Bakteriologi
Pertemuan / Kelompok : 6/3
Nim : 17150021
Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui cara pengecatan gram dan pemeriksaan preparat
Prinsip Kerja : Ambil suspensi kuman menggunakan oce lalu letakkan di atas
objekglass lidah apikan diatas lampu spritus dan dicat dengan
gentilan violet bilas dengan air mengalir,tetesi dengan lugol
bilas dengan air mengalir,tetesi dengan alkohol 96% bilas
dengan air mengalir lalu tetesi dengan safranin selama 2 menit
bilas dengan air mengalir.selanjutnya keringkan dan periksa
dibawah mikroskop dengan pembesaran 100 kali.
Dasar teori
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan gram
negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama
berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang
mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan
bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak
mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif
akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara
bakteri gram negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal
(counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram negatif
menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan
kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka.
a. Bakteri Gram Negatif
Bakteri gram negative adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu
pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan warna ungu
gelap setelah dicuci dengan alcohol, sementara bakteri gram negative tidak.
b. Bakteri Gram Positif
Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil ungu sewaktu
proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah
mikroskop, sedangkan bakteri gram negative akan berwarna merah muda. Perbedaan
klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada perbedaan struktur
dinding sel bakteri.
Alat : - objekglass - rak pengecatan
- lampu spritus - mikroskop
- oce - korek api
- pipet tetes
Cara kerja :
Pembahasan
Pewarnaan Gram adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling
banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan tahapan penting
dalam langkah awal identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan
peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada membran sel bakteri.
Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu gram positif dan gram
negatif. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis.
Sedangkan baktri gram negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis
membran sel.
Penambahan violet pada bakteri. Kristal violet merupakan reagen yang berwarna
ungu. Kristal violet ini merupakan pewarna primer (utama) yang akan memberi warna pada
mikroorganisme target. Kristal violet bersifat basa sehingga mampu berikatan dengan sel
mikroorganisme yang bersifat asam. Dengan perlakuan seperti itu, sel mikroorganisme yang
transparan akan terlihat berwarna (ungu). Pemberian kristal violet pada bakteri gram positif
akan meninggalkan warna ungu muda. Perbedaan respon terhadap mekanisme pewarnaan
gram pada bakteri adalah didasarkan pada struktur dan komposisi dinding sel bakteri.
Bakteri gram positif mengandung protein dan gram negatif mengandung lemak dalam
persentasi lebih tinggi dan dinding selnya tipis. Kristal violet yang diteteskan didiamkan
selama 1 menit bertujuan agar cat atau pewarna ini dapat melekat sempurna pada dinding sel
bakteri.
Penambahan lugol pada bakteri. Lugol merupakan pewarna Mordan, yaitu pewarna
yang berfungsi memfiksasi pewarna primer yang diserap mikroorganisme target atau
mengintensifkan warna utama. Pemberian lugol pada pengecatan Gram dimaksudkan untuk
memperkuat pengikatan warna oleh bakteri. Kompleks zat lugol terperangkap antara
dinding sel dan membran sitoplasma organisme gram positif, sedangkan penyingkiran zat
lipida dari dinding sel organisme gram negatif dengan pencucian alkohol memungkinkan
hilang dari sel. Lugol yang diteteskan didiamkan selama 1 menit bertujuan agar pengikatan
warna oleh bakteri menjadi semakin lebih kuat.
Selanjutnya, 1 tetes alkohol 96% diteteskan di atas objek glass tersebut kemudian
didiamkan selama 45 detik. Setelah itu, kaca objek dibilas dengan air hingga warnanya
hilang. Etanol 95% merupakan solven organik yang berfungsi untuk membilas (mencuci)
atau melunturkan kelebihan zat warna pada sel bakteri (mikroorganisme). Tercuci tidaknya
warna dasar tergantung pada komposisi dinding sel, bila komponen dinding sel kuat
mengikat warna, maka warna tidak akan tercuci sedangkan bila komponen dinding sel tidak
kuat menelan warna dasar, maka warna akan tercuci. Pemberian alkohol pada pengecatan ini
dapat mengakibatkan terjadinya dua kemungkinan yaitu mikroorganisme (bakteri) akan
tetap berwarna ungu atau bakteri menjadi tidak berwarna. Pemberian alkohol 96% juga
menyebabkan terekstraksi lipid sehingga memperbesar permeabilitas dinding sel.
