Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ZAT PENGATUR TUMBUH


EFEK FISIOLOGIS RETARDAN

PUAN HABIBAH
1920242005

DOSEN PENGASUH :
Prof. Dr. Ir. Warnita, MP

PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ iii

I. PENDAHULUAN ............................................................................... 3
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 3
1.2. Rumusan masalah ...................................................................... 3
1.3. Tujuan ........................................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 4


2.1.Pengertian Retardan........................................................................ 4
2.2.Struktur Dasar Retardan.................................................................. 7
2.3. Biosintesis dan Metabolisme Retardan.......................................... 9
2.4. Fungsi Retardan ………... ….……………………......….. 9

III. PENUTUP ....................................................................................... 10


3.1 Kesimpulan................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ….................................................................................... 13


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hormon tumbuhan, atau pernah dikenal juga dengan fitohormon, merupakan
sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami
maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil (di bawah satu
milimol per liter, bahkan dapat hanya satu mikromol per liter) mendorong,
menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis)
tumbuhan. Hormon tumbuhan dibedakan atas hormon endogenous dan hormon
eksogenous.
Hormon tumbuhan yang bersifat endogenous dihasilkan sendiri oleh individu
yang bersangkutan, sedangkan hormon tumbuhan yang bersifat exogenous diberikan
dari luar sistem individu. Hormon eksogen dapat juga merupakan bahan non-alami
(sintetik, tidak dibuat dari ekstraksi tumbuhan). Oleh karena itu, untuk
mengakomodasi perbedaan dari hormon hewan, dipakai pula istilah zat pengatur
tumbuh bagi hormon tumbuhan. Kelompok hormon sendiri terdapat ratusan hormon
tumbuhan atau zat pengatur tumbuh (ZPT) yang dikenal orang, baik yang endogen
maupun yang eksogen. Pengelompokan dilakukan untuk memudahkan identifikasi,
dan didasarkan terutama berdasarkan efek fisiologi yang sama, bukan semata
kemiripan struktur kimia. Pada saat ini dikenal lima kelompok utama hormon
tumbuhan, yaitu auksin (auxins), sitokinin (cytokinin), giberelin (gibberellins, GAS),
etilena (etena, ETH), dan asam absisat (abscisic acid ABA). Tiga kelompok yang
pertama bersifat positif bagi pertumbuhan pada konsentrasi fisiologis.
Etilena dapat mendukung maupun menghambat pertumbuhan, dan asam absisat
merupakan penghambat (inhibitor) pertumbuhan. Selain kelima kelompok itu, dikenal
pula kelompok-kelompok lain yang berfungsi sebagai hormon tumbuhan namun
diketahui bekerja untuk beberapa kelompok tumbuhan atau merupakan hormon
sintetik, seperti brasinosteroid asam jasmonat, asam salisilat, dan poliamina.
Beberapa senyawa sintetik berperan sebagai inhibitor (penghambat perkembangan).
Hormon tumbuhan tidak dihasilkan oleh suatu kelenjar sebagaimana pada hewan,
melainkan dibentuk oleh sel-sel yang terletak di titik-titik tertentu pada tumbuhan,
terutama titik tumbuh di bagian pucuk tunas maupun ujung akar. Selanjutnya,
hormon akan bekerja pada jaringan di sekitarnya atau, lebih umum, ditranslokasi ke
bagian tumbuhan yang lain untuk aktif bekerja di sana. Pergerakan hormon dapat
terjadi melalui pembuluh tapis, pembuluh kayu, maupun ruang-ruang antarsel.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa yang dimaksud dengan retardan (Asam absisat/paklobutrazol)
1.2.2. Apa saja bahan dasar penyusun Asam Absisat dan paklobutrazol
1.2.3. Bagaimana proses metabolisme Asam Absisat dan paklobutrazol
1.2.4. Fungsi dari hormon Asam Absisat dan paklobutrazol

