Anda di halaman 1dari 63

FITOHORMON : SITOKININ

Konsep zat pengatur tumbuh diawali dengan konsep hormon tanaman. Hormon tanaman
adalah senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi yang rendah mempengaruhi
proses-proses fisiologis. Proses-proses fisiologis ini terutama tentang proses pertumbuhan,
differensiasi dan perkembangan tanaman. Proses-proses lain seperti pengenalan tanaman,
pembukaan stomata, translokasi dan serapan hara dipengaruhi oleh hormon tanaman. Hormon
tanaman kadang-kadang juga disebut fitohormon, tetapi istilah ini lebih jarang digunakan.
Istilah hormon ini berasal dari bahasa Gerika yang berarti pembawa pesan kimiawi
(Chemical messenger) yang mula-mula dipergunakan pada fisiologi hewan. Dengan
berkembangnya pengetahuan biokimia dan dengan majunya industry kimia maka ditemukan
banyak senyawa-senya-wa yang mempunyai pengaruh fisiologis yang serupa dengan hormon
tanaman. Senyawa-senyawa sintetik ini pada umumnya dikenal dengan nama zat pengatur
tumbuh tanaman (ZPT = Plant Growth Regulator). 3 ciri fitohormon adalah sebagai berikut:

Fitohormon atau hormon tanaman ada-lah senyawa organik bukan nutrisi yang aktif dalam
jumlah kecil (< 1mM) yang disintesis pada bagian tertentu, pada umumnya ditranslokasikan
kebagian lain tanaman dimana senyawa tersebut menghasilkan suatu tanggapan secara biokimia,
fisiologis dan morfologis.

Zat Pengatur Tumbuh adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi rendah (<
1 mM) mendorong, menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.

Inhibitor adalah senyawa organik yang menghambat pertumbuhan secara umum dan tidak ada
selang konsentrasi yang dapat mendorong pertumbuhan. Pertumbuhan, perkembangan, dan
pergerakan tumbuhan dikendalikan beberapa golongan zat yang secara umum dikenal sebagai
hormon tumbuhan atau fitohormon. Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi
fungsi hormon pada hewan; dan, sebagaimana pada hewan, hormon juga dihasilkan dalam
jumlah yang sangat sedikit di dalam sel.
Beberapa ahli berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu
tumbuhan (hormon endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat diganti
dengan pemberian zat-zat tertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan (hormon eksogen,

diberikan dari luar sistem individu). Mereka lebih suka menggunakan istilah zat pengatur
tumbuh (bahasa Inggris plant growth regulator).
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai
prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi
hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai
ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi
dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.
Retardan. Cathey (1975) mendefinisikan retar dan sebagai suatu senyawa organik yang
menghambat perpanjangan batang, meningkatkan warna hijau daun, dan secara tidak langsung
mem-pengaruhi pembungaan tanpa menyebabkan pertumbuhan yang abnormal.
Sinyal kimia interseluler untuk pertama kali ditemukan pada tumbuhan. Konsentrasi
yang sangat rendah dari senyawa kimia tertentu yang diproduksi oleh tanaman dapat memacu
atau menghambat pertumbuhan atau diferensiasi pada berbagai macam sel-sel tumbuhan dan
dapat mengendalikan perkembangan bagian-bagian yang berbeda pada tumbuhan. Dengan
menganalogikan senyawa kimia yang terdapat pada hewan yang disekresi oleh kelenjar ke aliran
darah yang dapat mempengaruhi perkembangan bagian-bagian yang berbeda pada tubuh, sinyal
kimia pada tumbuhan disebut hormon pertumbuhan. Namun, beberapa ilmuwan memberikan
definisi yang lebih terperinci terhadap istilah hormon yaitu senyawa kimia yang disekresi oleh
suatu organ atau jaringan yang dapat mempengaruhi organ atau jaringan lain dengan cara khusus.
Berbeda dengan yang diproduksi oleh hewan senyawa kimia pada tumbuhan sering
mempengaruhi sel-sel yang juga penghasil senyawa tersebut disamping mempengaruhi sel
lainnya, sehingga senyawa-senyawa tersebut disebut dengan zat pengatur tumbuh untuk
membedakannya dengan hormon yang diangkut secara sistemik atau sinyal jarak jauh.

Sitokinin

Sitokinin merupakan ZPT yang mendorong pembelahan (sitokinesis). Beberapa macam


sitokinin merupakan sitokinin alami (misal : kinetin, zeatin) dan beberapa lainnya merupakan
sitokinin sintetik. Sitokinin alami dihasilkan pada jaringan yang tumbuh aktif terutama pada
akar, embrio dan buah. Sitokinin yang diproduksi di akar selanjutnya diangkut oleh xilem
menuju sel-sel target pada batang. Ahli biologi tumbuhan juga menemukan bahwa sitokinin
dapat meningkatkan pembelahan, pertumbuhan dan perkembangan kultur sel tanaman. Sitokinin
juga menunda penuaan daun, bunga dan buah dengan cara mengontrol dengan baik proses
kemunduran yang menyebabkan kematian sel-sel tanaman. Penuaan pada daun melibatkan
penguraian klorofil dan protein-protein, kemudian produk tersebut diangkut oleh floem ke
jaringan meristem atau bagian lain dari tanaman yang membutuhkannya.
Daun kacang jogo (Phaseolus vulgaris) yang ditaruh dalam wadah berair dapat ditunda
penuaannya beberapa hari apabila disemprot dengan sitokinin. Sitokinin juga dapat menghambat
penuaan bunga dan buah. Penyemprotan sitokinin pada bunga potong dilakukan agar bunga
tersebut tetap segar. Sebagian besar tumbuhan memiliki pola pertumbuhan yang kompleks yaitu
tunas lateralnya tumbuh bersamaan dengan tunas terminalnya. Pola pertumbuhan ini merupakan
hasil interaksi antara auksin dan sitokinin dengan perbandingan tertentu.
Sitokinin diproduksi dari akar dan diangkut ke tajuk, sedangkan auksin dihasilkan di
kuncup terminal kemudian diangkut ke bagian bawah tumbuhan. Auksin cenderung menghambat
aktivitas meristem lateral yang letaknya berdekatan dengan meristem apikal sehingga membatasi
pembentukan tunas-tunas cabang dan fenomena ini disebut dominasi apikal. Kuncup aksilar yang
terdapat di bagian bawah tajuk (daerah yang berdekatan dengan akar) biasanya akan tumbuh
memanjang dibandingkan dengan tunas aksilar yang terdapat dekat dengan kuncup terminal. Hal
ini menunjukkan ratio sitokinin terhadap auksin yang lebih tinggi pada bagian bawah tumbuhan.
Interaksi antagonis antara auksin dan sitokinin juga merupakan salah satu cara tumbuhan
dalam mengatur derajat pertumbuhan akar dan tunas, misalnya jumlah akar yang banyak akan
menghasilkan sitokinin dalam jumlah banyak. Peningkatan konsentrasi sitokinin ini akan
menyebabkan sistem tunas membentuk cabang dalam jumlah yang lebih banyak. Interaksi
antagonis ini umumnya juga terjadi di antara ZPT tumbuhan lainnya.

Sejarah Penemuan Sitokinin

1913 Haberlandt

Cairan floem menginduksi pembelahan sel parenkim kentang

Berarti terdapat senyawa yang merangsang pembelahan sel


1921 Haberlandt

Jika ada luka maka ada proses induksi pembelahan sel untuk menutup permukaan yang luka

Senyawa perangsang pembelahan sel diduga merupakan molekul yang kecil


1941 Skoog

Teknologi kultur jaringan tumbuhan mulai berkembang

Apakah sel dapat diikusi untuk tumbuh secara normal sebagai sel bila dikultur secara in vitro ?

Apakah penambahan nutrisi dan zat pengatur tumbuh, auksin, Cukup untuk menginduksi sel
untuk tumbuh secara normal?

Jaringan internodus batang tidak dapat tumbuh pada saat dikultur pada media tanpa ditambah
hormon auksin

Ketika auksin diaplikasikan pada empulur batang tembakau sel membesar tapi tidak
membelah

Senyawa alami apakah yang mengandung senyawa yang dapat merangsang pembelahan sel ??

Ekstrak batang tembakau memberikan pengaruh yang tidak konsisten

Air kelapa, malt, ekstrak yeast, DNA sperma ikan herring yang diotoklaf merangsang
pembelahan sel empulur tembakau
1955-6 Miller et al.

Kinetin(furfurylamino purine) berhasil diidentifikasi dari DNA ikan hering yang diotoklaf
sebagai zat kimia yang dapat merangsang pembelahan sel

Kinetin terbentuk dari reaksi antara adenine dan deoxyribose atau reaksi kompleks yang
melibatkan proses dehidrasi dan rearrangement residu deoxyadenosine

Kinin semula diusulkan sbg nama, ternyata sudah digunakan untuk hormon pd hewan. dipilih
nama cytokinin(Skoog) (sitokinesis = pembelahan sel)

Kinetin jelas terbukti sebagai senyawa yang secara in vivo berperan sebagai sitokinin
1963-64 Letham

Sitokinin pertama kali diisolasi dan diidentifikasi strukturnya dari jagung kernels

karena Letham berasal dari New Zealand, atau karena senyawa ini diisolasi dari Zea maize,
maka diberi nama ZEATIN.

Fungsi dan Manfaat Sitokinin Bagi Organisme asalnya


a. Pengaturan pembelahan sel dan diferensiasi sel
Sitokinin, diproduksi dalam jaringan yang sedang tumbuh aktif, khususnya pada
akar, embrio, dan buah. Sitokinin yang diproduksi di dalam akar, akan sampai ke jaringan yang
dituju, dengan bergerak ke bagian atas tumbuhan di dalam cairan xylem. Bekerja bersama-sama
dengan auksin; sitokinin menstimulasi pembelahan sel dan mempengaruhi lintasan diferensiasi.
Efek sitokinin terhadap pertumbuhan sel di dalam kultur jaringan, memberikan petunjuk tentang
bagaimana jenis hormon ini berfungsi di dalam tumbuhan yang lengkap. Ketika satu potongan
jaringan parenkhim batang dikulturkan tanpa memakai sitokinin, maka selnya itu tumbuh
menjadi besar tetapi tidak membelah. Sitokinin secara mandiri tidak mempunyai efek, akan
tetapi, apabila sitokinin itu ditambahkan bersama-sama dengan auksin, maka sel itu dapat
membelah.
b. Pengaturan Dominansi Apikal
Sitokinin, auksin, dan faktor lainnya berinteraksi dalam mengontrol dominasi apikal,
yaitu suatu kemampuan dari tunas terminal untuk menekan perkembangan tunas aksilar. Sampai
sekarang, hipotesis yang menerangkan regulasi hormonal pada dominansi apikal, yaitu hipotesis
penghambatan secara langsung, menyatakan bahwa auksin dan sitokinin bekerja secara
antagonistis dalam mengatur pertumbuhan tunas aksilari.
Berdasarkan atas pandangan ini, auksin yang ditransportasikan ke bawah tajuk dari tunas
terminal, secara langsung menghambat pertumbuhan tunas aksilari. Hal ini menyebabkan tajuk
tersebut menjadi memanjang dengan mengorbankan percabangan lateral. Sitokinin yang masuk
dari akar ke dalam sistem tajuk tumbuhan, akan melawan kerja auksin, dengan mengisyaratkan
tunas aksilar untuk mulai tumbuh. Jadi rasio auksin dan sitokinin merupakan faktor kritis dalam
mengontrol penghambatan tunas aksilar.
Banyak penelitian yang konsisten dengan hipotesis penghambatan langsung ini. Apabila
tunas terminal yang merupakan sumber auksin utama dihilangkan, maka penghambatan tunas
aksilar juga akan hilang dan tanaman menjadi menyemak. Aplikasi auksin pada permukaan

potongan kecambah yang terpenggal, akan menekan kembali pertumbuhan tunas lateral. Mutan
yang terlalu banyak memproduksi sitokinin, atau tumbuhan yang diberi sitokinin, juga
bertendensi untuk lebih menyemak dibanding yang normal.

Keterangan Gambar :
a) Auksin dari tunas apikal menghambat pertumbuhan tunas aksilar. Hal ini menolong perpanjangan
tunas sumbu utama. Sitokinin, yang ditransportasi dari akar ke atas, berlawanan dengan auksin,
menstimulasi pertumbuhan tunas aksilar. Hal inilah yang menjawab mengapa, pada kebanyakan
tumbuhan, tunas aksilar di dekat ujung tajuk kurang pertumbuhannya dibanding dengan tunas
aksilar yang dekat dengan akar.
b) Apabila tunas apikal dibuang, maka pada tumbuhan yang sama, memungkinkan
tumbuhnya cabang lateral.

Efek Anti Penuaan


Sitokinin, dapat menahan penuaan beberapa organ tumbuhan, dengan menghambat
pemecahan protein, dengan menstimulasi RNA dan sintesis protein, dan dengan memobilisasi
nutrien dari jaringan di sekitarnya. Apabila daun yang dibuang dari suatu tumbuhan dicelupkan
ke dalam larutan sitokinin, maka daun itu akan tetap hijau lebih lama daripada biasanya.
Sitokinin juga memperlambat deteorisasi daun pada tumbuhan utuh. Karena efek anti penuaan

ini, para floris melakukan penyemprotan sitokinin untuk menjaga supaya bunga potong tetap
segar.

Aplikasi untuk Kebutuhan Manusia

Digunakan para floris melakukan penyemprotan sitokinin untuk menjaga supaya bunga potong
tetap segar.

Digunakan para petani tembakau untuk mengatur pertumbuhan tunas pada tembakau

Penyemprotan atau pencelupan sitokinin dapat

memperpanjang umur simpan/display

berbagai sayuran hijau seperti asparagus, brokoli, dan selada.

Sitokinin sintetik benzyladenine banyak dipakai dalam kultur jaringan untuk merangsang
pembelahan sel, meningkatkan percabangan, produksi embrio somatik, dan perbanyakan tunas
adventif.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang B. Santoso. 2010. Cytokinin. Fakultas Pertanian UNRAM.
Intan Ratna Dewi A. 2008. Peranan dan Fungsi Fitohormon bagi Pertumbuhan Tanaman.
Bandung: Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.
Dr. Agus Karyanto. 2008. Pertumbuhan & Perkembangan Tanaman (sitokinin). Jurusan BDP FP
UNILA.

http://indonesiakimia.blogspot.com/2011/05/fitohormon-sitokinin.html
Diposkan oleh Redaksi Kimia Indonesia di 12:57 AM Label: BIOKIMIA

makalah tentang hormon tumbuhan


Hormon Tumbuhan

Hormon (zat tumbuh) adalah suatu senyawa organik yang dibuat pada suatu bagian
tanaman dan kemudian diangkut ke bagian lain, yang konsentrasinya rendah dan
menyebabkan suatu dampak fisiologis. Diferensiasi tanaman juga diatur oleh hormon (yaitu
fithormon). Saat ini dikenal hormon tumbuh seperti auksin, giberelin, sitokinin, asam absisi,
etilen, asam traumalin, dan kalin

Definisi yang dikutip dari Wikipedia bahwa H ormon tumbuhan, atau pernah dikenal juga
dengan fitohormon, adalah sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang
terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil (di bawah
satu milimol per liter, bahkan dapat hanya satu mikromol per liter) mendorong, menghambat,
atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan. Penggunaan
istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan. Namun demikian,
hormon tumbuhan tidak dihasilkan dari suatu kelenjar tertentu (endokrin) sebagaimana pada
hewan, tetapi dihasilkan dari jaringan-jaringan tertentu. Penyebarannya pun tidak harus melalui
pembuluh, karena hormon tumbuhan dapat ditransfer melalui sitoplasma atau ruang antarsel.
Hormon tumbuhan bersifat endogenous ("endogen"), dihasilkan sendiri oleh individu yang
bersangkutan, maupun exogenous ("eksogen"), diberikan dari luar sistem individu. Hormon
eksogen dapat juga merupakan bahan non-alami (sintetik, tidak dibuat dari ekstraksi
tumbuhan). Oleh karena itu, untuk mengakomodasi perbedaan dari hormon hewan, dipakai pula
istilah zat pengatur tumbuh (bahasa Inggris: plant growth regulator/substances) bagi hormon
tumbuhan

Auksin

Merupakan zat tumbuh yang pertama ditemukan. Pengaruh


auksin terutama pada perpanjangan atau pembesaran sel. Sifat dasar auksin yang
mempengaruhi perpanjangan sel ini sering digunakan sebagai pengukur kecepatan

pertumbuhan tanaman. Beberapa respons pertumbuhan dapat ditunjukkan dan


dikendalikan oleh auksin. Fototropisme yang merupakan peristiwa pembengkokan ke arah
cahaya dari kecambah yang sedang tumbuh, dapat didasarkan oleh penyebaran auksin
pada bagaian tersebut yang tidak merata. Pengaruh auksin pada perpanjangan sel
tanaman dapat digambarkan dari hasil-hasil percobaan sebagai berikut. Bila ujung batang
tanaman Avena sativa dipotong, maka pertumbuhan 21 kaleoptil terhambat, akan tetapi bila
ujung batang ini ditempelkan kembali pertumbuhan akan terjadi lagi. Apabila potongan
ujung batang Avena sativa tadi ditaruhkan pada sepotong agar kemudian pada bagian
bawahnya diletakkan potongan lainnya maka pertumbuhan kaleoptil akan terjadi juga.
Auksin dibuat di ujung batang dan merangsang pertumbuhan kaleoptil. Auksin merupakan
istilah umum dari IAA yang mempengaruhi pertumbuhan batang ke atas dan ke bawah,
hormon ini dapat merangsang ataupun menghambat pertumbuhan tanaman tergantung
pada konsentrasinya. Selain itu, konsentrasi auksin yang sama dapat memberikan efek
berlainan pada pertumbuhan batang. pucuk, dan akar. Seperti fototropisme (pertumbuhan
ke arah cahaya), geotropisme (pertumbuhan ke arah bumi). Auksin dibentuk dalam ujung
kaleoptil bergerak ke bawah (basipetal). Auksin berfungsi untuk: - merangsang
perpanjangan sel - merangsang pembentukan bunga dan buah - memperpanjang titik
tumbuh. Senyawa auksin bila terkena matahari akan berubah menjadi senyawa yang justru
akan menghambat pertumbuhan. hal inilah yang menyebabkan batang membelok ke arah
datangnya sinar bila diletakkan mendatar, karena bagian yang tidak terkena sinar
pertumbuhannya lebih cepat dari bagian yang terkena sinar sinar.