Selanjutnya diteteskan 1 tetes safranin di atas kaca objek tersebut kemudian
didiamkan selama 1 menit. Setelah itu, kaca objek dibilas dengan air hingga warnanya
hilang. Safranin merupakan pewarna tandingan atau pewarna sekunder. Zat ini berfungsi
untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan pewarna utama setelah perlakuan
dengan alkohol. Dengan kata lain, safranin memberikan warna pada mikroorganisme non
target serta menghabiskan sisa-sisa cat atau pewarna. Pewarnaan safranin masuk ke dalam
sel dan menyebabkan sel menjadi berwarna merah pada bakteri gram negatif sedangkan
pada bakteri gram positif dinding selnya terdehidrasi dengan perlakuan alkohol, pori – pori
mengkerut, daya rembes dinding sel dan membran menurun sehingga pewarna safranin
tidak dapat masuk sehingga sel berwarna ungu.
Nim : 17150021
Dasar teori
Sel darah putih dibentuk di bagian dalam sumsum tulang belakang dan kemudian
akan disimpan dalam darah serta getah bening. Umur sel darah putih sangat pendek yaitu
sekitar 1 hingga 3 hari. Sumsum tulang belakang terus memproduksi sel darah putih untuk
mencukupi kebutuhan tubuh. ada beberapa tipe sel darah putih dan semua tipe memiliki
fungsi yang berbeda-beda. Berikut ini beberapa tipe sel darah putih :
Monosit – Monosit menjadi salah satu tipe sel darah putih yang memiliki umur lebih
panjang dibandingkan tipe lain dan berfungsi untuk memecah semua bakteri dan sumber
penyakit yang masuk ke dalam tubuh.
Limfosit – Limfosit bertugas untuk membuat antibodi sehingga melindungi tubuh dari
serangan bakteri, virus, kuman, parasit dan semua jenis zat yang berbahaya untuk tubuh.
Neutrofil – Neutrofil bertugas untuk membunuh dan makan semua bakteri dan jamur. Ini
adalah tipe sel darah putih dengan jumlah yang paling banyak dalam tubuh dan selalu
menjadi pertahanan pertama bagi tubuh dari bakteri dan semua sumber penyakit.
Basofil – Basofil memiliki ukuran yang paling kecil dan bertugas mengirimkan sinyal
ketika ada infeksi yang terjadi dalam tubuh. Basofil akan mengeluarkan beberapa zat kimia
seperti histamin, zat untuk mengirimkan respon kekebalan tubuh dan sebuah penanda untuk
mengetahui alergi terhadap penyakit.
Eosinofil – Eosinofil bertugas untuk menyerang dan memberantas semua bakteri, parasit,
sel-sel kanker dan membantu tubuh mengirimkan sinyal alergi.
2.Sel darah putih tinggi bisa disebabkan karena konsumsi berbagai jenis obat-obatan yang
menyebabkan peningkatkan produksi sel darah putih.
3. Sel darah putih tinggi bisa terjadi karena ada hubungan dengan jenis penyakit tertentu
yang berhubungan dengan sumsum tulang belakang.
Gangguan yang berhubungan dengan sumsum tulang belakang ini juga terjadi karena :
4.Sel darah putih tinggi karena kekebalan tubuh sedang bekerja untuk mencegah sebuah
penyakit yang telah masuk ke tubuh.
