DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PENDAHULUAN Sitologi membahas tentang cairan tubuh yang ditinjau dari segi fisik maupun pemeriksaan sel-sel yang terdapat dalam cairan tubuh. Sitologi secara umum adalah ilmu yang mempelajari sel-sel, dan berperan dalam penegakkan diagnosis penyakit beberapa jenis penyakit yang menimbulkan cairan efusi yakni cairan dalam rongga atau tempat-tempat pada tubuh manusia atau hewan yang tidak seharusnya dalam jumlah berlebihan. Kandungan sel-sel yang terdapat dalam efusi dapat dideteksi melalui berat jenis yang terlalut atau terkandung, dan sifat fisik efusi. Jenis-jenis efusi yaitu transudat, modifikasi transudat atau eksudat. Transudat yaitu cairan ekstravaskuler dengan kadar protein yang rendah dan berat jenis dibawah 1,102; pada hakekatnya transudat adalah ultrafitrat plasma darah yang terbentuk karena kenaikan tekanan cairan atau penurunan tekanan osmotik pada didalam plasma. (Robbin 2007) . Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan emigrasi. Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik intravascular sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya. Eksudat merupakan substansi yang merembes melalui dinding vasa ke dalam jaringan sekitarnya pada radang, berupa nanah. Teknik pengambilan cairan efusi disesuaikan dengan rongga atau lokasi dimana akumulasi efusi terjadi. Sitologi juga dapat dilakukan untuk evaluasi sampel darah atau sampel lainnya seperti lesion kulit melalui teknik kerokan kulit. Pemeriksaan visual dan digital dari mukosa vagina merupakan metode diagnostik untuk evaluasi menyeluruh dari saluran genital kelamin betina bagian bawah. Sampel dipeloreh dengan mudah untuk pemeriksaan sitologi dan study mikrobiologis. Praktikum kali ini bertujuan agar mahasiswa dapat melakukan persiapan dan pewarnaan cairan efusi, dapat melakukan pengambilan dan pewarnaan kerokan kulit yang diduga terdapat ektoparasit, dan dapat melakukan pengambilan dan pewarnaan sampel vagina. METODE PRAKTIKUM Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum ini dilakukan di Poliklinik Hewan Diploma IPB Waktu praktikum yaitu hari Senin, tanggal 23 Maret 2015 pukul 14-00-18-00 WIB. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu spoit ukuran 3-10 ml, IV kateter atau jarum kupu-kupu, kapas beralkohol, gunting, tabung darah tanpa dan dengan antikoagulan, cooler box, pisau scalpel tumpul, gelas preparat, penutup gelas preparat, sarung tangan (glove) steril, speculum vagina, senter, anoscope, cotton bud, stopwatch, mikroskop, alat penghitung (counter), dan bahan-bahan yang digunakan yaitu larutan chlorhexidine/ betadine, minyak paraffin atau baby oil, satu set pewarnaan deepqui, larutan KOH 10%, selotip bening, jelly, sampel sitologi, metil alcohol (methanol), larutan pewarnaan diff- quick, aquadest, minyak imersi. Prosedur Percobaan Teknik Koleksi Sampel Sitologi Pengambilan dan Pemeriksaan Cairan Efusi. Alat dan bahan disiapkan. Kemudian hewan diposisikan lateral atau dorsal recumbency. Area abdomen yang diduga ascites di sterilisasi. IV kateter disiapkan, kemudian cairan efusi yang ditampung dimasukkan ke dalam wadah bersih. Kemudian pemeriksaan fisik dan BJ protein urin dilakukan. Warna, bau, kekeruhan, volume dan pH diamati. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan BJ protein urin dilakukan. Refraktometer dibersihkan terlebih dahulu, kemudian diekuilibrasi menggunakan akuades. Setelah ditemukannya BJ air, akuades dibersihkan. Buka penutup kaca prisma, bersihkan kaca prisma menggunakan tisu, kemudian urin diteteskan sebanyak 1 tetes dan tutup dengan kaca prisma. Dan hasil diamati. Selain melakukan pemeriksaan fisik dan BJ protein urin menggunakan refraktometer, pemeriksaan mikroskopis juga dilakukan. Pertama, cairan efusi di sentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 1500 2000 rpm. Setelah itu, sedimen yang terbentuk diambil menggunakan pipet transfer dan dibuat ulasan dan difiksasi menggunakan bunsen. Setelah itu preparat dimasukkan ke dalam methanol selama 5 detik. Kemudian dicelupkan ke dalam larutan eosin selama 5 detik dan dibilas dengan akuades. Kemudian dicelupkan ke dalam methylene blue selama 5 detik dan dibilas lagi. Setelaha itu preparat diamati dibawah mikroskop. Pemeriksaan Kulit dengan Kerokan kulit superfisial. Alat dan bahan disiapkan. Setelah itu bagian tubuh hewan yang diduga terdapat jamur di cukur. Kemudian kulit hewan diteteskan dengan baby oil secukupnya. Dengan menggunakan blade tumpul, kerok kulit sampai didapatkannya spesimen. Setelah itu blade diulaskan ke gelas objek, preparat ditutup menggunakan cover glass. Kemudian preparat diamati di bawah mikroskop dengan kondensor ke bawah dan perbesaran 10x dan 40x. Pemeriksaan Kulit dengan Kerokan kulit dalam. Alat dan bahan disipakan. Bagian tubuh hewan yang diduga terdapat demodex dicukur. Baby oil diteteskan pada gelas objek secukupnya. Kemudian blade di gosok gosokkan ke baby oil. Setelah itu, kulit dikerok dengan blade yang sudah dilumuri baby oil samapi berdarah. Untuk mengurangi kemungkinan infeksi, setelah dilakukan pengerokan, luka diberi betadine dan hasil kerokan diamati di bawah mikroskop dengan kondensor ke bawah dan perbesaran 10x dan 40x. Pemeriksaan Kulit dengan Selotip. Alat dan bahan sisiapkan. Bagian tubuh hewan yang diduga terdapat jamur dicukur dari rambut hewan. Kemdian selotip digunting sepanjang 3 5 cm. setelah itu salah satu ujung selotip ditempelkan pada salah satu tepi elas objek dengan posisi bagian yang lengket di atas. Kemudian sisi selotip lagi ditempelkan di sisi lain gelas objek. Setelah selesai mengambil spesimen, preparat diwarnai. Preparat dimaukkan ke dalam methanol selama 5 detik, kemudian dikeringkan. Setelah itu dicelupkan ke eosin selama 5 detik dan dibilas. Dan yang terakhir, preparat dicelupkan ke dalam methylene blue selama 5 detik dan dibilas. Setelah itu preparat diamati di bawah mikroskop dan perbesaran 10x sampai 40x. Pemeriksaan Kulit dengan Trichogram. Alat dan bahan disipakan Bagian rambut hewan yang terdapat jamur dicabut dengan clamp arteti/ hemostat. Setelah itu rambut diletakkan di gelas objek dan diberi KOH secukupnya. Rambut kemudian ditutup menggunakan cover glass dan diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x dan 40x. Pemeriksaan Kulit dengan Biopsy. Alat dan bahan disiapkan. Bagian tubuh hewan yang luka akibat jamur dicukur. Setelah itu dibagian antara luka disuntikkan anastetik lokal yaitu lidocaine atau spido, dan ditunggu 5 menit. Setelah itu bagian yang telah dibius dikerok menggunakan punch biopsy yang berukuran 1 8 ml. Rata rata yang digunakan ukuran 6 ml. Bagian yang diambil tadi dimasukkan ke dalam larutan NBF 10%. Setelah selesai, bagian yang robek dijahit dan hasil yang diambil diamati di bawah mikroskop. Pemeriksaan kulit dengan UV Light. Alat dan bahan disiapkan. Bagian tubuh hewan yang diduga terdapat jamur dermatofita dicukur. Alat dihidupkan dan diarahkan ke bagian tubuh itu selama 15 menit. Jika