Konsep zat pengatur tumbuh diawali dengan konsep hormon tanaman. Hormon tanaman
adalah senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi yang rendah mempengaruhi
proses-proses fisiologis. Proses-proses fisiologis ini terutama tentang proses pertumbuhan,
differensiasi dan perkembangan tanaman. Proses-proses lain seperti pengenalan tanaman,
pembukaan stomata, translokasi dan serapan hara dipengaruhi oleh hormon tanaman. Hormon
tanaman kadang-kadang juga disebut fitohormon, tetapi istilah ini lebih jarang digunakan.
Istilah hormon ini berasal dari bahasa Gerika yang berarti pembawa pesan kimiawi
(Chemical messenger) yang mula-mula dipergunakan pada fisiologi hewan. Dengan
berkembangnya pengetahuan biokimia dan dengan majunya industry kimia maka ditemukan
banyak senyawa-senya-wa yang mempunyai pengaruh fisiologis yang serupa dengan hormon
tanaman. Senyawa-senyawa sintetik ini pada umumnya dikenal dengan nama zat pengatur
tumbuh tanaman (ZPT = Plant Growth Regulator). 3 ciri fitohormon adalah sebagai berikut:
Fitohormon atau hormon tanaman ada-lah senyawa organik bukan nutrisi yang aktif dalam
jumlah kecil (< 1mM) yang disintesis pada bagian tertentu, pada umumnya ditranslokasikan
kebagian lain tanaman dimana senyawa tersebut menghasilkan suatu tanggapan secara biokimia,
fisiologis dan morfologis.
Zat Pengatur Tumbuh adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi rendah (<
1 mM) mendorong, menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
Inhibitor adalah senyawa organik yang menghambat pertumbuhan secara umum dan tidak ada
selang konsentrasi yang dapat mendorong pertumbuhan. Pertumbuhan, perkembangan, dan
pergerakan tumbuhan dikendalikan beberapa golongan zat yang secara umum dikenal sebagai
hormon tumbuhan atau fitohormon. Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi
fungsi hormon pada hewan; dan, sebagaimana pada hewan, hormon juga dihasilkan dalam
jumlah yang sangat sedikit di dalam sel.
Beberapa ahli berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu
tumbuhan (hormon endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat diganti
dengan pemberian zat-zat tertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan (hormon eksogen,
diberikan dari luar sistem individu). Mereka lebih suka menggunakan istilah zat pengatur
tumbuh (bahasa Inggris plant growth regulator).
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai
prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi
hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai
ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi
dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.
Retardan. Cathey (1975) mendefinisikan retar dan sebagai suatu senyawa organik yang
menghambat perpanjangan batang, meningkatkan warna hijau daun, dan secara tidak langsung
mem-pengaruhi pembungaan tanpa menyebabkan pertumbuhan yang abnormal.
Sinyal kimia interseluler untuk pertama kali ditemukan pada tumbuhan. Konsentrasi
yang sangat rendah dari senyawa kimia tertentu yang diproduksi oleh tanaman dapat memacu
atau menghambat pertumbuhan atau diferensiasi pada berbagai macam sel-sel tumbuhan dan
dapat mengendalikan perkembangan bagian-bagian yang berbeda pada tumbuhan. Dengan
menganalogikan senyawa kimia yang terdapat pada hewan yang disekresi oleh kelenjar ke aliran
darah yang dapat mempengaruhi perkembangan bagian-bagian yang berbeda pada tubuh, sinyal
kimia pada tumbuhan disebut hormon pertumbuhan. Namun, beberapa ilmuwan memberikan
definisi yang lebih terperinci terhadap istilah hormon yaitu senyawa kimia yang disekresi oleh
suatu organ atau jaringan yang dapat mempengaruhi organ atau jaringan lain dengan cara khusus.
Berbeda dengan yang diproduksi oleh hewan senyawa kimia pada tumbuhan sering
mempengaruhi sel-sel yang juga penghasil senyawa tersebut disamping mempengaruhi sel
lainnya, sehingga senyawa-senyawa tersebut disebut dengan zat pengatur tumbuh untuk
membedakannya dengan hormon yang diangkut secara sistemik atau sinyal jarak jauh.
Sitokinin
1913 Haberlandt
Jika ada luka maka ada proses induksi pembelahan sel untuk menutup permukaan yang luka
Apakah sel dapat diikusi untuk tumbuh secara normal sebagai sel bila dikultur secara in vitro ?
Apakah penambahan nutrisi dan zat pengatur tumbuh, auksin, Cukup untuk menginduksi sel
untuk tumbuh secara normal?
Jaringan internodus batang tidak dapat tumbuh pada saat dikultur pada media tanpa ditambah
hormon auksin
Ketika auksin diaplikasikan pada empulur batang tembakau sel membesar tapi tidak
membelah
Senyawa alami apakah yang mengandung senyawa yang dapat merangsang pembelahan sel ??
Air kelapa, malt, ekstrak yeast, DNA sperma ikan herring yang diotoklaf merangsang
pembelahan sel empulur tembakau
1955-6 Miller et al.
Kinetin(furfurylamino purine) berhasil diidentifikasi dari DNA ikan hering yang diotoklaf
sebagai zat kimia yang dapat merangsang pembelahan sel
Kinetin terbentuk dari reaksi antara adenine dan deoxyribose atau reaksi kompleks yang
melibatkan proses dehidrasi dan rearrangement residu deoxyadenosine
Kinin semula diusulkan sbg nama, ternyata sudah digunakan untuk hormon pd hewan. dipilih
nama cytokinin(Skoog) (sitokinesis = pembelahan sel)
Kinetin jelas terbukti sebagai senyawa yang secara in vivo berperan sebagai sitokinin
1963-64 Letham
Sitokinin pertama kali diisolasi dan diidentifikasi strukturnya dari jagung kernels
karena Letham berasal dari New Zealand, atau karena senyawa ini diisolasi dari Zea maize,
maka diberi nama ZEATIN.
potongan kecambah yang terpenggal, akan menekan kembali pertumbuhan tunas lateral. Mutan
yang terlalu banyak memproduksi sitokinin, atau tumbuhan yang diberi sitokinin, juga
bertendensi untuk lebih menyemak dibanding yang normal.
Keterangan Gambar :
a) Auksin dari tunas apikal menghambat pertumbuhan tunas aksilar. Hal ini menolong perpanjangan
tunas sumbu utama. Sitokinin, yang ditransportasi dari akar ke atas, berlawanan dengan auksin,
menstimulasi pertumbuhan tunas aksilar. Hal inilah yang menjawab mengapa, pada kebanyakan
tumbuhan, tunas aksilar di dekat ujung tajuk kurang pertumbuhannya dibanding dengan tunas
aksilar yang dekat dengan akar.
b) Apabila tunas apikal dibuang, maka pada tumbuhan yang sama, memungkinkan
tumbuhnya cabang lateral.
ini, para floris melakukan penyemprotan sitokinin untuk menjaga supaya bunga potong tetap
segar.
Digunakan para floris melakukan penyemprotan sitokinin untuk menjaga supaya bunga potong
tetap segar.
Digunakan para petani tembakau untuk mengatur pertumbuhan tunas pada tembakau
Sitokinin sintetik benzyladenine banyak dipakai dalam kultur jaringan untuk merangsang
pembelahan sel, meningkatkan percabangan, produksi embrio somatik, dan perbanyakan tunas
adventif.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang B. Santoso. 2010. Cytokinin. Fakultas Pertanian UNRAM.
Intan Ratna Dewi A. 2008. Peranan dan Fungsi Fitohormon bagi Pertumbuhan Tanaman.
Bandung: Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.
Dr. Agus Karyanto. 2008. Pertumbuhan & Perkembangan Tanaman (sitokinin). Jurusan BDP FP
UNILA.
http://indonesiakimia.blogspot.com/2011/05/fitohormon-sitokinin.html
Diposkan oleh Redaksi Kimia Indonesia di 12:57 AM Label: BIOKIMIA
Hormon (zat tumbuh) adalah suatu senyawa organik yang dibuat pada suatu bagian
tanaman dan kemudian diangkut ke bagian lain, yang konsentrasinya rendah dan
menyebabkan suatu dampak fisiologis. Diferensiasi tanaman juga diatur oleh hormon (yaitu
fithormon). Saat ini dikenal hormon tumbuh seperti auksin, giberelin, sitokinin, asam absisi,
etilen, asam traumalin, dan kalin
Definisi yang dikutip dari Wikipedia bahwa H ormon tumbuhan, atau pernah dikenal juga
dengan fitohormon, adalah sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang
terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil (di bawah
satu milimol per liter, bahkan dapat hanya satu mikromol per liter) mendorong, menghambat,
atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan. Penggunaan
istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan. Namun demikian,
hormon tumbuhan tidak dihasilkan dari suatu kelenjar tertentu (endokrin) sebagaimana pada
hewan, tetapi dihasilkan dari jaringan-jaringan tertentu. Penyebarannya pun tidak harus melalui
pembuluh, karena hormon tumbuhan dapat ditransfer melalui sitoplasma atau ruang antarsel.
Hormon tumbuhan bersifat endogenous ("endogen"), dihasilkan sendiri oleh individu yang
bersangkutan, maupun exogenous ("eksogen"), diberikan dari luar sistem individu. Hormon
eksogen dapat juga merupakan bahan non-alami (sintetik, tidak dibuat dari ekstraksi
tumbuhan). Oleh karena itu, untuk mengakomodasi perbedaan dari hormon hewan, dipakai pula
istilah zat pengatur tumbuh (bahasa Inggris: plant growth regulator/substances) bagi hormon
tumbuhan
Auksin
Giberelin
Mula-mula zat ini ditemukan pada Giberella fujikuroi, yaitu jenis jamur parasit pada
tanaman padi. Hormon ini ditemukan pertama sekali di Jepang. Bila auksin hanya
merangsang pembesaran sel, maka giberelin merangsang pembelahan sel. Terutama untuk
merangsang pertumbuhan primer. Bedanya dengan auksin adalah bahwa giberelin
mempengaruhi perkecambahan dan mengakhiri masa dorman biji, sedangkan auksin tidak
Giberelin dapat bergerak ke dua arah sedangkan auksin hanya ke satu arah. Giberelin
berfungsi untuk: - menggiatkan pembelahan sel - mempengaruhi pertumbuhan tunas mempengaruhi pertumbuhan akar
Hormon ini seperti halnya auksin maka sitokinin juga memberikan efek yang bermacammacam terhadap tanaman. Zat ini mempercepat pembelahan sel, membantu pertumbuhan
tunas dan akar. Sitokinin dapat menghambat proses proses penuaan (senescence). Salah
satu macam sitokinin adalah kinetin yang terdapat dalam air kelapa muda dan dalam ragi.
http://ilmubaru-ada-disini.blogspot.com/2012/11/makalah-tentang-hormontumbuhan.html
http://ilmubaru-ada-http://ilmubaru-adadisini.blogspot.com/2012/11/makalah-tentang-hormontumbuhan.htmldhttp://ilmubaru-ada-disini.blogspot.com/2012/11/makalahtentang-hormon-tumbuhan.htmlisini.blogspot.com/2012/11/mak
http://ilmubaru-ada-http://ilmubaru-adadisini.blogspot.com/2012/11/makalah-tentang-hormontumbuhan.htmldisini.blogspot.com/2012/11/makalah-tentang-hormontumbuhan.html
Hormon Tumbuhan
Posted by theadiokecenter 18 Desember 2012 Tinggalkan Sebuah Komentar
Filed Under Hormon tumbuhan
Hormon tumbuhan, atau fitohormon, adalah sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien),
baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil
mampu mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan
(taksis) tumbuhan. Kadar kecil yang dimaksud berada pada kisaran satu milimol per liter
sampai satu mikromol per liter.