Penyebab Khusus Sel Darah Putih Tinggi
Ketika sel darah putih terlalu rendah maka kemungkinan sumsum tulang belakang tidak
melakukan produksi sel darah putih dengan baik. Sementara jika sel darah putih terlalu
tinggi maka bisa menjadi analisa untuk jenis penyakit tertentu. Jumlah sel darah putih
didapatkan dari sebuah tes darah yang dilakukan di laboratorium atau klinik. Berikut ini
adalah beberapa jenis penyakit yang berhubungan dengan jumlah sel darah putih yang
terlalu tinggi :
1. Leukimia
Penyakit leukimia atau kanker darah biasanya ditandai dengan jumlah sel darah putih yang
terlalu tinggi dalam darah. Kanker terjadi ketika sumsum tulang belakang memproduksi sel
darah putih yang terlalu tinggi, namun kemudian sel darah putih tidak dapat mencapai
dewasa atau menjadi sel putih abnormal. Sel abnormal ini tidak bisa mati dan jumlahnya
terus meningkat. Leukimia bisa menyebar ke bagian organ lain yang disebut dengan istilah
metastasis.
2. Polisitemia Vera
Polisitemia vera adalah salah satu jenis kanker yang menyerang sumsum tulang belakang
namun menyerang dengan lambat. Penyakit ini dapat ditandai dengan jumlah sel darah
merah yang lebih banyak atau sel darah putih yang lebih banyak. Penyakit ini biasanya tidak
menyebabkan gejala jangka panjang namun perawatan tetap diperlukan untuk mencegah
kondisi yang lebih serius.
Penyakit ini disebabkan karena sumsum tulang belakang memproduksi sel darah putih atau
merah dengan cepat. Namun sel-sel yang dihasilkan tidak bisa bekerja dengan baik dan
justru rusak sebelum digunakan oleh tubuh.
3. Radang Sendi
Radang sendi adalah jenis penyakit yang disebabkan karena peradangan pada bagian sendi
kaki dan tangan. Penyakit ini akan mempengaruhi dengan cepat semua bagian lapisan sendi
sehingga menyebabkan pembengkakan dan rasa sakit yang parah pada bagian sendi.
Penyakit ini bisa terjadi pada semua orang tanpa memandang usia meskipun paling sering
ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun.
Penyebab radang sendi adalah sistem kekebalan tubuh yang justru menyerang jaringan sehat
dalam tubuh itu sendiri. Penyakit ini dapat menyebar dan mempengaruhi kesehatan organ
lain seperti pembuluh darah, paru-paru, mata dan kulit.
Alat Bahan
-Microskop - Oil
-Preparat - Xylol
Cara kerja :
1.Pertama siapkan alat dan bahan
Alat : Microskop,preparat
Bahan :Oil,xylol
2.Kemudiaan letakkan microskop di atas meja yang datar,lalu hidupkan mikroskop dan
letakkan preparat di atas meja microskop
3.Lalu cari lapangan pandang dengan lensa objektif pem besaran 10X kemudian dilanjutkan
dengan meneteskan oil immers lalu gunakan lensa objektif pembesaran 100X,untuk
memperjelas pputar atau mainkan mikronya
4. Kemudian amati hasilnya
Pembahasan
a.Eosinofil
Eosinofil adalah sel darah putih berjumlah 7% dari dalam sel darah putih dan mengalami
peningkatan terkait dengan adanya asma, alergi dan demam. Eosinofil memiliki diameter 10
hingga 12 mikrometer. Eosinofil merupakan kelompok dari granulosit yang bertugas dalam
melawan parasit yang memiliki jangka waktu 8 hingga 12 hari. Eosinofil memiliki sejumlah
zat kimiawi seperti ribonuklease, histamin, lipase, eosinofil peroksidase dan
deoksribonuklease serta beberapa macam asam amino.
b.Basofil
Basofil adalah sel darah putih yang berjumlah 0,01-0,03% dari tubuh kita. Basofil
memiliki banyak granula sitoplasmik dengan jumlah dua lobus. Basofil merupakan
kelompok dari granulosit yang dapat bergerak keluar menuju ke jaringan tubuh tertentu.