1.3. Tujuan
1.3.1. Mengetahui apa itu hormon Asam Absisat dan paklobutrazol.
1.3.2. Mengetahui bahan dasar penyusun hormon Asam Absisat dan paklobutrazol.
1.3.3. Mengetahui metabolisme Asam Absisat dan paklobutrazol.
1.3.4. Mengetahui proses dan cara kerja Asam Absisat dan paklobutrazol
1.1. Pengertian Retardan
Zat pengatur tumbuh pada tanaman mempunyai peranan dalam pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Zat pengatur tumbuh pada tanaman adalah senyawa
organik yang bukan hara yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat,
dan dapat mengubah proses fisiologi tumbuhan (Abidin, 1993). Zat pengatur tumbuh
yang bersifat menghambat pertumbuhan tanaman disebut sebagai retardan. Retardan
dapat menekan pertumbuhan tanaman agar tidak terlalu tinggi dan tidak mudah rebah
(Wattimena, 1988). Retardan memiliki kemampuan untuk menghambat sintesis
Giberelin (Salisbury dan Ross, 1995).
Retardan diklasifikasikan menjadi dua kelompok yakni, retardan alami dan
retardan sintetik berdasarkan sumber retardan tersebut. Contoh dari retardan alami
yaitu benzoic acid, coumarin, dan cinnamic acid. Beberapa retardan sintetik umum
digunakan dalam budidaya hortikultura. Contoh retardan sintetik yaitu daminozide
(Alar dan B-nine), chloromequat (cycocel), ancymindol (A-Rest), paclobutrazol
(Bonzi), dan maleic hydrazine (Acquaah,2002).
Retardan yang sering digunakan dalam penelitian biji sintetik adalah Asam
Absisat (ABA) dan Paclobutrazol. Retardan Asam Absisat (ABA) berfungsi
mempertahankan viabilitas plb setelah penyimpanan kering meskipun pemberian
Asam absisat (ABA) konsentrasi tinggi dapat menghambat perkecambahan tetapi
tidak mematikan sel. Menurut Salisbury dan Ross (1992), ABA berpengaruh dalam
menghambat sintesa protein ABA dapat menghambat perkecambahan dan
pertumbuhan tunas.
Selain Asam Absisat (ABA), retardan yang dapat digunakan adalah
paclobutrazol. Paclobutrazol merupakan salah satu jenis retardan yang diharapkan
dapat menekan pertumbuhan vegetatif sehingga mengurangi pemanfaatan hasil
fotosintesis bagi pertambahan panjang ruas tanaman dan menyebabkan tanaman
menjadi lebih pendek, diameter batang menjadi lebih besar dan mencegah kerebahan
(Kwon dan Yim, 1986). Selain itu paclobutrazol juga mampu memperngaruhi
pertambahan tinggi, panjang tangkai bunga, diameter bunga dan jumlah bunga per
tanaman (Rubiyanti, 2015). Sedangkan dalam kondisi in vitro, Dewi et al. (2014)
melaporkan bahwa konsentrasi paclobutrazol 1 mg L-1 menghambat pertumbuhan
tinggi tunas, pertambahan jumlah tunas dan daun jeruk Pamelo cv. Nambangan.

1.2. Struktur Dasar Retardan


a. Struktur dasar paklobutrazol
Salah satu hormon retardant yang terkenal adalah paklobutrazol. Paklobutrazol
dapat diserap oleh tanaman melalui daun, pembuluh daun, pembuluh batang dan akar
selanjutnya ditranslokasikan secara akropetal melalui xilem ke bagian tanaman lain.
Selain itu paklobutrazol dapat bertahan dalam tanaman selama 6 bulan pada suhu
500C (ICI,1986). Senyawa paklobutrazol pada meristem sub apikal dapat
menghambat produksi giberelin kemudian menyebabkan penurunan laju pembelahan
sel, sehingga menghambat pertumbuhan vegetatif dan secara tidak lansung akan
mengalihkan asimilat ke pertumbuhan reproduktif yang dibutuhkan untuk
membentuk bunga, buah dan perkembangan buah (Weaver, 1972; Wattimena,1998).
Struktur dasar paklobutrazol dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Rumus bangun Paclobutrazol

Paklobutrazol secara biologis menghambat aktivitas enzim entkaurena


oksidase, mengubah entkaurena menjadi asamentkaurenoid dalam biosintesis
giberelin Wieland dan Wample (1985) menyatakan apabila biosintesis giberelin
terhambat maka berakibatmeningkatnya biosintesis asam absisat (ABA), karena
prekursor kedua hormon inia dalah Acetyl CoA yang terjadi dalam proses respirasi
guna menciptakan energi. Apabila hormon ABA meningkat, maka kemungkinan
berefek pada pembungaansuatu tanaman.Walaupun begitu efek paklobutrazol
terhadap tanaman cukup lama, dan hanya efektif pada suatu musim aplikasi.
Efendi (1994) menyatakan bahwa pemberian paklobutrazol tanpa diikuti
pemberian zat pemecahdormansi menyebabkan bunganya muncul lebihlama daripada
yang diberikan. Menurut Poerwanto et al (1997), untuk mempercepatpemecahan
matatunas bunga mangga yang masih dorman dapatdilakukan dengan memberikan zat
pemecahdormansi benzil adenin, etaphon dan KNO3.Pemberian zat pemecah
dormansi satu bulansetelah aplikasi paklobutrazol menghasilkan Bunga terbanyak
dibandingkan pemberian pada dua atautiga bulan sesudah paklobutrazol, hasil
penelitian Sakhidin dan Suparto (2011) menunjukan bahwa tanaman durian dapat
diinduksi dengan paklobutrazol dan etaphon.

