Anda di halaman 1dari 5

Tabel Hasil Pengamatan Pewarnaan Gram

No. Bakteri Bentuk sel Warna sel Sifat gram


bakteri
1. Koloni I Basil Merah Negatif
2. Koloni II Coccus Merah Negatif

Analisis data
Pada praktikum yang dilakukan pada tanggal 31 Januari 2019 dengan topik “Pengamatan
Morfologi Bakteri” dilakukan penangkapan bakteri 2x24 jam sebelum praktikum dilakukan yaitu
pada tanggal 29 Januari 2019. Penangkapan bakteri dilakukan pada medium lempeng NA yang
dilakukan di parkiran Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang dengan membuka tutup cawan
petri selama +-2 menit. Setelah itu, cawan petri tersebut diinkubasikan selama 2x24 jam. Dari
isolasi bakteri tersebut, didapatkan 2 koloni bakteri. Pewarnaan gram bakteri dilakukan pada kedua
koloni bakteri tersebut. Pewarnaan diawali dengan menyediakan kaca benda yang bersih lalu
dilewatkan di atas nyala api lampu spirtus, hal tersebut dilakukan untuk mematikan mikroba atau
bakteri-bakteri yang terdapat pada kaca benda tersebut. Selanjutnya, ditetesi aquades steril di atas
kaca benda dan secara aseptik diambil inoculum bakteri yang akan diamati untuk kemudian
diletakkan dan diratakan diatas tetesan aquades tersebut secara perlahan lalu ditunggu hingga
mengering. Kemudian dilakukan fiksasi dengan cara melewatkan sediaan tersebut di atas nyala api
lampu spirtus dengan cepat, hal tersebut dilakukan untuk mematikan bakteri sehingga bentuk dari
bakteri tersebut tidak berubah saat diamati serta untuk pelekatan bakteri supaya pada saat
pencucian/pewarnaan bakteri tersebut tidak ikut hilang.
Setelah semua langkah awal tersebut selesai, diletakkan sediaan di atas kawat penyangga
yang berada di atas mangkuk pewarna. Selanjutnya, teteskan larutan Ammonium Oksalat Kristal
Violet di atas sediaan tersebut dan tunggu selama 1 menit, lalu buang kelebihan zat warna tersebut
ke dalam mangkuk dan dibilas dengan aquades. Pemberian zat warna violet tersebut sebagai
pewarna primer bakteri tersebut. Setelah itu, diteteskan larutan iodium di atas sediaan dan tunggu
selama 2 menit, lalu buang kelebihan larutan iodium tersebut ke dalam mangkuk dan dibilas
dengan aquades. Pemberian iodium tersebut berfungsi untuk memperkuat pengikatan zat warna
oleh bakteri. Kemudian, sediaan ditetesi alkohol 95% dan tunggu selama 1 menit, lalu buang
kelebihan alkohol tersebut ke dalam mangkuk dan dibilas dengan aquades. Pemberian alcohol
tersebut untuk melunturkan atau membilas zat warna ungu yang mengakibatkan bakteri akan tetap
berwarna ungu atau tidak berwarna. Terakhir, sediaan ditetesi larutan safranin dan tunggu selama
30 detik, lalu buang kelebihan larutan safranin tersebut ke dalam mangkuk dan dibilas dengan
aquades. Pemberian larutan safranin tersebut adalah sebagai pewarna sekunder. Setelah semua
langkah pewarnaan selesai, sediaan dikeringkan dengan hati-hati menggunakan kertas hisap dan
diamati dibawah mikroskop.
Hasil pengamatan dibawah mikroskop dari pewarnaan gram bakteri, yaitu koloni pertama
merupakan bakteri gram negatif yang ditandai dengan warna sel merah hasil dari pewarnaan
bakteri yang sudah dijelaskan di atas dan setelah diamati pada mikroskop didapatkan hasil bahwa
bakteri tersebut memiliki bentuk basil (bentuk batang atau silinder). Koloni kedua juga merupakan
bakteri negatif yang ditandai dengan warna sel merah hasil dari pewarnaan bakteri dan setelah
diamati di mikroskop didapatkan hasil bahwa bakteri tersebut memiliki bentuk coccus (bentuk
bola).
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan praktikum teknik pewarnaan secara gram
pada bakteri. Bakteri yang digunakan dalam praktikum ini diambil dengan teknik isolasi yang
dilakukan di parkiran Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang. Dari isolasi tersebut didapatkan
2 koloni bakteri. Pewarnaan secara gram ini dilakukan pada kedua koloni untuk mengetahui koloni
bakteri tersebut merupakan bakteri gram negative atau bakteri gram positif.
TAMBAH FUNGSI BAHAN2NYA
Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi
ialah dengan metode pewarnaan karena pada umumnya bakteri bersifat tembus cahaya, hal ini
disebabkan karena banyak bakteri yang tidak mempunyai zat warna (Waluyo, 2007). Dengan
metode ini. Bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram
negatif, yang didasarkan dari reaksi atau sifat bakteri terhadap pewarna tersebut. Reaksi atau sifat
bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya sehingga pengecatan gram tidak bisa
dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp
(Pelczar, 1986). Proses pewarnaan gram ini memerlukan 4 jenis reagen. Bakteri terbagi atas dua