Basofil akan bekerja disaat adanya reaksi alergi pada tubuh dengan mengeluarkan histamin,
sehingga pembuluh darah menjadi besar. Jumlah basofil akan bertambah banyak atau
meningkat jika meningkatnya jumlah alergi. Bertambah banyak jumlah basofil disebut
dengan basofilia.
c.Neutrofil
Neutrofil adalah Sel darah putih yang berjumlah 50-60% dalam darah yang merupakan
kelompok granulosit karna memiliki butiran halus (granula). Neutrofil juga diakatakan
sebagai polymorphonuclear dikarenakan selnya memiliki bentuk yang aneh. dan memiliki 3
inti sel. Neutrofil adalah sel yang paling pertama menghadang dan melawan bakteri, virus
dan benda asing lainnya yang berperan dalam proses peradangan. Dari sifat fagosit yang
dimilikinya, neutrofil menyerang dengan menggunakan serangan respiratori yang memakai
berbagai macam substansi yang mengandung hidrogen peroksida, oksigen radikal bebas,
hipoklorit.
Neutrofil diproduksi dalam sumsum tulang dengan hasil produksi neutrofil sekitar 100
milliar neutrofil dalam sehari, dan akan meningkat menjadi sepuluh kali lipat jika terjadi
inflamasi kuat. Setelah keluar dari sumsum tulang, akan mengalami 6 tahap morgolis, yakni
mielocit, metameolocit, neutrofil non segmen (band), neutrofil segmen
d.Monosit
Monosit adalah sel darah putih yang berjumlah 1-3% dalam tubuh kita yang merupakan
baris kedua pertahanan tubuh kita terhadap infeksi bakteri dan benda asing. Monosit adalah
bagian dari kelompok sistem kekebalan tubuh kita yang tidak mempunyai butiran halus
dalam sel (granula). Dalam melawan infeksi bakteri dan benda asing, monosit dapat
melawan walaupun ukuran bakteri dan benda asing lebih besar dengan memakannya.
Monosit beredar dalam darah sekitar 300-500 mikroliter darah yang diproduksi
didalam sumsum tulang manusia dan menyerbar keseluruh tubuh dalam 3 hari dengan
masuk ke jaringan tubuh tertentu yang mengalami pematangan menjadi makrofag yang
berfungsi sebagai kekebalan tubuh. Peningkatan jumlah monosit disebut dengan
monositosis, yang dapat dijumpai pada penyakit seperti parotitis, herpes zoster,
mononucleosis, infeksiosa, toksoplasmosis, hemolitik, arthrithis, dan masih banyak lagi.
e.Limfosit
Limfosit adalah sel darah putih berjumlah 20-25% dalam tubuh yang merupakan jumlah
terbanyak kedua setelah neutrofil. Limfosit dibentuk di dalam sumsum tulang dan di limfa.
Limfosit juga dibagi menjadi dua macam yakni limfosit kecil dan limfosit besar. Hasil dari
produksi limfosit 1 kubik kurang lebih 8000 sel darah putih. jika sel tersebut mengalami
peningkatan atau bertambah banyak maka akan menyebabkan penyakit leukimia atau kanker
darah. Limfosit terbagi atas 6 jenis yakni Limfosit B, Sel T Helper, Sel T sitotoksit, Sel T
memori, dan Sel T Supresor. Limfosit B memproduksi antibodi, Sel T Helper mengaktifkan
dan mengarahkan sistem kekebalan tubuh mikroorganisme, Sel T Sitotoksit mengeluarkan
bahan kimia dalam menghancurkan patogen, Sel T memori sistem kekebalan tubuh dalam
mengetahui patogen tertentu. Sel T Supresor untuk melindungi sel normal tubuh.
Hasil pengamatan :Dari hasil pengamatan yang dilakukan,ditemukan banyak sel limfosit
dan monosit
Nim : 17150021
Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui ada atau tidaknya bilirubin dalam urin
Prinsip Kerja :Masukkan urin dalam tabung reaksi sebanyak 4cc setelah itu
masukkan iodium dalam tabung reaksi kemudian lihat dan amati.
