Anda di halaman 1dari 12

PARASITOLOGI

Pertemuan/ kelompok : 6/l

Judul praktikum : Pemeriksaan siput ( keong )

Bahan pemeriksaan : Lendir siput

Hari / Tanggal :Rabu / 31 Oktober 2018

Nama : Astin Alfina Damaiyanti

Nim : 17150006

Tujuan praktikum : Untuk mengetahui bentuk telur cacing pada lendir siput

Prinsip Kerja : ambil lendir siput menggunakan oce,letakan diatas objekglass


tetesi dengan eosin dan ratakan tutup dengan deglass lalu periksa
dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 kali.

Dasar Teori

Echinococcus granulosus dapat menyebabkan penyakit ekinokokosis, hidaridosis.Dapat


ditemukan di manusia, anjing, karnivora lain. Morfologinya cacing dewasa panjang 3-6 mm,
memiliki satu proglotid imatur, satu proglotid matur dan satu proglotid gravid. Skoleks bulat,
memiliki empat batil isap, rostelum dengan kait-kait, mempunyai leher. Telur sulit dibedakan
dengan telur taenia. Kista hidatid terdiri atas lapisan kutikula, lapisan germinativum dan 25
jaringan hospes. Diagnosis menemukan skoleks yang dikeluarkan dari cairan kista atau dengan
reaksi.

Alat dan Bahan

Alat :- mikroskop - oce


- objekglass - pipet tetes
- deglass

Bahan : - lendir siput


- eosin 2%

Skema kerja

1. Siapkan alat dan bahan terlebih dahulu


2. Tetesi eosin diatas objekglass,ambil lendir siput menggunakan oce dan ratakan
3. Selanjutnya tutup dengan deglass
4. Periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 kali
5. Lihat dan catat hasilnya

Hasil praktikum :

Pada pemeriksaan kali ini ditemukan telur cacing Echinococcus granulosus


Pembahasan

E. granulosus adalah cacing cestoda kecil, panjangnya 3-8,5 mm. Terdiri dari kepala (scolex),
leher (neck) dan proglottid (3-4 segmen). Scolex mempunyai empat alat penghisap (oral
suckers), dan mempunyai dua deret kait (hooks). Segmen terakhir (gravid proglottid),
panjangnya lebih dari setengah dari panjang total cacing dewasa dan mengandung sekitar 5000
butir telur. Setiap telur berbentuk ovoid dengan diameter 30 – 40 mikron. Di dalam telur
terdapat hexacanth embrio, yaitu embrio yang memiliki tiga pasang kait.
Selanjutnya oncosphere di lokasi akhir (organ tubuh ISA) akan berkembang menjadi
metacestoda (larva hidatid) selama beberapa bulan dan menghasilkan protoscolices
(metcestoda fertile) atau tidak menghasilkan protoscolices (metcestoda steril). Metacestoda
fertile inilah yang akan menjadi cacing dewasa bila berada dalam tubuh ISD. E.
granulosus dewasa, hidupnya menempe pada usus kecil anjing atau carnivora lainnya (wolf,
dingo, jackal) sebagai ISD. Proglottid (gravid) yang mengandung telur-telur infektif
dikeluarkan bersama feses.Apabila telur infektif E. granulosus termakan/tertelan oleh ISA
(domba, sapi, babi, kuda, onta dsb) atau manusia, maka telur tersebut akan menetas menjadi
larva di dalam duodenum inangnya.

Kemudian oncosphere, dengan bantuan kait yang dimilikinya menembus mukosa usus, menuju
pembuluh darah portal dan mengikuti aliran darah ke berbagai organ tubuh. Dalam
perkembangannya metacestoda ini membentuk kista hidatid pada organ sasaran (hati, paruparu
dan organ lainny). Perkembangan kista sangat lambat, tetapi pasti dan makin lama makin
membesar. Ukurannya baru mencapai 1mm setelah satu bulan dan setelah lima bulan
ukurannya bertambah besar, menjadi 10-55 mm dan mulai membentuk gelembung berbentuk
kapsula yang berisi cairan bening dan steril. Cairan tersebut mengandung garam, enzim,sedikit
protein dan substansi toksik. Kasus hidatidosis pada manusia terjadi secara asidental, bila telur
cacing yang infektif tertelan olehnya dan selanjutnya akan berkembang menjadi metacestoda di
organ tubuhnya. Sedangkan metacestoda fertile dengan protoscolices (scolex pada
metacestoda) merupakan stadium larva yang infektif. Siklus hidup cacing E. granulosus akan
sempurna, apabila metacestoda fertile (pada organ domba atau hewan lain) tersebut dimakan
oleh anjing atau carnivora lainnya yang peka dan larva tersebut akan menjadi dewasa di dalam
usus anjing.

