PARASITOLOGI
IDENTIFIKASI ENDOPARASIT DARAH DAN FESES PADA ANJING
SERTA KUCING
Oleh:
Jeffrey Matheus Manurung S.KH B94134331
Noorsyakilah Binti Mohamud S.KH
B94134340
Di bawah bimbingan:
Dr. drh. Upik Kesumawati M.Si
Dr. drh. Yusuf Ridwan M.Si
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki potensi
keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Keanekaragaman tersebut dapat
terlihat dari beraneka ragamnya spesies hewan yang dapat ditemukan di wilayah
Indonesia. Keanekaragaman spesies tersebut, terutama hewan tidak luput dari
berbagai serangan penyakit. Salah satunya adalah penyakit yang diakibatkan oleh
infestasi parasit.
`Parasit adalah organisme yang hidupnya bergantung pada organisme lain
sebagai inang dan menggunakan inang tersebut sebagai sumber makanan, bisa
berada selamanya atau hanya sementara (Hadi & Soviana 2010). Berdasarkan
lokasinya, parasit dibedakan menjadi endoparasit dan ektoparasit. Endoparasit
adalah parasit yang hidup di dalam tubuh inangnya meliputi berbagai jenis cacing
dan protozoa. Parasit dapat berpindah-pindah melalui vektor berupa arthropoda
atau invertebrata lain. Kebanyakan infeksi parasit dapat membahayakan jika
jumlahnya meningkat pada tubuh (Ashadi 1994).
Inang dibedakan menjadi inang antara dan inang definitif. Inang antara
adalah inang sementara yang digunakan oleh parasit untuk melangsungkan
sebagian daur hidupnya. Inang definitif adalah inang akhir parasit untuk
menyelesaikan daur hidupnya dan mengambil nutrisi dari inang tersebut.
Keberadaan parasit akan merugikan hewan peliharaan terutama apabila
keberadaan sangat banyak. Beberapa kerugian yang dapat ditimbulkan antara lain
penurunan berat badan, penurunan nilai estetika dan bahaya penularan pada
manusia.
Jenis parasit yang akan dibahas dalam laporan ini adalah mengenai
endoparasit yang ditemukan pada hewan-hewan yang diperiksa. Keberadaan dan
siklus hidup entoparasit tidak luput dari hewan yang menjadi inangnya.
Parasitisme hanya terjadi bila salah satu spesies bergantung dan mendapatkan
makanan dari spesies yang ditumpanginya. Kehadiran parasit dalam tubuh inang
dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar atau lingkungan
meliputi habitat dan lingkungan inang, serta kesediaan makanan yang cukup bagi
inang untuk menunjang kehidupan parasit. Faktor dari dalam meliputi kondisi
tubuh tempat parasit bermukim, yaitu saat berada pada organ tubuh sehingga
pengetahuan tentang habitat parasit pada tubuh hospes serta daerah
penyebarannya akan sangat membantu diagnosis.
Tujuan
Tujuan kegiatan ini ialah untuk melatih mahasiswa PPDH dalam
melakukan teknik diagnostik parasit dari koleksi sampel endoparasit, pembuatan
preparat, serta dapat melakukan identifikasi entoparasit pada hewan yang terdapat
di lingkungan sekitar sehingga dapat mengupayakan cara pengendalian yang
tepat.
cacing dan ookista dalam feses. Pemeriksaan darah dilakukan dengan mewarnai
darah dengan giemsa. Hasil pemeriksaan parasit darah dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil pemeriksaan darah
Hewan
Anjing
1
Anjing
2
Anjing
3
Kucing
1
Kucing
2
Kucing
3
Tempat
Ulas Darah
Tingkat
parasitemia
(%)
RSH IPB
Negatif
Negatif
RSH IPB
Negatif
Negatif
RSH IPB
Negatif
Negatif
Gerbang
Mas
Gerbang
Mas
Gerbang
Mas
Cytauxzoon
felis
Cytauxzoon
felis
Cytauxzoon
felis
0,008
0,005
0,007
Metode Metode
Knott
HCT
Test
Negatif Negatif
Metode
Rapid
Test Kit
Negatif
Negatif
Negatif
NA
Negatif
Negatif
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA = Not Available
Etiologi
Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ditemukan parasit darah Cytauxzoon
felis yang telah menginfeksi kucing dan menyebabkan penyakit cytauxzoonosis.
Cytauxzoonosis adalah penyakit yang ditularkan oleh vektor dan sering berakibat
fatal terhadap kucing. Cytauxzoonosis biasanya terjadi pada daerah spesifik yang
berkolerasi dengan tingkat keberadaan vektor caplak seperti di Amerika Selatan,
Amerika Tengah dan Atlantik Tengah (Birkenheuer et al. 2006). Aktivitas vektor
juga dipengaruhi oleh musim sehingga tingkat kejadian penyakit cytauxzoonosis
lebih tinggi pada akhir musim panas (April Juni) dan rendah pada akhir musim
panas (Augustus September) (Fry Jk 2012). Menurut Lewis (2011), kedua fase
nimfe dan dewasa sangat aktif pada bulan Maret Mei sehingga dapat
mentransmisikan infeksi . Vektor caplak yang berperan dalam transmisi penyakit
ini dari hewan kucing liar ke kucing domestik antara lain adalah caplak
Amblymomma americanum dan Dermacentor variabilis ( Edwards et al. 2010).