Dasar teori
Bilirubin adalah suatu pigmen empedu yang diproduksi oleh sel – sel hepar bersama
dengan garam empedu sebagai cairan empedu. Bilirubin yang terdapat dalam urin berasal
dan diproses dari bilirubin yang terkonjugasi secara aktif dan disalurkan bersama- sama
dengan komponen empedu lainnya menuju ke usus halus. Bilirubin yang tidak diserap
masuk kedalam usus, diproses oleh bakteri dan dieksresikan oleh ginjal dalam urin.
Bilirubinuria menetap selama penyakit berlangsung, namun uroblinogen kemih akan
menghilang sementara waktu bilamana fase obstruktif yang disebabkan oleh kolestatis
dalam perjalanan penyakit selanjutnya dapat timbul peningkatan urobilinogen kemih
sekunder. Dari saluran empedu, bilirubin terkonjugasi dialirkan keusus. Didalam usus halus
hanya sebagian kecil bilirubin terkonjugasi yang reabsorbsi. Pada bagian terminal usus halus
dan usus besar, bilirubin terkonjugasi akan dihidrolisis menjadi bilirubin tak terkonjugasi
oleh enzim β glukuronidase yang berasal dari hati, sel – sel epitel usus dan bakteri usus.
Bilirubin tak terkonjugasi ini direduksi oleh flora usus menjadi kelompok senyawa tetrapirol
tak berwarna yang disebut urobilinogen. Transfor bilirubin terkonjugasi melalui membran
sel dan sekresi kedalam kanalikuli dalam hati. Agar dapat diekskresikan dalam empedu,
bilirubin harus dikonjugasi. Bilirubin terkonjugasi kemudian diekskresikan melalui saluran
empedu kedalam usus halus. Bilirubin tak terkonjugasi tidak diekskresikan kedalam empedu
kecuali setelah proses foto oksidasi.
Alat Reagen
Pembahasan
Nim : 17150021
Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui ada atau tidaknya parasit dalam sampel
sayur kangung.
Prinsip Kerja : Adanya telur atau larva cacing dalam tinja dapat diketahui
dengan pemeriksaan secara mikroskopis dengan pengecatan
lugol atau eosin, menggunakan perbesaran 100x (lensa objektif
10x dan lensa okuler 10x).
Dasar teori
Cacing merupakan salah satu parasit yang menghinggapi manusia. Penyakit infeksi
yang disebabkan oleh cacing masih tetap ada dan masih tinggi prevalensinya, terutama di
daerah yang beriklim tropis seperti Indonesia. Hal ini merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang masih perlu ditangani. Penyakit infeksi yang disebabkan cacing itu dapat
di karenakan di daerah tropis khususnya Indonesia berada dalam posisi geografis dengan
temperatur serta kelembaban yang cocok untuk berkembangnya cacing dengan baik
(Kadarsan,2010).
Hasil survey di beberapa tempat menunjukkan prevalensi antara 60%-90% pada anak
usia sekolah dasar. Salah satu penyakit infeksi yang masih banyak terjadi pada penduduk di
Indonesia adalah yang disebabkan golongan Soil-Transmitted Helminth, yaitu golongan
nematode usus yang dalam penularannya atau dalam siklus hidupnya melalui media tanah.
Cacing yang tergolong dalam Soil-Transmitted Helminth adalahAscaris lumbricoides,
Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis serta cacing tambang yaitu Necator
americanus dan Ancylostoma duodenale (Siregar, 2006)
Pemeriksaan feses di maksudkan untuk mengetahui ada tidaknya telur cacing ataupun
larva yang infektif. Pemeriksaan feses ini juga di maksudkan untuk mendiagnosa tingkat
infeksi cacing parasit usus pada orang yang di periksa fesesnya. Prinsip dasar untuk
diagnosis infeksi parasit adalah riwayat yang cermat dari pasien. Teknik diagnostik
merupakan salah satu aspek yang penting untuk mengetahui adanya infeksi penyakit cacing,
yang dapat ditegakkan dengan cara melacak dan mengenal stadium parasit yang ditemukan.