Kesimpulan

Jadi, pada praktikum kali ini ditemukan telur cacing Echinococcus granulosus

Palembang, 31 Oktober 2018


Dosen pembimbing Praktikan

(J.Sigalingging AMAK, SKM, M.kes) (Astin Alfina Damaiyanti)


BAKTERIOLOGI

Pertemuan / Kelompok : 6/1

Judul Praktikum : Pengecatan bakteri dan pemeriksaan preparat

Bahan Pemeriksaan : suspensi kuman

Hari / Tanggal : kamis / 1 November 2018

Nama : Astin Alfina Damaiyanti

Nim : 17150006

Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui cara pengecatan gram dan pemeriksaan preparat

Prinsip Kerja : Ambil suspensi kuman menggunakan oce lalu letakkan di atas
objekglass lidah apikan diatas lampu spritus dan dicat dengan
gentilan violet bilas dengan air mengalir,tetesi dengan lugol bilas
dengan air mengalir,tetesi dengan alkohol 96% bilas dengan air
mengalir lalu tetesi dengan safranin selama 2 menit bilas dengan
air mengalir.selanjutnya keringkan dan periksa dibawah mikroskop
dengan pembesaran 100 kali.

Dasar teori
 Pengecatan Gram merupakan salah satu teknik pengecatan yang dikerjakan di laboratorium
mikrobiologi untuk kepentingan identifikasi mikroorganisme.  Morfologi mikroskopik
mikroorganisme yang diperiksa dan sifatnya yang khas terhadap pengecatan tertentu
(pengecatan Gram) dapat digunakan untuk identifikasi awal.  Pemeriksaan ini dapat dilakukan
dengan cepat dan biaya murah serta, dalam kasus tertentu, dapat membantu dokter untuk
memulai terapi suatu penyakit tanpa menunggu hasil kultur.
            Metode pengecatan tersebut pertama kali ditemukan oleh Christian Gram pada tahun
1884.  Dengan metode pengecatan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat
tersebut.  Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya.  Oleh
karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai
dinding sel seperti Mycoplasma sp. Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak
mempertahankan zat warna metil ungu, Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna
metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol.

Alat : - objekglass - rak pengecatan


- lampu spritus - mikroskop
- oce - korek api
- pipet tetes
Bahan : - suspensi kuman - alkohol 96 %
- gentilan violet - safranin
- lugol

Cara kerja :

1. Siapkan alat dan bahan


2. Ambil suspensi kuman menggunakan oce letakan diatas objekglass dan ratakan
(lakukan diatas lampu spritus)
3. Fiksasi diatas lampu spritus tunggu kering.
4. Tetesi dengan gentilan violat tunggu selama 60 detik, bilas dengan air mengalir
5. Selanjutnya tetesi dengan lugol tunggu selama 30 detik, bilas dengan air mengalir
6. decolorisasi dengan alkohol 96 % , bilas dengan air mengalir
7. terakhir tetesi dengan safranin tunggu 2 menit, bilas dengan air mengalir.
8. Keringkan dan periksa dibawah mikroskop

Pembahasan
Pewarnaan gram merupakan pewarnaan yang digunakan untuk mengelompokan bakteri gram
positif dan gram negatif. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna crystal violet
dan akan tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif akan
kehilangan zat warna crystal violet setelah dicuci dengan alkohol, dan sewaktu diberi zat
pewarna safranin akan tampak berwarna merah. Perbedaan warna hasil dari pengecatan garam
disebabkan karena perbedaan dinding sel bakteri, Dinding pada bakteri gram positif memiliki
peptodoglikan lebih tebal dari pada gram negatif, dan memiliki asam teikoik (teichoic acids)
yang tertanam pada dinding sel, sedangkan gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang
tipis dan tidak memiliki asam teikoik, tetapi pada bakteri gram negatif memiliki membran luar
(Outer membrane) yang terdiri dari lipopolisakarida 

Hasil Pengamatan
Dari pemeriksaan kali ini ditemukan bakteri Gram positif bentuk basil dan streptobacillus
Kesimpulan

Jadi, pada praktikum kali ini ditemukan bakteri Gram positif bentuk basil dan stertobacillus

Palembang,1 November 2018


Dosen pembimbing Praktikan

(J.Sigalingging AMAK, SKM, M.kes) (Astin Alfina Damaiyanti)


HEMATOLOGI III

Pertemuan / Kelompok : 6/1

Judul Praktikum :Pemeriksaan Bleeding Time dan Cloting time ( CTBT )

Bahan Pemeriksaan : Darah

Hari / Tanggal : Jum’at / 2 November 2018

Nama : Astin Alfina Damaiyanti

Nim : 17150006

Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui apakah terjadi pendarahan atau tidak dan
pembekuan darah.