Giberelin

Mula-mula zat ini ditemukan pada Giberella fujikuroi, yaitu jenis jamur parasit pada
tanaman padi. Hormon ini ditemukan pertama sekali di Jepang. Bila auksin hanya
merangsang pembesaran sel, maka giberelin merangsang pembelahan sel. Terutama untuk
merangsang pertumbuhan primer. Bedanya dengan auksin adalah bahwa giberelin
mempengaruhi perkecambahan dan mengakhiri masa dorman biji, sedangkan auksin tidak
Giberelin dapat bergerak ke dua arah sedangkan auksin hanya ke satu arah. Giberelin
berfungsi untuk: - menggiatkan pembelahan sel - mempengaruhi pertumbuhan tunas mempengaruhi pertumbuhan akar

Kinin atau sitokinin

Struktur Dasar dari Siyokinin

Hormon ini seperti halnya auksin maka sitokinin juga memberikan efek yang bermacammacam terhadap tanaman. Zat ini mempercepat pembelahan sel, membantu pertumbuhan
tunas dan akar. Sitokinin dapat menghambat proses proses penuaan (senescence). Salah
satu macam sitokinin adalah kinetin yang terdapat dalam air kelapa muda dan dalam ragi.
http://ilmubaru-ada-disini.blogspot.com/2012/11/makalah-tentang-hormontumbuhan.html

http://ilmubaru-ada-http://ilmubaru-adadisini.blogspot.com/2012/11/makalah-tentang-hormontumbuhan.htmldhttp://ilmubaru-ada-disini.blogspot.com/2012/11/makalahtentang-hormon-tumbuhan.htmlisini.blogspot.com/2012/11/mak
http://ilmubaru-ada-http://ilmubaru-adadisini.blogspot.com/2012/11/makalah-tentang-hormontumbuhan.htmldisini.blogspot.com/2012/11/makalah-tentang-hormontumbuhan.html

Hormon Tumbuhan
Posted by theadiokecenter 18 Desember 2012 Tinggalkan Sebuah Komentar
Filed Under Hormon tumbuhan

Hormon tumbuhan, atau fitohormon, adalah sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien),
baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil
mampu mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan

(taksis) tumbuhan. Kadar kecil yang dimaksud berada pada kisaran satu milimol per liter
sampai satu mikromol per liter.
Penggunaan istilah hormon sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan. Namun
demikian, hormon tumbuhan tidak dihasilkan dari suatu jaringan khusus berupa kelenjar buntu
(endokrin) sebagaimana hewan, tetapi dihasilkan dari jaringan non-spesifik (biasanya
meristematik) yang menghasilkan zat ini apabila mendapat rangsang. Penyebaran hormon
tumbuhan tidak harus melalui sistem pembuluh karena hormon tumbuhan dapat ditranslokasi
melalui sitoplasma atau ruang antarsel.
Hormon tumbuhan dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan (endogen). Pemberian
hormon dari luar sistem individu dapat pula dilakukan (eksogen). Pemberian secara eksogen
dapat juga melibatkan bahan kimia non-alami (sintetik, tidak dibuat dari ekstraksi tumbuhan)
yang menimbulkan rangsang yang serupa dengan fitohormon alami. Oleh karena itu, untuk
mengakomodasi perbedaan dari hormon hewan, dipakai pula istilah zat pengatur tumbuh
tumbuhan (bahasa Inggris: plant growth regulator/substances) bagi hormon tumbuhan.

Kelompok hormon
Terdapat ratusan hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh (ZPT) yang dikenal orang, baik
yang endogen maupun yang eksogen. Pengelompokan dilakukan untuk memudahkan
identifikasi, dan didasarkan terutama berdasarkan efek fisiologi yang sama, bukan semata
kemiripan struktur kimia. Pada saat ini dikenal lima kelompok utama hormon tumbuhan, yaitu
auksin (bahasa Inggris: auxins), sitokinin (cytokinins), giberelin (gibberellins, GAs), etilena
(etena, ETH), dan asam absisat (abscisic acid, ABA). Tiga kelompok yang pertama bersifat
positif bagi pertumbuhan pada konsentrasi fisiologis, etilena dapat mendukung maupun
menghambat pertumbuhan, dan asam absisat merupakan penghambat (inhibitor) pertumbuhan.
Selain kelima kelompok itu, dikenal pula kelompok-kelompok lain yang berfungsi sebagai
hormon tumbuhan namun diketahui bekerja untuk beberapa kelompok tumbuhan atau merupakan
hormon sintetik, seperti brasinosteroid, asam jasmonat, asam salisilat, dan poliamina. Beberapa
senyawa sintetik berperan sebagai inhibitor (penghambat perkembangan).
Auksin
Ada 9 auksin indol, 14 sitokinin, 52 giberelin, tiga asam absisat, dan satu etilena yang dihasilkan
secara alami dan telah diekstraksi orang[1]. ZPT sintetik ada yang memiliki fungsi sama dengan
ZPT alami, meskipun secara struktural berbeda. Dalam praktik, seringkali ZPT sintetik (buatan
manusia) lebih efektif atau lebih murah bila diaplikasikan untuk kepentingan usaha tani daripada
ekstraksi ZPT alami.

Auksin dicirikan sebagai substansi yang merangsang pembelokan ke arah cahaya (fotonasti)
pada bioassay terhadap koleoptil haver (Avena sativa) pada suatu kisaran konsentrasi.
Kebanyakan auksin alami memiliki gugus indol. Auksin sintetik memiliki struktur yang berbedabeda. Beberapa auksin alami adalah asam indolasetat (IAA) dan asam indolbutirat (IBA). Auksin
sintetik (dibuat oleh manusia) banyak macamnya, yang umum dikenal adalah asam naftalenasetat
(NAA), asam beta-naftoksiasetat (BNOA), asam 2,4-diklorofenoksiasetat (2,4-D), dan asam 4klorofenoksiasetat (4-CPA). 2,4-D juga dikenal sebagai herbisida pada konsentrasi yang jauh
lebih tinggi.
Sitokinin
Golongan sitokinin, sesuai namanya, merangsang atau terlibat dalam pembelahan sel (cytokinin
berarti terkait dengan pembelahan sel). Senyawa dari golongan ini yang pertama ditemukan
adalah kinetin. Kinetin diekstrak pertama kali dari cairan sperma ikan hering, namun kemudian
diketahui ditemukan pada tumbuhan dan manusia. Selanjutnya, orang menemukan pula zeatin,
yang diekstrak dari bulir jagung yang belum masak. Zeatin juga diketahui merupakan komponen
aktif utama pada air kelapa, yang dikenal memiliki kemampuan mendorong pembelahan sel.
Sitokinin alami lain misalnya adalah 2iP.
Sitokinin alami merupakan turunan dari purin. Sitokinin sintetik kebanyakan dibuat dari turunan
purin pula, seperti N6-benziladenin (N6-BA) dan 6-benzilamino-9-(2-tetrahidropiranil-9H-purin)
(PBA).
Giberelin atau asam giberelat
Golongan ini merupakan golongan yang secara struktur paling bermiripan, dan diberi nama
dengan nomor urut penemuan atau pembuatannya. Senyawa pertama yang ditemukan memiliki
efek fisiologi adalah GA3 (asam giberelat 3). GA3 merupakan substansi yang diketahui
menyebabkan pertumbuhan membesar pada padi yang terserang fungi Gibberella fujikuroi.
Gas Etilen/etilena/etena
Zat pengatur tumbuh ini adalah satu-satunya yang hanya terdiri dari satu substansi saja, yaitu
etena, dan berwujud gas pada suhu dan tekanan ruangan (ambien). Peran senyawa ini sebagai
perangsang pemasakan buah telah diketahui sejak lama meskipun orang hanya tahu dari praktek
tanpa mengetahui penyebabnya. Pemeraman merupakan tindakan menaikkan konsentrasi etilena
di sekitar jaringan buah untuk mempercepat pemasakan buah. Pengarbitan adalah tindakan
pembentukan asetilena (etuna atau gas karbid); yang di udara sebagian akan tereduksi oleh gas
hidrogen menjadi etilena.

Berbagai substansi dibuat orang sebagai senyawa pembentuk etilena, seperti ethephon (asam 2kloroetil-fosfonat, diperdagangkan dengan nama Ethrel) dan beta-hidroksil-etilhidrazina (BOH).
Senyawa BOH bahkan juga dapat memicu pembentukan bunga pada nanas. Kalium nitrat
diketahui juga merangsang pemasakan buah, barangkali dengan merangsang pembentukan
etilena secara endogen.
Inhibitor
Inhibitor alami adalah asam absisat atau ABA. ABA selanjutnya dapat diproses menjadi bentuk
tidak aktif yang disebut sebagai metabolit ABA. Berbagai senyawa sintetik dibuat dan
diperdagangkan untuk menghambat atau menunda proses metabolisme, seperti MH, (2-kloroetil)
amonium klorida (CCC, merek dagang Cycocel dan Chlormequat), SADH, ancymidol, asam
triiodobenzoat (TIBA), dan morphactin.
Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan hasil pertanian
dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetik yang memiliki pengaruh yang sama dengan
fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup pengamanan
hasil (seperti penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap lingkungan
yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk (misalnya
dalam teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam
aplikasi etilena untuk penyeragaman pembungaan tanaman buah musiman), untuk menyebut
beberapa contohnya.

http://theadiokecenter.wordpress.com/2012/12/18/hormon-tumbuhan/

HORMON TANAMAN (JENIS DAN FUNGSI)


18 Juli 2013 pukul 23:49
HORMON TUMBUHAN ATAU ZPT (ZAT PENGATUR TUMBUH) HORMON
TUMBUHANHormon tumbuhan atau sering disebut fitohormon merupakan sekumpulan
senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun buatan, yang
dalam kadar sangat kecil mampu menimbulkan tanggapan secara biokimia, fisiologis dan

morfologis untuk mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan


pergerakan (taksis) tumbuhan. "Kadar kecil" yang dimaksud berada pada kisaran satu milimol
per liter sampai satu mikromol per liter. Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan
analogi fungsi hormon pada hewan. Namun demikian, hormon tumbuhan tidak dihasilkan dari
suatu jaringan khusus berupa kelenjar buntu (endokrin) sebagaimana hewan, tetapi dihasilkan
dari jaringan non-spesifik (biasanya meristematik) yang menghasilkan zat ini apabila mendapat
rangsang. Penyebaran hormon tumbuhan tidak harus melalui sistem pembuluh karena hormon
tumbuhan dapat ditranslokasi melalui sitoplasma atau ruang antarsel. Hormon tumbuhan
dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan ("endogen"). Rangsangan lingkungan
memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat
tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi. Dari sudut pandang evolusi
hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan
untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya. Pemberian hormon dari luar sistem
individu ("eksogen") dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia non-alami (sintetik,
tidak dibuat dari ekstraksi tumbuhan) yang menimbulkan rangsang yang serupa dengan
fitohormon alami. Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses pengaturan genetik dan
berfungsi sebagai prekursor. Oleh karena itu, untuk mengakomodasi perbedaan dari hormon
hewan, dipakai pula istilah zat pengatur tumbuh tumbuhan (bahasa Inggris: plant growth
regulator/substances) bagi hormon tumbuhan. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, ZPT banyak digunakan dalam pertanian modern untuk meningktkan kualitas serta
kuantitas produk. Beberapa fungsi ZPT diantaranya ialah : AUKSINAuksin adalah zat hormon
tumbuhan yang ditemukan pada ujung batang, akar, dan bunga yang berfungsi untuk sebagai
pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung.
Auksin berperan penting dalam pertumbuhan. Peran auksin pertama kali ditemukan oleh
ilmuwan Belanda bernama Fritz Went (1903-1990). Fungsi dari hormon auksin ini dalah
membantu proses pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang,
mempercepat perkecambahan, membantu proses pembelahan sel, mempercepat pemasakan buah,
mengurangi jumlah biji dalam buah. Kerja hormon auksin ini sinergis dengan hormon sitokinin
dan hormon giberelin. Tumbuhan yang pada salah satu sisinya disinari oleh matahari maka
pertumbuhannya akan lambat karena kerja auksin dihambat oleh matahari tetapi sisi tumbuhan
yang tidak disinari oleh cahaya matahari pertumbuhannya sangat cepat karena kerja auksin tidak

dihambat. Sehingga hal ini akan menyebabkan ujung tanaman tersebut cenderung mengikuti arah
sinar matahari atau yang disebut dengan fototropisme. Untuk membedakan tanaman yang
memiliki hormon dalam jumlah banyak atau sedikit kita harus mengetahui bentuk anatomi dan
fisiologi tanaman. Untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang gelap pertumbuhannya sangat
cepat tetapi tekstur dari batangnya sangat lemah dengan warna cenderung pucat kekuningan. Hal
ini disebabkan karena kerja hormon auksin tidak dihambat oleh sinar matahari. Sedangkan untuk
tanaman yang diletakkan ditempat yang terang tingkat pertumbuhannya sedikit lebih lambat
dibandingkan dengan tanaman yang diletakkan ditempat gelap, tetapi tekstur batangnya sangat
kuat dan juga warnanya segar kehijauan, hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin
dihambat oleh sinar matahari. Cara kerja hormon Auksin adalah menginisiasi pemanjangan sel
dan juga memacu protein tertentu yg ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion
H+ ke dinding sel. Ion H+ mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan
silang hidrogen dengan rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian
memanjang akibat air yg masuk secara osmosis. Auksin merupakan salah satu hormon tanaman
yang banyak mempengaruhi proses fisiologi, seperti pertumbuhan, pembelahan dan diferensiasi
sel serta sintesa protein (Darnell, dkk., 1986). Auksin diproduksi dalam jaringan meristimatik
yang aktif (yaitu tunas , daun muda dan buah) (Gardner, dkk., 1991). Kemudian auxin menyebar
luas dalam seluruh tubuh tanaman, penyebarluasannya dengan arah dari atas ke bawah hingga
titik tumbuh akar, melalui jaringan pembuluh tapis (floom) atau jaringan parenkhim
(Rismunandar, 1988). Auksin atau dikenal juga dengan IAA (Asam Indolasetat) yaitu sebagai
auxin utama pada tanaman, dibiosintesis dari asam amino prekursor triptopan, dengan hasil
perantara sejumlah substansi yang secara alami mirip auxin (analog) tetapi mempunyai aktifitas
lebih kecil dari IAA seperti IAN (Indolaseto nitril), TpyA (Asam Indolpiruvat) dan IAAld
(Indolasetatdehid). Proses biosintesis auxin dibantu oleh enzim IAA-oksidase (Gardner, dkk.,
1991). Auksin pertama kali diisolasi pada tahun 1928 dari biji-bijian dan tepung sari bunga yang
tidak aktif, dari hasil isolasi didapatkan rumus kimia auksin (IAA = Asam Indolasetat) atau
C10H9O2N. Setelah ditemukan rumus kimia auksin, maka terbuka jalan untuk menciptakan
jenis auksin sintetis seperti Hidrazil atau 2, 4 - D (asam -Nattalenasetat), Bonvel Da2, 4 Diklorofenolsiasetat), NAA (asam (asam 3, 6 - Dikloro - O - anisat/dikambo), Amiben atau
Kloramben (Asam 3 - amino 2, 5 diklorobenzoat) dan Pikloram/Tordon (asam 4 amino 3, 5,
6 trikloro pikonat). Fungsi Auksin dalam pertumbuhan tanaman