Gambar 2. Posisi sintetis giberelin oleh paklobutrazol (Sponsel, 1995).

Kondisi ini disebabkan oleh fisiologis senyawa ini yang mampu mempertegar
dan mempertebal batang, seperti yang ditemui pada perlakuan paclobutrazol pada
jahe yang dapat mempertegar plantlet yang dihasilkan. Pemanjangan masa simpan
dengan perlakuan paclobutrazol lebih lama karena retardan ini dapat meningkatkan
kandungan butir-butir hijau daun sehingga proses fotosintesis planlet lebih baik
dibanding tanpa paclobutrazol (Mattjick et al., 1994 ).
Hasil penelitian konservasi in vitro yang telah berhasil diteliti diantaranya
pada tanaman lada dengan media dasar dikombinasikan dengan retardan
paclobutrazol. Hasil penelitian menunjukkan laju pertumbuhan paling lambat dan
jumlah daun paling sedikit ditunjukkan oleh perlakuan media MS kombinasikan
dengan paclobutrazol 5 mg/l (Yelnititis dan Bermawie, 2001). Pada tanaman Bengle
dengan perlakuan retardan paclobutrazol pada beberapa konsentrasi yang
menunjukkan bahwa pemberian paclobutrazol berpengaruh nyata terhadap jumlah
tunas, tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah akar (Ibrahim, 2003) dan hasil
penelitian lainnya tentang penyimpanan biakan dengan pertumbuhan minimal pada
tanaman obat langka pule (Rauvolvia serpentina) dengan menggunakan paclobutrazol
dan ancymidol menunjukkan bahwa perlakuan media simpan terbaik untuk pule
adalah media dasar Monier + ancymidol 1.0 mg/l.
b. Struktur dasar ABA (Asam absisat)
BA adalah seskuiterpenoid berkarbon 15, yang sebagian disintesis di
kloroplas dan plastid lain melalui lintasan asam mevalonat. Jadi reaksi awal dalam
sintesis ABA sama dengan reaksi sintesis isoprenoid seperti giberelin, sterol, dan
karotenoid. Ada fakta persentase kecil ABA di dalam kloroplas dapat naik
disebabkan destruksi fotokimia atau enzimatik carotenoid violaxanthin. Destruksi ini
awalnya membentuk xanthoxin yang dapat diubah menjadi ABA. Xanthoxin adalah
zat penghambat kuat yang berpartisipasi dalam fototropisme dan efek sinar lainnya,
kususnya sinar biru.

Gambar 3 struktur dasar asam absisat.


1.3. Biosintesis dan Metabolisme Retardan
a. Biosintesis Paklobutrazol
Zat penghambat tumbuh (retardan) adalah suatu senyawa yang mampu
menghambat pemanjangan batang, meningkatkan warna hijau daun, dan secara tidak
langsung mempengaruhi pembungaan tanpa menyebabkan pertumbuhan yang
abnormal. Senyawa retardan bila diberikan kepada tanaman responsif dapat
menghambat perpanjangan sel pada meristem sub apikal, mengurangi laju
perpanjangan batang tanpa megurangi pertumbuhan dan perkembangan daun atau
tanpa mendorong pertumbuhan yang abnormal (Wattimena, 1988).
Paklobutrazol merupakan bahan penghambat pertumbuhan yang bekerja pada
bagian sub meristem dengan cara menghambat biosintesis giberelin dalam tanaman
melalui penghambatan terhadap oksidasi kauren menjadi asam kauren sehingga
terjadi penghambatan terhadap perpanjangan dan pembesaran sel (Mahgoub et al .,
2006).
Paclobutrazol atau betha-[(chlorophenyl) methyl-alpha-(1,1-dimethyl)-H-1,2,4
triazole-1-ethanoll)] merupakan salah satu penghambat pertumbuhan yang berfungsi
dalam menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman (mengecil) dan merangsang
pembungaan tanaman ubikayu. Paclobutrazol bersifat menghambat giberelin dan
sangat efektif menekan pertumbuhan vegetatif tanaman sehingga penggunaan zat
tersebut dapat merangsang terjadinya pembungaan. Paclobutrazol dengan rumus
empiris C15H2O CN3O dan memiliki rumus bangun paclobutrazol disajikan pada
Gambar 1 (Technical Data Sheet ICI, 1984).