berwarna hijau menandakan bahwa jamur termasuk mikrosporum. Jika berwarna lain artinya jamur termasuk trichophyton. Pemeriksaan Kulit dengan Impression Smear. Alat dan bahan disiapkan. Bagian tubuh hewan yang terdapat luka yang tidak sembuh sembuh ditempelkan objek glass. Kemudian dengan gelas objek satu lagi, spesimen dibuat ulasan. Setelah itu difiksasi dengan api bunsen. Setelah kering, masukkan ke dalam methanol selama 5 detik, kemudian keringkan. Setelah itu masukkan ke dalam eosin selama 5 detik, kemudian dibilas. Setelah itu dicelupkan ke dalam methylene blue selama 5 detik dan dibilas. Hasil diamati di bawah mikroskop denga perbesaran 10x dan 40x.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sitologi khususnya membahas tentang cairan tubuh yang ditinjau dari segi fisik maupun pemeriksaan sel sel yang terdapat dalam cairan tubuh. Kandungan sel- sel yang terdapat dalam efusi dapat dideteksi melalui berat jenis yang terlarut dan terkandung, serta sifat fisik efusi. Dengan demikian maka diketahui jenis jenis efusi seperti transudat, modifikasi transudat dan eksudat. Selain melakukan pemeriksaan fisik dan berat jenis, kita juga melakukan uji pemeriksaan kulit secara superfisial dan dalam, trichogram, impression smear, UV light, Biopsi dan selotape. Hasilnya sebagai berikut. Hasil No Hasil Percobaan Hasil Teknik Koleksi Catatan/Diskusi/ Temuan Sitologi Gambar 1 Efusi Abdomen BJ protein : 3 BJ protein urin Fisik menunjukkan sebesar Warna : Coklat 3, artinya cairan urin Bau : Amis bersifat transudat. Jika Kekeruhan : Keruh bernilai 1 5 cairan urin bersifat transudat, nilai 6 8 cairan urin normal dan nilai >8 cairan urin bersifat eksudat. Karena urin bersifat transudat, artinya hewan memiliki gangguan pada ginjalnya. 2 Kerokan Kulit Tidak terdapat apa apa, hanya Superfisial terdapat debris saja
Dalam Ditemukan fase fase anagen,
katagen dan telogen pada preparat yang diamati.
3 Teknik Selotape Tidak terdapat apa apa, hanya
terdapat debris
4 Trichogram Tidak terdapat jamur, hanya
terdapat debris debris.
5 Impression Hanya ditemukan debris
Smear debris dan sel epitel berinti Data tabel di atas menunjukkan bahwa cairan efusi urin bersifat transudat karena berat jenis protein urin adalah 3. Jika nilai berat jenis urin adalah 1 5 maka cairan efusi bersifat transudat yang artinya urin tidak terinfeksi, tetapi terjadi gangguan pada organ. Sedangkan jika nilai berat jenis 6 8, cairan efusi dikatan normal. Dan jika nilai cairan efusi bernilai >8, cairan efusi bersifat eksudat yang artinya urin terinfeksi oleh bakteri. Jadi dari data di atas, cairan efusi urin bersifat transudat yang dimana terjadi gangguan pada organnya. Uji kerokan kulit pada tabel menunjukkan bahwa pada kerokan kuliat secara superfisial dan dalam tidak ditemukan sarkoptes maupun demodeks, karena hanya debris dan fase pertumbuhan rambut yang ditemukan. Rambut tumbuh melalui siklus yang mencakup tiga fase pertumbuhan yaitu fase anagen, katagen, dan telogen. Fase Anagen merupakan fase pertumbuhan rambut aktif dimana sel- sel matriks melalui mitosis membentuk sel-sel baru mendorong sel-sel yang lebih tua ke atas. Lama fase anagen kurang lebih 2-6 tahun. Fase Katagen merupakan masa peralihan yang terjadi setelah akhir fase anagen. Lama masa transisi ini adalah 1-2 minggu dan akan terbentuk rambut gada (hair club). Fase Telogen atau masa istirahat dimulai dengan memendeknya sel epitel dan tumbuh tunas kecil yang membentuk rambut baru yang tumbuh di bawah rambut