Perkecambahan biji. Auksin akan mematahkan dormansi biji dan akan merangsang proses
perkecambahan biji. Perendaman biji/benih dengan Auksin juga akan membantu menaikkan
kuantitas hasil panen.
Pembentukkan akar. Auksin akan memacu proses terbentuknya akar serta pertumbuhan akar
dengan lebih baik.
Pembungaan dan pembuahan. Auksin akan merangsang dan mempertinggi prosentase timbulnya
bunga dan buah.
Mendorong Partenokarpi. Partenokarpi adalah suatu kondisi dimana tanaman berbuah tanpa
fertilisasi atau penyerbukan sehingga dapat menghasilkan buah tanpa biji.
Mengurangi gugurnya buah sebelum waktunya.
Memecah dormansi pucuk / apikal, yaitu suatu kondisi dimana pucuk tanaman atau akar tidak
mau berkembang.
Auksin dicirikan sebagai substansi yang merangsang pembelokan ke arah cahaya (fotonasti)
pada bioassay terhadap koleoptil haver (Avena sativa) pada suatu kisaran konsentrasi.
Kebanyakan auksin alami memiliki gugus indol. Auksin sintetik memiliki struktur yang berbedabeda. Beberapa auksin alami adalah asam indolasetat (IAA) dan asam indolbutirat (IBA). Auksin
sintetik (dibuat oleh manusia) banyak macamnya, yang umum dikenal adalah asam naftalenasetat
(NAA), asam beta-naftoksiasetat (BNOA), asam 2,4-diklorofenoksiasetat (2,4-D), dan asam 4klorofenoksiasetat (4-CPA). 2,4-D juga dikenal sebagai herbisida pada konsentrasi yang jauh
lebih tinggi. SITOKININGolongan sitokinin, sesuai namanya, merangsang atau terlibat dalam
pembelahan sel (cytokinin berarti "terkait dengan pembelahan sel"). Senyawa dari golongan ini
yang pertama ditemukan adalah kinetin. Kinetin diekstrak pertama kali dari cairan sperma
burung bangkai, namun kemudian diketahui ditemukan pada tumbuhan dan manusia.
Selanjutnya, orang menemukan pula zeatin, yang diekstrak dari bulir jagung yang belum masak.
Zeatin juga diketahui merupakan komponen aktif utama pada air kelapa, yang dikenal memiliki
kemampuan mendorong pembelahan sel. Sitokinin alami lain misalnya adalah 2iP. Sitokinin
alami merupakan turunan dari purin. Sitokinin sintetik kebanyakan dibuat dari turunan purin
pula, seperti N6-benziladenin (N6-BA) dan 6-benzilamino-9-(2-tetrahidropiranil-9H-purin)
(PBA). Fungsi Sitokinin dalam pertumbuhan tanaman

Pembelahan sel dan pembesaran sel. Sitokinin memegang peranan penting dalam proses
pembelahan dan pembesaran sel, sehingga akan memacu kecepatan pertumbuhan tanaman.
Pematahan Dormansi biji. Sitokinin berfungsi untuk memecah dormansi pada biji-bijian
tanaman.
Pembentukkan tunas-tunas baru, turut dipacu dengan penggunaan Sitokinin.
Penundaan penuaan atau kerusakan pada hasil panenan sehingga lebih awet.
Menaikkan tingkat mobilitas unsur-unsur dalam tanaman.
Sintesis pembentukkan protein akan meningkat dengan pemberian Sitokinin.
GIBERELINGolongan ini merupakan golongan yang secara struktur paling bermiripan, dan
diberi nama dengan nomor urut penemuan atau pembuatannya. Senyawa pertama yang
ditemukan memiliki efek fisiologi adalah GA3 (asam giberelat 3). Giberelin (GA) merupakan
hormon yang dapat ditemukan pada hampir semua siklus hidup tanaman. Hormon ini
mempengaruhi perkecambahan biji, perpanjangan batang, induksi bunga, pengembangan anter,
perkembangan biji dan pertumbuhan pericarp. Selain itu, hormon ini juga berperan dalam respon
menanggapi rangsangan berkaitan dengan mekanisme biosntesis GA. Giberelin pada tumbuhan
dapat ditemukan dalam dua fase utama yaitu giberelin aktif (GA Bioaktif) dan giberelin nonaktif.
Giberelin yang aktif secara biologis (GA bioaktif) mengontrol beragam aspek pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, termasuk perkecambahan biji, perpanjangan batang, pembesaran daun
dan bunga serta pengembangan benih. Hingga tahun 2008 terdapat lebih lebih dari seratus GA
telah diidentifikasi dari tanaman dan hanya sejumlah kecil dari mereka, seperti GA1 dan GA4,
diperkirakan berfungsi sebagai bioaktif hormon. Giberelin pertama kali dikenal pada tahun 1926
oleh seorang ilmuwan Jepang, Eiichi Kurosawa, yang meneliti tentang penyakit padi "bakanae" .
Hormon ini pertama kali diisolasi pada tahun 1935 oleh Teijiro Yabuta, dari strain jamur
(Gibberella fujikuroi). oleh Kurosawa Yabuta disebut isolat giberelin. Giberelin merupakan
hormon yang mempercepat perkecambahan biji, pertumbuhan tunas, pemanjangan batang,
pertumbuhan daun, merangsang pembungaan, perkembangan buah, mempengaruhi pertumbuhan
dan deferensiasi akar (Campbell, 2005). Giberelin bukan hanya memacu pemanjangan batang
saja, tapi juga pertumbuhan seluruh tumbuhan, termasuk daun dan akar. Bila giberelin diberikan
di bawah tajuk, peningkatan pembelahan sel dan pertumbuhan sel tampak mengarah kepada

pemanjangan batang dan, pada beberapa spesies, perkembangan daunnya berlangsung lebih
cepat, sehingga meningkatkan proses fotosintesis (Salisbury dan Ross, 1995). Fungsi Fisiologis
GiberelinFungsi giberelin pada tanaman sangat banyak dan tergantung pada jenis giberelin yang
ada di dalam tanaman tersebut. Beberapa proses fisiologi yang dirangsang oleh giberelin antara
lain adalah seperti di bawah ini(Davies, 1995; Mauseth, 1991; Raven, 1992; Salisbury dan Ross,
1992).
Memecah dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh
normal (tidak kerdil) dengan cara mempercepat proses pembelahan sel.
Meningkatkan pembungaan.
Memacu proses perkecambahan biji. Salah satu efek giberelin adalah mendorong terjadinya
sintesis enzim dalam biji seperti amilase, protease dan lipase dimana enzim tersebut akan
merombak dinding sel endosperm biji dan menghidrolisis pati dan protein yang akan
memberikan energi bagi perkembangan embrio diantaranya adalah radikula yang akan
mendobrak endosperm, kulit biji atau kulit buah yang membatasi pertumbuhan/perkecambahan
biji sehingga biji berkecambah.
Berperan pada pemanjangan sel.
Berperan pada proses partenokarpi. pada beberapa kasus pembentukan buah dapat terjadi tanpa
adanya fertilisasi atau pembuahan, proses ini dinamai partenokarpi.
Dapat menghambat penundaan penuaan daun dan buah.
Menyembuhkan Genetik Dwarsfism.
Penjelasan singkat dari masing-masing fungsi fisiologis tersebut. PembungaanPeranan giberelin
terhadap pembungaan telah dibuktikan oleh banyak penelitian. Misalnya penelitian yang
dilakukan oleh Henny (1981), pemberian GA3 pada tanaman Spathiphyllum mauna. Ternyata
pemberian GA3 meningkatkan pembungaan setelah beberapa minggu perlakuan. Genetik
DwarsfismGenetik Dwarsfism adalah suatu gejala kerdil yang disebabkan oleh adanya mutasi
genetik. Penyemprotan giberelin pada tanaman yang kerdil bisa mengubah tanaman kerdil
menjadi tinggi. Sel-sel pada tanaman kerdil mengalami perpanjangan (elongation) karena
pengaruh giberelin. Giberelin mendukung perkembangan dinding sel menjadi memanjang.
Penelitian lain juga menemukan bahwa pemberian giberelin merangsang pembentukan enzim

proteolitik yang akan membebaskan tryptophan (senyawa asal auksin). Hal ini menjelaskan
fonomena peningkatan kandungan auksin karena pemberian giberelin. Pematangan BuahProses
pematangan ditandai dengan perubahan tekture, warna, rasa, dan aroma. Pemberian giberelin
dapat memperlambat pematangan buah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aplikasi
giberelin pada buah tomat dapat memperlambat pematangan buah. Pengaruh ini juga terlihat
pada buah pisang matang yang diberi aplikasi giberelin. PerkecambahanBiji/benih tanaman
terdiri dari embrio dan endosperm. Di dalam endoperm terdapat pati yang dikelilingi oleh lapisan
yang dinamakan aleuron. Pertumbuhan embrio tergantung pada ketersediaan nutrisi untuk
tumbuh. Giberelin meningkatkan/merangsang aktivitas enzim amilase yang akan merubah pati
menjadi gula sehingga dapat dimanfaatkan oleh embrio. Stimulasi aktivitas kambium dan
xylemBeberapa penelitian membuktikan bahwa aplikasi giberelin mempengaruhi aktivitas
kambium dan xylem. Pemberian giberelin memicu terjadinya differensiasi xylem pada pucuk
tanaman. Kombinasi pemberian giberelin + auksin menunjukkan pengaruh sinergistik pada
xylem. sedangkan pemberian auksin saja tidak memberikan pengaruh pad xylem.
DormansiDormansi dapat diistilahkan sebagai masa istirahan pada tanaman. Proses dormansi
merupakan proses yang komplek dan dipengaruhi banyak faktor. Penelitian yang dilakukan oleh
Warner menunjukkan bahwa aplikasi giberelin menstimulasi sintesis ribonuklease, amulase, dan
proteasi pada endosperm biji. Fase akhir dormansi adalah fase perkecambahan, giberelin
perperan dalam fase perkecambahan ini seperti yang telah dijelaskan di atas. Gas
ETILEN/ETILENA/ETENAZat pengatur tumbuh ini adalah satu-satunya yang hanya terdiri dari
satu substansi saja, yaitu etena, dan berwujud gas pada suhu dan tekanan ruangan (ambien).
Etena atau etilena adalah senyawa alkena paling sederhana yang terdiri dari empat atom hidrogen
dan dua atom karbon yang terhubungkan oleh suatu ikatan rangkap. Karena ikatan rangkap ini,
etena disebut pula hidrokarbon tak jenuh atau olefin. Pada suhu kamar, molekul etena tidak dapat
berputar pada ikatan rangkapnya sehingga semua atom pembentuknya berada pada bidang yang
sama. Sudut yang dibentuk oleh dua ikatan karbon-hidrogen pada molekul adalah 117, sangat
dekat dengan sudut 120 yang diperkirakan berdasarkan hibridisasi ideal sp2. Etena digunakan
terutama sebagai senyawa antara pada produksi senyawa kimia lain seperti plastik. Etena juga
dibentuk secara alami oleh tumbuhan dan berperan sebagai hormon. Ia diketahui terutama
merangsang pematangan buah dan pembukaan kuncup bunga. Peran senyawa ini sebagai
perangsang pemasakan buah telah diketahui sejak lama meskipun orang hanya tahu dari praktek

tanpa mengetahui penyebabnya. Pemeraman merupakan tindakan menaikkan konsentrasi etilena


di sekitar jaringan buah untuk mempercepat pemasakan buah. Pengarbitan adalah tindakan
pembentukan asetilena (etuna atau gas karbid); yang di udara sebagian akan tereduksi oleh gas
hidrogen menjadi etilena. Berbagai substansi dibuat sebagai senyawa pembentuk etilena, seperti
ethephon (asam 2-kloroetil-fosfonat, diperdagangkan dengan nama Ethrel) dan beta-hidroksiletilhidrazina (BOH). Senyawa BOH bahkan juga dapat memicu pembentukan bunga pada nanas.
Kalium nitrat diketahui juga merangsang pemasakan buah, barangkali dengan merangsang
pembentukan etilena secara endogen. TRIAKONTANOLTriakontanol (TRIA) adalah alkohol
primer jenuh yang terdiri dari 30 karbon dan pertama kali diisolasi dari tajuk (bagian pohon di
batang) alfalfa. Senyawa tersebut sangat tak larut dalam air (kurang dari 2x10-16M atau 9x10-14
g/l) dan dalam bentuk suspensi koloid meningkatkan secara nyata pertumbuhan tanaman jagung,
tomat dan padi, bila disemprotkan pada daun kecambah pada konsentrasi rendah. Mekanisme
kerja triakontanol belum sepenuhnya diketahui, tetapi zat tersebut potensial untuk meningkatkan
hasil tanaman. Triakontanol telah terdaftar pada tahun 1991 di badan perlindungan lingkungan
Amerika atau Environmental Protection Agency (EPA) dengan fungsi meningkatkan rasio
gula:asam pada tanaman jeruk. Triakontanol telah digunakan secara komersial pada jutaan
hektar tanah untuk meningkatkan produksi pertanian khususnya di Cina, India, Ceylon, dan
Indonesia. Triakontanol juga dapat meningkatkan produksi teh (Camellia sinensi L.).
INHIBITORInhibitor adalah zat yang menghambat atau menurunkan laju reaksi kimia. Sifat
inhibitor berlawanan dengan katalis, yang mempercepat laju reaksi. Inhibitor alami adalah asam
absisat atau ABA. Asam absisat adalah molekul seskuiterpenoid (memiliki 15 atom karbon) yang
merupakan salah satu hormon tumbuhan. Selain dihasilkan secara alami oleh tumbuhan, hormon
ini juga dihasilkan oleh alga hijau dan cendawan. Hormon ini ditemukan pada tahun 1963 oleh
Frederick Addicott. Addicott berhasil mengisolasi senyawa abscisin I dan II dari tumbuhan
kapas. Senyawa abscisin II kelak disebut dengan asam absisat, disingkat ABA. Pada saat yang
bersamaan, dua kelompok peneliti lain yang masing-masing dipimpin oleh Philip Wareing dan
Van Steveninck juga melakukan penelitian terhadap hormon tersebut. ABA selanjutnya dapat
diproses menjadi bentuk tidak aktif yang disebut sebagai metabolit ABA. Berbagai senyawa
sintetik dibuat dan diperdagangkan untuk menghambat atau menunda proses metabolisme,
seperti MH, (2-kloroetil) amonium klorida (CCC, merek dagang Cycocel dan Chlormequat),
SADH, ancymidol, asam triiodobenzoat (TIBA), dan morphactin. PACLOBUTRAZOL (biasa d

gunakan pembesaran Buah)Paclobutrazol adalah salah satu penghambat biosistesis giberelin,


yang digunakan pada pengurangan ukuran pohon, peningkatan produksi kuncup bunga, dan
peningkatan panenan buah (Edgerton, 1985; Steffens dan Wang, 1985; Tukey, 1985; Bargioni
dkk, 1986; Webster dkk, 1986; Embree dkk, 1987

. Hormon

Hormon merupakan salah satu senyawa karbon yang dihasilkan oleh kelenjar
tubuh. Hormon sintetik telah berhasil dikembangkan. Hormon sintetik
digunakan untuk menghasilkan hormon ketika kelenjar pasien yang
memproduksi hormon telah rusak, misalnya akibat pembedahan
atau kelenjar tidak dapat berfungsi secara normal.