Prinsip Kerja : Bleeding Time: bersihkan daun telinga dengan swab alkohol lalu
tusuk dengan lancet jika tidak keluar darah berarti normal.

Clooting Time:Ambil darah masukkan ke dalam tabung 4 kaca


stopwath di hidupkan setiap 30 detik tabung di miringkan
sampai sampai darah membeku itu dilakukan hingga tabung ke
4.

Dasar teori

Darah adalah matrik cairan dan merupakan jaringan pengikat terspesialisasi yang
dibentuk dari sel-sel bebas (Bryon and Doroth, 1973). Darah terdiri dari komponen cair yang
disebut plasma dan berbagai unsur yang dibawa dalam plasma yaitu sel-sel darah. Sel-sel darah
terdiri dari eritrosit atau sel darah merah, yaitu sel yang mengangkut oksigen, leukosit atau sel
darah putih yaitu sel yang berperan dalam kekebalan dan pertahanan tubuh dan trombosit yaitu
sel yang berperan dalam homeostasis (Frandson, 1986).

 BLEEDING TIME
Bleeding time adalah waktu lamanya perdarahan atau waktu yang diperlukan untuk
berhentinya darah mengalir. Ada beberapa metode dalam bleeding time, yaitu :
1.    Metode Ivy 
Metode Ivy adalah format tradisional untuk tes ini. Dalam metode ivy tekanan darah
manset diletakkan di lengan atas dan meningkat sampai 40 mmHg. Sebuah pisau bedah atau
sesuatu yang digunakan untuk melakukan tusukan di lengan bagian bawah. Pisau otomatis
pegas paling umum digunakan untuk membuat potongan berukuran standar. Waktu dari ketika
menusuk luka dibuat sampai perdarahan semua telah berhenti diukur dan disebut waktu
perdarahan ( bleeding time), setiap 30 detik handuk kertas digunakan untuk membersihkan
darah.
2.    Metode Duke
Metode duke dibuat dikuping telinga atau ujung jari yang ditusuk untuk menyebabkan
perdarahan, seperti dalam metode Ivy tes ini waktunya dari awal perdarahan sampai perdarahan
benar-benar berhenti. Kerugian dari metode duke adalah bahwa tekanan pada kapiler darah
didaerah menusuk tidak konstan dan hasil yang dicapai kurang daapat diandalkan. Keuntungan
dari metode ini adalah bekas luka tidak tetap, sedangkan metode lain dapat mennimbulkan
bekas luka.
 CLOOTHING TIME
Cloothing Time adalah waktu yang di perlukan darah untuk membeku atau waktu yang
di perlukan saat pengambilan darah sampai saat terjadinya pembekuan.Darah manusia adalah
cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-
sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat
sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan
mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga
diedarkan melalui darah.Setiap makhluk hidup membutuhkan zat-zat makanan yang diperole
dari lingkungannya. Untuk memasukkan dan membuang sisa zat makanan, memerlukan sistem
transportasi.Sistem sirkulasi atau transportasi pada tubuh manusia meliputi sistem peredaran
darah manusia meliputi sistem peredaran darah dan peredaran getah bening. Komponen sistem
peredaran darah manusia terdiri atas darah, jantung, dan pembuluh darah.
Komponen penyusun darah ada 2 yaitu bagian yaitu :
a.       Plasma darah, mempunyai fungsi pengangkut gas dan sari makanan disamping itu
plasma darah juga, mengandung fibrinogen yang berfungsi dalam pembekuan darah.
b.      Sel darah, adalah merupakan 45 % volume darah. Sel darah terdiri atas sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).
Luka bisa menyebabkan kehilangan darah yang parah. Trombosit   menyebabkan darah
membeku, menutup luka kecil, tetapi luka besar perlu dirawat dengan segera untuk mencegah
terjadinya kekurangan darah.