Penggunaan istilah hormon sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan. Namun
demikian, hormon tumbuhan tidak dihasilkan dari suatu jaringan khusus berupa kelenjar buntu
(endokrin) sebagaimana hewan, tetapi dihasilkan dari jaringan non-spesifik (biasanya
meristematik) yang menghasilkan zat ini apabila mendapat rangsang. Penyebaran hormon
tumbuhan tidak harus melalui sistem pembuluh karena hormon tumbuhan dapat ditranslokasi
melalui sitoplasma atau ruang antarsel.
Hormon tumbuhan dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan (endogen). Pemberian
hormon dari luar sistem individu dapat pula dilakukan (eksogen). Pemberian secara eksogen
dapat juga melibatkan bahan kimia non-alami (sintetik, tidak dibuat dari ekstraksi tumbuhan)
yang menimbulkan rangsang yang serupa dengan fitohormon alami. Oleh karena itu, untuk
mengakomodasi perbedaan dari hormon hewan, dipakai pula istilah zat pengatur tumbuh
tumbuhan (bahasa Inggris: plant growth regulator/substances) bagi hormon tumbuhan.
Kelompok hormon
Terdapat ratusan hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh (ZPT) yang dikenal orang, baik
yang endogen maupun yang eksogen. Pengelompokan dilakukan untuk memudahkan
identifikasi, dan didasarkan terutama berdasarkan efek fisiologi yang sama, bukan semata
kemiripan struktur kimia. Pada saat ini dikenal lima kelompok utama hormon tumbuhan, yaitu
auksin (bahasa Inggris: auxins), sitokinin (cytokinins), giberelin (gibberellins, GAs), etilena
(etena, ETH), dan asam absisat (abscisic acid, ABA). Tiga kelompok yang pertama bersifat
positif bagi pertumbuhan pada konsentrasi fisiologis, etilena dapat mendukung maupun
menghambat pertumbuhan, dan asam absisat merupakan penghambat (inhibitor) pertumbuhan.
Selain kelima kelompok itu, dikenal pula kelompok-kelompok lain yang berfungsi sebagai
hormon tumbuhan namun diketahui bekerja untuk beberapa kelompok tumbuhan atau merupakan
hormon sintetik, seperti brasinosteroid, asam jasmonat, asam salisilat, dan poliamina. Beberapa
senyawa sintetik berperan sebagai inhibitor (penghambat perkembangan).
Auksin
Ada 9 auksin indol, 14 sitokinin, 52 giberelin, tiga asam absisat, dan satu etilena yang dihasilkan
secara alami dan telah diekstraksi orang[1]. ZPT sintetik ada yang memiliki fungsi sama dengan
ZPT alami, meskipun secara struktural berbeda. Dalam praktik, seringkali ZPT sintetik (buatan
manusia) lebih efektif atau lebih murah bila diaplikasikan untuk kepentingan usaha tani daripada
ekstraksi ZPT alami.
Auksin dicirikan sebagai substansi yang merangsang pembelokan ke arah cahaya (fotonasti)
pada bioassay terhadap koleoptil haver (Avena sativa) pada suatu kisaran konsentrasi.
Kebanyakan auksin alami memiliki gugus indol. Auksin sintetik memiliki struktur yang berbedabeda. Beberapa auksin alami adalah asam indolasetat (IAA) dan asam indolbutirat (IBA). Auksin
sintetik (dibuat oleh manusia) banyak macamnya, yang umum dikenal adalah asam naftalenasetat
(NAA), asam beta-naftoksiasetat (BNOA), asam 2,4-diklorofenoksiasetat (2,4-D), dan asam 4klorofenoksiasetat (4-CPA). 2,4-D juga dikenal sebagai herbisida pada konsentrasi yang jauh
lebih tinggi.
Sitokinin
Golongan sitokinin, sesuai namanya, merangsang atau terlibat dalam pembelahan sel (cytokinin
berarti terkait dengan pembelahan sel). Senyawa dari golongan ini yang pertama ditemukan
adalah kinetin. Kinetin diekstrak pertama kali dari cairan sperma ikan hering, namun kemudian
diketahui ditemukan pada tumbuhan dan manusia. Selanjutnya, orang menemukan pula zeatin,
yang diekstrak dari bulir jagung yang belum masak. Zeatin juga diketahui merupakan komponen
aktif utama pada air kelapa, yang dikenal memiliki kemampuan mendorong pembelahan sel.
Sitokinin alami lain misalnya adalah 2iP.
Sitokinin alami merupakan turunan dari purin. Sitokinin sintetik kebanyakan dibuat dari turunan
purin pula, seperti N6-benziladenin (N6-BA) dan 6-benzilamino-9-(2-tetrahidropiranil-9H-purin)
(PBA).
Giberelin atau asam giberelat
Golongan ini merupakan golongan yang secara struktur paling bermiripan, dan diberi nama
dengan nomor urut penemuan atau pembuatannya. Senyawa pertama yang ditemukan memiliki
efek fisiologi adalah GA3 (asam giberelat 3). GA3 merupakan substansi yang diketahui
menyebabkan pertumbuhan membesar pada padi yang terserang fungi Gibberella fujikuroi.
Gas Etilen/etilena/etena
Zat pengatur tumbuh ini adalah satu-satunya yang hanya terdiri dari satu substansi saja, yaitu
etena, dan berwujud gas pada suhu dan tekanan ruangan (ambien). Peran senyawa ini sebagai
perangsang pemasakan buah telah diketahui sejak lama meskipun orang hanya tahu dari praktek
tanpa mengetahui penyebabnya. Pemeraman merupakan tindakan menaikkan konsentrasi etilena
di sekitar jaringan buah untuk mempercepat pemasakan buah. Pengarbitan adalah tindakan
pembentukan asetilena (etuna atau gas karbid); yang di udara sebagian akan tereduksi oleh gas
hidrogen menjadi etilena.
Berbagai substansi dibuat orang sebagai senyawa pembentuk etilena, seperti ethephon (asam 2kloroetil-fosfonat, diperdagangkan dengan nama Ethrel) dan beta-hidroksil-etilhidrazina (BOH).
Senyawa BOH bahkan juga dapat memicu pembentukan bunga pada nanas. Kalium nitrat
diketahui juga merangsang pemasakan buah, barangkali dengan merangsang pembentukan
etilena secara endogen.
Inhibitor
Inhibitor alami adalah asam absisat atau ABA. ABA selanjutnya dapat diproses menjadi bentuk
tidak aktif yang disebut sebagai metabolit ABA. Berbagai senyawa sintetik dibuat dan
diperdagangkan untuk menghambat atau menunda proses metabolisme, seperti MH, (2-kloroetil)
amonium klorida (CCC, merek dagang Cycocel dan Chlormequat), SADH, ancymidol, asam
triiodobenzoat (TIBA), dan morphactin.
Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan hasil pertanian
dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetik yang memiliki pengaruh yang sama dengan
fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup pengamanan
hasil (seperti penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap lingkungan
yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk (misalnya
dalam teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam
aplikasi etilena untuk penyeragaman pembungaan tanaman buah musiman), untuk menyebut
beberapa contohnya.
http://theadiokecenter.wordpress.com/2012/12/18/hormon-tumbuhan/
dihambat. Sehingga hal ini akan menyebabkan ujung tanaman tersebut cenderung mengikuti arah
sinar matahari atau yang disebut dengan fototropisme. Untuk membedakan tanaman yang
memiliki hormon dalam jumlah banyak atau sedikit kita harus mengetahui bentuk anatomi dan
fisiologi tanaman. Untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang gelap pertumbuhannya sangat
cepat tetapi tekstur dari batangnya sangat lemah dengan warna cenderung pucat kekuningan. Hal
ini disebabkan karena kerja hormon auksin tidak dihambat oleh sinar matahari. Sedangkan untuk
tanaman yang diletakkan ditempat yang terang tingkat pertumbuhannya sedikit lebih lambat
dibandingkan dengan tanaman yang diletakkan ditempat gelap, tetapi tekstur batangnya sangat
kuat dan juga warnanya segar kehijauan, hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin
dihambat oleh sinar matahari. Cara kerja hormon Auksin adalah menginisiasi pemanjangan sel
dan juga memacu protein tertentu yg ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion
H+ ke dinding sel. Ion H+ mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan
silang hidrogen dengan rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian
memanjang akibat air yg masuk secara osmosis. Auksin merupakan salah satu hormon tanaman
yang banyak mempengaruhi proses fisiologi, seperti pertumbuhan, pembelahan dan diferensiasi
sel serta sintesa protein (Darnell, dkk., 1986). Auksin diproduksi dalam jaringan meristimatik
yang aktif (yaitu tunas , daun muda dan buah) (Gardner, dkk., 1991). Kemudian auxin menyebar
luas dalam seluruh tubuh tanaman, penyebarluasannya dengan arah dari atas ke bawah hingga
titik tumbuh akar, melalui jaringan pembuluh tapis (floom) atau jaringan parenkhim
(Rismunandar, 1988). Auksin atau dikenal juga dengan IAA (Asam Indolasetat) yaitu sebagai
auxin utama pada tanaman, dibiosintesis dari asam amino prekursor triptopan, dengan hasil
perantara sejumlah substansi yang secara alami mirip auxin (analog) tetapi mempunyai aktifitas
lebih kecil dari IAA seperti IAN (Indolaseto nitril), TpyA (Asam Indolpiruvat) dan IAAld
(Indolasetatdehid). Proses biosintesis auxin dibantu oleh enzim IAA-oksidase (Gardner, dkk.,
1991). Auksin pertama kali diisolasi pada tahun 1928 dari biji-bijian dan tepung sari bunga yang
tidak aktif, dari hasil isolasi didapatkan rumus kimia auksin (IAA = Asam Indolasetat) atau
C10H9O2N. Setelah ditemukan rumus kimia auksin, maka terbuka jalan untuk menciptakan
jenis auksin sintetis seperti Hidrazil atau 2, 4 - D (asam -Nattalenasetat), Bonvel Da2, 4 Diklorofenolsiasetat), NAA (asam (asam 3, 6 - Dikloro - O - anisat/dikambo), Amiben atau
Kloramben (Asam 3 - amino 2, 5 diklorobenzoat) dan Pikloram/Tordon (asam 4 amino 3, 5,
6 trikloro pikonat). Fungsi Auksin dalam pertumbuhan tanaman
Perkecambahan biji. Auksin akan mematahkan dormansi biji dan akan merangsang proses
perkecambahan biji. Perendaman biji/benih dengan Auksin juga akan membantu menaikkan
kuantitas hasil panen.
Pembentukkan akar. Auksin akan memacu proses terbentuknya akar serta pertumbuhan akar
dengan lebih baik.
Pembungaan dan pembuahan. Auksin akan merangsang dan mempertinggi prosentase timbulnya
bunga dan buah.
