Pencegahan penyakit komplikasi dan kematian
3. Meredakan nyeri dada karena iskemia
4. Pemeliharaan normoglikemia

5. Pencagahan reoklusi arteri koronerHasil


pengobatan

aritmia

biasanya

yang

diinginkan

dari

terapi

berdasarkanpenyebab terjadinya aritmia/jenis

aritmia. Misalnya yang menderita AF (arterialflutter) diharapkan mendapatkan


perbaikan ritme sinud, pencegahan komplikasitromboembolik, dan mencegah
terjadinya aritmia kembali. Hasil yang
cardiopulmonary

arrest

diinginkan dari terapi

denganmenggunakan

CPR

pengobatan

(Cardiopulmonary

resuscitation) adalah untuk memulihkanaliran darah spontan dengan ventilasi


dan

perfusi

secepat

mungkin

untukmencegah hipoxia pada jaringan lain.

Setelah pemulihan, hasil lanjutan yangdiinginkan adalah oksigenasi jaringan dan


identifikasi penyebab untuk mencegahkejadian lebih lanjut (Majid, 2007).
DAFTAR PUSTAKA
Dede Kusmana. 1996. Pencagahan dan Rehabilitas Penyakit Jantung Koroner
Jurnal Kardiologi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Hal.106
Drs. Tan Hoan Tjay dan Drs. Rahadja Kirana. 2007. Obat-obat Penting Edisi
VI. Jakarta, Elex Media Komputindo. Hal.528
Majid,

Abdul.

pencegahan,

2007.
dan

Penyakit

jantung

pengobatan

koroner:

terkini.

e-USU

patofisiologi,
repository

Universitas Sumatera Utara. h.1-54

4. PENANGANAN PENYAKIT DIABETES


Terapi Non Farmakologi Penyakit Diabetes
1. Diet
Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang, dalam
hal karbohidrat, protein, dan lemak. Standar yang dianjurkan untuk penderita
Diabetes Mellitus adalah makanan dengan komposisi:
-

Karbohidrat 60-70%

Protein 10-15%

Lemak 20-25%

Jumlah kandungan kolesterol dianjurkan <300 mg/hari> Diusahakan lemak


berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh (MUFA= Mono Unsaturated Fatty
Acid), dan membatasi PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) dan lemak jenuh.
Jumlah kandungan serat kurang lebih 25 gram terutama serat yang larut.
Jumlah Kalori basal per hari:
-

Laki-laki

: 30 kal/kg BB ideal

Perempuan

: 25 kal/kg BB ideal

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress


akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan ideal. Selain jumlah kalori, piliham jenis bahan
makanan juga sebaiknya diperhatikan. Masukan kolesterol tetap diperlukan
namun jangan melebihi 300 mg perhari. Sumber lemak diupayakan yang bersal
dari nabati, yang mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh daripada asam
lemak jenuh, sebagai sumber protein sebaiknya diperoleh dari ikan, ayam
(terutama daging dada), tahu dan tempe.
Masukan serat sangat penting bagi penderita diabetes, diusahan paling
tidak 25 g perhari. Disamping akan menghambat penyerapan lemak, makanan
berserat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh juga dapat membantu mengatasi rasa
lapar yang kerap dirasakan penderita DM.
2. Olah raga
Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap
normal. Prinsipnya, tidak perlu olahraga berat tetapi olahraga ringan asal
dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhya bagi kesehatan. Olah raga
yang disarankan asalah yang bersifat CRIPE (Continous, Interval, Progressive,
Endurance Training). Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75-85% denyut

