Anda di halaman 1dari 3

Catatan Hormon

4 Konsep hormon pada tumbuhan;


1. Hormon pertumbuhan tanaman merupakan senyawa hasil sintesis alami di dalam tubuh
tanaman.
2. Transportasi, hormon pertumbuhan tanaman disintesis pada seluruh bagian tanaman
termasuk meristem apikal dan jaringan muda kemudian hormon ditranspor ke beberapa sel
tertentu melalui aliran getah floem sehingga menimbulkan respon dalam jaringan target.
3. Senyawa ini menyebabkan respon, sel yang berbeda akan merespon dengan cara yang
berbeda untuk suatu hormon tertentu.
4. Kerja hormon efektif pada konsentrasi rendah, hal ini berbeda dengan hasil fotosintesis dalam
daun seperti sukrosa yang di transpor ke seluruh bagian tanaman melalui floem yang
dibutuhkan dalam konsentrasi yang tinggi

Secara umum hormon pertumbuhan memiliki 3 karakter yakni;


1. Hormon pertumbuhan tanaman sedikit, dan senyawanya relatif sederhana
2. Memiliki reseptor khusus yang dapat mengikat senyawa hormon
3. Kehadiran satu hormon tumbuh tanaman akan mempengaruhi pembentukan atau tindakan
hormon pertumbuhan tanaman lainnya.

Pada dasarnya hormon pada tumbuhan terbagi menjadi 5 kelompok; auksin, gibrelin, sitokinin, asam
absisat, dan etilen, meskipun demikian pertumbuhan tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh salah
satu hormon, tetapi merupakan hasil kerjasama antara kelima kelompok hormon tersebut.

1. Auksin
Bersal dari bahasa yunani yang berarti auxein (untuk meningkatkan), hormon ini dihasilkan pada
bagian ujung pucuk yang sedang tumbuh (ujung koleoptil maupun ujung-ujung tunas) sebab pada
daerah tersebut sel tumbuhan dapat mensekresikan enzim yang dapat mengubah asam amino
triptofan menjadi auksin, selain itu auksin juga dapat diproduksi pada organ-organ reproduksi
seperti serbuk sari, buah dan biji.
Auksin dapat mempengaruhi pemanjangan kuncup yang sedang berkembang dengan catatan jika
konsentrasinya rendah, namun auksin juga dapat menghambat perpanjangan sel jika
konsentrasinya tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan fungsi utama auksin bukanlah menambah kegiatan
pembelahan sel dari jaringan meristem, namun pengembangan sel-sel yang berada di daerah
belakang meristem, artinya sel-sel tersebut menjadi panjang-panjang dan mengandung banyak
air. Dengan kata lain, auksin mempengaruhi permeabilitas dinding sel sehingga mengakibatkan
berkurangnya tekanan protoplasma terhadap dinding sel.

2. Sitokinin
Hormon yang berperan mengontrol pembelahan sel (sitoninesis), dimana hormon tersebut
berasal dari senyawa yang mengandung adenin, seperti halnya pada auksin hormon sitokinin
dihasilkan pada jaringan yang tumbuh aktif terutama pada akar, embrio dan buah. Namun
berbeda dengan auksin hormon sitokinin diangkut melalui xilem menuju sel-sel target pada
batang, termasuk daun dan buah.
Fungsi lain dari hormon sitokinin; menunda penuaan (senescence) dengan cara mempercepat laju
terjadinya transkripsi dan translasi sehingga membentuk pprotein baru yang dapat menggantikan
sel-sel yang telah rusak, dan mengontrol dormansi apikal.
Pola interaksi antar auksin dan sitokinin
1. Sitokinin diproduksi dari akar dan diangkut ke tajuk, sebaliknya auksin dihasilkan di kuncup
terminal kemudian diangkut melalui floem ke bagian bawah tumbuhan.
2. Auksin cenderung menghambat aktvitas meristem lateral yang letaknya beredekatan dengan
meristem apikal sehingga membatasi pembentukan tunas-tunas cabang “dominansi apikal”.
Namun, ketika kadar auksin jauh lebih sedikit dibandingkan dengan sitokinin maka
perkembangan meristem lateral dapat ditingkatkan “dominansi lateral” pengaturan kadar
antara auksin dan sitokinin oleh tumbuhan disebut regulasi pertumbuhan, dimana regulasi
pertumbuhan oleh hormon auksin dan sitokinin dapat di atur oleh adanya interaksi anatagonis
antar hormon.