Mendorong Partenokarpi. Partenokarpi adalah suatu kondisi dimana tanaman berbuah tanpa
fertilisasi atau penyerbukan sehingga dapat menghasilkan buah tanpa biji.
Mengurangi gugurnya buah sebelum waktunya.
Memecah dormansi pucuk / apikal, yaitu suatu kondisi dimana pucuk tanaman atau akar tidak
mau berkembang.
Auksin dicirikan sebagai substansi yang merangsang pembelokan ke arah cahaya (fotonasti)
pada bioassay terhadap koleoptil haver (Avena sativa) pada suatu kisaran konsentrasi.
Kebanyakan auksin alami memiliki gugus indol. Auksin sintetik memiliki struktur yang berbedabeda. Beberapa auksin alami adalah asam indolasetat (IAA) dan asam indolbutirat (IBA). Auksin
sintetik (dibuat oleh manusia) banyak macamnya, yang umum dikenal adalah asam naftalenasetat
(NAA), asam beta-naftoksiasetat (BNOA), asam 2,4-diklorofenoksiasetat (2,4-D), dan asam 4klorofenoksiasetat (4-CPA). 2,4-D juga dikenal sebagai herbisida pada konsentrasi yang jauh
lebih tinggi. SITOKININGolongan sitokinin, sesuai namanya, merangsang atau terlibat dalam
pembelahan sel (cytokinin berarti "terkait dengan pembelahan sel"). Senyawa dari golongan ini
yang pertama ditemukan adalah kinetin. Kinetin diekstrak pertama kali dari cairan sperma
burung bangkai, namun kemudian diketahui ditemukan pada tumbuhan dan manusia.
Selanjutnya, orang menemukan pula zeatin, yang diekstrak dari bulir jagung yang belum masak.
Zeatin juga diketahui merupakan komponen aktif utama pada air kelapa, yang dikenal memiliki
kemampuan mendorong pembelahan sel. Sitokinin alami lain misalnya adalah 2iP. Sitokinin
alami merupakan turunan dari purin. Sitokinin sintetik kebanyakan dibuat dari turunan purin
pula, seperti N6-benziladenin (N6-BA) dan 6-benzilamino-9-(2-tetrahidropiranil-9H-purin)
(PBA). Fungsi Sitokinin dalam pertumbuhan tanaman
Pembelahan sel dan pembesaran sel. Sitokinin memegang peranan penting dalam proses
pembelahan dan pembesaran sel, sehingga akan memacu kecepatan pertumbuhan tanaman.
Pematahan Dormansi biji. Sitokinin berfungsi untuk memecah dormansi pada biji-bijian
tanaman.
Pembentukkan tunas-tunas baru, turut dipacu dengan penggunaan Sitokinin.
Penundaan penuaan atau kerusakan pada hasil panenan sehingga lebih awet.
Menaikkan tingkat mobilitas unsur-unsur dalam tanaman.
Sintesis pembentukkan protein akan meningkat dengan pemberian Sitokinin.
GIBERELINGolongan ini merupakan golongan yang secara struktur paling bermiripan, dan
diberi nama dengan nomor urut penemuan atau pembuatannya. Senyawa pertama yang
ditemukan memiliki efek fisiologi adalah GA3 (asam giberelat 3). Giberelin (GA) merupakan
hormon yang dapat ditemukan pada hampir semua siklus hidup tanaman. Hormon ini
mempengaruhi perkecambahan biji, perpanjangan batang, induksi bunga, pengembangan anter,
perkembangan biji dan pertumbuhan pericarp. Selain itu, hormon ini juga berperan dalam respon
menanggapi rangsangan berkaitan dengan mekanisme biosntesis GA. Giberelin pada tumbuhan
dapat ditemukan dalam dua fase utama yaitu giberelin aktif (GA Bioaktif) dan giberelin nonaktif.
Giberelin yang aktif secara biologis (GA bioaktif) mengontrol beragam aspek pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, termasuk perkecambahan biji, perpanjangan batang, pembesaran daun
dan bunga serta pengembangan benih. Hingga tahun 2008 terdapat lebih lebih dari seratus GA
telah diidentifikasi dari tanaman dan hanya sejumlah kecil dari mereka, seperti GA1 dan GA4,
diperkirakan berfungsi sebagai bioaktif hormon. Giberelin pertama kali dikenal pada tahun 1926
oleh seorang ilmuwan Jepang, Eiichi Kurosawa, yang meneliti tentang penyakit padi "bakanae" .
Hormon ini pertama kali diisolasi pada tahun 1935 oleh Teijiro Yabuta, dari strain jamur
(Gibberella fujikuroi). oleh Kurosawa Yabuta disebut isolat giberelin. Giberelin merupakan
hormon yang mempercepat perkecambahan biji, pertumbuhan tunas, pemanjangan batang,
pertumbuhan daun, merangsang pembungaan, perkembangan buah, mempengaruhi pertumbuhan
dan deferensiasi akar (Campbell, 2005). Giberelin bukan hanya memacu pemanjangan batang
saja, tapi juga pertumbuhan seluruh tumbuhan, termasuk daun dan akar. Bila giberelin diberikan
di bawah tajuk, peningkatan pembelahan sel dan pertumbuhan sel tampak mengarah kepada
pemanjangan batang dan, pada beberapa spesies, perkembangan daunnya berlangsung lebih
cepat, sehingga meningkatkan proses fotosintesis (Salisbury dan Ross, 1995). Fungsi Fisiologis
GiberelinFungsi giberelin pada tanaman sangat banyak dan tergantung pada jenis giberelin yang
ada di dalam tanaman tersebut. Beberapa proses fisiologi yang dirangsang oleh giberelin antara
lain adalah seperti di bawah ini(Davies, 1995; Mauseth, 1991; Raven, 1992; Salisbury dan Ross,
1992).
Memecah dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh
normal (tidak kerdil) dengan cara mempercepat proses pembelahan sel.
Meningkatkan pembungaan.
Memacu proses perkecambahan biji. Salah satu efek giberelin adalah mendorong terjadinya
sintesis enzim dalam biji seperti amilase, protease dan lipase dimana enzim tersebut akan
merombak dinding sel endosperm biji dan menghidrolisis pati dan protein yang akan
memberikan energi bagi perkembangan embrio diantaranya adalah radikula yang akan
mendobrak endosperm, kulit biji atau kulit buah yang membatasi pertumbuhan/perkecambahan
biji sehingga biji berkecambah.
Berperan pada pemanjangan sel.
Berperan pada proses partenokarpi. pada beberapa kasus pembentukan buah dapat terjadi tanpa
adanya fertilisasi atau pembuahan, proses ini dinamai partenokarpi.
Dapat menghambat penundaan penuaan daun dan buah.
Menyembuhkan Genetik Dwarsfism.
Penjelasan singkat dari masing-masing fungsi fisiologis tersebut. PembungaanPeranan giberelin
terhadap pembungaan telah dibuktikan oleh banyak penelitian. Misalnya penelitian yang
dilakukan oleh Henny (1981), pemberian GA3 pada tanaman Spathiphyllum mauna. Ternyata
pemberian GA3 meningkatkan pembungaan setelah beberapa minggu perlakuan. Genetik
DwarsfismGenetik Dwarsfism adalah suatu gejala kerdil yang disebabkan oleh adanya mutasi
genetik. Penyemprotan giberelin pada tanaman yang kerdil bisa mengubah tanaman kerdil
menjadi tinggi. Sel-sel pada tanaman kerdil mengalami perpanjangan (elongation) karena
pengaruh giberelin. Giberelin mendukung perkembangan dinding sel menjadi memanjang.
Penelitian lain juga menemukan bahwa pemberian giberelin merangsang pembentukan enzim
proteolitik yang akan membebaskan tryptophan (senyawa asal auksin). Hal ini menjelaskan
fonomena peningkatan kandungan auksin karena pemberian giberelin. Pematangan BuahProses
pematangan ditandai dengan perubahan tekture, warna, rasa, dan aroma. Pemberian giberelin
dapat memperlambat pematangan buah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aplikasi
giberelin pada buah tomat dapat memperlambat pematangan buah. Pengaruh ini juga terlihat
pada buah pisang matang yang diberi aplikasi giberelin. PerkecambahanBiji/benih tanaman
terdiri dari embrio dan endosperm. Di dalam endoperm terdapat pati yang dikelilingi oleh lapisan
yang dinamakan aleuron. Pertumbuhan embrio tergantung pada ketersediaan nutrisi untuk
tumbuh. Giberelin meningkatkan/merangsang aktivitas enzim amilase yang akan merubah pati
menjadi gula sehingga dapat dimanfaatkan oleh embrio. Stimulasi aktivitas kambium dan
xylemBeberapa penelitian membuktikan bahwa aplikasi giberelin mempengaruhi aktivitas
kambium dan xylem. Pemberian giberelin memicu terjadinya differensiasi xylem pada pucuk
tanaman. Kombinasi pemberian giberelin + auksin menunjukkan pengaruh sinergistik pada
xylem. sedangkan pemberian auksin saja tidak memberikan pengaruh pad xylem.
DormansiDormansi dapat diistilahkan sebagai masa istirahan pada tanaman. Proses dormansi
merupakan proses yang komplek dan dipengaruhi banyak faktor. Penelitian yang dilakukan oleh
Warner menunjukkan bahwa aplikasi giberelin menstimulasi sintesis ribonuklease, amulase, dan
proteasi pada endosperm biji. Fase akhir dormansi adalah fase perkecambahan, giberelin
perperan dalam fase perkecambahan ini seperti yang telah dijelaskan di atas. Gas
ETILEN/ETILENA/ETENAZat pengatur tumbuh ini adalah satu-satunya yang hanya terdiri dari
satu substansi saja, yaitu etena, dan berwujud gas pada suhu dan tekanan ruangan (ambien).
Etena atau etilena adalah senyawa alkena paling sederhana yang terdiri dari empat atom hidrogen
dan dua atom karbon yang terhubungkan oleh suatu ikatan rangkap. Karena ikatan rangkap ini,
etena disebut pula hidrokarbon tak jenuh atau olefin. Pada suhu kamar, molekul etena tidak dapat
berputar pada ikatan rangkapnya sehingga semua atom pembentuknya berada pada bidang yang
sama. Sudut yang dibentuk oleh dua ikatan karbon-hidrogen pada molekul adalah 117, sangat
dekat dengan sudut 120 yang diperkirakan berdasarkan hibridisasi ideal sp2. Etena digunakan
terutama sebagai senyawa antara pada produksi senyawa kimia lain seperti plastik. Etena juga
dibentuk secara alami oleh tumbuhan dan berperan sebagai hormon. Ia diketahui terutama
merangsang pematangan buah dan pembukaan kuncup bunga. Peran senyawa ini sebagai
perangsang pemasakan buah telah diketahui sejak lama meskipun orang hanya tahu dari praktek
. Hormon
Hormon merupakan salah satu senyawa karbon yang dihasilkan oleh kelenjar
tubuh. Hormon sintetik telah berhasil dikembangkan. Hormon sintetik
digunakan untuk menghasilkan hormon ketika kelenjar pasien yang
memproduksi hormon telah rusak, misalnya akibat pembedahan
atau kelenjar tidak dapat berfungsi secara normal.
