PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak
pada produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia.
Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu
negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk
pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita
DM ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa keatas pada
seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit DM belum menempati
skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun diketahui dampak negatif yang
ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis,
hipertensi, otak, system saraf, hati, mata dan ginjal.
Diabetes mellitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh ketiadaan absolute
insulinatau insensivitas terhadap insulin. Diabetes mellitus disebabkan oleh
oenurunan kecepatan insulin oleh sel-sel beta pula Langerhans. Biasanya dibagi dalam dua
jenis berbeda: diabetes javanilis, yang biasanya tetapi tak selalu, dimulai mendadak pada awal
kehidupan dandiabetes dengan awitan maturitas yang dimulai di usia lanjut dan terutama pada
orangkegemukan.Penderita penyakit diabetes mellitus dapat meninggal karena penyakit yang
dideritanya ataukarena komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit ini, misalnya penyakit
ginjal, gangguan jantung dan gangguan saraf. Penyebab diabetes mellitus dapat disebabkan
oleh berbagai hal,dan juga terdapat berbagai macam tipe diabetes mellitus. Ada beberapa gejala
yangditiimbulkan bagi penderita diabetes mellitus, serta cara mengobatinya. Kesemuanya akan
dibahas di dalam makalah ini.
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan pembuatan makalah, yaitu untuk mengetahui lebih spesifik mengenai penyakit
diabetes mellitus.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengalirkan atau mengalihkan
(siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes
melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar
glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan
ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin
(Corwin, 2009).
Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat, jika telah berkembang
penuh secara klinis maka diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial,
aterosklerosis dan penyakit vaskular mikroangiopati (Sylvia & Lorrain, 2006).
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat kadar
glukosa darah yang tinggi yang disebabkan jumlah hormone insulin kurang atau jumlah insulin cukup
bahkan kadang-kadang lebih, tetapi kurang efektif (Sarwono, 2006).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007)
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus merupakan suatu
kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan toleransi
terhadap glukosa ( Rab, 2008)
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja
insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart, 2002).
2.2 ETIOLOGI
Faktor-faktor penyebab diabetes melitus antara lain genetika, faktor keturunan memegang
peranan penting pada kejadian penyakit ini. Apabila orang tua menderita penyakit diabetes mellitus
maka kemungkinan anak-anaknya menderita diabetes mellitus lebih besar.
Virus hepatitis B yang menyerang hati dan merusak pankreas sehingga sel beta yang memproduksi
insulin menjadi rusak. Selain itu peradangan pada sel beta dapat menyebabkan sel tidak dapat
memproduksi insulin.
Faktor lain yang menjadi penyebab diabetes melitus yaitu gaya hidup, orang yang
kurang gerak badan, diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat, kegememukan dan kesalahan
pola makan. Kelainan hormonal, hormon insulin yang kurang jumlahnya atau tidak diproduksi.
Riwayat Keluarga
Obesitas
Usia
Kurangnya Aktivitas Fisik
Suka Merokok
Suka Mengkonsumsi Makanan Berkolesterol Tinggi
Penderita Hipertensi Atau Tekenan Darah Tinggi
Masa Kehamilan
Ras Tertentu
Tekanan Stres Dalam Jangka Waktu Yang Lama
Sering Mengkonsumsi Obat-Obatan Kimia
2.4 KLASIFIKASI
American Diabetes Assosiation (2005) dalam Aru Sudoyo (2006) mengklasifikasikan diabetes
mellitus menjadi :
1) Diabetes mellitus tipe 1
Dibagi dalam 2 subtipe yaitu autoimun, akibat disfungsi autoimun dengan
kerusakan sel-sel beta dan idiopatik tanpa bukti autoimun dan tidak diketahui sumbernya.
2) Diabetes mellitus tipe 2
Bervariasi mulai yang predominan resisten insulin disertai defisinsi insulin
relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resisten insulin.
3) Diabetes mellitus Gestasional
Faktor resiko terjadinya diabetes mellitus gestasional yaitu usia tua,etnik,
obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat gestasional terdahulu.Karena terjadi
peningkatan sekresi beberapa hormone yang mempunyai efek metabolic terhadap toleransi
glukosa, maka kehamilan adalah suatu keadaan diabetogenik.
e) Karena obat atau zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid, hormon tiroid,
diazoxic,agonis adrenergic, tiazid, dilantin, interferon alfa, dan lainnya.
h) Sindroma genetik lain : sindrom down, sindrom klinefilter, sindrom turner, sindrom wolframs, ataksia
friedriechs, chorea Huntington, sindrom Laurence/moon/biedl, distrofi miotonik,porfiria, sindrom
pradelwilli, dan lainnya (ADA, 2005)
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi.Jika
kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan sampai ke air kemih.
Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan
sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang
berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri).
Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum
(polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat
badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa
sehingga banyak makan (polifagi).
Dengan memahami proses terjadinya kelainan pada diabetes melitus tersebut diatas, mudah
sekali dimengerti bahwa pada penderita diabetes melitus akan terjadi keluhan khas yaitu lemas, banyak
makan, (polifagia) , tetapi berat badan menurun, sering buang air kecil (poliuria), haus dan banyak
minum (polidipsia).