Sebagian besar infeksi dengan parasit berlangsung tanpa gejala atau menimbulkan gejala
ringan. Oleh sebab itu pemeriksaan laboratorium sangat dibutuhkan karena diagnosis yang
hanya berdasarkan pada gejala klinik kurang dapat dipastikan
Ascaris lumbricoides
a. Morfologi Ascaris lumbricoides dewasa bentuknya mirip dengan cacing tanah. Panjang
cacing betina antara 22-35 cm, sedang cacing jantan 10- 31 cm, cacing jantan mempunyai
ujung pasterior yang meruncing, melengkung ke arah ventral, mempunyai banyak papila
kecil dan juga terdapat dua buah spikulum yang melengkung. Cacing betina ujung
pasteriornya membulat dan lurus.). Telur yang dibuahi disebut Fertilized. Bentuk ini ada dua
macam, yaitu yang mempunyai cortex, disebut Fertilized-corticated dan yang lain tidak
mempunyai cortex, disebut Fertilized-decorticated. Ukuran telur 60 x 45 mikron. Telur yang
tidak dibuahi disebut 6 unfirtilized, ukurannya lebih lonjong; 90 x 40 mikron dan tidak
mengandung embrio didalamnya.
b. Siklus Hidup Telur yang dibuahi ketika keluar bersama tinja manusia tidak infektif. Di
tanah pada suhu 20˚C-30˚C, dalam waktu 2-3 minggu menjadi matang yang disebut telur
infektif dan di dalam telur sudah terdapat larva. Telur infektif ini dapat hidup lama dan
tahan terhadap pengaruh buruk. Bila telur infektif tertelan manusia akan menetas di usus
halus dan menjadi larva, larva akan menembus dinding usus masuk kedalam kapiler-kapiler
darah, kemudian melelui hati, jantung kanan, paru-paru, bronkus, trakea, dan tertelan masuk
ke esofagus, rongga usus halus dan tumbuh menjadi dewasa.
Cara kerja :
1.Pertama siapkan alat dan bahan
2.Kemudian potong/iris kecil-kecil sayur kangkung dan masukkan ke dalam beakerglass
3.Lalu tambahkan NaOH 10% sebanyak 2 ml dan diamkan selama 30 menit
4.Setelah 30 menit masukkan ke dalam tabung centrifuge,dan di centrifuge selama 10 menit
dengan kecepatan 3000 RPM
5.Kemudian supernatan dibuang dan sedimennya diletakkan di atas objekglass dan ditutup
dengan deckglas
6.Kemudian amati dan lihat hasilnyaa di microskop
Pembahasan
Cacing merupakan salah satu parasit yang menghinggapi manusia. Penyakit infeksi
yang disebabkan oleh cacing masih tetap ada dan masih tinggi prevalensinya, terutama di
daerah yang beriklim tropis seperti Indonesia.
- Lapisan luar yang tebal dari bahan albuminoid yang bersifat impermiabel.
- Lapisan tengah dari bahan hialin bersifat impermiabel ( lapisan ini yang memberi bentuk
telur)
- Lapisan paling dalam dari bahan vitelline bersifat sangat impermiabel sebagai pelapis sel
telurnya.
Telur cacing ini sering ditemukan dalam 2 bentuk, yaitu telur fertile (dibuahi) dan telur
yang infertile (tidak dibuahi). Telur fertil yang belum berkembang biasanya tidak memiliki
rongga udara, tetapi yang telah mengalami perkembangan akan didapatkan rongga udara.
Pada telur fertile yang telah mengalami pematangan kadangkala mengalami pengelupasan
dinding telur yang paling luar sehingga penampakan telurny tidak lagi berbenjol-benjol
kasar melainkan tampak halus. Telur yang telah mengalami pengelupasan pada lapisan
albuminoidnya tersebut sering dikatakan telah mengalami proses dekortikasi. Pada telur ini
lapisan hialin menjadi lapisan yang paling luar.Telur infertil; bentuknya lebih lonjong,
ukuran lebih besar, berisi protoplasma yang mati sehingga tampak lebih transparan.
Hasil Pengamatan :Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan di bawah microskop di temukan
telur Ascaris Lumbricoides