MAKALAH
Disusun oleh:
Kelompok 3 / Offering GW
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sitokinin
Seperti halnya dengan hormon tumbuhan yang lain sitokinin juga sangat
berpengaruh selama proses pertumbuhan dan perkembangan dari tumbuhan, dalam
bekerja mengatur proses ini sitokinin dapat bekerja sama dengan hormon yang lain
secara sinergis maupun secara antagonis (Lukiati, 2001).
1) Pembelahan sel dan pembentukan organ
Sitokinin mempunyai fungsi utama dalam mendorong pembelahan sel.
Skoog dan kawan-kawannya menemukan jika potongan empulur tembakau
ditumbuhkan dalam medium agar yang mengandung sitokinin secara aseptik
maka sel-sel empulur tersebut akan mengalami pembelahan yang cukup berarti
dan membentuk sekumpulan sel yang belum mengalami spesialisasi, dan tersusun
dari sel-sel diploid yang disebut kalus.
Skoog juga menemukan jika dalam medium agar tersebut ditambahkan
auksin dan sitokinin dengan perimbangan sitokinin terhadap auksin tetap tinggi,
maka sel-sel penyusun kalus akan berkembang menjadi tunas, batang dan daun.
Tetapi jika perimbangan sitokinin terhadap auksin rendah, maka akan terbentuk
akar (gambar 4). Pembentukan tunas atau akar yang berasal dari kalus ini dikenal
dengan organogenesis. Kadang-kadang perimbangan antara auksin dan sitokinin
dalam medium dapat menyebabkan kalus menjadi bersifat embrionik dan
berkembang menjadi embrio, yang selanjutnya akan membentuk tunas dan akar.
Pembentukan tunas dan akar yang berasal dari embrio ini disebut embriogenesis.
Gambar 4. Pemberian hormon sitokinin yang lebih tinggi menyebabkan
tumbuhnya batang dan daun (kiri), pemberian auksin yang
tinggi menyebabkan pertumbuhan akar pada kalus (kanan)
(Hopkins, 2008).
2) Menghambat penuaan daun
Dalam proses penuaan daun, kandungan klorofil; protein dan RNA akan
cepat mengalami penurunan. Penuaan dapat dipercepat jika daun yang dilepas
diletakkan pada tempat yang gelap, tetapi pada tumbuhan dikotil agar adventif
seringkali dapat tumbuh pada bagian dasar petiol daun yang dilepas tadi dan hal
ini dapat menghambat terjadinya proses penuaan pada daun tersebut. Dari fakta
ini diduga ada sesuatu yang berasal dari akar yang diangkut ke daun sehingga
menyebabkan daun tetap dapat dipertahankan daun muda secara fisiologis.
Sesuatu ini diyakini sebagai sitokinin yang berasal dari xilem. Bukti yang
menunjukkan bahwa sitokinin terlibat dalam menunda penuaan ini adalah
ditemukannya kandungan sitokinin dalam lembar daun secara substansial
meningkat pada saat akar adventif terbentuk.
Potongan daun yang diletakkan dalam air akan mengalami penuaan
dengan gejala yang nampak terjadi penguningan, kehilangan klorofil. Hal ini
dapat ditunda dengan menambahkan sitokinin dalam air yang digunakan untuk
merendam potongan daun tersebut. Daun yang diberi kinetin dapat bertahan tetap
hijau dalam jangka waktu yang lama, sitokinin yang lain seperti benziladenin dan
zeatin memberikan pengaruh yang sama dengan kinetin.
3) Dominansi apikal
Pemakaian sitokinin dapat mereduksi dominansi apikal, dengan
menyemprotkan kinetin pada tunas lateral yang sedang dalam keadaan dorman
dapat menyebabkan tunas lateral tersebut tumbuh memanjang. Sitokinin sintetik
seperti benziladenin dapat memberikan efek pemanjangan tunas lateral lebih
efektif dibandingkan kinetin. Pemakaian benziladenin dan zeatin menyebabkan
pemanjangan tunas lateral dapat berlangsung selama dua minggu.
Pada kajian yang lain juga menyebutkan bahwa rasio dari sitokinin dan
auksin dapat mengontrol inisiasi pertumbuhan ujung akar dan kuncup aksilar
(gambar 5).
Gambar 5. Pada bagian kiri adalah ilustrasi tanaman dengan sitokinin yang cukup,
pertumbuhan kuncup normal. Sedangkan yang kanan adalah tanaman
dengan sitokinin yang kurang, pertumbuhan kuncup terhambat (Hopkins,
2008).
4) Diferensiasi batang dan akar
Dalam uraian sebelumnya telah dibahas tentang pengaruh pemakaian
sitokinin dan auksin dalam medium agar dapat menyebabkan diferensiasi embrio
maupun kalus menjadi tunas dan akar. Dalam pengaturan proses diferensiasi
batang dan akar ini sitokinin bekerja sama dengan auksin, sebab fakta
menunjukkan jika medium hanya ditambahkan sitokinin saja atau auksin saja
tidak akan terjadi diferensiasi batang dan akar pada kalus.
5) Mematahkan Dormansi
Dari hasil percobaan menunjukkn kinetin juga dapat mematahkan
dormansi pada tumbuhan tertentu. Perkembangan biji sawi varietas Grand rapids
memerlukan cahaya tambahan disamping kelembaban, udara, dan suhu yang
sesuai. Perkecambahan biji sawi ini dapat terjadi di tempat yang gelap asalkan
diperlakukan dengan kinetin, berarti sinar yang diperlukan untuk perkecambahan
dapat digantikan dengan sitokinin. Pengaruh sinar dan sitokinin bersifat sinergis,
artinya jika ke dua faktor itu berpegaruh secara individual (berdiri sendiri) kurang
efektif daripada pengaruh kombinasi kedua faktor tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang ada diatas, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai
hormon sitokinin sebagai berikut:
1. Hormon Sitokinin disintesis didalam akar tumbuhan, melalui penambahan AMP
(Adenosine monophosphate) dan isopentenyl phyrophosphate yang nantinya akan
membentuk kinetin.
2. Hormon sitokinin ditransport ke seluruh bagian tumbuhan melalui xylem. Namun
juga dapat melalui floem dan sifatnya sangat terbatas.
3. Pembelahan sel dapat dikontrol oleh hormon sitokinin yang bersinergis dengan
hormon auksin.
4. Peranan dari hormon sitokinin bagi tumbuhan antara lain: mengontrol pembelahan
sel, menghambat penuaan daun, dominansi apikal, diferensiasi akar dan batang serta
dapat mematahkan dormansi pada biji.
DAFTAR PUSTAKA
Hopkins, W. & Huner, N. 2008. Introduction to Plant Physiology. USA: The University of
Western Ontario
Lukiati, Betty. 2001. Pertumbuhan dan Perkembangan. Malang: Universitas Negeri Malang