Interaksi antagonis
1. Jumlah akar yang banyak akan menghasilkan sitokinin dalam jumlah yang banyak, sehingga
peningkatan konsentrasi sitokinin menyebabkan sistem tunas membentuk cabang dalam
jumlah yang banyak “dominansi lateral”.
2. Pemanjangan kuncup pada bagian ujung batang maupun ujung akar akan menghasilkan
jumlah auksin yang banyak, sehingga peningkatan konsentrasi auksin dapat menghambat
pertumbuhan jumlah cabang “dominansi apikal”.

Rasio auksin dan sitokinin yang tepat adalah penentu jaringan yang akan dihasilkan suatu
tanaman, jika satu potongan jaringan parenkim batang dikunlturkan tanpa memakai sitokinin,
maka sel-selnya akan tumbuh menjadi besar tetapi tidak membelah. Namun, jika sitokinin
ditambahkan bersama-sama dengan auksin pada perbandingan tertentu, maka sel itu dapat
membelah dan membesar. Jadi sistem kerja auksin dan sitokinin secara mandiri tidak mempunyai
efek bagi pertumbuhan tumbuhan.

3. Giberelin
Smaa seperti auksin, juga berperan sebagai senyawa pemacu pertumbuhan yang aktif pada
konsentrasi rendah. Respon nyata dari aplikasi gibrelin bertitik tolak pada pola pertumbuhan
normla, bukan perubahan menjadi bentuk yang tidak normal, artinya varietal kerdil pada tanaman
dapat dirangsang agar tumbuh normal setinggi yang seharusnya, dan tidak mengganggu
mekanisme pertumbuhan lainnya. Jika aplikasi giberelin ini diberikan pada taanaman yang normal
pertumbuhannya, sering tidak memberikan respon. Hal ini disebabkan tanaman telah
memproduksi hormon giberelin yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman
tersebut.
Giberelin dapat diperoleh dari biji yang belum dewasa, ujung akar dan tunas, daun muda dan
cendawan. Sebagian besar GA yang diproduksi oleh tumbuhan adalah dalam bentuk inaktif,
sehingga untuk menjadi aktif diperlukan prekursor “air”.
Pada aplikasinya hormon gibrelin menunjukkan interaksi anatagonis dengan hormon asam absisat
yang menyebabkan dormansi biji.

Pola sinergisme hormon gibrelin dengan auksin dapat berpengaruh dalam proses pemanjangan
batang.

4. Asam absisat
Hormon ini dikenal sebagai hormon penghambat pertumbuhan, meskipun demikian hormon
tersebut dapat meningkatkan ketahanan organ terhadap tekanan dengan cara mempengaruhi
mekanisme laju transpirasi, bisa suatu daun atau tanaman berada dalam kondisi stress air , maka
terjadi akumulasi asam abisisat dalam daun, meningkatnya kandungan asam absisat dalam daun
mengakibatkan sel penjaga kehilangan air dan stomata menutup akhirnya laju transpirasi
berkurang, namun hal ini juga berdampak pada ketidakmampuan tumbuhan untuk mengikat
karbon dioksida sehingga tumbuhan tidak dapat mensitesis makanannya dan hal ini akan
berdampak pada jaringan hidup pada daun, sebelum mengalami absisi beberapa elemen esensial
diselamatkan dari daun yang mati dan disimpan dalam sel parenkim batang, kemudian terjadi
hidrolisis polisakarida di dalam dinding sel oleh enzim akhirnya dengan bantuan angin, terjadi
suatu pemisahan di dalam lampisan absisi. Sebelum daun itu jatuh, sel lapisan gabus membentuk
suatu berkas pelindung disamping lapisan absisi pada pangkal tangkai daun untuk mencegah
patogen yang akan menyerbu bagian tumbuhan yang terbuka oleh adanya absisi.

5. Etilen
Suatu gas yang dapat digolongkan sebagai hormon pertumbuhan (fitohormon) yang aktif dalam
pematangan. Proses pematangan uah di dahului dengan klimakterik (periode mendadak adanya
perubahan biologis yang di awali dengan proses sintesis etilen) yang kemudian terjadi
pengembangan volume sel sebagai akibat meningkatnya permeabilitas sel, akibatnya bahan-
bahan dari luar sel dapat masuk ke dalam sel dan memungkinkan terjadinya interaksi yang lebih
besar antara substrat buah dengan enzim-enim pematangan.

Enzim-enzim lain

6. Kalin, hanya dapat memacu pembentukan organ tertentu.


7. Asam traumalin, terbentuk ketika jaringan tumbuhan mengalami kerusakan sehingga dengan
cepat terjadi proses pembelahan sel pada tumbuhan yang mengalami luka.

Anda mungkin juga menyukai