Menurut Lewis (2011), caplak A. americanum adalah caplak utama yang
berperan dalam transmisi penyakit ini. Inang reservoir bagi parasit darah C. felis
adalah kucing hutan (Lynx rufus) dan dapat disebarkan pada kucing domestik
(Felis domesticus). Parasit ini tidak dapat menginfeksi pada hewan laboratorium,
hewan ternak dan satwa liar. Adapun klasifikasi parasit darah C. felis menurut
Suliman (2009) adalah :
Ordo : Piroplasmida
Famili : Theilerridae
Genus : Cytauxzoon
Spesis : Cytauxzoon felis
Morfologi
Faktor Resiko
Hal-hal yang menjadi faktor resiko dari kejadian penyakit Cytauxzoonosis
yaitu:
Manajemen pemeliharaan kucing dan anjing yang bebas di
lingkungan dan sehingga paparan terhadap gigitan vektor caplak
tinggi.
Tidak ada kaitan dengan shewan yang pernah terinfeksi FIV dan
/atau FeLV.
Tidak kontagius antara kucing lain.
Diagnosis
Diagnosa untuk penyakit cyatauxzoonosis secara umum dapat dilakukan
dengan membuat preparat ulas darah yang diwarnai dengan pewarnaan giemsa
atau Romannowsky untuk membedakan C.felis dengan parasit darah yang lain.
Identifikasi parasit darah sulit dilakukan pada awal terjadinya infeksi karena
eritrosit yang terinfeksi masih dalam jumlah sedikit. Pemeriksaan laboratorium
dapat dilakukan untuk melihat perubahan patologi klinik seperti anemia nonregeneratif, leukopenia dan trombositopenia. Pemeriksaan radiografi dapat
dilakukan untuk melihat hepatosplenomegali, perubahan pada paru paru akibat
edema, kongesti ataupun konsolidasi dan kardiomegali. Pemeriksaan
ultrasonografi pada rongga abdomen juga dapat melihat penyumbatan pembuluh
darah. Pemeriksaan secara sitologi pada organ limpa, paru paru dan ginjal juga
dapat dilakukan untuk melihat skizon. Skizon juga dapat dilihat di dalam kelenjar
getah bening, hati dan sumsum tulang. Polymerasa Chain Reaction (PCR)
merupakan diagnosa yang paling tepat pada penderita yang tingkat
eritroparasitemia masih rendah dan digunakan juga sebagai screening test untuk
mengetahui lebih lanjut distribusi geografi infeksi C.felis.
Pengobatan
Pengendapan
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
TTGT
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
KESIMPULAN
Hasil pemeriksaan darah kucing yang terinfeksi cytauxzoonosis masih
dalam derajat parasitemia ringan dan belum menunjukkan gejala klinis. Namun
langkah pencegahan perlu diambil untuk menghindari infeksi pada kucing makin
serius. Cytauxzoonosis dapat menjadi penyakit yang bersifat fatal bagi hewan
peliharaan kucing.
DAFTAR PUSTAKA
Ashadi, G. 1994. Parasitologi Veteriner. Yogyakarta (ID): Gajah Mada Univerity
Press.
Birkenheuer AJ, Valensi Am, Tucker, MD Levy, MG Breitschwerdt. 2006.
Cytauxzoon felis infection in cats in the mid-Atlantic states: 34 cases (1998
2004). J. Am. Vet. Med. Assoc. 228 : 568 571.
Dailey F. Pauline MR, Kenneth SL. 2001. Cytauxzoonoziz in Cats : An
Overwiew. Athens : The University of Georgia.
Edwards AC, Reichard MV, Meinkoth JH, Snider TA, Meinkoth KR, Heinz RE,
Little SE. 2010. Confirmtation of Amblyomma americannum (Acari
:Ixodidae) as a vector for Cytauxzoon felis (Piroplasmorida : Theileridae )
to domestic cats. J.Med.Ent. 47 : 890 896.
Fry Jk. 2012. Feline Cytauxzoonosis. Houston : Gulf Coast Veterinary Specialist.
Gillespie TR.2006.Noninvasive assessment of gastrointestinal parasite infections
in free-ranging primates. Intern J Primat. 27:1129-1143.
Hadi UK, S. Soviana. 2010. Ektoparasit: pengenalan, identifikasi, dan
pengendaliannya. Bogor (ID): IPB Press.
Hansen J, Perry B.1994.The epidemiology, diagnosis and control of helminth
parasites of ruminants [Internet]. [diunduh 11 juni 2013]. Tersedia
pada:http://www.articlebase.Com/ print/473820.
Kusumamihardja S. 1995.Parasit dan Parasitosis pada Hewan ternak dan Hewan
Piaraan di Indonesia.Bogor (ID):Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB.
Lewis K. 2011. Cytauxzoon felis : An emerging feline pathogen and potential
therapy [thesis]. Missouri (COL): University of Missouri.
Reinecke, R.K. 1983. Veterinary Helminthology. Butterworths, Durban.
Suliman EG. 2009. Detection the infection with Babesia spp. Cytauxzoon felis
and Haemobaronella felis in stray cats in Mosul. Iraqi Journal of Veterinary
Sciences. 23 (1) : 49 95.