1) Hormon Insulin
2) Kortison
Kortison merupakan salah satu obat steroid. Pada mulanya hormon ini
diperoleh dari korteks kelenjar adrenal. Pada 1946, pakar kimia telah berhasil
menyintesis kortison dari empedu. Kortison biasanya digunakan untuk
mengobati penyakit rheumatoid arthritis. Penyakit ini mengakibatkan
persendian tulang menjadi bengkak, sakit, dan kejang-kejang. Kortison juga
digunakan mengobati penyakit radang paru-paru, bengkak, asma, dan
penyakit kulit yang disebabkan alergi.
Rangkuman :
Sumber : http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/01/ilmu-kimiaterapan-pengertian-contoh-artikel-makalah.html#ixzz2ltubrcOd
Hormon yang membantu pertumbuhan pada tanaman dikenal dengan fitohormon atau
substansi pertumbuhan tanaman atau pengatur pertumbuhan tanaman (plant growth regulators
= PGRs) (Gardner, dkk., 1991). Fitohormon adalah senyawa organik bukan hara yang
dihasilkan oleh tanaman yang dalam konsentrasi tertentu dapat mendukung atau menghambat
pembelahan sel serta berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Abidin,
1986).
Konsep bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman diatur oleh suatu substansi
yang dihasilkan dalam jumlah sangat sedikit, dalam suatu organ yang menyebabkan suatu
respon pada organ yang lain, pertama kali diajukan oleh Julius von Sachss, bapak Fisiologi
Tumbuhan, pada pertengahan abad ke-19. Pengamatannya dikuatkan lagi oleh Charles
Darwin pada tahun 1880 dalam eksperimennya tentang pengaruh cahaya dan gaya tarik bumi
terhadap pertumbuhan tanaman, Darwin mengamati bahwa kecambah rumput kenari
membengkok kearah sumber cahaya (fototropisme) kecuali bila pucuk kecambah tersebut
dibungkus dengan kertas timah yang tidak tembus cahaya. Dia menyimpulkan bahwa
rangsangan cahaya ditanggapi oleh bagian ujung batang (koleoptil), tepai responsnya terjadi
pada jaringan yang lebih bawah atau lebih basal (Gardner, dkk., 1991).
2.2. Jenis Hormon Tumbuh
Hormon tumbuh terdiri dari tiga group senyawa, yaitu : auxin, giberilin dan sitokonin
(Heddy, 1986). Selain itu diduga masih ada senyawa lainnya yang mempunyai aktivitas yang
sama seperti kelompok senyawa di atas, tetapi dengan konsentrasi dan peranan yang kecil
dalam fungsi fisiologis tumbuhan.
2.2.1. Auxin
Auxin merupakan salah satu hormon tanaman yang dapat meregulasi banyak proses
fisiologi, seperti pertumbuhan, pembelahan dan diferensiasi sel serta sintesa protein
(Darnell, dkk.,1986).
Auxin diproduksi dalam jaringan meristimatik yang aktif (yaitu tunas , daun muda dan
buah) (Gardner, dkk., 1991). Kemudian auxin menyebar luas dalam seluruh tubuh tanaman,
penyebarluasannya dengan arah dari atas ke bawah hingga titik tumbuh akar, melalui jaringan
pembuluh tapis (floom) atau jaringan parenkhim (Rismunandar, 1988).
Auxin atau dikenal juga dengan IAA = Asam Indolasetat (yaitu sebagai auxin utama
pada tanaman), dibiosintesis dari asam amino prekursor triptopan, dengan hasil perantara
sejumlah substansi yang secara alami mirip auxin (analog) tetapi mempunyai aktifitas lebih
kecil dari IAA seperti IAN = Indolaseto nitril,TpyA = Asam Indolpiruvat dan IAAld =
Indolasetatdehid. Proses biosintesis auxin dibantu oleh enzim IAA-oksidase (Gardner, dkk.,
1991).
Auxin pertama kali diisolasi pada tahun 1928 dari biji-bijian dan tepung sari bunga
yang tidak aktif, dari hasil isolasi didapatkan rumus kimia auxin (IAA = Asam Indolasetat)
atau C10H9O2N. Setelah ditemukan rumus kimia auxin, maka terbuka jalan untuk menciptakan
jenis auxin sintetis seperti Hidrazil atau 2, 4 - D (asam 2, 4 - Diklorofenolsiasetat), NAA
(asam -Nattalenasetat), Bonvel D (asam 3, 6 - Dikloro - O - anisat/dikambo), Amiben atau
Kloramben (Asam 3 - amino 2, 5 diklorobenzoat) dan Pikloram/Tordon (asam 4 amino
3, 5, 6 trikloro pikonat).
Auxin sintetis ini sudah digunakan secara luas dan komersil di bidang pertanian, dimana
batang, pucuk dan akar tumbuh-tumbuhan memperlihatkan respon terhadap auxin, yaitu
peningkatan laju pertumbuhan terjadi pada konsentrasi yang optimal dan penurunan
pertumbuhan terjadi pada konstrasi yang terlalu rendah atau terlalu tinggi.
2.2.2. Giberilin
Giberelin sering disingkat dengan GA merupakan diterpenoid yang menempatkannya dalam
keluarga kimia yang sama dengan klorofil dan karotein. Bagian dasar kimia GA adalah
kerangka giban dan kelompok karboksil bebas. Macam-macam bentuk GA dibedakan oleh
penggantian kelompok hidroksil, metil atau etil pada kerangka giban dan karena adanya
cincin laktona yang dihasilkan oleh kondensasi karbon 20 ke karbon 19 dalam struktur giban
(Gardner, dkk., 1991). Dijelaskan lebih lanjut bahwa adanya cincin laktona seperti GA3,
GA4 dan GA9 menyebabkan aktivitas biologis yang lebih besar dari pada analog serupa yang
tidak memiliki cincin laktona seperti GA12 dan GA13.
Semua organ tanaman mengandung berbagai GA, dengan sumber terkaya sekaligus sebagai
tempat biosintesisnya yaitu di dalam buah dan biji yang belum masak, tunas, daun dan akar
kinetin dari DNA yang diautoklap, sangat aktif sebagai promotor mitosis dan pembelahan sel
kalus
(Moree, 1979). Selanjutnya dijelaskan bahwa kata sitokinin berasal dari pengertian
cytokinesis yang berarti pembelahan sel. Sitokinin alami ditemukan oleh D.S. Lethan dan
C.O. Miller tahun 1963 diisolasi dalam bentuk kristal dari biji jagung yang belum matang
disebut zeatin. Sitokini alami terjadi dari derivat isopentenyl adenine.
Sitokinin sintetik yang paling umum dimanfaatkan di bidang pertanian seperti BA,
kinetin dan PBA. Kinin menimbulkan kisaran respons yang luas, tetapi kinin bertindak secara
sinergis dengan auxin dan juga hormon lain.
II. PERANAN HORMON TUMBUH DALAM MEMACU PERTUMBUHAN ALGAE
Aplikasi hormon tumbuh pada awalnya hanya digunakan untuk merangsang pertumbuhan
tanaman tingkat tinggi, namun setelah para peneliti mencoba mengaplikasikan pada algae
baik untuk menumbuhkan pakan alami (fitoplankton) bagi penyediaan pakan larva udang
maupun untuk pengembangan rumput laut, ternyata hormon tumbuh dapat digunakan untuk
merangsang pertumbuhan algae.
3.1. Peranan Auxin
Fungsi auxin menurut Averi (1937) dalamWilkins (1989), adalah menyebabkan terjadinya
pembelahan sel pada lapisan kambium. Pada konsentrasi auxin optimum, sel-sel penyusun
kambium aktif membelah dan terbentuk lapisan xylem yang cukup tinggi. Sedangkan
menurut Gardner, dkk., (1991), efek seluler auxin meliputi : peningkatan dalam sintesis
nukleotida DNA dan RNA, pada akhirnya peningkatan sintesis protein dan produksi enzim,
peningkatan pertukaran proton, muatan membran dan pengambilan kalium, serta
berpemgaruh terhadap reaksi fitokrom dengan cahaya merah dan cahaya merah jauh.
Menurut Heddy (1986), bahwa auxin mendorong pembelahan sel dengan cara mempengaruhi
dinding sel. Lebih jelas diuraikan oleh Catala,dkk., (2000), bahwa adanya induksi auxin dapat
mengaktivasi pompa proton (ion H+) yang terletak pada membran plasma sehingga
menyebabkan pH pada bagian dinding sel lebih rendah dari biasanya, yaitu mendekati pH
pada membran plasma (sekitar pH 4,5 dari normal pH 7). Aktifnya pompa pronton tersebut
dapat memutuskan ikan hidrogen diantara serat selulosa dinding sel. Putusnya ikatan hidrogen
menyebabkan dinding mudah merenggang sehingga tekanan dinding sel akan menurun dan
dengan demikian terjadilah pelenturan sel. PH rendah juga dapat mengaktivasi enzim tertentu
pada dinding sel yang dapat mendegradasi bermacam-macam protein atau konstituin
polisakarida yang menyebar pada dinding sel yang lunak dan lentur, sehingga pemanjangan
dan pembesaran sel dapat terjadi.
Jenis auxin sintetis yang telah digunakan dibidang perikanan salah satunya adalah Hidrasil,
yaitu digunakan sebagai zat perangsang tumbuh pada algae, ternyata bahwa hydrasil dapat
digunakan untuk mempercepat pertumbuhan algae.
Hasil penelitian Sri Djayawati (1993), tentang penggunaan hydrasil untuk memacu
pertumbuhan rumput laut (Gracillaria verrucosa) dengan dosis 0 ppm (kontrol) , A = 5 ppm, B
= 10 ppm dan C = 15 ppm dapat di lihat pada Gambar 1. Gambar 1 memperlihatkan bahwa
laju pertumbuhan rumput laut yang dirangsang dengan hormon tumbuh memberikan
pertumbuhan yang lebih tinggi dari pada tanpa hormon tumbuh. Dari keempat dosis yang
dicobakan ternyata dosis 10 ppm memberikan pertumbuhan yang lebih baik. Menurut Thiman
(1956) dalam Wilkins (1989), efek karasteristik dari auxin adalah menyebabkan terjadinya
pembesaran sel sehingga tanaman akan memanjang dan terjadilah pertumbuhan. Sebaliknya
apabila konsentrasi yang diberikan lebih tinggi daripada konsentrasi optimum mendorong
pertumbuhan, dapat mengganggu metabolisme dan perkembangan tumbuhan. Hal ini
disebabkan karena pada konsentrasi auxin yang tinggi, pembesaran sel berlangsung cepat
sehingga ukuran sel menjadi sangat membesar. Keadaan ini akan menyebabkan reaksi turgor
sel dalam sehingga permiabilitas terganggu dan sel akan mengalami kekeringan.
3.2. Peranan Giberelin
Giberelin bekerja secara sinergis dengan auxin, sitokinin dan mungkin beberapa zat lainnya
(sinergisme) untuk mempengaruhi dormansi puncak, pertumbuhan kambium, geotropisme,
absisi dan partenokarpi (akibat aktivitas auxin dan giberelin), efektif meningkatkan set buah,
perangsangan pertumbuhan antar buku sehingga tumbuhan tidak kerdil, pembebasan amilase untuk hidrolisis tepung dan perkecambahan (Gardner, dkk., 1991). Giberilin bereaksi
pada sel-sel yang mengelilingi endosperma yang menyebabkan pembentukan sejumlah enzim
hidrolitik khusus (seperti amylase dan protease) yang mencerna zat pati dan protein
endosperma dengam demikian membuat persediaan gula dan asam amino bagi sel yang
bertumbuh (Kimball, 1983). Selanjutnya dijelaskan bahwa asam amino yang tersedia akibat
aktivitas enzim protease merupakan precurson terbentuknya jenis hormon tumbuh yang lain,
seperti triptopan yang merupakan bentuk awal dari auxin.