Hormon dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu golongan


peptida dan golongan steroid. Golongan peptida terdiri atas molekul-molekul
asam amino yang larut dalam air, misalnya insulin. Steroid merupakan
molekul besar yang dihasilkan dari kolesterol. Hormon ini lebih larut dalam
lemak daripada di dalam air. Contoh hormon ini yaitu kortison.

1) Hormon Insulin

Insulin adalah sejenis hormon yang berperan mengendalikan keseimbangan


glukosa dalam darah. Insulin dihasilkan oleh sel pankreas. Hormon insulin
membiarkan sel tubuh menggunakan glukosa dalam darah. Tanpa insulin,
konsentrasi glukosa dalam darah akan meningkat. Jika hal ini dibiarkan maka
glukosa akan ditemukan dalam air seni.

Keadaan ini dinamakan penyakit diabetes mellitus. Pengobatan penyakit ini


dilakukan dengan menyuntikkan insulin ke dalam tubuh. Akan tetapi, jika
insulin berada pada konsentrasi yang tinggi dalam darah maka kadar
gula dalam darah akan menjadi telampau rendah. Jika ini terjadi,
dapat menyebabkan keadaan hipoglikemia. Gejalanya, pasien akan
berkeringat, lemah, dan kabur penglihatan.

2) Kortison

Kortison merupakan salah satu obat steroid. Pada mulanya hormon ini
diperoleh dari korteks kelenjar adrenal. Pada 1946, pakar kimia telah berhasil
menyintesis kortison dari empedu. Kortison biasanya digunakan untuk
mengobati penyakit rheumatoid arthritis. Penyakit ini mengakibatkan
persendian tulang menjadi bengkak, sakit, dan kejang-kejang. Kortison juga
digunakan mengobati penyakit radang paru-paru, bengkak, asma, dan
penyakit kulit yang disebabkan alergi.

Rangkuman :

1. Tujuan ilmu Kimia adalah untuk menemukan dan mengembangkan


material baru yang berguna bagi manusia, sebagai upaya untuk
meningkatkan taraf hidup manusia ke arah yang lebih mudah,
praktis, cepat, dan instan.
2. Material baru yang sudah dan masih terus dikembangkan adalah
kristal cair, polimer, keramik, dan film tipis.
3. Material baru yang sedang dalam pengembangan dengan aplikasi saat
ini masih terbatas adalah nanomaterial dan biomaterial.
4. Pupuk dan pestisida adalah zat kimia yang digunakan untuk tujuan
peningkatan hasil produksi pertanian.
5. Pupuk buatan adalah zat kimia yang mengandung unsur N, P, dan K
atau perpaduannya.
6. Membunuh hama seperti serangga, jamur, rodensia, dan tumbuhan
pengganggu. Jenis senyawa pestisida terdiri atas senyawa yang
mengandung klor, fosfor dan senyawa karbamat.
7. Dalam makanan olahan ditambahkan zat aditif yang berfungsi sebagai
pemanis, pengawet, pewarna, pemberi aroma dan citarasa,
penggempal/pengeras.
8. Pada umumnya, obat-obatan yang diproduksi dapat dikelompokkan ke
dalam obat analgesik, antibiotik, psikiatrik, dan hormon.

Sumber : http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/01/ilmu-kimiaterapan-pengertian-contoh-artikel-makalah.html#ixzz2ltubrcOd

PERANAN HORMON TUMBUH DALAM MEMACU PERTUMBUHAN ALGAE


I. PENDAHULUAN
Tumbuh-tumbuhan yang dikembangkan dibidang perikanan adalah dari golongan
thallophyta (tumbuh-tumbuhan tingkat rendah) yaitu sub divisi algae, seperti fitoplankton dan
rumput laut. Fitoplankton dimanfaatkan sebagai pakan alami bagi budidaya ikan dan udang.
Menurut Burgess (1984), jenis pakan alami yang populer dan cocok untuk pakan ikan
terutama udang pada stadia awal adalah jenis fitoplankton seperti Skelotonema costatum,
Chaetocerussp., tetraselmis sp. Hal ini disebabkan algae tersebut mempunyai ukuran yang
kecil dan sesuai dengan bukaan mulut larva udang yang baru habis kuning telurnya.
Sedangkan rumput laut adalah komoditi andalan dibidang perikanan, karena
merupakan bahan baku makanan, kosmetik, tekstil dan obat-obatan. Jenis rumput laut yang
dibudidayakan seperti : Gracillaria sp., Eucheuma sp.,Posidonia sp., Pterocladida sp.
(Brotowidjoyo, dkk., 1995).
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuh-tumbuhan berlangsung secara terus menerus
sepanjang daur hidupnya, tergantung pada tersediannya meristem, hasil asimilasi, hormon dan
substansi pertumbuhan lainnya serta lingkungan yang mendukung (Gardner, dkk., 1991).
Sehubungan dengan hal ini berbagai usaha telah dilakukan dalam upaya meningkatkan
pertumbuhan algae, baik metode budidaya, maupun penambahan berbagai substansi
pertumbuhan. Salah satunya penggunaan hormon tumbuh untuk meningkatkan kepadatan
populasi pakan alami maupun pertumbuhan rumput laut.
I. HORMON PEMACU PERTUMBUHAN
2.1. Hormon Tumbuh
Hormon berasal dari bahasa Yunani yaituHormoein yang berarti menggiatkan, atau suatu
substansi yang disintesis pada suatu organ yang pada gilirannya merangsang terjadinya
respons pada organ yang lain (Gardner, dkk., 1991). Sedangkan menurut Lingga (1986),
hormon itu berarti pembawa atau pembangkit. Jadi hormon merupakan zat yang berfungsi
sebagai pengatur yang dapat mempengaruhi jaringan-jaringan berbagai organ maupun sistem
organ.

Hormon yang membantu pertumbuhan pada tanaman dikenal dengan fitohormon atau
substansi pertumbuhan tanaman atau pengatur pertumbuhan tanaman (plant growth regulators
= PGRs) (Gardner, dkk., 1991). Fitohormon adalah senyawa organik bukan hara yang
dihasilkan oleh tanaman yang dalam konsentrasi tertentu dapat mendukung atau menghambat
pembelahan sel serta berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Abidin,
1986).
Konsep bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman diatur oleh suatu substansi
yang dihasilkan dalam jumlah sangat sedikit, dalam suatu organ yang menyebabkan suatu
respon pada organ yang lain, pertama kali diajukan oleh Julius von Sachss, bapak Fisiologi
Tumbuhan, pada pertengahan abad ke-19. Pengamatannya dikuatkan lagi oleh Charles
Darwin pada tahun 1880 dalam eksperimennya tentang pengaruh cahaya dan gaya tarik bumi
terhadap pertumbuhan tanaman, Darwin mengamati bahwa kecambah rumput kenari
membengkok kearah sumber cahaya (fototropisme) kecuali bila pucuk kecambah tersebut
dibungkus dengan kertas timah yang tidak tembus cahaya. Dia menyimpulkan bahwa
rangsangan cahaya ditanggapi oleh bagian ujung batang (koleoptil), tepai responsnya terjadi
pada jaringan yang lebih bawah atau lebih basal (Gardner, dkk., 1991).
2.2. Jenis Hormon Tumbuh
Hormon tumbuh terdiri dari tiga group senyawa, yaitu : auxin, giberilin dan sitokonin
(Heddy, 1986). Selain itu diduga masih ada senyawa lainnya yang mempunyai aktivitas yang
sama seperti kelompok senyawa di atas, tetapi dengan konsentrasi dan peranan yang kecil
dalam fungsi fisiologis tumbuhan.
2.2.1. Auxin
Auxin merupakan salah satu hormon tanaman yang dapat meregulasi banyak proses
fisiologi, seperti pertumbuhan, pembelahan dan diferensiasi sel serta sintesa protein
(Darnell, dkk.,1986).
Auxin diproduksi dalam jaringan meristimatik yang aktif (yaitu tunas , daun muda dan
buah) (Gardner, dkk., 1991). Kemudian auxin menyebar luas dalam seluruh tubuh tanaman,
penyebarluasannya dengan arah dari atas ke bawah hingga titik tumbuh akar, melalui jaringan
pembuluh tapis (floom) atau jaringan parenkhim (Rismunandar, 1988).

Auxin atau dikenal juga dengan IAA = Asam Indolasetat (yaitu sebagai auxin utama
pada tanaman), dibiosintesis dari asam amino prekursor triptopan, dengan hasil perantara
sejumlah substansi yang secara alami mirip auxin (analog) tetapi mempunyai aktifitas lebih
kecil dari IAA seperti IAN = Indolaseto nitril,TpyA = Asam Indolpiruvat dan IAAld =
Indolasetatdehid. Proses biosintesis auxin dibantu oleh enzim IAA-oksidase (Gardner, dkk.,
1991).
Auxin pertama kali diisolasi pada tahun 1928 dari biji-bijian dan tepung sari bunga
yang tidak aktif, dari hasil isolasi didapatkan rumus kimia auxin (IAA = Asam Indolasetat)
atau C10H9O2N. Setelah ditemukan rumus kimia auxin, maka terbuka jalan untuk menciptakan
jenis auxin sintetis seperti Hidrazil atau 2, 4 - D (asam 2, 4 - Diklorofenolsiasetat), NAA
(asam -Nattalenasetat), Bonvel D (asam 3, 6 - Dikloro - O - anisat/dikambo), Amiben atau
Kloramben (Asam 3 - amino 2, 5 diklorobenzoat) dan Pikloram/Tordon (asam 4 amino
3, 5, 6 trikloro pikonat).
Auxin sintetis ini sudah digunakan secara luas dan komersil di bidang pertanian, dimana
batang, pucuk dan akar tumbuh-tumbuhan memperlihatkan respon terhadap auxin, yaitu
peningkatan laju pertumbuhan terjadi pada konsentrasi yang optimal dan penurunan
pertumbuhan terjadi pada konstrasi yang terlalu rendah atau terlalu tinggi.
2.2.2. Giberilin
Giberelin sering disingkat dengan GA merupakan diterpenoid yang menempatkannya dalam
keluarga kimia yang sama dengan klorofil dan karotein. Bagian dasar kimia GA adalah
kerangka giban dan kelompok karboksil bebas. Macam-macam bentuk GA dibedakan oleh
penggantian kelompok hidroksil, metil atau etil pada kerangka giban dan karena adanya
cincin laktona yang dihasilkan oleh kondensasi karbon 20 ke karbon 19 dalam struktur giban
(Gardner, dkk., 1991). Dijelaskan lebih lanjut bahwa adanya cincin laktona seperti GA3,
GA4 dan GA9 menyebabkan aktivitas biologis yang lebih besar dari pada analog serupa yang
tidak memiliki cincin laktona seperti GA12 dan GA13.
Semua organ tanaman mengandung berbagai GA, dengan sumber terkaya sekaligus sebagai
tempat biosintesisnya yaitu di dalam buah dan biji yang belum masak, tunas, daun dan akar

(Rismunandar, 1988). Biosintesis GA melibatkan 3 metabolit kimia, yaitu asam mevalonat


yang bertindak sebagai pelopor untuk pembentukan isoprena, yaitu bagian dasar dalam
karbon-19 dan karbon 20 kerangka giban, kaurena terbentuk dari isoprena, GA terbentuk dari
kaurena (Leopold dan Kriedemann, 1975 dalam Gardner,dkk., 1991).
GA diisolasi pada tahun 1926 oleh Karosawa dari jenis jamur Gibberella
fujikuroi atau Fusarium heterosporum yang hidup sebagai parasit pada tanaman padi. Jamur
ini dapat menyebabkan penyakit bakanae (penyakit kecambah tolol) pada padi, yaitu
pertumbuhan batang berlebihan tetapi padi tidak mau berbuah. Dari hasil pengamatan tersebut
ternyata jamur memproduksi suatu zat yang dapat meningkatkan pertumbuhan , akhirnya zat
aktif tersebut diberi nama giberilen atau disingkat GA (Wilkins, 1989).
Sejak tahun 1950 orang sudah menaruh harapan besar terhadap GA terutama untuk
meningkatkan produksi tanaman budidaya. GA sintetis yang biasanya tersedia secara
komersial adalah GA3, GA7 dan GA13 (Heddy, 1986).
2.2.3. Sitokinin
Sitokinin sering juga dengan kinin, merupakan nama generik untuk substansi
pertumbuhan yang khususnya merangsang pembelahan sel (sitokinesis) (Gardner, dkk.,
1991). Selanjutnya dijelaskan kinin disintesis dalam akar muda, biji dan buah yang belum
masak dan jaringan pemberi makan (misalnya endosperm cair). Buah jagung, pisang, apel, air
kelapa muda dan santan kelapa yang belum tua merupakan sumber kinin yang kaya.
Kinin terbentuk dengan cara fiksasi suatu rantai beratom C 5, ke suatu molekul
adenin. Rantai beratom C 5 dianggap berasal dari isoprena. Basa purin merupakan
penyusun kimia yang umum pada kinin alami maupun kinin sintetik (Millers,
1955 dalam Wilkins, 1989). Biosintesis sitokinin dengan bahan dasar mevalonic acid.
Sebenarnya sudah sejak tahun 1892 ahli fisologi I. Wiesner, menyatakan bahwa
aktivitas pembelahan sel membutuhkan zat yang spesifik dan adanya keseimbangan antara
faktor-faktor endogenous. Secara pasti baru tahun 1955 sitokinin ditemukan oleh C.O. Miller,
Falke Skoog, M.H. Von Slastea dan F.M. Strong dinyatakan sebagai isolasi zat yang disebut

kinetin dari DNA yang diautoklap, sangat aktif sebagai promotor mitosis dan pembelahan sel
kalus
(Moree, 1979). Selanjutnya dijelaskan bahwa kata sitokinin berasal dari pengertian
cytokinesis yang berarti pembelahan sel. Sitokinin alami ditemukan oleh D.S. Lethan dan
C.O. Miller tahun 1963 diisolasi dalam bentuk kristal dari biji jagung yang belum matang
disebut zeatin. Sitokini alami terjadi dari derivat isopentenyl adenine.
Sitokinin sintetik yang paling umum dimanfaatkan di bidang pertanian seperti BA,
kinetin dan PBA. Kinin menimbulkan kisaran respons yang luas, tetapi kinin bertindak secara
sinergis dengan auxin dan juga hormon lain.
II. PERANAN HORMON TUMBUH DALAM MEMACU PERTUMBUHAN ALGAE
Aplikasi hormon tumbuh pada awalnya hanya digunakan untuk merangsang pertumbuhan
tanaman tingkat tinggi, namun setelah para peneliti mencoba mengaplikasikan pada algae
baik untuk menumbuhkan pakan alami (fitoplankton) bagi penyediaan pakan larva udang
maupun untuk pengembangan rumput laut, ternyata hormon tumbuh dapat digunakan untuk
merangsang pertumbuhan algae.
3.1. Peranan Auxin
Fungsi auxin menurut Averi (1937) dalamWilkins (1989), adalah menyebabkan terjadinya
pembelahan sel pada lapisan kambium. Pada konsentrasi auxin optimum, sel-sel penyusun
kambium aktif membelah dan terbentuk lapisan xylem yang cukup tinggi. Sedangkan
menurut Gardner, dkk., (1991), efek seluler auxin meliputi : peningkatan dalam sintesis
nukleotida DNA dan RNA, pada akhirnya peningkatan sintesis protein dan produksi enzim,
peningkatan pertukaran proton, muatan membran dan pengambilan kalium, serta
berpemgaruh terhadap reaksi fitokrom dengan cahaya merah dan cahaya merah jauh.
Menurut Heddy (1986), bahwa auxin mendorong pembelahan sel dengan cara mempengaruhi
dinding sel. Lebih jelas diuraikan oleh Catala,dkk., (2000), bahwa adanya induksi auxin dapat
mengaktivasi pompa proton (ion H+) yang terletak pada membran plasma sehingga