Alat : - stopwatch - swab alkohol


- blood lancet - spuit
- tabung widal - torniquet
- tisu

Bahan : Darah
Cara Kerja :
A. Bleding Time
1. Siapkan alat dan bahan
2. Kemudian bersihkan anak daun telinga menggunakan swab alkohol
3. Lalu tusuk bagian bawah anak daun telinga menggunakan lancet
4. Lap tetes darah yang keluar menggunakan tisu setiap 15 detik
( jangan sampai mengenai kulit ) hidupkan stopwatch.
5. Hentikan stopwatch jika darah tidak keluar lagi dan catat waktunya
B.Clooting Time
1. Siapkan alat dan bahan
2. Hisap darah vena menggunakan spuit sebanyak 2 cc ( stopwatch dihidupkan )
3.Kemudian masukkan masing-masing 0,5 cc darah ke dalam tabung kaca
4.pada setiap 30 detik tabung dimiringkan untuk melihat pembekuaannya,lalukan ini sampai
tabung ke 4
5.Bila sudah beku catat waktunya
Pembahasan

Bleeding time (waktu perdarahan) adalah uji laboratorium untuk menentukan lamanya tubuh
menghentikan perdarahan akibat trauma yang dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan ini
mengukur hemostasis dan koagulasi. Masa perdarahan tergantung dari ketepatgunaan cairan
jaringan dalam memacu koagulasi, fungsi pembuluh darah kapiler dan trombosit. Pemeriksaan
ini terutama mengenai trombosit, yaitu jumlah dan kemampuan untuk adhesi pada jaringan
subendotel dan membentuk agregasi.
Bleeding Time (waktu perdarahan) merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan untuk
mengetahui jalur koagulasi intrinsik dan ekstrinsik. Pemeriksaan ini telah dilakukan beberapa
dekade dengan menggunakan metode Duke. Ivy et al dan Mielke et al melakukan modifikasi
metode pemeriksaan waktu perdarahan dan banyak digunakan pertengahan tahun 1980-an.
Pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan) tidak boleh dilakukan apabila penderita
sedang mengkonsumsi antikoagulan atau anti nyeri aspirin, karena dapat menyebabkan waktu
perdarahan memanjang. Pengobatan harus ditunda selama 3-7 hari atau jika memungkinkan
pasien diberitahu agar tidak mengkonsumsi aspirin atau obat penghilang rasa nyeri tanpa resep
selama 5 hari sebelum pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan) terdapat dua metode
yaitu Ivy dan Duke.
Cloothing time adalah waktu yg dibutuhkan bagi darah untuk membekukan dirinya
secara in vitro dengan menggunakan suatu standart yang dinamakan Cloothing Time. Clot
adalah suatu lapisan seperti lilin/jelly yang ada di darah yg menyebabkan  berhentinya suatu
pendarahan pada luka yang dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik.Pemeriksaan
cloothing time pada praktikum ini menggunakan metode Lee White,dimana prinsipnya yakni
waktu pembekuan diukur sejak darah keluar dari  pembuluh sampai terjadi suatu bekuan dalam
kondisi yang spesifik.Sampel yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah sampel darah
segar.Waktu pembekuan Lee-White menggunakan tiga tabung yang diinkubasi pada suhu
ruang, masing-masing berisi 1 ml darah lengkap. Tabung-tabung ini secara hati-hati
dimiringkan setiap 30 detik untuk meningkatkan kontak antara darah dan permukaan kaca
Hasil pengamatan :

Bleeding time , pada percobaan kali ini tidak terjadi pendarahan

Cloting time , didapatkan hasil


Tabung 1 : 4.30
Tabung 2 : 7.30
Tabung 3 : 10.30
Tabung 4 : 13. 30
Total = 36
jadi hasilnya : 36/4 = 9 Menit
Kesimpulan :

Bleeding time , pada percobaan kali ini tidak terjadi pendarahan

Cloting time , didapatkan hasil


Tabung 1 : 4.30
Tabung 2 : 7.30
Tabung 3 : 10.30
Tabung 4 : 13. 30
Total = 36
Jadi hasilnya : 36/ 4 = 9 Menit

Palembang,2 November 2018

Dosen pembimbing Praktikan

(J.Sigalingging AMAK, SKM, M.kes) (Astin Alfina Damaiyanti)


Kimia Klinik

Pertemuan / Kelompok : 6/1

Judul Praktikum : Pemeriksaan bilirubin dalam urin

Bahan Pemeriksaan : Urin

Hari / Tanggal : Selasa / 6 November 2018

Nama : Astin Alfina Damaiyanti

Nim : 17150006

Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui ada atau tidaknya bilirubin dalam urin