gada. Rambut baru ini kemudian didorong keluar. Dengan kembalinya fase anagen, rambut lama atau rambut gada (clubbed hair) terdorong lepas oleh tumbuhnya rambut baru. Fase telogen berlangsung selama kurang lebih 100 hari atau sekitar 5 sampai 12 minggu. Pada akhir fase telogen rambut akan lepas dan akan memulai siklus pertumbuhan rambut yang baru. Dalam keadaan normal, sekitar 90% rambut di kulit kepala berada dalam fase anagen, sekitar 1% berada dalam fase katagen, dan sekitar 9% berada dalam fase telogen. Rambut memiliki lama siklus yang bervariasi tergantung lokasi tumbuhnya rambut. Pada alis, siklus pertumbuhan rambut akan berakhir dalam 4 bulan sementara kulit kepala berakhir dalam 3 sampai 4 tahun. Ini adalah alasan mengapa panjang rambut alis jauh lebih pendek dibandingkan dengan rambut di kulit kepala. Rambut di kulit kepala memiliki masa anagen kira-kira 1000 hari dan masa telogen 100 hari sehingga rasio perbandingan rambut anagen dan telogen 9:1. Untuk mengetahui jumlah rambut anagen dan telogen diperiksa rasio rambut anagen dan telogen dengan trikogram. Uji impression smear menujukkan bahwa kulit kucing adalah negatif dermatofita. Karena kami hanya menemukan debris debris pada kaca preparat. Fungsi methylene blue pada pewarnaan diff quick adalah untuk mewarnai inti sel epitel, pewarnaan eosin digunakan untuk mewarnai sitoplasma dan methanol digunakan untuk memfiksasi spesimen pada kaca objek. Cellophane Tape Preparation Technique digunakan untuk mengumpulkan material dari permukaan kulit rambut untuk keperluan diagnosa. Tujuan pewarnaan giemsa untuk memeriksa intisel, untuk melihat apakah sel tersebut sel normal, sel noeplasma jinak atau ganas. Cara pewarnaan giemsa dilakukan dengan cara menggunakan fiksasi methanol dengan waktu 5 sampai 15 menit, hingga kering. Preparat dicuci dengan air mengalir lalu celupkan kedalam cairan giemsa dengan waktu 5 sampai 10 menit, dicuci dengan air mengalir, keringkan diudara terbuka. Trichogram adalah metode semi analisis rambut yang melibatkan memetik 50 sampai 100 rambut dari berbagai bagian kulit kepala, menempel mereka ke slide, dan memeriksa mereka di bawah mikroskop. Tujuannya adalah untuk menentukan tingkat perkembangan rambut rontok dengan mendirikan berapa banyak rambut hewan di masing-masing tiga tahapan siklus pertumbuhan rambut , anagen (pertumbuhan), catagen (transisi) dan telogen (istirahat). Sekitar 10% dari rambut harus dalam fase istirahat, lagi akan menunjukkan masalah potensial. Pada uji trichogram rambut dipetik dari lokasi pengambilan sampel pada kulit kepala frontal dan oksipital, menggunakan penutup erat forsep pencukuran. trichogram mencerminkan kelas rendah telogen effluvium dari frontal yang terkena dampak dan kulit kepala centroparietal, sedangkan temuan trichoscopic dari anisotrichosis berkaitan dengan kehadiran rambut dengan kaliber yang berbeda sebagai konsekuensi dari progresif folikel rambut miniaturisasi (Tosti 2009). SIMPULAN Data tabel dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kucing yang kami gunakan tidak terkena jamur, karena pada uji pedapat meriksaan kulit tidak ditemukan jamur, sapkortes, demodeks maupun dermatofita. Sehingga kucing tersebut dapat sdikatakan dalam keadan sehat berdasarkan hasil uji-uji yang dilakukan pada sampel. DAFTAR PUSTAKA Robbin. 2007. Buku ajar patologi edisi 7. Jakarta: EGC.
Tosti A, Torres F. 2009. Dermoskopi dalam Diagnosis Rambut dan Kulit Kepala Gangguan Aktas Dermosifiliog.Jakarta : Penebar Swadaya.