menyebabkan pH pada bagian dinding sel lebih rendah dari biasanya, yaitu mendekati pH
pada membran plasma (sekitar pH 4,5 dari normal pH 7). Aktifnya pompa pronton tersebut
dapat memutuskan ikan hidrogen diantara serat selulosa dinding sel. Putusnya ikatan hidrogen
menyebabkan dinding mudah merenggang sehingga tekanan dinding sel akan menurun dan
dengan demikian terjadilah pelenturan sel. PH rendah juga dapat mengaktivasi enzim tertentu
pada dinding sel yang dapat mendegradasi bermacam-macam protein atau konstituin
polisakarida yang menyebar pada dinding sel yang lunak dan lentur, sehingga pemanjangan
dan pembesaran sel dapat terjadi.
Jenis auxin sintetis yang telah digunakan dibidang perikanan salah satunya adalah Hidrasil,
yaitu digunakan sebagai zat perangsang tumbuh pada algae, ternyata bahwa hydrasil dapat
digunakan untuk mempercepat pertumbuhan algae.
Hasil penelitian Sri Djayawati (1993), tentang penggunaan hydrasil untuk memacu
pertumbuhan rumput laut (Gracillaria verrucosa) dengan dosis 0 ppm (kontrol) , A = 5 ppm, B
= 10 ppm dan C = 15 ppm dapat di lihat pada Gambar 1. Gambar 1 memperlihatkan bahwa
laju pertumbuhan rumput laut yang dirangsang dengan hormon tumbuh memberikan
pertumbuhan yang lebih tinggi dari pada tanpa hormon tumbuh. Dari keempat dosis yang
dicobakan ternyata dosis 10 ppm memberikan pertumbuhan yang lebih baik. Menurut Thiman
(1956) dalam Wilkins (1989), efek karasteristik dari auxin adalah menyebabkan terjadinya
pembesaran sel sehingga tanaman akan memanjang dan terjadilah pertumbuhan. Sebaliknya
apabila konsentrasi yang diberikan lebih tinggi daripada konsentrasi optimum mendorong
pertumbuhan, dapat mengganggu metabolisme dan perkembangan tumbuhan. Hal ini
disebabkan karena pada konsentrasi auxin yang tinggi, pembesaran sel berlangsung cepat
sehingga ukuran sel menjadi sangat membesar. Keadaan ini akan menyebabkan reaksi turgor
sel dalam sehingga permiabilitas terganggu dan sel akan mengalami kekeringan.
3.2. Peranan Giberelin
Giberelin bekerja secara sinergis dengan auxin, sitokinin dan mungkin beberapa zat lainnya
(sinergisme) untuk mempengaruhi dormansi puncak, pertumbuhan kambium, geotropisme,
absisi dan partenokarpi (akibat aktivitas auxin dan giberelin), efektif meningkatkan set buah,

perangsangan pertumbuhan antar buku sehingga tumbuhan tidak kerdil, pembebasan amilase untuk hidrolisis tepung dan perkecambahan (Gardner, dkk., 1991). Giberilin bereaksi
pada sel-sel yang mengelilingi endosperma yang menyebabkan pembentukan sejumlah enzim
hidrolitik khusus (seperti amylase dan protease) yang mencerna zat pati dan protein
endosperma dengam demikian membuat persediaan gula dan asam amino bagi sel yang
bertumbuh (Kimball, 1983). Selanjutnya dijelaskan bahwa asam amino yang tersedia akibat
aktivitas enzim protease merupakan precurson terbentuknya jenis hormon tumbuh yang lain,
seperti triptopan yang merupakan bentuk awal dari auxin.
Menurut Kusumo (1989), bahwa giberelin berperan dalam pembelahan sel dan mendukung
pembentukan RNA sehingga terjadi sintesa protein. Pembelahan sel distimulasi oleh aktifnya
amylase menghidrolisis pati menjadi gula tereduksi sehingga konsentrasi gula meningkat
akibatnya tekanan osmotik juga meningkat. Peningkatan tekanan osmotik di dalam sel
menyebabkan air mudah masuk ke dalam sel, sehingga dapat mentriger segala proses
fisiologis dalam sel tanaman.
Penggunaan giberilin dalam memacu pertumbuhan pakan alami telah dibuktikan dari
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Agusrianto (1995). Pakan alami yang diujicoba
adalah jenis algae (diatom) yaitu Chaetoceros sp.Dosis giberilin yang digunakan adalah A= 0
ppm, B = 100 ppm, C = 125 ppm dan D = 150 ppm. Hasil penelitian menunjukkan (Gambar
2), bahwa pemberian giberilin dengan konsentrasi berbeda memberikan pertumbuhan dan
puncak populasi yang berbeda pula, dengan puncak populasi tertinggi diberikan oleh dosis
giberilin tertinggi dan tanpa pemberian giberilin dengan perkembangan populasi terendah. ).
Menurut Gardner, dkk., (1991), respon positif tumbuhan terhadap GA terjadi dalam kisaran
konsentrasi yang luas, berlawanan dengan respon terhadap auxin yang hanya dalam kisaran
konsentrasi yang sempit, bahan kandungan GA yang tinggi tidak bersifat racun dan tidak
menimbulkan respon negatif.
3.3. Peranan Sitokinin
Sitokinin sesuai dengan namanya yang berasal dari sitokinase adalah hormon tumbuh
yang mempengaruhi pembelahan sel. Menurut Kimball (1983), sitokinin bila bereaksi

bersama dengan auxin, dengan kuat merangsang mitosis dalam jaringan merestematik,
ledakan sintesis RNA yang nyata terjadi bila sel-sel tumbuhan atau nukleus-nukleus yang
terisolasi diberi perlakuan dengan sitokinin. Selanjutnya menurut Wereing dan Philips (1981),
dalam proses metabolisme diduga sitokinin mempunyai peranan penting dalam sintesa
protein, yaitu proses translasi.
Hasil penelitian Patiroi (1992), yang mengujicobakan air kelapa muda dengan
konsentrasi yang berbeda untuk merangsang pertumbuhan algae. Jenis fitoplankton yang
digunakan adalah Skeletonema costatum, dengan lima konsentrasi air kelapa yang dicobakan
yaitu 0 % (kontrol) , A = 20 %, B = 40%, C = 60 % dan D = 80 %. Hasil penelitian
menunjukkan (Gambar 3) dari kelima konsentrasi yang dicobakan ternyata dosis 40 % air
kelapa muda memberikan kelimpahan Skeletonema costatum tertinggi, selanjutnya berturutturut 60 %, 80 %, 20 % dan 0 % memperlihatkan penurunan kelimpahan dari Skeletonema
costatum. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian sitokinin bermanfaat dalam
mempercepat pertumbuhan dan perkembanganSkeletonema costatum sampai pada dosis
tertentu, dosis terlalu tinggi atau terlalu rendah justru tidak memberikan efek positif.

III. KESIMPULAN DAN SARAN


4.1. Kesimpulan
Dari uraian dalam paper ini dapat disimpulkan bahwa hormon tumbuh (auxin, giberilin
dan sitokinin), sebagai pemacu pertumbuhan pada tumbuhan tingkat tinggi dapat pula
diaplikasikan pada bidang perikanan yaitu untuk memacu pertumbuhan algae. Hal yang perlu
diperhatikan adalah dosis optimal hormon tumbuh yang dapat diberikan, sehingga
pertumbuhan dan perkembangan algae berada pada tingkat yang maksimal.
4.2. Saran
Setelah mempelajari dan menguraikannya dalam bentuk paper ini, hal dapat disaran bahwa
perlu pengkajian yang lebih mendalam mengenai peranan hormon tumbuh dalam memacu
pertumbuhan algae, yaitu dengan menganalisis parameter lain, misalnya aktivitas hormon

tumbuh di dalam sel alga, aktivitas enzim hidrolitik, rasio DNA-RNA pada saat pemberian.
Serta perlu juga penelitian dengan menggunakan jenis hormon tumbuh sintetis yang lain dan
mengkombinasikannya untuk melihat efek yang lebih jauh.
PENGERTIAN HORMON DAN ZPT
ZPT (zat pengatur tumbuh) dibuat agar tanaman memacu pembentukan fitohormon
(hormon tumbuhan) yang sudah ada di dalam tanaman atau menggantikan fungsi dan
peran hormon bila tanaman kurang dapat memproduksi hormon dengan baik.
Hormon adalah molekul-molekul yang kegiatannya mengatur reaksi-reaksi metabolik
penting. Molekul-molekul tersebut dibentuk di dalam organisme dengan proses
metabolik dan tidak berfungsi didalam nutrisi (Heddy, 1989).
Hormon tumbuhan merupakan senyawa organik yang disentesis di salah satu bagian
tumbuhan dan dipindahkan ke bagian lain, dan pada konsentrasi yang sangat rendah
mampu menimbulkan suatu respon fisiologis.
Hormon tanaman dapat diartikan luas, baik yang buatan maupun yang asli serta yang
mendorong ataupun yang menghambat pertumbuhan (Overbeek,1950 dalam Kusumo,
1984). Pada kadar rendah tertentu hormon/zat tumbuh akan mendorong pertumbuhan,
sedangkan pada kadar yang lebih t inggi akan menghambat pertumbuhan, meracuni,
bahkan memat ikan tanaman (Kusumo,1984).

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, 1989. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa,
Bandung.
Agusrianto, 1995. Pengaruh Giberilen Terhadap Laju Pertumbuhan Chaetoceros sp.Tesis.
Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan, Universitas Muslim Indonesia,
Ujung Pandang.
Bargess, 1984. An Intrudaction to Plant. Cell Depelopment Cambridge University Press.
Cambridge. London New York, New Sochelle, Malbourne, Sydney.

Brotowidjoyo, M.D. Djoko Tribawono, Eko Mulyantoro, 1995. Pengantar Lingkungan


Perairan dan Budidaya Air. Cetakan Pertama, Liberty, Yogyakarta.
Catala, C., Rose, J.K.C., Bennett, A.B., 2000. Auxin-Regulated Genes Encoding Cell WallModifying Proteins are Expressed During Early Tomato Fruit Growth-Plant.
Physiol 122 : 527 534.
Darnell, J., Lodish, H., Baltimore, H., 1986. Molecular Cell Biology. New York, Scientific
American Books, Inc
Gardner, F.P., R. B. Pearce, Roger L. Mitchell., 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Penerjemah Herawati Susilo dan Pendamping Subiyanto. Cetakan
Pertama.Penerbit Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Heddy, 1986. Hormon tumbuhan. Fakultas Pertanian , Universitas Brawijaya,
Malang. Rajawali Jakarta.
.
Kimball, John W., 1983. Biologi. Jilid 2, edisi Kelima Alih Bahasa H. Siti Soetarmi
Tjitrosomo dan Nawangsari Sugiri, Institut Pertanian Bogor. . Penerbit Erlangga,
Jakarta
Kusumo, S. 1989. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Yasaguna, Jakarta.
Lingga, 1986. Petunjuk Petunjuk Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.
Moore, C.T., 1979. Bioshemistry and Physiology Plant Hormon, Springer Verlag New
York, Inc. New York
Patiroi, S., 1992. Pengaruh Penggunaan Air Kelapa Muda Terhadap
KelimpahanSkeletonema costatum. Tesis, Jurusan Perikan, Unhas, Ujung Pandang.
Rismunandar, 1988. Hormon Tumbuhan dan Ternak. Penebar Swadaya Jakarta.
Sri Djayawati, 1993. Pengaruh Penggunaan Air Kelapa Muda dan Hydrasil Terhadap Laju
Pertumbuhan Rumput Laut (Gracilaria verocosa). Tesis. Jurusan Budidaya
Perairan, Fakultas Perinanan, Universitas Muslim Indonesia, Ujung Pandang.
Wilkins, M.B., 1989. Fisiologi Tanaman. Cetakan Kedua. Bina Aksara, Jakarta.
Wereang and Philips, 1981. Growth and Differentiation in Plant. J. Amer. Soc. Hort Sci.
108 (6) : 948 953.

BAB I
PENGERTIAN HORMON DAN ZPT
Pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan beberapa
golongan zat yang secara umum dikenal sebagai hormon tumbuhan atau fitohormon.
Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan;
dan, sebagaimana pada hewan, hormon juga dihasilkan dalam jumlah yang sangat
sedikit di dalam sel.
Beberapa ahli berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu
tumbuhan (hormon endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat
diganti dengan pemberian zat-zat tertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan
(hormon eksogen, diberikan dari luar sistem individu). Mereka lebih suka
menggunakan istilah zat pengatur tumbuh (bahasa Inggris plant growth regulator).
Hormon tumbuhan (phytohormones) secara fisiologi adalah penyampai pesan antar sel
yang dibutuhkan untuk mengontrol seluruh daur hidup tumbuhan, diantaranya
perkecambahan, perakaran, pertumbuhan, pembungaan dan pembuahan.
Sebagai tambahan, hormon tumbuhan dihasilkan sebagai respon terhadap berbagai
faktor lingkungan kelebihan nutrisi, kondisi kekeringan, cahaya, suhu dan stress baik
secara kimia maupun fisik. Oleh karena itu ketersediaan hormon sangat dipengaruhi
oleh musim dan lingkungan.
Hormon adalah molekul-molekul yang kegiatannya mengatur reaksi-reaksi metabolik
penting. Molekul-molekul tersebut dibentuk di dalam organisme dengan proses
metabolik dan tidak berfungsi didalam nutrisi (Heddy, 1989).
Hormon tumbuhan merupakan senyawa organik yang disentesis di salah satu bagian

tumbuhan dan dipindahkan ke bagian lain, dan pada konsentrasi yang sangat rendah
mampu menimbulkan suatu respon fisiologis.
Hormon tanaman dapat diartikan luas, baik yang buatan maupun yang asli serta yang
mendorong ataupun yang menghambat pertumbuhan (Overbeek,1950 dalam Kusumo,
1984). Pada kadar rendah tertentu hormon/zat tumbuh akan mendorong pertumbuhan,
sedangkan pada kadar yang lebih t inggi akan menghambat pertumbuhan, meracuni,
bahkan memat ikan tanaman (Kusumo,1984).
Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan hasil
pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetis yang memiliki pengaruh
yang sama dengan fitohormon alami.
Keterangan:Prekursor merupakan bahan awal untuk membentuk bahan definitif.
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi
sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan.
Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula
tidak aktif akan mulai berekspresi.
Pada umumnya dikenal lima kelompok hormon tumbuhan: auksin, sitokinin, giberelin,
etilen, dan inhibitor. Namun demikian menurut perkembangan riset terbaru ditemukan
molekul aktif yang termasuk zat pengatur tumbuh dari golongan polyamines seperti
putrescine, spermine dan spermidine.
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi
sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan.
Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula
tidak aktif akan mulai ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan
merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.
Retardan. Cathey (1975) mendefinisikan retar dan sebagai suatu senyawa organik yang
menghambat perpanjangan batang, meningkatkan warna hijau daun, dan secara tidak
langsung mem-pengaruhi pembungaan tanpa menyebabkan pertumbuhan yang
abnormal.
Sinyal kimia interseluler untuk pertama kali ditemukan pada tumbuhan. Konsentrasi
yang sangat rendah dari senyawa kimia tertentu yang diproduksi oleh tanaman dapat

memacu atau menghambat pertumbuhan atau diferensiasi pada berbagai macam sel-sel
tumbuhan dan dapat mengendalikan perkembangan bagian-bagian yang berbeda pada
tumbuhan.
Dengan menganalogikan senyawa kimia yang terdapat pada hewan yang disekresi oleh
kelenjar ke aliran darah yang dapat mempengaruhi perkembangan bagian-bagian yang
berbeda pada tubuh, sinyal kimia pada tumbuhan disebut hormon pertumbuhan.
Namun, beberapa ilmuwan memberikan definisi yang lebih terperinci terhadap istilah
hormon yaitu senyawa kimia yang disekresi oleh suatu organ atau jaringan yang dapat
mempengaruhi organ atau jaringan lain dengan cara khusus.
Berbeda dengan yang diproduksi oleh hewan senyawa kimia pada tumbuhan sering
mempengaruhi sel-sel yang juga penghasil senyawa tersebut disamping mempengaruhi
sel lainnya, sehingga senyawa-senyawa tersebut disebut dengan zat pengatur tumbuh
untuk membedakannya dengan hormon yang diangkut secara sistemik atau sinyal jarak
jauh.
ZPT
Konsep Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) diawali dari konsep hormon. Hormon tanaman
atau fitohormon adalah senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi
rendah mempengaruhi proses-proses fisiologis. Proses-proses fisiologis terutama
mengenai proses pertumbuhan, diferensiasi dan perkembangan tanaman. Proses-proses
lain seperti pengenalan tanaman, pembukaan stomata, translokasi dan serapan hara
dipengaruhi oleh hormon tanaman.
Dengan berkembangnya pengetahuan biokimia dan industri kimia banyak ditemukan
senyawa-senyawa yang mempunyai fisiologis serupa dengan hormon tanaman. Senyawa
ini dikenal dengan nama ZPT.