Menurut Kusumo (1989), bahwa giberelin berperan dalam pembelahan sel dan mendukung
pembentukan RNA sehingga terjadi sintesa protein. Pembelahan sel distimulasi oleh aktifnya
amylase menghidrolisis pati menjadi gula tereduksi sehingga konsentrasi gula meningkat
akibatnya tekanan osmotik juga meningkat. Peningkatan tekanan osmotik di dalam sel
menyebabkan air mudah masuk ke dalam sel, sehingga dapat mentriger segala proses
fisiologis dalam sel tanaman.
Penggunaan giberilin dalam memacu pertumbuhan pakan alami telah dibuktikan dari
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Agusrianto (1995). Pakan alami yang diujicoba
adalah jenis algae (diatom) yaitu Chaetoceros sp.Dosis giberilin yang digunakan adalah A= 0
ppm, B = 100 ppm, C = 125 ppm dan D = 150 ppm. Hasil penelitian menunjukkan (Gambar
2), bahwa pemberian giberilin dengan konsentrasi berbeda memberikan pertumbuhan dan
puncak populasi yang berbeda pula, dengan puncak populasi tertinggi diberikan oleh dosis
giberilin tertinggi dan tanpa pemberian giberilin dengan perkembangan populasi terendah. ).
Menurut Gardner, dkk., (1991), respon positif tumbuhan terhadap GA terjadi dalam kisaran
konsentrasi yang luas, berlawanan dengan respon terhadap auxin yang hanya dalam kisaran
konsentrasi yang sempit, bahan kandungan GA yang tinggi tidak bersifat racun dan tidak
menimbulkan respon negatif.
3.3. Peranan Sitokinin
Sitokinin sesuai dengan namanya yang berasal dari sitokinase adalah hormon tumbuh
yang mempengaruhi pembelahan sel. Menurut Kimball (1983), sitokinin bila bereaksi
bersama dengan auxin, dengan kuat merangsang mitosis dalam jaringan merestematik,
ledakan sintesis RNA yang nyata terjadi bila sel-sel tumbuhan atau nukleus-nukleus yang
terisolasi diberi perlakuan dengan sitokinin. Selanjutnya menurut Wereing dan Philips (1981),
dalam proses metabolisme diduga sitokinin mempunyai peranan penting dalam sintesa
protein, yaitu proses translasi.
Hasil penelitian Patiroi (1992), yang mengujicobakan air kelapa muda dengan
konsentrasi yang berbeda untuk merangsang pertumbuhan algae. Jenis fitoplankton yang
digunakan adalah Skeletonema costatum, dengan lima konsentrasi air kelapa yang dicobakan
yaitu 0 % (kontrol) , A = 20 %, B = 40%, C = 60 % dan D = 80 %. Hasil penelitian
menunjukkan (Gambar 3) dari kelima konsentrasi yang dicobakan ternyata dosis 40 % air
kelapa muda memberikan kelimpahan Skeletonema costatum tertinggi, selanjutnya berturutturut 60 %, 80 %, 20 % dan 0 % memperlihatkan penurunan kelimpahan dari Skeletonema
costatum. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian sitokinin bermanfaat dalam
mempercepat pertumbuhan dan perkembanganSkeletonema costatum sampai pada dosis
tertentu, dosis terlalu tinggi atau terlalu rendah justru tidak memberikan efek positif.
tumbuh di dalam sel alga, aktivitas enzim hidrolitik, rasio DNA-RNA pada saat pemberian.
Serta perlu juga penelitian dengan menggunakan jenis hormon tumbuh sintetis yang lain dan
mengkombinasikannya untuk melihat efek yang lebih jauh.
PENGERTIAN HORMON DAN ZPT
ZPT (zat pengatur tumbuh) dibuat agar tanaman memacu pembentukan fitohormon
(hormon tumbuhan) yang sudah ada di dalam tanaman atau menggantikan fungsi dan
peran hormon bila tanaman kurang dapat memproduksi hormon dengan baik.
Hormon adalah molekul-molekul yang kegiatannya mengatur reaksi-reaksi metabolik
penting. Molekul-molekul tersebut dibentuk di dalam organisme dengan proses
metabolik dan tidak berfungsi didalam nutrisi (Heddy, 1989).
Hormon tumbuhan merupakan senyawa organik yang disentesis di salah satu bagian
tumbuhan dan dipindahkan ke bagian lain, dan pada konsentrasi yang sangat rendah
mampu menimbulkan suatu respon fisiologis.
Hormon tanaman dapat diartikan luas, baik yang buatan maupun yang asli serta yang
mendorong ataupun yang menghambat pertumbuhan (Overbeek,1950 dalam Kusumo,
1984). Pada kadar rendah tertentu hormon/zat tumbuh akan mendorong pertumbuhan,
sedangkan pada kadar yang lebih t inggi akan menghambat pertumbuhan, meracuni,
bahkan memat ikan tanaman (Kusumo,1984).
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, 1989. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa,
Bandung.
Agusrianto, 1995. Pengaruh Giberilen Terhadap Laju Pertumbuhan Chaetoceros sp.Tesis.
Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan, Universitas Muslim Indonesia,
Ujung Pandang.
Bargess, 1984. An Intrudaction to Plant. Cell Depelopment Cambridge University Press.
Cambridge. London New York, New Sochelle, Malbourne, Sydney.
BAB I
PENGERTIAN HORMON DAN ZPT
Pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan beberapa
golongan zat yang secara umum dikenal sebagai hormon tumbuhan atau fitohormon.
Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan;
dan, sebagaimana pada hewan, hormon juga dihasilkan dalam jumlah yang sangat
sedikit di dalam sel.
Beberapa ahli berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu
tumbuhan (hormon endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat
diganti dengan pemberian zat-zat tertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan
(hormon eksogen, diberikan dari luar sistem individu). Mereka lebih suka
menggunakan istilah zat pengatur tumbuh (bahasa Inggris plant growth regulator).
Hormon tumbuhan (phytohormones) secara fisiologi adalah penyampai pesan antar sel
yang dibutuhkan untuk mengontrol seluruh daur hidup tumbuhan, diantaranya
perkecambahan, perakaran, pertumbuhan, pembungaan dan pembuahan.
Sebagai tambahan, hormon tumbuhan dihasilkan sebagai respon terhadap berbagai
faktor lingkungan kelebihan nutrisi, kondisi kekeringan, cahaya, suhu dan stress baik
secara kimia maupun fisik. Oleh karena itu ketersediaan hormon sangat dipengaruhi
oleh musim dan lingkungan.
Hormon adalah molekul-molekul yang kegiatannya mengatur reaksi-reaksi metabolik
penting. Molekul-molekul tersebut dibentuk di dalam organisme dengan proses
metabolik dan tidak berfungsi didalam nutrisi (Heddy, 1989).
Hormon tumbuhan merupakan senyawa organik yang disentesis di salah satu bagian
tumbuhan dan dipindahkan ke bagian lain, dan pada konsentrasi yang sangat rendah
mampu menimbulkan suatu respon fisiologis.
Hormon tanaman dapat diartikan luas, baik yang buatan maupun yang asli serta yang
mendorong ataupun yang menghambat pertumbuhan (Overbeek,1950 dalam Kusumo,
1984). Pada kadar rendah tertentu hormon/zat tumbuh akan mendorong pertumbuhan,
sedangkan pada kadar yang lebih t inggi akan menghambat pertumbuhan, meracuni,
bahkan memat ikan tanaman (Kusumo,1984).
Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan hasil
pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetis yang memiliki pengaruh
yang sama dengan fitohormon alami.
Keterangan:Prekursor merupakan bahan awal untuk membentuk bahan definitif.
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi
sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan.
Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula
tidak aktif akan mulai berekspresi.
Pada umumnya dikenal lima kelompok hormon tumbuhan: auksin, sitokinin, giberelin,
etilen, dan inhibitor. Namun demikian menurut perkembangan riset terbaru ditemukan
molekul aktif yang termasuk zat pengatur tumbuh dari golongan polyamines seperti
putrescine, spermine dan spermidine.
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi
sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan.
Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula
tidak aktif akan mulai ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan
merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.
Retardan. Cathey (1975) mendefinisikan retar dan sebagai suatu senyawa organik yang
menghambat perpanjangan batang, meningkatkan warna hijau daun, dan secara tidak
langsung mem-pengaruhi pembungaan tanpa menyebabkan pertumbuhan yang
abnormal.
Sinyal kimia interseluler untuk pertama kali ditemukan pada tumbuhan. Konsentrasi
yang sangat rendah dari senyawa kimia tertentu yang diproduksi oleh tanaman dapat
memacu atau menghambat pertumbuhan atau diferensiasi pada berbagai macam sel-sel
tumbuhan dan dapat mengendalikan perkembangan bagian-bagian yang berbeda pada
tumbuhan.
Dengan menganalogikan senyawa kimia yang terdapat pada hewan yang disekresi oleh
kelenjar ke aliran darah yang dapat mempengaruhi perkembangan bagian-bagian yang
berbeda pada tubuh, sinyal kimia pada tumbuhan disebut hormon pertumbuhan.
Namun, beberapa ilmuwan memberikan definisi yang lebih terperinci terhadap istilah
hormon yaitu senyawa kimia yang disekresi oleh suatu organ atau jaringan yang dapat
mempengaruhi organ atau jaringan lain dengan cara khusus.
Berbeda dengan yang diproduksi oleh hewan senyawa kimia pada tumbuhan sering
mempengaruhi sel-sel yang juga penghasil senyawa tersebut disamping mempengaruhi
sel lainnya, sehingga senyawa-senyawa tersebut disebut dengan zat pengatur tumbuh
untuk membedakannya dengan hormon yang diangkut secara sistemik atau sinyal jarak
jauh.
ZPT
Konsep Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) diawali dari konsep hormon. Hormon tanaman
atau fitohormon adalah senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi
rendah mempengaruhi proses-proses fisiologis. Proses-proses fisiologis terutama
mengenai proses pertumbuhan, diferensiasi dan perkembangan tanaman. Proses-proses
lain seperti pengenalan tanaman, pembukaan stomata, translokasi dan serapan hara
dipengaruhi oleh hormon tanaman.
Dengan berkembangnya pengetahuan biokimia dan industri kimia banyak ditemukan
senyawa-senyawa yang mempunyai fisiologis serupa dengan hormon tanaman. Senyawa
ini dikenal dengan nama ZPT.
Batasan tentang zat pengatur tumbuh pada tanaman (plant regulator), adalah senyawa
organik yang tidak termasuk hara (nutrient), yang mempunyai 2 fungsi yaitu
menstimulir dan menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Sedangkan fitohormon adalah senyawa organik yang bukan
nutrisi yang aktif dalam jumlah kecil yang disintetis pada bagian tertentu, yang
BAB II
MACAM MACAM HORMON DAN ZPT TANAMAN
1. Auksin, hormon tanaman seperti indolasetat yang berfungsi untuk merangsang
pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta pertumbuhan aksis longitudinal
tanaman., gunanya untuk merangsang pertumbuhan akar pada stekan atau cangkokan.
