Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

Hormon tumbuhan (fitohormon) merupakan zat kimia yang berperan dalam


proses pertumbuhan tumbuhan. Terdapat 5 hormon utama dalam tumbuhan yaitu
asam absisat, auksin, sitokinin, etilen, dan giberelin. Salah satu hormon yang
berperan dalam pertumbuhan memanjang adalah hormon auksin. Auksin terdapat
di meristem apikal dan dapat menyebabkan terjadinya dominansi apikal (Dahlia,
2010).
Dominansi apikal adalah persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral
dalam hal pertumbuhannya. Selama masih ada tunas pucuk, pertumbuhan tunas
lateral akan terhambat samapi jarak tertentu dari pucuk. Auksin yang didifusikan
tunas pucuk ke bawah (polar) dan ditimbun pada tunas lateral akan menghambat
pertumbuhan tunas lateral karena konsentrasinya masih terlalu tinggi. Konsentrasi
auksin yang tinggi ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral yang dekat
dengan pucuk. Pemotongan pada pucuk daun dan ujung tanaman diberi blok agar
yang mengandung auksin. Ternyata tidak terjadi pertumbuhan tunas pada ketiak
daun. Hal ini membuktikan bahwa auksin di apikal menghambat tumbuhnya tunas
lateral (Salisbury, 1992).
Berdasarkan hasil pengamatan, tanaman pada perlakuan A yaitu tanaman
yang dibiarkan tumbuh apa adanya ternyata tumbuh tunas lateral. Tumbuhnya
tunas ini disebabkan pada tanaman cabai kontrol kadar hormon auksin rendah
pada tunas lateral sehingga mampu membuat tunas lateral tumbuh dan dalam
konsentrasi optimal auksin untuk pertumbuhan tunas lateral jauh lebih rendah
daripada kebutuhannya untuk melakukan pemanjangan batang. Hal tersebut tidak
sesuai dengan teori bahwa pada tanaman yang dibiarkan tumbuh apa adanya
maka tidak terdapat tunas lateral yang tumbuh, hal tersebut dikarenakan telah
terjadi dominansi apikal dimana hormon auksin yang diproduksi di meristem
apikal pada tunas apikal berkadar cukup tinggi sehingga mampu menghambat
pertumbuhan tunas lateral (Fina, 2010). Teori lain menyatakan bahwa konsentrasi
auksin yang tinggi akan menghambat aktivitas enzim isopentil transfuse yang
merupakan katalisator pembentukan sitokinin, sehingga sintesis sitokinin
dihambat. Keseimbangan konsetrasi sitokinin yang rendah dan auksin yang tinggi
akan menghambat diferensiasi sel pada nodus untuk membentuk primordial
cabang dan secara tidak langsung akan berakibat menghambat pertumbuhan tunas
lateral. Hal ini dinamakan direct theory of auksin (Salisbury, 1992).
Pada tanaman B dengan perlakuan dipotong pucuknya, terdapat tunas lateral
yang tumbuh. Pemotongan tunas apikal tanaman menyebabkan produksi auksin
berhenti sehingga rendahnya kadar auksin pada tunas lateral mampu membuat
tunas lateral tumbuh, dalam konsentrasi optimal auksin untuk pertumbuhan tunas
lateral jauh lebih rendah daripada kebutuhannya untuk melakukan pemanjangan
batang. Hal tersebut telah sesuai teori bahwa penghentian produksi auksin dengan
pemotongan tunas mampu mengurangi penyediaan auksin pada daerah lateral dan
dengan demikian dapat mengurangi peluang untuk pencegahan pertumbuhan
tunas lateral. Auksin dari tunas apikal menuju dasar tanaman sehingga mampu
mempertahankan konsentrasi auksin untuk mencegah pertumbuhan tunas lateral
(Hopkins, 2008).
Mekanisme kerja auksin dengan menginisiasi pemanjangan sel. Auksin dapat
memacu protein tertentu yang berada pada membrane plasma sel tumbuhan untuk
memompa ion H+ ke dinding sel. Ion-ion tersebut akan melakukan pengaktifkan
enzim tertentu sehingga mampu memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen
rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan akan memanjang
akibat osmosis air, sel terus tumbuh dan mensintesis material dinding sel dari
sitoplasma (Wattimena G.A, 1998).
Pada tanaman C dengan perlakuan dipotong kemudian diberi IAA didapatkan
hasil tidak terdapat tunas lateral yang tumbuh sama sekali. Hal tersebut dapat
terjadi karena pemberian kadar IAA yang tidak sesuai (terlalu tinggi), pada
konsenterasi yang lebih tinggi, auksin justru akan menghambat pemanjangan sel.
Hal ini diduga disebabkan tingginya level auksin yang menginduksi sintesis
hormon lain, yaitu etilen yang umumnya bekerja dalam penghambatan pada
pertumbuhan akibat pemanjangan sel (Fina, 2010). Hal tersebut didukung oleh
teori lain yang menyatakan bahwa tunas-tunas yang tumbuhan pada bagian ketiak
daun akan terkorelasi jarak dengan meristem apikal. Tunas lateral yang dekat
dengan ujung batang tetap dorman. Meristem apikal dan daun-daun muda adalah
pusat-pusat sintesa IAA. IAA dari pusat-pusat ini ditransport kebagian bawah
batang sehingga menghambat pertumbuhan tunas lateral. Tunas lateral ketiak daun
tua cukup kuat dihambat kerena konsentrasi IAA yang tiggi dan tidak dapat
berkembang menjadi cabang (Salisbury, 1992).

DAFTAR RUJUKAN

Dahlia. 2001. Fisiologi Tumbuhan. Malang: UM Press.

Fina. 2010. Role of Auxin in Apical Dominance. USA: University of California.

Heddy, Suwasono. 1986. Hormon Tumbuhan. CV. Rajawali, Jakarta.

Hopkins, William G.; Huner, Norman P. A. 2008. Introduction to Plant


Physiology. USA: The University of Western Ontario.

Salisbury F.D, Ross C. W. 1992. Fisiologi tumbuhan jilid I edisi IV alih bahasa
Luqman RR dan Sumaryono. Bandung: ITB Press

Wattimena G.A. 1998. Zat pengatur Tubuh Tanaman. Bogor. Pusat Antar
Universitas Bogor.

Anda mungkin juga menyukai