Batasan tentang zat pengatur tumbuh pada tanaman (plant regulator), adalah senyawa
organik yang tidak termasuk hara (nutrient), yang mempunyai 2 fungsi yaitu
menstimulir dan menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Sedangkan fitohormon adalah senyawa organik yang bukan
nutrisi yang aktif dalam jumlah kecil yang disintetis pada bagian tertentu, yang

umumnya ditranslokasikan ke bagian lain tanaman yang menghasilkan suatu tanggapan


secara biokimia, fisiologis dan morfologis.

BAB II
MACAM MACAM HORMON DAN ZPT TANAMAN
1. Auksin, hormon tanaman seperti indolasetat yang berfungsi untuk merangsang
pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta pertumbuhan aksis longitudinal
tanaman., gunanya untuk merangsang pertumbuhan akar pada stekan atau cangkokan.
Auksin sering digunakan untuk merangsang pertumbuhan akar dan sebagai bahan aktif
sering yang digunakan dalam persiapan hortikultura komersial terutama untuk akar
batang. Mereka juga dapat digunakan untuk merangsang pembungaan secara seragam,
untuk mengatur pembuahan, dan untuk mencegah gugur buah.(yang termasuk Auksin
IBA, NAA, 2,4-D). Auksin Golongan NAA memakai merek dagang antara lain: RootoneF, Atonik. Sedang Auksin 2,4 D dijual dengan nama Hidrasil. Auksin alami banyak
terdapat didalam cairan biji jagung muda yang masih berwarna kuning, air seni sapi,
ujung koleoptil tanaman oat, umbi bawang merah dan air kelapa.
Golongan Auksin : Indole Aceti Acid (IAA), Napthalene Acetic Acid (NAA), 2,4-D, CPA
dan Indole Acetic Acid (IBA). Yang paling penting dari keluarga auksin adalah indole-3asam asetat (IAA). Ini menghasilkan efek auksin pada tanaman secara menyeluruh, dan
yang paling ampuh dari auksin alami, namun molekul kimiawi IAA adalah yang paling
labil di larutan air, sehingga IAA tidak digunakan secara komersial sebagai regulator

pertumbuhan tanaman.
Yang termasuk golongan auksin alami : 4-chloro-asam indoleasetis, asam fenilasetis
(PAA) dan indole-3-asam butirik (IBA).
Sedang auksin buatan antara lain 1-asam nafthaleneasetis (NAA), 2,4-asam
dichlorophenoxyasetis (2,4-D), dan lain-lain.
Auksin dosis tinggi dapat merangsang produksi Etilen. Kelebihan Etilen malah dapat
menghalangi pertumbuhan, menyebabkan gugur daun (daun amputasi), dan bahkan
membunuh tanaman. Beberapa auksin sintetis seperti 2,4-D dan 2,4,5-asam
trichlorophenoxyacetic (2,4,5-T) telah digunakan sebagai herbisida.
tanaman berdaun luas (dicotil) jauh lebih rentan terkena auksin daripada daun
tanaman monokotil seperti tanaman rumput-rumputan. Auksin sintetis ini adalah agen
aktif dalam Agen Oranye yaitu defolian atau defoliant (peranggas atau zat yang
merangsang pertumbuhan yang cepat dan tidak terkendali dan akhirnya merontokkan
daun-daunnya hingga meranggas) yang digunakan secara ekstensif oleh pasukan
Amerika di perang Vietnam.
2. Giberelin atau asam giberelat (GA), merupakan hormon perangsang pertumbuhan
tanaman yang diperoleh dari Gibberella fujikuroi atau Fusarium moniliforme, aplikasi
untuk memicu munculnya bunga dan pembungaan yang serempak (Misalnya GA3 yang
termasuk hormon perangsang pertumbuhan golongan gas) merek dagangantara lain:
ProGib. Giberalin alami banyak terdapat didalam umbi bawang merah.
3. Sitokinin, adalah hormon tumbuhan turunan adenin berfungsi untuk merangsang
pembelahan sel dan diferensiasi mitosis, disintesis pada ujung akar dan ditranslokasi
melalui pembuluh xylem. Aplikasi Untuk merangsang tumbuhnya tunas pada kultur
jaringan atau pada tanaman induk, namun sering tidak optimal untuk tanaman dewasa.
sitokinin memiliki struktur menyerupai adenin yang mempromosikan pembelahan sel
dan memiliki fungsi yang sama lain untuk kinetin. Kinetin adalah sitokinin pertama kali
ditemukan dan dinamakan demikian karena kemampuan senyawa untuk
mempromosikan sitokinesis (pembelahan sel). Meskipun itu adalah senyawa alami, Hal
ini tidak dibuat di tanaman, dan karena itu biasanya dianggap sebagai "sintetik"
sitokinin (berarti bahwa hormon disintesis di tempat lain selain di pabrik).

Sitokinin telah ditemukan di hampir semua tumbuhan yang lebih tinggi serta lumut,
jamur, bakteri, dan juga di banyak tRNA dari prokariota dan eukariota. Saat ini ada
lebih dari 200 sitokinin alami dan sintetis serta kombinasinya. Konsentrasi sitokinin
yang tertinggi di daerah meristematik dan daerah potensi pertumbuhan berkelanjutan
seperti akar, daun muda, pengembangan buah-buahan, dan biji-bijian.
Sitokinin pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Amerika bernama Folke Skoog pada
tahun 1954.
Sitokinin umumnya ditemukan dalam konsentrasi yang lebih tinggi di daerah
meristematik dan jaringan yang berkembang. Mereka diyakini disintesis dalam akar
dan translokasi melalui xilem ke tunas. biosintesis sitokinin terjadi melalui modifikasi
biokimia adenin.
Proses dimana mereka disintesis adalah sebagai berikut :
Sebuah produk jalur mevalonate disebut pirofosfat isopentil adalah isomer, isomer ini
kemudian dapat bereaksi dengan adenosine monophosphate dengan bantuan sebuah
enzim yang disebut isopentenyl AMP synthase, hasilnya adalah isopentenyl adenosin-5fosfat (AMP isopentenyl).
Produk ini kemudian dapat dikonversi menjadi adenosin oleh isopentenyl pemindahan
fosfat oleh fosfatase dan selanjutnya dikonversikan ke isopentenyl adenin dengan
menghilangkan kelompok ribosa.
Isopentenyl adenin dapat dikonversi ke tiga bentuk utama sitokinin alami.
Degradasi sitokinin sebagian besar terjadi karena enzim oksidase sitokinin. Enzim ini
menghapus rantai samping dan rilis adenin. Derivitives juga dapat dibuat tetapi jalur
yang lebih kompleks dan kurang dipahami.
Ada beberapa macam sytokinin yang telah diketahui, diantaranya kinetin, zeatin (pada
jagung), Benziladenin (BA), Thidiazuron (TDZ), dan Benzyl Adenine atau Benzil Amino
Purin (BAP). Sitokinin ditemukan hampir di semua jaringan meristem.
Peranan sitokinin antara lain:
1. bersama dengan auksin dan giberelin merangsang pembelahan sel-sel tanaman
2. merangsang morfogenesis ( inisiasi / pembentukan tunas) pada kultur jaringan.
3. merangsang pertumbuhan pertumbuhan kuncup lateral.
4. merangsang perluasan daun yang dihasilkan dari pembesaran sel atau merangsang
pemanjangan titik tumbuh daun dan merangsang pembentukan akar cabang

5. meningkatkan membuka stomata pada beberapa spesies.


6. mendukung konversi etioplasts ke kloroplas melalui stimulasi sintesis klorofil.
7. menghambat proses penuaan (senescence) daun
8. mematahkan dormansi biji
Merk dagang antara lain: Novelgrow. Sitokinin alami terdapat pada air kelapa.
4. Etilen, hormon yang berupa gas yang dalam kehidupan tanaman aktif dalam proses
pematangan buah Aplikasi mengandung ethephon, maka kinerja sintetis ethylen
berjalan optimal sehingga tujuan agar buah cepat masak bisa tercapai. (misalnya:
Etephon, Protephon) merk dagang antara lain: Prothephon 480SL.
5. Asam absisat (ABA), sebagai penghambat tumbuh (Inhibitor/retardant) pada saat
tanaman mengalami stress, fitohormon ini digunakan untuk mengompakkan
pertumbuhan batang agar tanaman terlihat sangat baik. Pada komposisi dan perlakuan
tertentu dapat merangsang pertumbuhan tunas anakan dengan cepat dan serentak.
Misalnya : untuk golongan Paclobutrazol merk dagang antara lain: Cultar, Bonzi)
dan Uniconazole (merk dagang Sumagic). Golongan inhibitor adalah: Paclobutrazol,
Ancymidol, TIBA, dan CCC.
6. Brassinolide (kelompok brassinosteroid) fitohormon yang mirip steroid pada hewan
dan memiliki respon yang mirip dengan giberellin.
Beberapa fungsi brasinolid adalah sebagai berikut : meningkatkan laju perpanjangan sel
tumbuhan, menghambat penuaan daun (senescence), mengakibatkan lengkuk pada
daun rumput-rumputan, menghambat proses gugurnya daun, menghambat
pertumbuhan akar tumbuhan, meningkatkan resistensi pucuk tumbuhan kepada stress
lingkungan, menstimulasi perpanjangan sel di pucuk tumbuhan, merangsang
pertumbuhan pucuk tumbuhan, merangsang diferensiasi xylem tumbuhan,
menghambat pertumbuhan pucuk pada saat kahat (defisien) udara dan endogenus
karbohidrat. Brassinolide tersintesis dari asetil CoA melalui jalur asam mevalonik.

BAB III
TRANSFOR HORMON DAN ZPT
Ahli biologi tumbuhan telah mengidentifikasi 5 tipe utama ZPT yaitu auksin,
sitokinin,giberelin, asam absisat dan etilen (Tabel 1). Tiap kelompok ZPT dapat
menghasilkan beberapa pengaruh yaitu kelima kelompok ZPT mem pengaruhi
pertumbuhan, namun hanya 4 dari 5 kelompo k ZPT tersebut yang mempengaruhi
perkembangan tumbuhan yaitu dalam hal diferensiasi sel. Seperti halnya hewan,
tumbuhan memproduksi ZPT dalam jumlah yang sangat sedikit, akan tetapi jumlah
yang sedikit ini mampu mempengaruhi sel target .
ZPT menstimulasi pertumbuhan dengan memberi isyarat kepada sel target untuk
membelah atau memanjang, beberapa ZPT menghambat pertumbuhan dengan cara
menghambat pembelahan atau pemanjangan sel. Sebagian besar molekul ZPT dapat
mempengaruhi metabolisme dan perkembangan sel-sel tumbuhan. ZPT melakukan ini
dengan cara mempengaruhi lintasan sinyal tranduksi pada sel target. Pada tumbuhan
seperti halnya pada hewan, lintasan ini menyebabkan respon selular seperti
mengekspresikan suatu gen, menghambat atau mengaktivasi enzim, atau mengubah
membran. Pengaruh dari suatu ZPT bergantung pada spesies tumbuhan, situs aksi ZPT
pada tumbuhan, tahap perkembangan tumbuhan dan konsentrasi ZPT. Satu ZPT tidak
bekerja sendiri dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan,
pada umumnya keseimbangan konsentrasi dari beberapa ZPT-lah yang akan
mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Pada umumnya, hormon mengontro l pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan,
dengan mempengaruhi : pembelahan sel, perpanjangan sel, dan differensiasi sel.
Beberapa hormon, juga meneng ahi respon fisiologis berjangka pendek dari tumbuhan
terhadap stimulus lingkungan. Setiap hormon, mempunyai efek ganda; tergantung
pada : tempat kegiatannya, konsentrasinya, dan stadia perkembangan tumbuhannya.
Hormon tumbuhan, diproduksi dalam konsentrasi yang sangat rendah; tetapi

sejumlah kecil hormon dapat membuat efek yang sangat besar terhadap pertumbuhan
dan perkembangan organ suatu tumbuhan. Hal ini secara tidak langsung menyatakan
bahwa, sinyal hormonal hendaknya diperjelas melalui beberapa cara. Suatu hormon,
dapat berperan dengan mengubah ekspresi gen, dengan mempengaruhi aktivitas enzim
yang ada, atau dengan mengubah sifat membran. Beberapa peranan ini, dapat
mengalihkan metabolisme dan pekembangan sel yang tanggap terhadap sejumlah kecil
molekul hormon. Lintasan transduksi sinyal, memperjelas sinyal hormonal dan
meneruskannya ke respon sel spesifik. Respon terhadap hormon, biasanya tidak
begitu tergantung pada jumlah absolut hormon tersebut, akan tetapi t ergantung pada
konsentrasi relatifnya dibandingkan dengan hormon lainnya. Keseimbangan hormon,
dapat mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan daripada peran hormon
secara mandiri. Interaksi ini akan menjadi muncul dalam penyelidikan tentang fungsi
hormon.
Faktor Regulasi
Faktor regulasi adalah senyawa kimia yang mengontrol produksi sejumlah hormon yang
memiliki fungsi penting bagi tubuh. Senyawa tersebut dikirim ke lobus anterior kelenjar
pituitari oleh hipotalamus. Terdapat 2 faktor regulasi, yaitu faktor pelepas (releasing
factor) yang menyebabkan kelenjar pituitari mensekresikan hormon tertentu dan faktor
penghambat (inhibiting factor) yang dapat menghentikan sekresi hormon tersebut.
Sebagai contoh adalah FSHRF (faktor pelepas FSH) dan LHRF (faktor pelepas LH) yang
menyebabkan dilepaskannya hormon FSH dan LH. tgttttyhththththt ahmade ihwaN
Hormon Antagonistik
Hormon antagonistik merupakan hormon yang menyebabkan efek yang berlawanan,
contohnya glukagon dan insulin. Saat kadar gula darah sangat turun, pankreas akan
memproduksi glukagon untuk meningkatkannya lagi. Kadar glukosa yang tinggi
menyebabkan pankreas memproduksi insulin untuk menurunkan kadar glukosa
tersebut.

BAB IV
AKTIVITAS HORMON DAN FUNGSI FISIOLOGI HORMON DAN ZPT
1. Auksin
Auksin adalah zat aktif dalam sistem perakaran. Senyawa ini membantu proses
pembiakan vegetatif. Pada satu sel auksin dapat mempengaruhi pemanjangan sel,
pembelahan sel dan pembentukan akar.
Beberapa tipe auksin aktif dalam konsentrasi yang sangat rendah antara 0.01 to 10
mg/L.
Fungsi auksin: untuk merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta
pertumbuhan aksis longitudinal tanaman, gunanya untuk merangsang pertumbuhan
akar pada stekan atau cangkokan. Auksin sering digunakan untuk merangsang
pertumbuhan akar dan sebagai bahan aktif sering yang digunakan dalam persiapan
hortikultura komersial terutama untuk akar batang. Mereka juga dapat digunakan
untuk merangsang pembungaan secara seragam, untuk mengatur pembuahan, dan
untuk mencegah gugur buah.
Peran auksin bagi tanaman
auksin sebagai salah satu hormon tumbuh bagi tanaman mempunyai peranan
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Dilihat dari segi fisiologi, hormon tumbuh ini berpengaruh terhadap :
a. Pengembangan sel
b. Phototropisme
c. Geotropisme
d. Apical dominasi
e. Pertumbuhan akar (root initiation)
f. Parthenocarpy

g. Abisission
h. Pembentukan callus (callus formation) dan
i. Respirasi
j. Senescence
a. Pengembangan sel
Dari hasil studi tentang pengaruh auksin terhadap perkembangan sel, menunjukan
bahwa terdapat indikasi yaitu auksin dapat menaikan tekanan osmotik, meningkatkan
permeabilitas sel terhadap air, menyebabkan pengurangan tekanan pada dinding sel,
meningkatkan sintesis protein, meningkatkan plastisitas dan pengembangan dinding
sel.
Dalam hubungannya dengan permeabilitas sel, kehadiran auksin meningkatkan difusi
masuknya air ke dalam sel. Hal ini ditunjang oleh pendapat Cleland dan Brustrom
(1961) bahwa auksin mendukung peningkatan permeabilitas masuknya air ke dalam sel.
b. Phototropisme
Suatu tanaman apabila disinari suatu cahaya, maka tanaman tersebut akan
membengkok ke arah datangnya sinar. Membengkoknya tanaman tersebut adalah
karena terjadinya pemanjangan sel pada bagian sel yang tidak tersinari lebih besar
dibanding dengan sel yang ada pada bagian tanaman yang tersinari. Perbedaan
rangsangan (respond) tanaman terhadap penyinaran dinamakan phototropisme.
Terjadinya phototropisme ini disebabkan karena tidak samanya penyebaran auksin di
bagian tanaman yang tidak tersinari dengan bagian tanaman yang tersinari. Pada
bagian tanaman yang tidak tersinari konsentrasi auksinnya lebih tinggi dibanding
dengan bagian tanaman yang tersinari.

c. Geotropisme
Geotropisme adalah pengaruh gravitasi bumi terhadap pertumbuhan organ tanaman.