Auksin sering digunakan untuk merangsang pertumbuhan akar dan sebagai bahan aktif
sering yang digunakan dalam persiapan hortikultura komersial terutama untuk akar
batang. Mereka juga dapat digunakan untuk merangsang pembungaan secara seragam,
untuk mengatur pembuahan, dan untuk mencegah gugur buah.(yang termasuk Auksin
IBA, NAA, 2,4-D). Auksin Golongan NAA memakai merek dagang antara lain: RootoneF, Atonik. Sedang Auksin 2,4 D dijual dengan nama Hidrasil. Auksin alami banyak
terdapat didalam cairan biji jagung muda yang masih berwarna kuning, air seni sapi,
ujung koleoptil tanaman oat, umbi bawang merah dan air kelapa.
Golongan Auksin : Indole Aceti Acid (IAA), Napthalene Acetic Acid (NAA), 2,4-D, CPA
dan Indole Acetic Acid (IBA). Yang paling penting dari keluarga auksin adalah indole-3asam asetat (IAA). Ini menghasilkan efek auksin pada tanaman secara menyeluruh, dan
yang paling ampuh dari auksin alami, namun molekul kimiawi IAA adalah yang paling
labil di larutan air, sehingga IAA tidak digunakan secara komersial sebagai regulator
pertumbuhan tanaman.
Yang termasuk golongan auksin alami : 4-chloro-asam indoleasetis, asam fenilasetis
(PAA) dan indole-3-asam butirik (IBA).
Sedang auksin buatan antara lain 1-asam nafthaleneasetis (NAA), 2,4-asam
dichlorophenoxyasetis (2,4-D), dan lain-lain.
Auksin dosis tinggi dapat merangsang produksi Etilen. Kelebihan Etilen malah dapat
menghalangi pertumbuhan, menyebabkan gugur daun (daun amputasi), dan bahkan
membunuh tanaman. Beberapa auksin sintetis seperti 2,4-D dan 2,4,5-asam
trichlorophenoxyacetic (2,4,5-T) telah digunakan sebagai herbisida.
tanaman berdaun luas (dicotil) jauh lebih rentan terkena auksin daripada daun
tanaman monokotil seperti tanaman rumput-rumputan. Auksin sintetis ini adalah agen
aktif dalam Agen Oranye yaitu defolian atau defoliant (peranggas atau zat yang
merangsang pertumbuhan yang cepat dan tidak terkendali dan akhirnya merontokkan
daun-daunnya hingga meranggas) yang digunakan secara ekstensif oleh pasukan
Amerika di perang Vietnam.
2. Giberelin atau asam giberelat (GA), merupakan hormon perangsang pertumbuhan
tanaman yang diperoleh dari Gibberella fujikuroi atau Fusarium moniliforme, aplikasi
untuk memicu munculnya bunga dan pembungaan yang serempak (Misalnya GA3 yang
termasuk hormon perangsang pertumbuhan golongan gas) merek dagangantara lain:
ProGib. Giberalin alami banyak terdapat didalam umbi bawang merah.
3. Sitokinin, adalah hormon tumbuhan turunan adenin berfungsi untuk merangsang
pembelahan sel dan diferensiasi mitosis, disintesis pada ujung akar dan ditranslokasi
melalui pembuluh xylem. Aplikasi Untuk merangsang tumbuhnya tunas pada kultur
jaringan atau pada tanaman induk, namun sering tidak optimal untuk tanaman dewasa.
sitokinin memiliki struktur menyerupai adenin yang mempromosikan pembelahan sel
dan memiliki fungsi yang sama lain untuk kinetin. Kinetin adalah sitokinin pertama kali
ditemukan dan dinamakan demikian karena kemampuan senyawa untuk
mempromosikan sitokinesis (pembelahan sel). Meskipun itu adalah senyawa alami, Hal
ini tidak dibuat di tanaman, dan karena itu biasanya dianggap sebagai "sintetik"
sitokinin (berarti bahwa hormon disintesis di tempat lain selain di pabrik).
Sitokinin telah ditemukan di hampir semua tumbuhan yang lebih tinggi serta lumut,
jamur, bakteri, dan juga di banyak tRNA dari prokariota dan eukariota. Saat ini ada
lebih dari 200 sitokinin alami dan sintetis serta kombinasinya. Konsentrasi sitokinin
yang tertinggi di daerah meristematik dan daerah potensi pertumbuhan berkelanjutan
seperti akar, daun muda, pengembangan buah-buahan, dan biji-bijian.
Sitokinin pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Amerika bernama Folke Skoog pada
tahun 1954.
Sitokinin umumnya ditemukan dalam konsentrasi yang lebih tinggi di daerah
meristematik dan jaringan yang berkembang. Mereka diyakini disintesis dalam akar
dan translokasi melalui xilem ke tunas. biosintesis sitokinin terjadi melalui modifikasi
biokimia adenin.
Proses dimana mereka disintesis adalah sebagai berikut :
Sebuah produk jalur mevalonate disebut pirofosfat isopentil adalah isomer, isomer ini
kemudian dapat bereaksi dengan adenosine monophosphate dengan bantuan sebuah
enzim yang disebut isopentenyl AMP synthase, hasilnya adalah isopentenyl adenosin-5fosfat (AMP isopentenyl).
Produk ini kemudian dapat dikonversi menjadi adenosin oleh isopentenyl pemindahan
fosfat oleh fosfatase dan selanjutnya dikonversikan ke isopentenyl adenin dengan
menghilangkan kelompok ribosa.
Isopentenyl adenin dapat dikonversi ke tiga bentuk utama sitokinin alami.
Degradasi sitokinin sebagian besar terjadi karena enzim oksidase sitokinin. Enzim ini
menghapus rantai samping dan rilis adenin. Derivitives juga dapat dibuat tetapi jalur
yang lebih kompleks dan kurang dipahami.
Ada beberapa macam sytokinin yang telah diketahui, diantaranya kinetin, zeatin (pada
jagung), Benziladenin (BA), Thidiazuron (TDZ), dan Benzyl Adenine atau Benzil Amino
Purin (BAP). Sitokinin ditemukan hampir di semua jaringan meristem.
Peranan sitokinin antara lain:
1. bersama dengan auksin dan giberelin merangsang pembelahan sel-sel tanaman
2. merangsang morfogenesis ( inisiasi / pembentukan tunas) pada kultur jaringan.
3. merangsang pertumbuhan pertumbuhan kuncup lateral.
4. merangsang perluasan daun yang dihasilkan dari pembesaran sel atau merangsang
pemanjangan titik tumbuh daun dan merangsang pembentukan akar cabang
BAB III
TRANSFOR HORMON DAN ZPT
Ahli biologi tumbuhan telah mengidentifikasi 5 tipe utama ZPT yaitu auksin,
sitokinin,giberelin, asam absisat dan etilen (Tabel 1). Tiap kelompok ZPT dapat
menghasilkan beberapa pengaruh yaitu kelima kelompok ZPT mem pengaruhi
pertumbuhan, namun hanya 4 dari 5 kelompo k ZPT tersebut yang mempengaruhi
perkembangan tumbuhan yaitu dalam hal diferensiasi sel. Seperti halnya hewan,
tumbuhan memproduksi ZPT dalam jumlah yang sangat sedikit, akan tetapi jumlah
yang sedikit ini mampu mempengaruhi sel target .
ZPT menstimulasi pertumbuhan dengan memberi isyarat kepada sel target untuk
membelah atau memanjang, beberapa ZPT menghambat pertumbuhan dengan cara
menghambat pembelahan atau pemanjangan sel. Sebagian besar molekul ZPT dapat
mempengaruhi metabolisme dan perkembangan sel-sel tumbuhan. ZPT melakukan ini
dengan cara mempengaruhi lintasan sinyal tranduksi pada sel target. Pada tumbuhan
seperti halnya pada hewan, lintasan ini menyebabkan respon selular seperti
mengekspresikan suatu gen, menghambat atau mengaktivasi enzim, atau mengubah
membran. Pengaruh dari suatu ZPT bergantung pada spesies tumbuhan, situs aksi ZPT
pada tumbuhan, tahap perkembangan tumbuhan dan konsentrasi ZPT. Satu ZPT tidak
bekerja sendiri dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan,
pada umumnya keseimbangan konsentrasi dari beberapa ZPT-lah yang akan
mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Pada umumnya, hormon mengontro l pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan,
dengan mempengaruhi : pembelahan sel, perpanjangan sel, dan differensiasi sel.
Beberapa hormon, juga meneng ahi respon fisiologis berjangka pendek dari tumbuhan
terhadap stimulus lingkungan. Setiap hormon, mempunyai efek ganda; tergantung
pada : tempat kegiatannya, konsentrasinya, dan stadia perkembangan tumbuhannya.
Hormon tumbuhan, diproduksi dalam konsentrasi yang sangat rendah; tetapi
sejumlah kecil hormon dapat membuat efek yang sangat besar terhadap pertumbuhan
dan perkembangan organ suatu tumbuhan. Hal ini secara tidak langsung menyatakan
bahwa, sinyal hormonal hendaknya diperjelas melalui beberapa cara. Suatu hormon,
dapat berperan dengan mengubah ekspresi gen, dengan mempengaruhi aktivitas enzim
yang ada, atau dengan mengubah sifat membran. Beberapa peranan ini, dapat
mengalihkan metabolisme dan pekembangan sel yang tanggap terhadap sejumlah kecil
molekul hormon. Lintasan transduksi sinyal, memperjelas sinyal hormonal dan
meneruskannya ke respon sel spesifik. Respon terhadap hormon, biasanya tidak
begitu tergantung pada jumlah absolut hormon tersebut, akan tetapi t ergantung pada
konsentrasi relatifnya dibandingkan dengan hormon lainnya. Keseimbangan hormon,
dapat mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan daripada peran hormon
secara mandiri. Interaksi ini akan menjadi muncul dalam penyelidikan tentang fungsi
hormon.
Faktor Regulasi
Faktor regulasi adalah senyawa kimia yang mengontrol produksi sejumlah hormon yang
memiliki fungsi penting bagi tubuh. Senyawa tersebut dikirim ke lobus anterior kelenjar
pituitari oleh hipotalamus. Terdapat 2 faktor regulasi, yaitu faktor pelepas (releasing
factor) yang menyebabkan kelenjar pituitari mensekresikan hormon tertentu dan faktor
penghambat (inhibiting factor) yang dapat menghentikan sekresi hormon tersebut.
Sebagai contoh adalah FSHRF (faktor pelepas FSH) dan LHRF (faktor pelepas LH) yang
menyebabkan dilepaskannya hormon FSH dan LH. tgttttyhththththt ahmade ihwaN
Hormon Antagonistik
Hormon antagonistik merupakan hormon yang menyebabkan efek yang berlawanan,
contohnya glukagon dan insulin. Saat kadar gula darah sangat turun, pankreas akan
memproduksi glukagon untuk meningkatkannya lagi. Kadar glukosa yang tinggi
menyebabkan pankreas memproduksi insulin untuk menurunkan kadar glukosa
tersebut.