nadi maksimal, yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi peserta. Contoh
olahraga yang disarankan seperti jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang, dll.
Terapi Farmakologi Penyakit Diabetes
1. Diabetes Mellitus tipe 1: Insulin Dependent Diabetes Mellitus
Terapi insulin merupakan satu keharusan bagi penderita DM tipe 1,
dimana telah terjadi kerusakan pada sel-sel -Langerhans kelenjar pankreas.
Mekanisme kerja hormon insulin yaitu membntu transpor glukosa dari
darah ke dalam sel. Jika hormon ini menurun maka glukosa darah akan
meningkat, dan sel-sel tubuh akan kekurangan bahan sumber energi yang
mengakibatkan penderita DM sering merasa lelah.
Semua penderita DM tipe 1 memerlukan insulin eksogen karena produksi
insulin endogennya tidak ada atau hampir tidak ada. Penderita DM gestasional
membutuhkan terapi insulin jika diet tidak bisa mengendalikan kadar glukosa
darah. Penderita DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan
suplemen tinggi kalori untuk memenuhi kebutuhan energinya, secara bertahap
memerlukan terapi insulin untuk mempertahankan kadar glukosa darah agar
normal.
Sediaan insulin daat ini tersedia dalam bentuk obat suntik yang dikemas
dalam bentuk vial atau penfill (bentuk pena). Kecuali dinyatakan lain penyuntikan
dilakukan secara subkutan (dibawah kulit). Penyerapan paling cepat terjadi di
daerah abdomen, diikuti oleh lengan, paha bagian atas dan bokong. Bila
disuntikkan secara intramuskular dalam, maka penyerapan akan lebih cepat dan
masa kerjanya lebih singkat. Kegiatan fisik yang dilakukan setelah penyuntikan
akan mempercepat kerja obat dan mempersingkat masa kerja.
Penggolongan Sediaan insulin berdasarkan mula dan masa kerja
No.
1.

Jenis sediaan Insulin


Masa

kerja

Mula

(jam)
singkat 0,5

( Short acting Insulin),


disebut juga insulin

kerja Puncak (jam)

Masa

14

(jam)
68

Kerja

2.
3.

regular
Masa kerja sedang
1-2
Masa kerja sedang, 0,5

6 12
4 15

18 24
18 24

4.

mula kerja cepat


Masa kerja panjang

14 - 20

24 - 36

4-6

2. Diabetes Mellitus Tipe 2: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus


Penggolongan DM Tipe 2 dengan menggunakan beberapa golongan obat, yaitu:
No.

Golongan

Contoh

Mekanisme Kerja

Efek Samping

1.

Sulfonilurea

Senyawa
Glibenklamida

Merangsang

Gangguan

Glipizida

sekresi insulin di Cerna

(mual,

Glikazida

kelenjar pankreas, diare,

sakit

Glimepirida

sehingga

Glikuidon

efektif

hanya perut),
pada Gangguan

penderita diabetes susunan


yang

sal.

sel-sel

pankreas

- pusat

syaraf
(vertigo,

masih bingung,

berfungsi baik

ataksia).
Hipoglikemia
jika dosis tidak
tepat atau diet

2.

Meglitinida

Repaglinide

Merangsang

terlalu ketat.
Keluhan saluran

sekresi insulin di cerna


3.

4.

Turunan

Nateglinide

kelenjar pankreas
Meningkatkan

Keluhan infeksi

Fenilalanin

sintesis dan sekresi saluran

Binguanida

insulin
Bekerja langsung

atas.
Nausea, muntah,

pada hati,

kadang-kadang

menurunkan

diare dan dapat

Metformin

nafas

5.

Tiazolidindion

produksi glukosa

menyebabkan

Resiglitazone

hati.
Meningkatkan

asidosis laktat
Gangguan

Troglitazone

kepekaan

Pioglitazone

terhadap

insulin. pencernaan.

Berkaitan

dengan

tubu saluran

PPARY
(Peroxisome
Proliferator
Activated Receptor
Gamma) di otot,
jaringan

lemak

untuk menurunkan
6.

Inhibitor
-glukosidase

Acarbose

resistensi insulin
Menghambat kerja Kadang-kadang

Miglitol

enzim-enzim
pencernaan

diare.
yang

mencerna
karbohidrat,
sehingga
memperlambat
absorpsi

glukosa

kedalam darah

Interaksi Obat :
Dalam terapi DM dengan obat hipoglikemik maka efek obat akan meningkat jika
dikonsumsi bersaman antara lain dengan : alkohol, insulin, sulfonamida, salisilat
dosis tinggi, fenilbutazon, kloramfenikol, panghambat MAO, Steroida anabolik,
dan klofibrat.

Hasil terapi yang diinginkan:


1. Mengurangi resiko makrovaskuler dan mikrovaskular
2. Mengurangi gejala
3. Mengurangi angka kematian
4. Meningkatkan kualitas hidup pasien
(Saseen dan Carter, 2005).
DAFTAR PUSTAKA

Sassen, J.J., dan Carter, B.L. 2005. Hypertension. Pharmacotherapy:


A Phatophysiologic Approach. Editor: Joseph Dipiro, Robert
Talbert, Gary Yee, Gary Matzke, Barbara Wells, dan Michael
Posey. Edisi 8. New York: Appleton and Lange. Hal: 186-217.

Anda mungkin juga menyukai