Prinsip Kerja : Masukkan urin dalam tabung reaksi sebanyak 2cc setelah itu
masukkan iodium dalam tabung reaksi kemudian lihat dan amati

Dasar teori

Bilirubin adalah suatu pigmen empedu yang diproduksi oleh sel – sel hepar bersama
dengan garam empedu sebagai cairan empedu. Bilirubin yang terdapat dalam urin berasal dan
diproses dari bilirubin yang terkonjugasi secara aktif dan disalurkan bersama- sama dengan
komponen empedu lainnya menuju ke usus halus. Bilirubin yang tidak diserap masuk kedalam
usus, diproses oleh bakteri dan dieksresikan oleh ginjal dalam urin. Bilirubinuria menetap
selama penyakit berlangsung, namun uroblinogen kemih akan menghilang sementara waktu
bilamana fase obstruktif yang disebabkan oleh kolestatis dalam perjalanan penyakit selanjutnya
dapat timbul peningkatan urobilinogen kemih sekunder. Dari saluran empedu, bilirubin
terkonjugasi dialirkan keusus. Didalam usus halus hanya sebagian kecil bilirubin terkonjugasi
yang reabsorbsi. Pada bagian terminal usus halus dan usus besar, bilirubin terkonjugasi akan
dihidrolisis menjadi bilirubin tak terkonjugasi oleh enzim β glukuronidase yang berasal dari
hati, sel – sel epitel usus dan bakteri usus. Bilirubin tak terkonjugasi ini direduksi oleh flora
usus menjadi kelompok senyawa tetrapirol tak berwarna yang disebut urobilinogen. Transfor
bilirubin terkonjugasi melalui membran sel dan sekresi kedalam kanalikuli dalam hati. Agar
dapat diekskresikan dalam empedu, bilirubin harus dikonjugasi. Bilirubin terkonjugasi
kemudian diekskresikan melalui saluran empedu kedalam usus halus. Bilirubin tak
terkonjugasi tidak diekskresikan kedalam empedu kecuali setelah proses foto oksidasi.

Alat :

1. Rak tabung reaksi


2. Pipet tetes
3. Tabung reaksi
4. Pot urin
Bahan :

1. Urin
2. Iodium 1%

Cara kerja :

1. Siapkan alat dan bahan


2. Selanjutnya ambil urin yang akan diperiksa dan masukkan ke dalam pot urin
3. Kemudian pipet urin menggunakan pipet tetes sebanyak 2 cc lalu masukkan ke dalam
tabung reaksi
4. Setelah itu pipet larutan iodium 1% menggunakan pipet tetes sebanyak 1cc lalu
masukkan ke dalam tabung reaksi dan jangan sampai goyang
5. lalu lihat hasilnya

Pembahasan

Bilirubin adalah senyawa pigmen berwarna kuning yang merupakan produk katabolisme


enzimatik biliverdin reduktase. Bilirubin adalah produk perombakan hemoglobin oleh  sel-
sel retikuloendotel yang tersebar diseluruh tubuh. Bilirubin bersifat tidak larut air, kemudian
dikonjugasi oleh hati sehingga dapat larut air. Bilirubin akan dirubah oleh bakteri dalam usus
halus menjadi urobilinogen. Karena proses oksidasi urobilinogen akan berubah menjadi
urobilin, yaitu zat yang memberi warna khas pada urine
Pada kondisi normal, urine tidak mengandung bilirubin. Adanya bilirubin dalam urine dalam
urine mengidentifikasikan adanya kerusakan sel hati atau adanya sumbatan pada saluran
empedu.
Jika :
(-) negatif yaitu tidak terjadi cincin warna hijau atau tidak ada perubahan
(+) positif yaitu terjadi perubahan cincin warna hijau makin lama makin jelas

Hasil Pengamatan

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan didapatkan hasil positif yang terdapat cincin berwarna
hijau.

Kesimpulan

Jadi,berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil positif terdapat
cincin berwarna hijau.