BAB IV
AKTIVITAS HORMON DAN FUNGSI FISIOLOGI HORMON DAN ZPT
1. Auksin
Auksin adalah zat aktif dalam sistem perakaran. Senyawa ini membantu proses
pembiakan vegetatif. Pada satu sel auksin dapat mempengaruhi pemanjangan sel,
pembelahan sel dan pembentukan akar.
Beberapa tipe auksin aktif dalam konsentrasi yang sangat rendah antara 0.01 to 10
mg/L.
Fungsi auksin: untuk merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta
pertumbuhan aksis longitudinal tanaman, gunanya untuk merangsang pertumbuhan
akar pada stekan atau cangkokan. Auksin sering digunakan untuk merangsang
pertumbuhan akar dan sebagai bahan aktif sering yang digunakan dalam persiapan
hortikultura komersial terutama untuk akar batang. Mereka juga dapat digunakan
untuk merangsang pembungaan secara seragam, untuk mengatur pembuahan, dan
untuk mencegah gugur buah.
Peran auksin bagi tanaman
auksin sebagai salah satu hormon tumbuh bagi tanaman mempunyai peranan
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Dilihat dari segi fisiologi, hormon tumbuh ini berpengaruh terhadap :
a. Pengembangan sel
b. Phototropisme
c. Geotropisme
d. Apical dominasi
e. Pertumbuhan akar (root initiation)
f. Parthenocarpy
g. Abisission
h. Pembentukan callus (callus formation) dan
i. Respirasi
j. Senescence
a. Pengembangan sel
Dari hasil studi tentang pengaruh auksin terhadap perkembangan sel, menunjukan
bahwa terdapat indikasi yaitu auksin dapat menaikan tekanan osmotik, meningkatkan
permeabilitas sel terhadap air, menyebabkan pengurangan tekanan pada dinding sel,
meningkatkan sintesis protein, meningkatkan plastisitas dan pengembangan dinding
sel.
Dalam hubungannya dengan permeabilitas sel, kehadiran auksin meningkatkan difusi
masuknya air ke dalam sel. Hal ini ditunjang oleh pendapat Cleland dan Brustrom
(1961) bahwa auksin mendukung peningkatan permeabilitas masuknya air ke dalam sel.
b. Phototropisme
Suatu tanaman apabila disinari suatu cahaya, maka tanaman tersebut akan
membengkok ke arah datangnya sinar. Membengkoknya tanaman tersebut adalah
karena terjadinya pemanjangan sel pada bagian sel yang tidak tersinari lebih besar
dibanding dengan sel yang ada pada bagian tanaman yang tersinari. Perbedaan
rangsangan (respond) tanaman terhadap penyinaran dinamakan phototropisme.
Terjadinya phototropisme ini disebabkan karena tidak samanya penyebaran auksin di
bagian tanaman yang tidak tersinari dengan bagian tanaman yang tersinari. Pada
bagian tanaman yang tidak tersinari konsentrasi auksinnya lebih tinggi dibanding
dengan bagian tanaman yang tersinari.
c. Geotropisme
Geotropisme adalah pengaruh gravitasi bumi terhadap pertumbuhan organ tanaman.
Bila organ tanaman yang tumbuh berlawanan dengan gravitasi bumi, maka keadaan
tersebut dinamakan geotropisme negatif. Contohnya seperti pertumbuhan batang
sebagai organ tanaman, tumbuhnya kearah atas. Sedangkan geotropisme positif adalah
organ-organ tanaman yang tumbuh kearah bawah sesuai dengan gravitasi bumi.
Contohnya tumbuhnya akar sebagai organ tanaman ke arah bawah.
Keadaan auksin dalam proses geotropisme ini, apabila suatu tanaman (celeoptile)
diletakan secara horizontal, maka akumulasi auksin akan berada di bagian bawah. Hal
ini menunjukan adanya transportasi auksin ke arah bawah sebagai akibat dari pengaruh
geotropisme. Untuk membuktikan pengaruh geotropisme terhadap akumulasi auksin,
telah dibuktikan oleh Dolk pd tahun 1936 (dalam Wareing dan Phillips 1970). Dari hasil
eksperimennya diperoleh petunjuk bahwa auksin yang terkumpul di bagian bawah
memperlihatkan lebih banyak dibanding dengan bagian atas.
Sel-sel tanaman terdiri dari berbagai komponen bahan cair dan bahan padat. Dengan
adanya gravitasi maka letak bahan yang bersifat cair akan berada di atas. Sedangkan
bahan yang bersifat padat berada di bagian bawah. Bahan-bahan yang dipengaruhi
gravitasi dinamakan statolith (misalnya pati) dan sel yang terpengaruh oleh gravitasi
dinamakan statocyste (termasuk statolith).
d. Dominasi Apikal
Di dalam pola pertumbuhan tanaman, pertumbuhan ujung batang yang dilengkapi
dengan daun muda apabila mengalami hambatan, maka pertumbuhan tunas akan
tumbuh ke arah samping yang dikenal dengan "tunas lateral" misalnya saja terjadi
pemotongan pada ujung batang (pucuk), maka akan tumbuh tunas pada ketiak daun.
Fenomena ini kita namakan "apical dominance.Hubungan antara auksin dengan apical
dominance pada suatu tanaman telah dibuktikan oleh Skoog dan Thimann (1975).
Dalam eksperimennya, pucuk tanaman kacang (apical bud) dibuang, sebagai akibat
treatment tersebut menyebabkan tumbuhnya tunas di ketiak daun. Dari ujung tanaman
yang terpotong itu diletakan blok agar yang mengandung auksin. Dari perlakuan
tersebut ternyata bahwa tidak terjadi pertumbuhan tunas pada ketiak daun. Hal ini
membuktikan bahwa auksin yang ada di apical bud menghambat tumbuhnya tunas
lateraL.
e. perpanjangan akar (root initiation)
dalam hubungannya dengan pertumbuhan akar, Luckwil (1956) telah melakukan
suatu eksperimen dengan menggunakan zat kimia NAA (Naphthalene acetic acid), IAA
(Indole acetid acid) dan IAN (Indole-3-acetonitrile) yang ditreatment pada kecambah
kacang. Dari hasil eksperimennya diperoleh petunjuk bahwa ketiga jenis auksin ini
mendorong pertumbuhan primordia akar. Perlu dikemukakan pula di sini, bahwa
menurut Delvin (1975), pemberian konsentrasi IAA yang relatif tinggi pada akar, akan
menyebabkan terhambatnya perpanjangan akar tetapi meningkatkan jumlah akar.
f. Pertumbuhan batang (stem growth)
Di dalam alam, hubungan antara auksin dengan pertumbuhan batang nyata erat
sekali. Apabila ujung coleoptile dipotong, kemungkinan tanaman tersebut akan terhenti
pertumbuhannya. Di dalam tanaman, jaringan-jaringan muda terdapat pada apical
meristem. Hubungannya dengan pertumbuhan tanaman peranan auksin sangat erat
sekali.
g. Parthenocarpy
Di dalam alam sering kita menjumpai buah yang tidak berbiji. Seperti ; Anggur,
Strawberry dan tanaman famili mentimun. Keadaan seperti ini disebabkan tidak
dialaminya pembuahan pada perkembangan buah. Di dalam fisiologi, keadaan seperti
ini dinamakan Parthenocarpy.Di dalam proses Parthenocarpy, hormon auksin bertalian
erat. Seperti dikemukakan massart (1902) hasil eksperimennya menunjukan bahwa
pembengkakan dinding ovary bunga anggrek dapat distimulasi oleh tepung sari yang
telah mati.Pada tahun 1934 Yasuda berhasil menemukan penyebab Parthenocarpy
dengan menggunakan ekstrak tepung sari pada bunga mentimun. Hasil analisisnya
menunjukan bahwa ekstrak tersebut mengandung auksin. Selanjutnya pada tahun1936,
ada di daerah proksimal (proximal region) sama atau lebih dari jumlah auksin yang
terdapat di daerah distal (distal region). Tetapi apabila jumlah auksin yang berada di
daerah distal lebih besar dari daerah proximal, maka tidak akan terjadi absisi. Dengan
kata lain proses absisi ini akan terlambat.
Teori lain (Biggs dan Leopold 1957, 1958) menerangkan bahwa pengaruh auksin
terhadap absisi ditentukan oleh konsentrasi auksin itu sendiri. Konsentrasi auksin yang
tinggi akan menghambat terjadinya absisi, sedangkan auksin dengan konsentrasi
rendah akan mempercepat terjadinya absisi.Teori terakhir dikemukakan oleh
Robinstein dan Leopold (1964) yang menerangkan bahwa respon absisi pada daun
terhadap auksin dapat dibagi kedalam dua fase jika perlakuan auksin diberikan setelah
daun terlepas. Fase pertama, auksin akan menghambat absisi, dan fase kedua auksin
dengan konsentrasi yang sama akan mendukung terjadinya absisi.
j. Senescence
Menurut Alex Comport (1956) dalam Leopold (1961) "senescence" adalah suatu
penurunan kemampuan tumbuh (viability) disertai dengan kenaikan vulnerability suatu
organisme. Namun di dalam tanaman, istilah ini diartikan; menurunnya fase
pertumbuhan (growth rate) dan kemampuan tumbuh (vigor) serta diikuti dengan
kepekaan (susceptibility) terhadap tantangan lingkungan, penyakit atau perubahan fisik
lainnya. Ciri dari fenomena ini selalu diikuti dengan kematian.
Di dalam alam, senescence terjadi pada daun, batang dan buah. Menurut Leopold
(1961) ada empat bentuk senescence yang terjadi pada tanaman yaitu :
1. Semua organ tumbuh mengalami senescence (over-all senescence)
2. Senescence yang terjadi pada bagian atas (top senescence)
3. Senescence yang terjadi seluruh bagian daun dan buah (decideus
senescence)
4. Senescence berkembang dari daun paling bawah menuju kearah
atas (progresive senescence)
Ciri-ciri terjadinya senescence dapat ditemukan pada morfologi dan perubahan di
dalam organ atau seluruh tubuh tanaman. Keadaan seperti ini diikuti oleh
meningkatnya abscission serta daun dan buah berguguran dari batang pokok. Begitu
pula pertumbuhan dan pigmentasi warna hijau berubah menjadi warna kuning, yang
akhirnya buah dan daun terlepas dari batang pokok .
Golongan auksin
yang termasuk auksin alami : indole-3-asam asetat (IAA), 4-chloro-asam
indoleasetis, asam fenilasetis (PAA), dan indole-3-asam butirik (IBA).
auksin buatan antara lain 1-asam nafthaleneasetis (NAA), 2,4-asam
dichlorophenoxyasetis (2,4-D), dan lain-lain.
Yang paling penting dari keluarga auksin adalah indole-3-asam asetat (IAA). Ini
menghasilkan efek auksin pada tanaman secara menyeluruh, dan yang paling ampuh
dari auksin alami, namun molekul kimiawi IAA adalah yang paling labil di larutan air,
sehingga IAA tidak digunakan secara komersial sebagai regulator pertumbuhan
tanaman.
Beberapa auksin sintetis seperti 2,4-D dan 2,4,5-asam trichlorophenoxyacetic (2,4,5T) telah digunakan sebagai herbisida.