kelompok berdasarkan pewarnaan ini, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.
Perbedaan ini berdasarkan warna yang dapat dipertahankan bakteri. Reagen pertama disebut warna
dasar, berupa pewarna basa, jadi pewarna ini akan mewarnai dengan jelas. Reagen kedua berfungsi
untuk memperkuat pewarnaan pada bakteri. Reagen ketiga disebut bahan pencuci warna
(decolorizing agent). Tercuci tidaknya warna dasar tergantung pada komposisi dinding sel, bila
komponen dinding sel kuat mengikat warna, maka warna tidak akan tercuci sedangkan bila
komponen dinding sel tidak kuat mengikat warna dasar, maka warna akan tercuci. Reagen terakhir
adalah warna pembanding, bila warna tidak tercuci maka warna pembanding akan terlihat, yang
terlihat pada hasil akhir tetap warna dasar. Larutan yang biasa dipakai adalah ungu kristal, lartan
iodium, alkohol dan safranin (Tracy, 2005).
Dari pengamatan, didapatkan hasil yaitu, koloni pertama dan kedua merupakan bakteri
gram negatif karena warna sel bakteri yang terlihat pada saat diamati di mikroskop dengan
perbesaran 400 kali adalah merah. Dimana warna tersebut menandakan bakteri gram negatif. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Nydia (2016) yang menyatakan bahwa Bakteri gram negatif adalah
bakteri yang tidak mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu proses pewarnaan gram
sehingga akan berwarna merah bila diamati dengan mikroskop sedangkan bakteri gram positif
akan berwarna ungu. Warna merah pada bakteri dihasilkan dari pewarna sekunder yaitu larutan
safranin. Hal tersebut terjadi karena kemungkinan pewarna primer yang berupa ammonium oksalat
kristal violet terjadi pelunturan saat diberi alkohol dan terjadi lisis pada lipopolisakarida(lipid)
bakteri tersebut, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin akan berwarna merah karena
larutnya lipid pada sel bakteri dan meningkatkan ukuran pori dinding sel dan menyebabkan
terjadinya peluruhan pewarna primer dan menyerap pewarna sekunder. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Madigan (2003), yang menyatakan pada teori Salton menjelaskan bahwa ada
konsentrasi lipid yang tinggi pada dinding sel bakteri gram negatif. Sehingga jika lipid dilarutkan
dalam pemberian alcohol, maka pori‐pori akan membesar dan tidak mengikat pewarna. Hal ini
menyebabkan bakteri menjadi tidak berwarna. Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan
bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna , substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna
penutup. Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer
maka semua zat warna terhapus. sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer.
Bakteri-bakteri seperti ini dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan ciri yang khas
bagi suatu spesies (Dwidjoseputro, 1994).
Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu basil (tongkat), coccus, spirilum. Bakteri yang
berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa macam. Pada bentuk basil
pembagiannya yaitu basil tunggal, diplobasil, dan tripobasil.Sedangkan pada coccus dibagi
menjadi monococcus, diplococcus, sampai stophylococcus. Khusus pada spirilum hanya dibagi
dua yaitu setengah melengkung dan melengkung (Dwidjoseputro,1994). Bentuk kedua koloni
bakteri tersebut berbeda setelah diamati di mikroskop dengan perbesaran 40x10 didapatkan hasil,
yaitu koloni pertama memiliki bentuk basil (batang atau silinder) Ketika melakukan pengamatan,
didapat bahwa bakteri koloni basil berbentuk batang seperti rantai. Ada yang menyerupai rantai
putus-putus dan ada pula yang menyerupai rantai bersambung. Koloni kedua memiliki bentuk
occus (bola). Saat pengamatan dengan mikroskop perbesaran 40x10, terlihat sangat kecil-kecil
bakteri berbentuk occus ini, beberapa ada yang berkoloni namun ada juga yang hanya satu sel
bakteri.

Daftar pustaka

Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang : UMM Press.


Tracy. 2005. Gram Staining. www.tracy.k12.ca.us/thsadvbio/pdfs/gram%20stain.pdf, Diakses
pada tanggal 5 Februari 2019.
Nydia, Venny. 2016. Perbedaan Bakteri Gram Positif Dan Gram Negatif. Semarang: Fakultas Ilmu
Keperawatan Dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.

Madigan, M.T. 2003. Brock Biology of Microorganism. Pearson Education : inc. United State of
America.
Dwidjoseputro. 1994. Mikrobiologi untuk Universitas. Ganesha Expect. Bandung.
Pelczar, M. W., 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. UI Press. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai