Anda di halaman 1dari 6

A.

Data Pengamatan

Tabel hasil pengamatan dominansi apikal


Perlakuan Pertumbuhan Lateral (tunas)
Kontrol (Tanpa Pemotongan Tunas Apikal) Tumbuh subur
Pemotongan Tunas Apikal Kering
Pemotongan Tunas Apikal Dengan Pemberian Tidak ada pertumbuhan
IAA

B. Analisis Data
Pada praktikum kali ini mengenai pengamatan dominansi apical pada tanaman cabai yang
dibagi dalam tiga perlakuan dan dua ulangan yaitu tanpa dipotong bagian tunas apical (kontrol),
dipotong tunas apikalnya dan tidak diolesi IAA, dan dipotong tunas apikalnya serta diolesi IAA.
Setelah dua minggu tanaman di cek. pada tanaman control tunas lateralnya tumbuh dengan subur
Pada pengamatan tanaman yang dipotong tunas apikalnya tanpa diolesi IAA dalam waktu dua
minggu berkas pemotongan di bagian apical menjadi kering, sedangkan pada tanaman yang
dipotong tunas apikalnya serta diolesi IAA dalam waktu dua minggu tunas lateral tidak tumbuh.
Hal tersebut dapat sesuai dengan Thimann dan Skoog menunjukkan bahwa dominanis apikal disebabkan
oleh auksin yang didifusikan tunas pucuk ke bawah (polar) dan ditimbun pada tunas lateral, hal ini akna
menghambat pertumbuhan tunas lateral karena konsentrasinya masih terlalu tinggi. Konsentrasi auksin
yang tinggi ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral yang dekat dengan pucuk. Auksin diproduksi
secara endogen pada bagian pucuk tanaman yang akna didistribusikan secara polar yag mampu
menghambat pertumbuhan tunas lateral (Heddy, 1990).

C. Pembahasan
Pertumbuhan tanaman adalah suatu proses yang kompleks yang merupakan proses yang
vital menyebabkan suatu perubahan yang tetap pada setiap tanaman atau bagiannya dipandang dari
sudut ukuran, bentuk, berat dan volumenya. Pertumbuhan tanaman setidaknya menyangkut
beberapa fase atau proses diantaranya: (1) Fase pembentukan sel, (2) Fase perpanjangan dan
pembesaran sel (3) Fase diferensiasi sel (Dwijoseputro, 1983).

Tunas apikal adalah tunas yang tumbuh di pucuk(puncak) batang. Dominasi apikal dan
pembentukan cabang lateral dipengaruhi oleh keseimbangan konsentrasi hormon. Dominasi apikal
diartikan sebagai persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan.
Selama masih ada tunas pucuk atau apikal, pertumbuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak
tertentu dari pucuk. (Morris,2006).

Hormon auksin adalah hormon pertumbuhan pada semua jenis tanaman, nama lain dari
hormon auksin adalah IAA atau Asam Indol Asetat. Hormon auksin terletak pada ujung batang
dan ujung akar, fungsi dari hormon auksin adalah membantu dalam proses mempercepat
pertumbuhan baik pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang, mempercepat pematangan
buah, mengurangi jumlah biji dalam buah. Pemotongan pucuk apikal dapat mendorong
pertumbuhan tunas lateral. Pucuk apikal merupakan tempat produksi auksin, jika pucuk apikal
(tunas pucuk) dipotong maka produksi auksin terhenti. Jika ujung tunas apikal atau ujung titik
tumbuh dihilangkan, suplai auksin akan dikurangi dan tunas di bawahnya akan tumbuh. Menurut
Campbell (2000), Hormon auksin dapat menyebabkan pemanjangan sel dengan cara
mempengaruhi plastisitas dinding sel tanaman. Auksin akan memicu protein yang ada di membran
sel untuk memompa ion H+ masuk ke dinding sel. Ion H+ ini nantinya akan mengaktifkan enzim
yang akan memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa. Tumbuhan
mengalami pemanjangan akibat adanya air yang masuk melalui proses osmosis. Dari hasil
pengamatan yang telah diperoleh, maka proses dominansi pada ketiga perlakuan pohon cabai
tersebut memberikan hasil yang berbeda-beda. Pada perlakuan kontrol dapat dilihat bahwa setelah
dilakukan pengamatan selama dua minggu terlihat adanya pertumbuhan tunas lateral pada
tanaman cabai. Hasil ini tidak sesuai dengan teori bahwa hormon auksin dihasilkan pada meristem
apikal yang terdapat di pucuk tanaman, sehingga adanya kadar auksin yang cukup tinggi ini dapat
menghambat pertumbuhan tunas lateral karena adanya difusi auksin dari tunas pucuk ke bawah
(polar) dan ditimbun pada tunas lateral. Hal ini juga tidak sesuai dengan pernyataan Morris (2006)
yang menyatakan bahwa selama masih ada tunas pucuk atau apikal, pertumbuhan tunas lateral
akan terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk. Dari hasil pengamatan tersebut, menandakan
bahwa tidak terjadi dominansi apikal pada tanaman cabai perlakuan kontrol. Hal ini karena
tanaman cabai termasuk tanaman yang kekuatan dominansi apikalnya tergolong lemah. Dominnsi
apical dan pembentukan cabang lateral dipengaruhi oleh kesembangan konsentrasi hormon pada
tanaman tersebut (Hopkins, 2008).
Pada perlakuan tanaman cabai yang dipotong pucuk tunas apikalnya menunjukkan tidak
adanya tunas lateral yang tumbuh pada tanaman tersebut akan tetapi terjadi pengeringan terhadap
bagian yang telah dipotong. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Hopkins (2008) bahwa
penghentian produksi auksin dengan pemotongan tunas mampu mengurangi penyediaan auksin
pada daerah lateral dan dengan demikian dapat mengurangi peluang untuk pencegahan
pertumbuhan tunas lateral. Dari hasil pengamtan tersebut, menandakan bahwa adanya dominasi
apical pada tanaman cabai.

Pada perlakuan ketiga yaitu pengolesan IAA pada tumbuhan cabai tidak ada tunas lateral
yang terbentuk. Hal tersebut sesuai dengan teori, dengan adanya IAA (auksin) akan menghambat
pertumbuhan hormon sitokinin sehingga tidak adanya tunas lateral yang tumbuh meskipun tunas
apikal telah dipotong. Menurut Heddy (1986) tunas lateral yang muncul ketika pengolesan IAA
pada pucuk tunas apikal yang terpotong, hal ini disebabkan karena tunas lateral tidak cukup kuat
dihambat kerena konsentrasi IAA. Ketika konsentrasi auksin tidak sebanding dengan konsentrasi
hormon sitokinin maka terjadilah pertumbuhan tunas lateral lebih lambat dibanding kelompok
kontrol karena pertumbuhan tunas lateral masih sedikit terhambat oleh keberadaan IAA. Faktor
eksternal juga dimungkinkan berpengaruh, seperti IAA tidak bekerja maksimal, kemungkinan
terjadi karena tempat tumbuhan yang kita amati terletak didaerah yang terkena sinar matahari
langsung, sehingga kerja hormon auksin terhambat atau rusak, atau karena ada faktor lain yaitu
hormon auksin sintetik (Buatan) yang bekerja kurang aktif terhadap penghambatan tunas lateral
dan kurang adaptif dengan keadaan tanaman, sehingga untuk bekerja optimal auksin sintetik harus
beradaptasi dahulu dengan lingkungan internal tanaman. Selain itu juga pembuatan saat larutan
IAA yang dimungkinkan salah dalam peracikannya.
Daftar Rujukan

Campbell, N. A., Reece, J.B., Mitchell, L.G. 2000. Biologi. Edisi 5: Jilid 2.Erlangga. Jakarta.
Hopkins, William G.; Huner, Norman P. A. 2008. Introduction to Plant Physiology. USA:
The University of Western.
Dwijoseputro, D. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.
Morris. 1996. Exogenous Auxin Effects on Lateral Bud Outgrowth in Decapitated Shoots.
Jounals Annals of Botany. (online).
Heddy, S. 1990. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.
Ontario.Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada.
Jakarta. Publishing Company.
LAMPIRAN
1. Perlakuan Kontrol

2. Perlakuan pemotongan tunas apikal

3. Pemotongan tunas apical dengan pemberian IAA

Anda mungkin juga menyukai