Menurut Koeffli, Thimann dan went (1966), aktivitas
auxsin ditentukan oleh :
a. adanya struktur cincin yang tidak jenuh,
b. adanya rantai keasaman (acid chain)
c. pemisahan karboksil grup (-COOH) dari struktur
cincin.
d. Adanya pengaturan ruangan antara struktur cincin dengan rantai keasaman.
Tentang sifat dari rantai keasaman, Koeffli (1966) menerangkan bahwa posisi dan
panjang rantai keasaman, berpengaruh terhadap aktivitas auksin. Rantai yang
mempunyai karboksil grup dipisahkan oleh karbon atau karbon dan oksigen akan
memberikan aktivitas yang normal.
2. Giberelin
Gibberellin adalah turunan dari asam gibberelat. Merupakan hormon tumbuhan alami
yang merangsang pembungaan, pemanjangan batang dan membuka benih yang masih
dorman. Ada sekitar 100 jenis gibberellin, namun Gibberellic acid (GA3)-lah yang
Pematangan (ripening) adalah suatu proses fisiologis, yaitu terjadinya perubahan dari
kondisi yang tidak menguntungkan ke suatu kondisi yang menguntungkan, ditandai
dengan perubahan tekstur, warna, rasa dan aroma.
Dalam proses pematangan ini, giberelin mempunyai peran penting yaitu mampu
mengundurkan pematangan (repening) dan pemasakan (maturing) suatu jenis buah.
Dari hasil penelitian menunjukan aplikasi Giberelin pada buah tomat dapat
memperlambat pematangan buah, sedangkan gibberellic acid yang diterapkan pada
buah pisang matang, ternyata pemasakannya dapat ditunda.
e. Mobilisasi bahan makanan
selama fase perkecambahan (germination)
Biji cerealia terdiri dari embrio dan endosperm. Didalam endosperm terdapat masa
pati (starch) yang dikelilingi oleh suatu lapisan "aleuron".. sedangkan embrio itu sendiri
merupakan suatu bagian hidup yang suatu saat akan menjadi dewasa. Pertumbuhan
embrio selama perkecambahan bergantung pada persiapan bahan makanan yang
berada di dalam endosperm. Untuk keperluan kelangsungan hidup embrio maka
terjadilah penguraian secara enzimatik yaitu terjadi perubahanpati menjadi gula yang
selanjutnya ditranslokasikan ke embrio sebagai sumber energi untuk pertumbuhannya.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa Giberelin berperan penting dalam proses
aktivitas amilase. Hal ini telah dibuktikan dengan menggunakan GA yang
mengakibatkan aktivitas amilase miningkat.Aktivitas enzym a amilase dan protease di
dalam endosperm juga didukung oleh GA melalui de novo synthesis. Hal ini ada
hubungannya dengan terbentuknya DNA baru yang kemudian menghasilkan RNA.
f. Stimulasi aktivitas cambium dan perkembangn xylem
Giberelin mempunyai peranan dalam aktivitas kambium dan perkembangn xylem.
Aplikasi GA3 dengan konsentrasi 100, 250, dan 500 ppm mendukung terjadinya
diferensiasi xylem pada pucuk olive. Begitu pula dengan mengadakan aplikasi GA3 +
IAA dengan konsentrasi masing-masing 250 dan 500 ppm, maka terjadi pengaruh
sinergis pada xylem. Sedangkan aplikasi auksin sajatidak memberi pengaruh pada
tanaman.
g. Dormansi
Dormansi adalah masa istirahat bagi suatu organ tanaman atau biji. Menurut
Copeland (1976), dormansi adalah kemampuan biji untuk mengundurkan fase
perkecambahannya hingga saat dan tempat itu menguntungkan untuk tumbuh.Secara
umum terjadinya dormansi adalah disebabkan oleh faktor luar dan faktor dalam. Faktor
yang menyebabkan dormansi pada biji adalah sbb:
1. tidak sempurnanya embrio (rudimentery embriyo)
2. embrio yang belum matang secara fisikologis (physiological immature embriyo)
3. kulit biji yang tebal (tahan terhadap gerakan mekanis)
4. kulit biji impermeable ( impermeable seed coat)
5. adanya zat penghambat (inhibitor) untuk perkecambahan (presence of
germination inhibitors).
Fase yang terjadi dalam dorminasi biji, menurut Amen (1968) ada empat fase yang
harus dilalui :
1. fase induksi, ditandai dengan terjadinya penurunan jumlah hormon (hormon
level)
2. fase tertundanya metabolisme (a period of partial metabolic arrest)
3. fase bertahannya embrio untuk berkecambah karena faktor lingkungan yang
tidak menguntungkan.
4. Perkecambahan (germination), ditandai dengan meningkatnya hormon dan
aktivitas enzym.
Peranan hormon tumbuh di dalam biji yang mengalami dorminasi telah dibahas
oleh warner (1967) yang mengatakan bahwa GA3 dapat menstimulasi sintesis
ribonuklease, amilase dan protoase di dalam endospem biji barley.
3. Sitokinin
Hormon tumbuhan turunan adenin berfungsi untuk merangsang pembelahan sel dan
diferensiasi mitosis, disintesis pada ujung akar dan ditranslokasi melalui pembuluh
xylem. Aplikasinya untuk merangsang tumbuhnya tunas pada kultur jaringan atau pada
Etilen, hormon yang berupa gas yang dalam kehidupan tanaman aktif dalam proses
pematangan buah Aplikasi mengandung ethephon, maka kinerja sintetis ethylen
berjalan optimal sehingga tujuan agar buah cepat masak bisa tercapai. (misalnya:
Etephon, Protephon) merk dagang antara lain: Prothephon 480SL.
Struktur kimia etilen sangat sederhana yaitu terdiri dari 2 atom karbon dan 4 atom
hidrogen (H2C=CH2 ).
Auksin dosis tinggi dapat merangsang produksi Etilen. Kelebihan Etilen malah dapat
menghalangi pertumbuhan, menyebabkan gugur daun (daun amputasi), dan bahkan
membunuh tanaman.
Peranan etilen bagi tanaman
Di dalam proses fisiologis, etilen mempunyai peranan penting. Wereing dan Phillips
(1970) telah mengelompokan pengaruh etilen dalam fisiologi tanaman sbb:
a. mendukung respirasi climacteric dan pematangan buah
b. mendukung epinasti
c. menghambat perpanjangan batang (elengation growth) dan akar pada beberapa
species tanaman walaupun etilen ini dapat menstimulasi perpanjangan batang,
coleoptyle dan mesocotyle padatanaman tertentu, misalnya Colletriche dan padi.
d. Menstimulasi perkecambahan
e. Menstimulasi pertumbuhan secara isodiametrical lebih besar
dibandingkan dengan pertumbuhan secara longitudinal
f. Mendukung terbentuknya bulu-bulu akar
g. Mendukung terjadinya abscission pada daun
h. Mendukung proses pembungaan pada nanas
i. Mendukung adanya flower fading dalam persarian anggrek
j. Menghambat transportasi auksin secara basipetal dan lateral
k. Mekanisme timbal balik secara teratur dengan adanya auksin yaitu
konsentrasi auksin yang tinggi menyebabkan terbentuknya etilen.
Tetapi kehadiran etilen menyebabkan rendahnya konsentrasi auksin di dalam jaringan.
Hubungannya dengan konsentrasi auksin, hormon tumbuh ini menentukan
9-hydroxyfluerene-9-carboxylate/IT 3233).
Peranan inhibitor di dalam tanaman a. Asam absisatDi dalam tanaman, Asam absisat
(ABA) menyebar di dalam jaringan. Inhibitor ini mempunyai fungsi atau peranan yang
berlawanan dengan zat pengatur tumbuh: auksin, gibberellin, dan sitokinin.
b. Plant growth retardant
Plant growth retardant adalah inhibitor yang berlawanan dengan kegiatan gibbberellin
pada perpanjangan batang. Hal ini terbukti dari hasil penelitian Lang dkk dengan
menggunakan CCC dan Amo-1618 pada jamur fusarium moniliforme dan tanaman
derajat tinggi. Ternyata bahwa sintesis gibberellin diblokir sehingga gibberellin tersebut
tidak berpengaruh. Sedangkan SADH menghambat diamin oksida (yang berperan
dalam perubahan tryptamine menjadi IAA).
Secara garis besar ternyata inhibitor ini menghambat aktivitas auksin, giberelin dan
sitokinin. ABA sebagai salah satu jenis inhibitor mendukung dormansi, abscission dan
senscence. Sedangkan SADH, CCC, Phosfon-D dan Amo-1618 menghambat
perpanjangan batang (cell elongation). Growth retardant ini aktifasinya berlawanan
dengan gibberellin.
MH (Maleic Hydrazide) sering digunakan sebagai herbisida dalam konsentrasi yang
tinggi. Aktifitas MH ini menghambat aktifitas meristematic, sehingga menghambat
perpanjangan batang.
Begitu pula morphactin dan turunannya, dengan menggunakan konsentrasi yang
tinggi, dapat dipergunakan sebagai pembunuh rumput - rumputan. Peranan bahan
kimia ini adalah menghambat perpanjangan batang dan berfungsi pula untuk
memecahkan tunas.
6. Poliamina
Polyamines mempunyai peranan besar dalam proses genetis yang paling mendasar
seperti sintesis DNA dan ekspresi genetika. Spermine dan spermidine berikatan dengan
rantai phosphate dari asam nukleat. Interaksi ini kebanyakkan didasarkan pada
interaksi ion elektrostatik antara muatan positif kelompok ammonium dari polyamine
dan muatan negatif dari phosphat.
Polyamine adalah kunci dari migrasi sel, perkembangbiakan dan diferensiasi pada
tanaman dan hewan. Level metabolis dari polyamine dan prekursor asam amino adalah
sangat penting untuk dijaga, oleh karena itu biosynthesis dan degradasinya harus diatur
secara ketat.
Polyamine mewakili kelompok hormon pertumbuhan tanaman, namun merekan juga
memberikan efek pada kulit, pertumbuhan rambut, kesuburan, depot lemak, integritas
pankreatis dan pertumbuhan regenerasi dalam mamalia.
Sebagai tambahan, spermine merupakan senyawa penting yang banyakdigunakan
untuk mengendapkan DNA dalam biologi molekuler.
Spermidine menstimulasi aktivitas dari T4 polynucleotida kinase and T7 RNA
polymerase dan ini kemudian digunakan sebagai protokol dalam pemanfaatan enzim.
Beberapa poliamina yang sering ditemukan pada tumbuhan:
DAFTAR PUSTAKA
Anna Kasvaa. 2007. The growth enhancing effects of
triacontanol.htttp://www.carbonkick.fi. Diakses tanggal 17 JUNI 2011.
Isbandi, J. 1983. Pertumbuhan dan perkembangan Tanaman. Fakulas Pertanian UGM.
Yogyakarta.
Nani Sumiati dan Etti Sumiati. 2001. Pengaruh Vernalisasi, Giberelin, dan Auxin
terhadap Pembungaan dan Hasil Biji Bawang Merah. Jurnal Hortikultura (11) 1: 1-8
2001.
Peranan Zat Pengatur Tumbuh (Z PT) Dalam Pertumbuhan dan Perkembangan
Tumbuhan. http://www.iel.ipb.ac.id. Diakses tanggal 17 JUNI 2011