Bila organ tanaman yang tumbuh berlawanan dengan gravitasi bumi, maka keadaan
tersebut dinamakan geotropisme negatif. Contohnya seperti pertumbuhan batang
sebagai organ tanaman, tumbuhnya kearah atas. Sedangkan geotropisme positif adalah
organ-organ tanaman yang tumbuh kearah bawah sesuai dengan gravitasi bumi.
Contohnya tumbuhnya akar sebagai organ tanaman ke arah bawah.
Keadaan auksin dalam proses geotropisme ini, apabila suatu tanaman (celeoptile)
diletakan secara horizontal, maka akumulasi auksin akan berada di bagian bawah. Hal
ini menunjukan adanya transportasi auksin ke arah bawah sebagai akibat dari pengaruh
geotropisme. Untuk membuktikan pengaruh geotropisme terhadap akumulasi auksin,
telah dibuktikan oleh Dolk pd tahun 1936 (dalam Wareing dan Phillips 1970). Dari hasil
eksperimennya diperoleh petunjuk bahwa auksin yang terkumpul di bagian bawah
memperlihatkan lebih banyak dibanding dengan bagian atas.
Sel-sel tanaman terdiri dari berbagai komponen bahan cair dan bahan padat. Dengan
adanya gravitasi maka letak bahan yang bersifat cair akan berada di atas. Sedangkan
bahan yang bersifat padat berada di bagian bawah. Bahan-bahan yang dipengaruhi
gravitasi dinamakan statolith (misalnya pati) dan sel yang terpengaruh oleh gravitasi
dinamakan statocyste (termasuk statolith).
d. Dominasi Apikal
Di dalam pola pertumbuhan tanaman, pertumbuhan ujung batang yang dilengkapi
dengan daun muda apabila mengalami hambatan, maka pertumbuhan tunas akan
tumbuh ke arah samping yang dikenal dengan "tunas lateral" misalnya saja terjadi
pemotongan pada ujung batang (pucuk), maka akan tumbuh tunas pada ketiak daun.
Fenomena ini kita namakan "apical dominance.Hubungan antara auksin dengan apical
dominance pada suatu tanaman telah dibuktikan oleh Skoog dan Thimann (1975).
Dalam eksperimennya, pucuk tanaman kacang (apical bud) dibuang, sebagai akibat
treatment tersebut menyebabkan tumbuhnya tunas di ketiak daun. Dari ujung tanaman
yang terpotong itu diletakan blok agar yang mengandung auksin. Dari perlakuan
tersebut ternyata bahwa tidak terjadi pertumbuhan tunas pada ketiak daun. Hal ini

membuktikan bahwa auksin yang ada di apical bud menghambat tumbuhnya tunas
lateraL.
e. perpanjangan akar (root initiation)
dalam hubungannya dengan pertumbuhan akar, Luckwil (1956) telah melakukan
suatu eksperimen dengan menggunakan zat kimia NAA (Naphthalene acetic acid), IAA
(Indole acetid acid) dan IAN (Indole-3-acetonitrile) yang ditreatment pada kecambah
kacang. Dari hasil eksperimennya diperoleh petunjuk bahwa ketiga jenis auksin ini
mendorong pertumbuhan primordia akar. Perlu dikemukakan pula di sini, bahwa
menurut Delvin (1975), pemberian konsentrasi IAA yang relatif tinggi pada akar, akan
menyebabkan terhambatnya perpanjangan akar tetapi meningkatkan jumlah akar.
f. Pertumbuhan batang (stem growth)
Di dalam alam, hubungan antara auksin dengan pertumbuhan batang nyata erat
sekali. Apabila ujung coleoptile dipotong, kemungkinan tanaman tersebut akan terhenti
pertumbuhannya. Di dalam tanaman, jaringan-jaringan muda terdapat pada apical
meristem. Hubungannya dengan pertumbuhan tanaman peranan auksin sangat erat
sekali.
g. Parthenocarpy
Di dalam alam sering kita menjumpai buah yang tidak berbiji. Seperti ; Anggur,
Strawberry dan tanaman famili mentimun. Keadaan seperti ini disebabkan tidak
dialaminya pembuahan pada perkembangan buah. Di dalam fisiologi, keadaan seperti
ini dinamakan Parthenocarpy.Di dalam proses Parthenocarpy, hormon auksin bertalian
erat. Seperti dikemukakan massart (1902) hasil eksperimennya menunjukan bahwa
pembengkakan dinding ovary bunga anggrek dapat distimulasi oleh tepung sari yang
telah mati.Pada tahun 1934 Yasuda berhasil menemukan penyebab Parthenocarpy
dengan menggunakan ekstrak tepung sari pada bunga mentimun. Hasil analisisnya
menunjukan bahwa ekstrak tersebut mengandung auksin. Selanjutnya pada tahun1936,

Gustafon telah menemukan terjadinya Parthenocarpy dengan menggunakan IAA yang


dicampur dengan lanolin pada stigma. Hasil penelitian Muir (1942) menunjukan pula
bahwa kandungan auksin pada ovary yang mengalami pembuahan (pollination)
meningkat bila dibandingkan dengan ovary yang tidak mengalami pembuahan.
h. Pertumbuhan buah (fruit growth)
Peningkatan volume buah ada hubungannya dengan pertumbuhan buah. Keadaan ini
akibat hasil pembelahan sel dan/atau pengembangan sel. Menurut Weaver (1972), fase
pembelahan sel biasanya overlap dengan pengembangan sel (cell enlargementh).
Keadaan perkembangan ini selalu diikuti oleh peningkatan ukuran buah.Mengenai
hubungannya dengan auksin, diterangkan oleh Muller-Thurgau dalam tahun 1898
bahwa endosperma dan embrio di dalam biji menghasilkan auksin yang menstimulasi
pertumbuhan endosperma. Suatu anggapan mengenai peranan auksin dalam
pertumbuhan buah, telah dibuktikan oleh Crane dalam tahun 1949 dengan
menggunakan 2,4, 5-T sebagai exogenous auksin yang diaplikasikan pada blak berry,
anggur, strawberry dan jeruk. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa pertumbuhan
buah lebih cepat 60 hari dari fase normal rata-rata 120 hari.
i. Absisi
Absisi adalah suatu proses secara alami terjadinya pemisahan bagian/organ tanaman
dari tanaman, seperti ; daun, bunga, buah atau batang.Menurut Addicot (1964) maka
dalam proses abscission ini faktor alami seperti ; dingin, panas, kekeringan, akan
berpengaruh terhadap abscission. Dalam hubungannya dengan hormon tumbuh, maka
mungkin hormon ini akan mendukung atau menghambat proses tersebut.Di dalam
proses absisi, akan terjadi perubahan-perubahan metabolisme dalam dinding sel dan
perubahan secara kimia dari pectin dalam midle lamella.Pembentukan lapisan absisi
(abscission layer), kadang-kadang diikuti oleh susunan cell division proximal. Disini selsel baru akan berdiferensiasi ke dalam periderm dan membentuk suatu lapisan
pelindung (Weaver, 1972).Mengenai hubungan antara absisi dengan zat tumbuh auksin,
Addicot et al (1955) mengemukakan sbb: Absisi akan terjadi apabila jumlah auksin yang

ada di daerah proksimal (proximal region) sama atau lebih dari jumlah auksin yang
terdapat di daerah distal (distal region). Tetapi apabila jumlah auksin yang berada di
daerah distal lebih besar dari daerah proximal, maka tidak akan terjadi absisi. Dengan
kata lain proses absisi ini akan terlambat.
Teori lain (Biggs dan Leopold 1957, 1958) menerangkan bahwa pengaruh auksin
terhadap absisi ditentukan oleh konsentrasi auksin itu sendiri. Konsentrasi auksin yang
tinggi akan menghambat terjadinya absisi, sedangkan auksin dengan konsentrasi
rendah akan mempercepat terjadinya absisi.Teori terakhir dikemukakan oleh
Robinstein dan Leopold (1964) yang menerangkan bahwa respon absisi pada daun
terhadap auksin dapat dibagi kedalam dua fase jika perlakuan auksin diberikan setelah
daun terlepas. Fase pertama, auksin akan menghambat absisi, dan fase kedua auksin
dengan konsentrasi yang sama akan mendukung terjadinya absisi.
j. Senescence
Menurut Alex Comport (1956) dalam Leopold (1961) "senescence" adalah suatu
penurunan kemampuan tumbuh (viability) disertai dengan kenaikan vulnerability suatu
organisme. Namun di dalam tanaman, istilah ini diartikan; menurunnya fase
pertumbuhan (growth rate) dan kemampuan tumbuh (vigor) serta diikuti dengan
kepekaan (susceptibility) terhadap tantangan lingkungan, penyakit atau perubahan fisik
lainnya. Ciri dari fenomena ini selalu diikuti dengan kematian.
Di dalam alam, senescence terjadi pada daun, batang dan buah. Menurut Leopold
(1961) ada empat bentuk senescence yang terjadi pada tanaman yaitu :
1. Semua organ tumbuh mengalami senescence (over-all senescence)
2. Senescence yang terjadi pada bagian atas (top senescence)
3. Senescence yang terjadi seluruh bagian daun dan buah (decideus
senescence)
4. Senescence berkembang dari daun paling bawah menuju kearah
atas (progresive senescence)
Ciri-ciri terjadinya senescence dapat ditemukan pada morfologi dan perubahan di
dalam organ atau seluruh tubuh tanaman. Keadaan seperti ini diikuti oleh

meningkatnya abscission serta daun dan buah berguguran dari batang pokok. Begitu
pula pertumbuhan dan pigmentasi warna hijau berubah menjadi warna kuning, yang
akhirnya buah dan daun terlepas dari batang pokok .
Golongan auksin
yang termasuk auksin alami : indole-3-asam asetat (IAA), 4-chloro-asam
indoleasetis, asam fenilasetis (PAA), dan indole-3-asam butirik (IBA).
auksin buatan antara lain 1-asam nafthaleneasetis (NAA), 2,4-asam
dichlorophenoxyasetis (2,4-D), dan lain-lain.
Yang paling penting dari keluarga auksin adalah indole-3-asam asetat (IAA). Ini
menghasilkan efek auksin pada tanaman secara menyeluruh, dan yang paling ampuh
dari auksin alami, namun molekul kimiawi IAA adalah yang paling labil di larutan air,
sehingga IAA tidak digunakan secara komersial sebagai regulator pertumbuhan
tanaman.
Beberapa auksin sintetis seperti 2,4-D dan 2,4,5-asam trichlorophenoxyacetic (2,4,5T) telah digunakan sebagai herbisida.
Menurut Koeffli, Thimann dan went (1966), aktivitas
auxsin ditentukan oleh :
a. adanya struktur cincin yang tidak jenuh,
b. adanya rantai keasaman (acid chain)
c. pemisahan karboksil grup (-COOH) dari struktur
cincin.
d. Adanya pengaturan ruangan antara struktur cincin dengan rantai keasaman.
Tentang sifat dari rantai keasaman, Koeffli (1966) menerangkan bahwa posisi dan
panjang rantai keasaman, berpengaruh terhadap aktivitas auksin. Rantai yang
mempunyai karboksil grup dipisahkan oleh karbon atau karbon dan oksigen akan
memberikan aktivitas yang normal.
2. Giberelin
Gibberellin adalah turunan dari asam gibberelat. Merupakan hormon tumbuhan alami
yang merangsang pembungaan, pemanjangan batang dan membuka benih yang masih
dorman. Ada sekitar 100 jenis gibberellin, namun Gibberellic acid (GA3)-lah yang

paling umum digunakan.


Gibberellin adalah zat kimia yang dikelompokan kedalam terpinoid. Semua kelompok
terpinoid terbentuk dari unit isoprene yang terdiri dari 5 atom karbon.GA3

Unit-unit isoprene ini dapat bergabung sehingga menghasilkan monoterpene (C-10),


Sesqueterpene (C-15), diterpene (C-20) dan triterpene (C-30).Biosintesis giberelin yang
terdapat dalam jamur Gibberella Fujikuroi berproses dari Mevalonic acid sampai
menjadi gibberellin. Di dalam proses biosintesis telah diketemukan zat penghambat
(growth retardant) di dalam aktivitas ini. Beberapa contoh growth retardant yang
menghambat biosintesis giberelin pada tanaman antara lain Amo-1618 (2-isopropil-4dimetil-kamine-5 metil phenil-4pipendine karboksilatmetil klorida) menghambat
biosintesis giberelin pada tanaman mentimun liar (Exhmocytis macrocarpa). Amo-1618
menghambat dalam proses perubahan dari Geranylgeranyl pyrophosphat ke Kaurene.
Begitu pula growth retardant CCC (2-chloroethyl) trimethyl (-amonium chloride)
memperlihatkan aktivitas yang sama dengan Amo-1618.
Struktur molekul dan aktivitas giberelin
giberelin merupakan suatu compound (senyawa) yang mengandung "gibban
skeleton".
Menurut Weaver (1972), perbedaan utama pada giberelin adalah:
a. beberapa giberelin mempunyai 19 buah atom karbon dan yang lainnya mempunyai
20 buah atom karbon.
b. Grup hidroksil berada dalam posisi 3 dan 13 (ent gibberellenenumbering system)
Semua giberelin dengan 19 atom karbon adalah monocarboxylic acid yang mengandung
COOH grup pada posisi 7 dan mempunyai sebuah lactonering.
Di dalam alam, dijumpai pula beberapa senyawa yang di ekstrak dari tanaman.
Senyawa tersebut tidak mengandung giberelin atau gibberellane structure tetapi
termasuk ke dalam giberelin. Dari hasil penelitian Tamura dkk, ia menemukan suatu

substansi dalam jamur


Helminthosporium sativum yang dinamakan "helminthosporol" yang aktif dalam
perpanjangan daun pada kecambah padi dan barley. Senyawa lain yang ditemukan
tanpa gibban skeleton yaitu "Steviol", namun aktivitasnya seperti giberelin.
Peranan giberelin bagi tanaman
Gibberellin sebagai hormon tumbuh pada tanaman sangat berpengaruh pada sifat
genetik (genetic dwarfism), pembuangan, penyinaran, partohenocarpy, mobilisasi
karbohidrat selama perkecambahan (germination) dan aspek fisiologi kainnya. giberelin
mempunyai peranan dalam mendukung perpanjangan sel (cell elongation), aktivitas
kambium dan mendukung pembentukan RNA baru serta sintesa protein.
Peranan giberelin bagi tanaman
a. Genetic dwarfism
b. Pembungaan (flowering)
c. Parthenocarpy dan fruit set
d. pematangan buah (fruit ripening)
e. Mobilisasi bahan makanan selama fase
perkecambahan (germination)
f. Stimulasi aktivitas cambium dan
perkembangn xylem
g. Dormansi
a. Genetic dwarfism
Genetic dwarfism adalah suatu gejala kerdil yang disebabkan olehadanya mutasi.
Gejala ini terlihat dari memendeknya internode. Terhadap Genetic dwarfism ini,
giberelin mampu merubah tanaman yang kerdil menjadi tinggi. Hal ini telah dibuktikan
oleh Brian dan Hemming (1955). Dalam eksperimennya mereka telah memberi
perlakuan penyemprotan gibberellic acid pada berbagai varietas kacang. Hasil dari
eksperimen ini menunjukan bahwa gibberellic acid berpengaruh terhadap tanaman

kacang yang kerdil dan menjadi tinggi.


Mengenai hubungannya dengan cell elengation, dikemukakan bahwa gibbberelline
mendukung pengembangan dinding sel.Menurut van Oberbeek (1966) penggunaan
giberelin akan mendukung pembentukan enzym protolictic yang akan membebaskan
tryptophan sebagai asal bentuk dari auksin. Hal ini berarti bahwa kehadiran giberelin
tersebut akan meningkatkan kandungan auksin.
Mekanisme lain menerangkan bahwa giberelin akan menstimulasi cell elengation,
karena adanya hidrolisa pati yang dihasilkan dari giberelin, akan mendukung
terbentuknya a amilase. Sebagai akibat dari proses tersebut, maka konsentrasi gula
meningkat yang mengakibatkan tekanan osmotik di dalam sel menjadi naik, sehingga
ada kecenderungan sel tersebut berkembang.
b. Pembungaan (flowering)
Gibbereline sebagai salah satu hormon tumbuh pada tanaman, mempunyaiperanan
dalam pembungaan. Penelitian yang dilakukan Henny (1981) pada bungan
spothiphyllum Mauna loa. Dari penelitiannya, aktivitas pembungaan
meningkat dengan meningkatnya dosis pemberian giberelin.
c. Parthenocarpy dan fruit set
Seperti auksin, giberelin pun berpengaruh terhadap Parthenocarpy. Hasil penelitian
menunjukan bahwa gibberellic acid (GA3) lebih efektif dalam terjadinya
Parthenocarpy dibanding dengan auksin yang dilakukan pada blueberry. Hasil
eksperimen lain menunjukan pula bahwa GA3 dapat meningkatkan tandan buah (fruit
set) dan hasil.
d. Peranan Gibberellin dalam
pematangan buah (fruit ripening)

Pematangan (ripening) adalah suatu proses fisiologis, yaitu terjadinya perubahan dari
kondisi yang tidak menguntungkan ke suatu kondisi yang menguntungkan, ditandai
dengan perubahan tekstur, warna, rasa dan aroma.
Dalam proses pematangan ini, giberelin mempunyai peran penting yaitu mampu
mengundurkan pematangan (repening) dan pemasakan (maturing) suatu jenis buah.
Dari hasil penelitian menunjukan aplikasi Giberelin pada buah tomat dapat
memperlambat pematangan buah, sedangkan gibberellic acid yang diterapkan pada
buah pisang matang, ternyata pemasakannya dapat ditunda.
e. Mobilisasi bahan makanan
selama fase perkecambahan (germination)
Biji cerealia terdiri dari embrio dan endosperm. Didalam endosperm terdapat masa
pati (starch) yang dikelilingi oleh suatu lapisan "aleuron".. sedangkan embrio itu sendiri
merupakan suatu bagian hidup yang suatu saat akan menjadi dewasa. Pertumbuhan
embrio selama perkecambahan bergantung pada persiapan bahan makanan yang
berada di dalam endosperm. Untuk keperluan kelangsungan hidup embrio maka
terjadilah penguraian secara enzimatik yaitu terjadi perubahanpati menjadi gula yang
selanjutnya ditranslokasikan ke embrio sebagai sumber energi untuk pertumbuhannya.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa Giberelin berperan penting dalam proses
aktivitas amilase. Hal ini telah dibuktikan dengan menggunakan GA yang
mengakibatkan aktivitas amilase miningkat.Aktivitas enzym a amilase dan protease di
dalam endosperm juga didukung oleh GA melalui de novo synthesis. Hal ini ada
hubungannya dengan terbentuknya DNA baru yang kemudian menghasilkan RNA.
f. Stimulasi aktivitas cambium dan perkembangn xylem
Giberelin mempunyai peranan dalam aktivitas kambium dan perkembangn xylem.
Aplikasi GA3 dengan konsentrasi 100, 250, dan 500 ppm mendukung terjadinya
diferensiasi xylem pada pucuk olive. Begitu pula dengan mengadakan aplikasi GA3 +
IAA dengan konsentrasi masing-masing 250 dan 500 ppm, maka terjadi pengaruh
sinergis pada xylem. Sedangkan aplikasi auksin sajatidak memberi pengaruh pada
tanaman.

g. Dormansi
Dormansi adalah masa istirahat bagi suatu organ tanaman atau biji. Menurut
Copeland (1976), dormansi adalah kemampuan biji untuk mengundurkan fase
perkecambahannya hingga saat dan tempat itu menguntungkan untuk tumbuh.Secara
umum terjadinya dormansi adalah disebabkan oleh faktor luar dan faktor dalam. Faktor
yang menyebabkan dormansi pada biji adalah sbb:
1. tidak sempurnanya embrio (rudimentery embriyo)
2. embrio yang belum matang secara fisikologis (physiological immature embriyo)
3. kulit biji yang tebal (tahan terhadap gerakan mekanis)
4. kulit biji impermeable ( impermeable seed coat)
5. adanya zat penghambat (inhibitor) untuk perkecambahan (presence of
germination inhibitors).
Fase yang terjadi dalam dorminasi biji, menurut Amen (1968) ada empat fase yang
harus dilalui :
1. fase induksi, ditandai dengan terjadinya penurunan jumlah hormon (hormon
level)
2. fase tertundanya metabolisme (a period of partial metabolic arrest)
3. fase bertahannya embrio untuk berkecambah karena faktor lingkungan yang
tidak menguntungkan.
4. Perkecambahan (germination), ditandai dengan meningkatnya hormon dan
aktivitas enzym.
Peranan hormon tumbuh di dalam biji yang mengalami dorminasi telah dibahas
oleh warner (1967) yang mengatakan bahwa GA3 dapat menstimulasi sintesis
ribonuklease, amilase dan protoase di dalam endospem biji barley.
3. Sitokinin
Hormon tumbuhan turunan adenin berfungsi untuk merangsang pembelahan sel dan
diferensiasi mitosis, disintesis pada ujung akar dan ditranslokasi melalui pembuluh
xylem. Aplikasinya untuk merangsang tumbuhnya tunas pada kultur jaringan atau pada

tanaman induk, namun sering tidak optimal untuk tanaman dewasa.


sitokinin pertama kali ditemukan dalam kultur jaringan di Laboratories of Skoog and
Strong University of Wisconsin. Material yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah batang tembakau yang ditumbuhkan pada medium sintesis. Menurut Miller et al
(1955, 1956), senyawa yang aktif adalah kinetin (6-furfuryl amino purine). Hasil
penelitian menunjukan bahwa purine adenin sangat efektif.
Bentuk dasar dari sitokinin adalah adenin (6-amino purine). Adenin merupakan
bentuk dasar yang menentukan terhadap aktifitas sitokinin. Di dalam
senyawa sitokinin, panjang rantai dan hadirnya suatu double bond dalam rantai
tersebut akan meningkatkan aktifitas zat pengatur tumbuh ini.
Penelitian pertumbuhan pith tissue culture dengan menggunakan sitokinin dan auksin
dalam berbagai perbandingan telah dilakukan oleh Weier et al (1974). Dihasilkan bahwa
apabila dalam perbandingan sitokinin lebih besar dari auksin, maka hal ini akan
memperlihatkan stimulasi pertumbuhan tunas dan daun. Sebaliknya apabila sitokinin
lebih rendah dari auksin, maka ini akan mengakibatkan stimulasi pada pertumbuhan
akar. Sedangkan apabila perbandingan sitokinin dan auksin berimbang, maka
pertumbuhan tunas, daun dan akar akan berimbang pula. Tetapi apabila konsentrasi
sitokinin itu sedang dan konsentrasi auksin rendah, maka keadaan pertumbuhan
tobacco pith culture tersebut akan berbentuk callus.
Sedangkan dalam pembelahan sel, dikemukakan bahwa IAA dan kinetin,apabila
digunakan secara tersendiri akan menstimulasi sintesis DNA dalam tobacco pith
culture. Dan menurut ahli tsb, kehadiran IAA dan kinetin ini diperlukan dalam proses
mitosis walaupun IAA lebih dominan pada fase tersebut.
Sitokinin berfungsi memacu pembelahan sel danpembentukan organ, menunda
penuaan, meningkatkan aktivitas wadah penampung hara, memacu perkembangan
kuncup samping tumbuhan dikotil, dan memacu perkembangankloroplas dan sintesis
klorofil.
4. Etilen

Etilen, hormon yang berupa gas yang dalam kehidupan tanaman aktif dalam proses
pematangan buah Aplikasi mengandung ethephon, maka kinerja sintetis ethylen
berjalan optimal sehingga tujuan agar buah cepat masak bisa tercapai. (misalnya:
Etephon, Protephon) merk dagang antara lain: Prothephon 480SL.
Struktur kimia etilen sangat sederhana yaitu terdiri dari 2 atom karbon dan 4 atom
hidrogen (H2C=CH2 ).
Auksin dosis tinggi dapat merangsang produksi Etilen. Kelebihan Etilen malah dapat
menghalangi pertumbuhan, menyebabkan gugur daun (daun amputasi), dan bahkan
membunuh tanaman.
Peranan etilen bagi tanaman
Di dalam proses fisiologis, etilen mempunyai peranan penting. Wereing dan Phillips
(1970) telah mengelompokan pengaruh etilen dalam fisiologi tanaman sbb:
a. mendukung respirasi climacteric dan pematangan buah
b. mendukung epinasti
c. menghambat perpanjangan batang (elengation growth) dan akar pada beberapa
species tanaman walaupun etilen ini dapat menstimulasi perpanjangan batang,
coleoptyle dan mesocotyle padatanaman tertentu, misalnya Colletriche dan padi.
d. Menstimulasi perkecambahan
e. Menstimulasi pertumbuhan secara isodiametrical lebih besar
dibandingkan dengan pertumbuhan secara longitudinal
f. Mendukung terbentuknya bulu-bulu akar
g. Mendukung terjadinya abscission pada daun
h. Mendukung proses pembungaan pada nanas
i. Mendukung adanya flower fading dalam persarian anggrek
j. Menghambat transportasi auksin secara basipetal dan lateral
k. Mekanisme timbal balik secara teratur dengan adanya auksin yaitu
konsentrasi auksin yang tinggi menyebabkan terbentuknya etilen.
Tetapi kehadiran etilen menyebabkan rendahnya konsentrasi auksin di dalam jaringan.
Hubungannya dengan konsentrasi auksin, hormon tumbuh ini menentukan

pembentukan protein yang diperlukan dalam aktifitas pertumbuhan, sedangkan


rendahnya konsentrasi auksin, akan mendukung protein yang akan mengkatalisasi
sintesis etilen dan prekursor.
Interaksi etilen dengan auksin.Dari hasil penelitian terhadap tanaman kacang
(pea), menunjukan bahwa pembentukan etilen lebih tampak pada jaringan meristem
tempat auksin dihasilkan. Disini IAA mengontrol pembentukan etilen dalam
perpanjangan batang pea.
Hasil penelitian lain menunjukan bahwa adanya penghambatan transportasi auksin
oleh endogenous etilen yang menyebabkan terjadinya abscission pada daun.
5. Inhibitor
Yang dimaksud dengan istilah inhibitor adalah zat yang menghambat pertumbuhan
pada tanaman, sering didapat pada proses perkecambahan, pertumbuhan pucuk atau
dalam dormansi.
Di dalam tanaman, inhibitor menyebar disetiap organ tubuh tanaman tergantung dari
jenis inhibitor itu sendiri. Menurut weaver (1972), beberapa jenis inhibitor adalah
merupakan bentuk phenyl compound termasuk phenol, benzoic acid, cinamic acid dan
coffeic acid. Gallic acid dan shikimic acid merupakan turunan dari benzoic acid.
Selanjutnya ia mengemukakan pula bahwa gallic acid dapat diketemukan pada buah
yang matang, sedangkan ferulic acid dan p-coumaric acid merupakan ko faktor untuk
IAA oksida.
Di dalam alam, abscisic acid dapat dijumpai pada daun, batang, rizoma, ubi (tuber),
tunas (bud), tepung sari, buah, embrio, endosperm, ataupun kulit biji (seed coat)
misalnya pada tanaman kentang, kacang, apel, adpokat rose dan kelapa.
Plant growth retardant adalah inhibitor yang berperan dalam menghambat aktivitas
apical meristematic. Zat kimia yang dikelompokan dalam growth retardant adalah :
Amo-1618, Phosfon-D, CCC (cycocel), SADH (succinic acid-2,2-dimethyl hyrdazide) dan
Morphactins (methyl-2-chloro-9-hydroxy fluorene-9-carboxylate/IT 3456 dan n-butyl-

9-hydroxyfluerene-9-carboxylate/IT 3233).
Peranan inhibitor di dalam tanaman a. Asam absisatDi dalam tanaman, Asam absisat
(ABA) menyebar di dalam jaringan. Inhibitor ini mempunyai fungsi atau peranan yang
berlawanan dengan zat pengatur tumbuh: auksin, gibberellin, dan sitokinin.
b. Plant growth retardant
Plant growth retardant adalah inhibitor yang berlawanan dengan kegiatan gibbberellin
pada perpanjangan batang. Hal ini terbukti dari hasil penelitian Lang dkk dengan
menggunakan CCC dan Amo-1618 pada jamur fusarium moniliforme dan tanaman
derajat tinggi. Ternyata bahwa sintesis gibberellin diblokir sehingga gibberellin tersebut
tidak berpengaruh. Sedangkan SADH menghambat diamin oksida (yang berperan
dalam perubahan tryptamine menjadi IAA).
Secara garis besar ternyata inhibitor ini menghambat aktivitas auksin, giberelin dan
sitokinin. ABA sebagai salah satu jenis inhibitor mendukung dormansi, abscission dan
senscence. Sedangkan SADH, CCC, Phosfon-D dan Amo-1618 menghambat
perpanjangan batang (cell elongation). Growth retardant ini aktifasinya berlawanan
dengan gibberellin.
MH (Maleic Hydrazide) sering digunakan sebagai herbisida dalam konsentrasi yang
tinggi. Aktifitas MH ini menghambat aktifitas meristematic, sehingga menghambat
perpanjangan batang.
Begitu pula morphactin dan turunannya, dengan menggunakan konsentrasi yang
tinggi, dapat dipergunakan sebagai pembunuh rumput - rumputan. Peranan bahan
kimia ini adalah menghambat perpanjangan batang dan berfungsi pula untuk
memecahkan tunas.

6. Poliamina
Polyamines mempunyai peranan besar dalam proses genetis yang paling mendasar
seperti sintesis DNA dan ekspresi genetika. Spermine dan spermidine berikatan dengan
rantai phosphate dari asam nukleat. Interaksi ini kebanyakkan didasarkan pada
interaksi ion elektrostatik antara muatan positif kelompok ammonium dari polyamine
dan muatan negatif dari phosphat.
Polyamine adalah kunci dari migrasi sel, perkembangbiakan dan diferensiasi pada
tanaman dan hewan. Level metabolis dari polyamine dan prekursor asam amino adalah
sangat penting untuk dijaga, oleh karena itu biosynthesis dan degradasinya harus diatur
secara ketat.
Polyamine mewakili kelompok hormon pertumbuhan tanaman, namun merekan juga
memberikan efek pada kulit, pertumbuhan rambut, kesuburan, depot lemak, integritas
pankreatis dan pertumbuhan regenerasi dalam mamalia.
Sebagai tambahan, spermine merupakan senyawa penting yang banyakdigunakan
untuk mengendapkan DNA dalam biologi molekuler.
Spermidine menstimulasi aktivitas dari T4 polynucleotida kinase and T7 RNA
polymerase dan ini kemudian digunakan sebagai protokol dalam pemanfaatan enzim.
Beberapa poliamina yang sering ditemukan pada tumbuhan:

DAFTAR PUSTAKA
Anna Kasvaa. 2007. The growth enhancing effects of
triacontanol.htttp://www.carbonkick.fi. Diakses tanggal 17 JUNI 2011.
Isbandi, J. 1983. Pertumbuhan dan perkembangan Tanaman. Fakulas Pertanian UGM.
Yogyakarta.
Nani Sumiati dan Etti Sumiati. 2001. Pengaruh Vernalisasi, Giberelin, dan Auxin
terhadap Pembungaan dan Hasil Biji Bawang Merah. Jurnal Hortikultura (11) 1: 1-8
2001.
Peranan Zat Pengatur Tumbuh (Z PT) Dalam Pertumbuhan dan Perkembangan
Tumbuhan. http://www.iel.ipb.ac.id. Diakses tanggal 17 JUNI 2011

Anda mungkin juga menyukai