Penyandang diabetes melitus keluhannya sangat bervariasi, dari tanpa keluhan sama sekali,
sampai keluhan khas diabetes melitusseperti tersebut diatas. Penyandang diabetes melitus sering pula
datang dengan keluhan akibat komplikasi seperti kebas, kesemutan akibat komplikasi saraf, gatal dan
keputihan akibat rentan infeksi jamur pada kulit dan daerah khusus, serta adapula yang datang akibat
luka yang lama sembuh tidak sembuh (Sarwono, 2006).
Penderita Diabetes militus umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini
meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
2.6 PATOFISIOLOGI
Menurut Brunner & Sudddart (2002) patofisiologi terjadinya penyakit diabetes mellitus
tergantung kepada tipe diabetes yaitu :
1) Diabetes Tipe I
Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel pankreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial
(sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut
diekskresikan dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).
2) Diabetes Tipe II
Resistensi insulin menyebabkan kemampuan insulin menurunkan kadar gula darah
menjadi tumpul. Akibatnya pankreas harus mensekresi insulin lebih banyak untuk mengatasi kadar gula
darah. Pada tahap awal ini, kemungkinan individu tersebut akan mengalami gangguan toleransi
glukosa, tetapi belum memenuhi kriteria sebagai penyandang diabetes mellitus. Kondisi resistensi
insulin akan berlanjut dan semakin bertambah berat, sementara pankreas tidak mampu lagi terus
menerus meningkatkan kemampuan sekresi insulin yang cukup untuk mengontrol gula darah.
Peningkatan produksi glukosa hati, penurunan pemakaian glukosa oleh otot dan lemak berperan atas
terjadinya hiperglikemia kronik saat puasa dan setelah makan. Akhirnya sekresi insulin oleh beta sel
pankreas akan menurun dan kenaikan kadar gula darah semakin bertambah berat.
3) Diabetes Gestasional
Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya. Hiperglikemia
terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormone-hormon plasenta. Sesudah melahirkan bayi,
kadar glukosa darah pada wanita yang menderita diabetes gestasional akan kembali normal.
(Brunner & Suddarth, 2002).
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi DM.
Yaitu kelompok usia dewasa tua (>40 tahun), obesitas, tekanan darah tinggi, riwayat keluarga
DM, riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi >4.000 g, riwaya DM pada kehamilan,
dan dislipidemia. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah
sewaktu, kadar gula darah puasa (Tabel 53.1), kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) standar. Untuk kelompok resiko tinggi yang hasil penyaringannya
negatif, perlu pemeriksaan penyaring ulang tiap tahun. Bagi pasien berusia 45 tahun tanpa
faktor resiko, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun.
Tabel 53.1 kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena <110 110-199 >200
Darah kapiler <90 90-199 >200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena <110 110-125 >126
Darah kapiler <90 90-109 >110
2.7 PENATALAKSANAAN
1. Edukasi
Edukasi pada penyandang diabetes meliputi pemahamantentang perjalanan penyakit
DM, perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan, penyulit/komplikasi
DM dan risikonya, dan cara penggunaan obat diabetes/insulin. Selain itu, untuk mencapai
pengelolaan diabetes yang optimal pada penyandang DM dibutuhkan perubahan perilaku agar
dapat menjalani pola hidup sehat meliputi:EDUKASIPERENCANAAN MAKLATIHAN
a. Mengikuti pola makan sehat
b. Merningkatkan kegiatan jasmani
c. Menggunakan obat diabetes dan obatobatan pada keadaan khusus secara aman dan teratur
d. Melakukan pemantauan gula darah mandiri
e. Melakukan perawatan kaki secara berkala
f. Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut seperti
hipoglikemia
2. Diet atau perencanaan makan
Perencanaan makan menggambarkan apa yang dimakan, berapa banyak, dan
kapan makan. Dietisien atau ahli diet dapat membantu membuat perencanaan makan yang
cocok. Makanan sehari- hari hendaknya cukup karbohidrat, serat, protein,rendah lemak jenuh,
kolesterol, sedangkan natrium dan gula secukupnya. Karbohidrat adalah sumber zat tenaga dan
zat gizi utama yang menyebabkan kadar gula darah naik.Namun penyandang diabetes tidak
usah takut mengkonsumsi karbohidrat. Kebutuhan karbohidrat pada penyandang diabetes
antara 45-65% kebutuhan kalori dengan asupan karbohidrat tersebar dalam sehari, hindari
makan karbohidrat dalam jumlah besar dalam satu kali makan. Sumber karbohidrat yang
dianjurkan adalah karbohidrat kompleks seperti nasi, roti, mie, dan kentang. Batasi karbohidrat
sederhana seperti gula, kue, tarcis, dodol, sirup, dan madu. Serat merupakan bagian dari
karbohidrat yang tidak dapat diserap tubuh, rendah lemak serta berpengaruh baik untuk kadar
gula darah. Pada umumnya gula darah setelah makan akan naik lebih lambat bila makan
makanan yang mengandung banyak serat. Makanan berikut yang mengandung banyak serat
makanan adalah havermout, kacangkacangan,sayur-sayuran, dan buah-buahan seperti apel,
jeruk, pir, sirsak, jambu biji dan lain-lain. Protein digunakan untuk pertumbuhan & mengganti
jaringan tubuh yang rusak. Sumber protein terdiri dari protein hewani & protein nabati. Sumber
protein hewani utama adalah ikan atau ayam tanpa kulit oleh karena rendah kandungan
lemaknya. Sumber protein lemak sedang seperti daging atau telur sebagai pengganti protein
rendah lemak dapat dikonsumsi kira-kira 3x seminggu. Sedangkan sumber protein tinggi lemak
seperti otak, merah telur, dan jerohan perlu dibatasi. Sumber protein nabati adalah kacang-
kacangan seperti kacanghijau, kacang merah, kacang tanah, kacang kedele, tahu, & tempe.