Palembang, 6 November 2018

Dosen pembimbing Praktikan

(J.Sigalingging AMAK, SKM, M.kes) (Astin Alfina Damaiyanti)


Kimia Klinik

Pertemuan / Kelompok : 6/1

Judul Praktikum : Pemeriksaan bilirubin dalam urin

Bahan Pemeriksaan : Urin

Hari / Tanggal : Selasa / 6 November 2018

Nama / NIM : 1. Aci Amelia ( 17150001 )

2.Adek Irma Suryana ( 17150002 )

3.Afria Ronauli Tambunan ( 17150003 )

4.Ahmad Wahyudin ( 17150004 )

5.Asi Komalasari ( 17150005 )

6.Astin Afina Damaiyanti ( 17150006 )

7.Deby Aprilia ( 17150007 )

Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui ada atau tidaknya bilirubin dalam urin

Prinsip Kerja : Masukkan urin dalam tabung reaksi sebanyak 2cc setelah itu
masukkan iodium dalam tabung reaksi kemudian lihat dan amati

Dasar teori

Bilirubin adalah suatu pigmen empedu yang diproduksi oleh sel – sel hepar bersama
dengan garam empedu sebagai cairan empedu. Bilirubin yang terdapat dalam urin berasal dan
diproses dari bilirubin yang terkonjugasi secara aktif dan disalurkan bersama- sama dengan
komponen empedu lainnya menuju ke usus halus. Bilirubin yang tidak diserap masuk kedalam
usus, diproses oleh bakteri dan dieksresikan oleh ginjal dalam urin. Bilirubinuria menetap
selama penyakit berlangsung, namun uroblinogen kemih akan menghilang sementara waktu
bilamana fase obstruktif yang disebabkan oleh kolestatis dalam perjalanan penyakit selanjutnya
dapat timbul peningkatan urobilinogen kemih sekunder. Dari saluran empedu, bilirubin
terkonjugasi dialirkan keusus. Didalam usus halus hanya sebagian kecil bilirubin terkonjugasi
yang reabsorbsi. Pada bagian terminal usus halus dan usus besar, bilirubin terkonjugasi akan
dihidrolisis menjadi bilirubin tak terkonjugasi oleh enzim β glukuronidase yang berasal dari
hati, sel – sel epitel usus dan bakteri usus. Bilirubin tak terkonjugasi ini direduksi oleh flora
usus menjadi kelompok senyawa tetrapirol tak berwarna yang disebut urobilinogen. Transfor
bilirubin terkonjugasi melalui membran sel dan sekresi kedalam kanalikuli dalam hati. Agar
dapat diekskresikan dalam empedu, bilirubin harus dikonjugasi. Bilirubin terkonjugasi
kemudian diekskresikan melalui saluran empedu kedalam usus halus. Bilirubin tak
terkonjugasi tidak diekskresikan kedalam empedu kecuali setelah proses foto oksidasi.
Alat : Bahan :

1.Rak tabung reaksi 1. Urin


2. Tabung reaksi 2. Iodium 1 %
3. Pipet tetes
4. pot

Cara kerja :

6. Siapkan alat dan bahan


7. Selanjutnya ambil urin yang akan diperiksa dan masukkan ke dalam pot urin
8. Kemudian pipet urin menggunakan pipet tetes sebanyak 2 cc lalu masukkan ke dalam
tabung reaksi
9. Setelah itu pipet larutan iodium 1% menggunakan pipet tetes sebanyak 1cc lalu
masukkan ke dalam tabung reaksi dan jangan sampai goyang
10. lalu lihat hasilnya

Pembahasan

Bilirubin adalah senyawa pigmen berwarna kuning yang merupakan produk katabolisme


enzimatik biliverdin reduktase. Bilirubin adalah produk perombakan hemoglobin oleh  sel-
sel retikuloendotel yang tersebar diseluruh tubuh. Bilirubin bersifat tidak larut air, kemudian
dikonjugasi oleh hati sehingga dapat larut air. Bilirubin akan dirubah oleh bakteri dalam usus
halus menjadi urobilinogen. Karena proses oksidasi urobilinogen akan berubah menjadi
urobilin, yaitu zat yang memberi warna khas pada urine
Pada kondisi normal, urine tidak mengandung bilirubin. Adanya bilirubin dalam urine dalam
urine mengidentifikasikan adanya kerusakan sel hati atau adanya sumbatan pada saluran
empedu.
Jika :
(-) negatif yaitu tidak terjadi cincin warna hijau atau tidak ada perubahan
(+) positif yaitu terjadi perubahan cincin warna hijau makin lama makin jelas

Hasil Pengamatan

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan didapatkan hasil positif yang terdapat cincin berwarna
hijau.

Kesimpulan

Jadi,berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil positif terdapat
cincin berwarna hijau.

Dosen pembimbing

(J.Sigalingging AMAK, SKM, M.kes)

Anda mungkin juga menyukai