Kebanyakan makanan nabati rendah kandungan lemaknya dan mengandung lemak tidak jenuh
tinggi sehingga dapat membantu menurunkan kolesterol darah. Sayuran merupakan bahan
makanan yang sehat, tinggi kandungan vitamin, mineral, dan serat. Sayuran boleh dimakan
bebas tanpa dibatasi dan dianjurkan mengkonsumsi aneka ragam sayuran. Buah-buahan juga
merupakan makanan yang sehat, selain berkalori juga merupakan sumber vitamin,mineral, dan
serat. Dianjurkan makan buah 2 sampai 3 buah sehari. Susumerupakan sumber protein, dan
mengandung lemak, karbohidrat, dan vitamin serta kalsium Penyandang diabetes dianjurkan
minum susu yang tanpa atau rendah lemak. Bagi yang menyukai susu dapat menggantikan 1
lauk hewani dengan 1 penuh takar susu.
3. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani seharihari dan latihan secara teratur 3-4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit. Tujuan latihan jasmani untuk menjaga kebugaran,menurunkan
berat badan, dan memperbaiki sensitivitas insulin sehingga akan memperbaiki kendali gula
darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti
jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang
gerak.
1. Nyeri akut b.d agen injuri biologis (penurunan perfusi jaringan perifer)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmampuan menggunakan
glukose (tipe 1)
3. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d. kelebihan intake nutrisi (tipe 2)
4. Resiko syok
5. Resiko infeksi
6. Kerusakan intergritas kulit
7. Retensi urine b.d inkomplit pengosongan kandung kemih, sefingter kuat dan poliuri
8. Ketidakefektifan jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah keperifer,proses penyakit
(DM)
9. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d gejala poliuri dan dehedrasi
2.9 KOMPLIKASI
1). Kerusakan saraf (Neuropathy)
Sistem saraf tubuh kita terdiri dari susunan saraf pusat, yaitu otak dan sum-sum tulang
belakang, susunan saraf perifer di otot, kulit, dan organ lain, serta susunan saraf otonom yang mengatur
otot polos di jantung dan saluran cerna. Hal ini biasanya terjadi setelah glukosa darah terus tinggi, tidak
terkontrol dengan baik, dan berlangsung sampai 10 tahun atau lebih. Apabila glukosa darah berhasil
diturunkan menjadi normal, terkadang perbaikan saraf bisa terjadi. Namun bila dalam jangka yang lama
glukosa darah tidak berhasil diturunkan menjadi normal maka akan melemahkan dan merusak dinding
pembuluh darah kapiler yang memberi makan ke saraf sehingga terjadi kerusakan saraf yang disebut
neuropati diabetik (diabetic neuropathy). Neuropati diabetik dapat mengakibatkan saraf tidak bisa
mengirim atau menghantar pesan-pesan rangsangan impuls saraf, salah kirim atau terlambat kirim.
Tergantung dari berat ringannya kerusakan saraf dan saraf mana yang terkena.
b. katarak, lensa yang biasanya jernih bening dan transparan menjadi keruh sehingga menghambat
masuknya sinar dan makin diperparah dengan adanya glukosa darah yang tinggi.
c. glaukoma, terjadi peningkatan tekanan dalam bola matasehingg merusak saraf mata.
10). Infeksi
Glukosa darah yang tinggi mengganggu fungsi kekebalan tubuh dalam
menghadapi masuknya virus atau kuman sehingga penderita diabetes mudah terkena infeksi.
Tempat yang mudah mengalami infeksi adalah mulut, gusi, paru-paru, kulit, kaki, kandung
kemih dan alat kelamin. Kadar glukosa darah yang tinggi juga merusak sistem saraf sehingga
mengurangi kepekaan penderita terhadap adanya infeksi.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengalirkan atau mengalihkan
(siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes
melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar
glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan
ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin
(Corwin, 2009).
Klasifikasi Diabetes Miletus :
1. Diabetes mellitus tipe 1
2. Diabetes mellitus tipe 2
3. Diabetes mellitus Gestasional
4. Diabetes mellitus tipe lain
Penatalaksanaan :
1. Edukasi
2. Diet atau perencanaan makan
3. Latihan jasmani
4. Intervensi obat oral farmakologis
5. Insulin
DAFTAR PUSTAKA