Gambar 4 Rumus Bangun Paklobutrazol

Paclobutrazol dapat diaplikasikan pada tanaman melalui penyemprotan bagian


atas tanaman yang terletak di atas permukaan tanah (foliar spray), melalui media
tanah (soil drench), dan injeksi pada batang (injection). Menurut ICI (1984),
pemberian paclobutrazol melalui daun memberikan hasil yang lebih cepat
dibandingkan melalui tanah. Hal ini diduga paclobutrazol di dalam tanah akan dijerap
oleh partikel tanah dengan adanya bahan organik sehingga pemberian paclobutrazol
melalui daun pada dasarnya merupakan upaya untuk menghilangkan pengaruh
jerapan oleh partikel tanah. Melalui cara ini paclobutrazol akan langsung masuk ke
jaringan tanaman melalui stomata dan langsung ditranslokasikan ke daerah meristem
sub apikal sehingga pengaruhnya lebih cepat terlihat.
Tanggapan tanaman terhadap suatu zat penghambat tumbuh yang diberikan
akan berbeda-beda dengan perbedaan spesies ataupun kultivar. Pemberian
paclobutrazol secara tidak langsung menginduksi pembungaan dan diduga karena
rasio fase vegetatif dan generatif, yaitu pertumbuhan vegetatif dihambat dan hasil
fotosintesis dialokasikan untuk pembentukan bunga (Weaver, 1972 dalam Setiawan,
2012). Yuniastuti dkk. (2001) melaporkan bahwa penggunaan paclobutrazol dapat
merangsang pembungaan mangga 2 bulan lebih awal dengan jumlah bunga lebih
banyak dibandingkan tanpa paclobutrazol.
Pemberian paclobutrazol pada tanaman melati melalui daun dengan
konsentrasi 200 ppm dapat meningkatkan persentase tunas berbunga, meningkatkan
jumlah kuncup bunga per tanaman, dan menekan lebar tajuk tanaman (Lestina, 2003).
Pada tanaman mangga di luar musim aplikasi paclobutrazol dapat menginduksi
pembungaan. Bunga muncul setelah aplikasi paclobutrazol dengan persentase 83,3 –
100%, sedangkan pada kontrol tidak berbunga sama sekali. Selain itu, paclobutrazol
mampu menghambat pertumbuhan vegetatif yaitu dengan menurunkan total tunas
pecah dan memperpendek panjang tunas (Poerwanto dkk., 1999).
Aplikasi paclobutrazol berpengaruh pada ukuran sel korteks akar tanaman
jeruk satsuma mandarin. Pada 200C, lapisan sel korteks pada perlakuan paclobutrazol
14 14 – 16 lapis, sedangkan pada kontrol 8 – 10 lapis (Gambar 2). Pada 300C, sel
korteksnya 10 – 12 lapis pada perlakuan paclobutrazol dan 7 – 9 lapis pada kontrol
(Poerwanto dan Inoue, 1994).
b. Biosintesis ABA (Asam Absisat)
Biosintesis ABA pada sebagian besar tumbuhan terjadi secara tak langsung
melalui peruraian karotenoid tertentu (40 karbon) yang ada di plastid. Kloroplas daun
mengandung karotenoid yang menjadi bahan dasar ABA.Semua reaksi yang
mebentuk xanotxin mungkin berlangsung di plastid, tapi tahap berikutnya mungkin
terjadi di suatu tempat di sitosol.

Gambar 5 biosintesis Asam absisat.


Kemudian, karotenoid violaxanthin dengan konfigurasi trans pada semua
ikatan rangkap, oleh enzim yang belum dikenali, diubah menjadi 9-cis violaxanthin
yang mempunyai konfigurasi cis yang sama seperti ABA pada karbon 2 dan 3.
Selanjutnya, 9-cis violaxanthin teroksidasi oleh O2 dan pecah, melepaskan senyawa
atau beberapa senyawa yang belum dikenal (dengan total 25 karbon) serta xanthoxin,
yaitu epoksida berkarbon 15, dengan struktur serupa dengan ABA. Xanthoxin diubah
menjadi ABA aldehid dengan membuka cincin epoksida dan dengan oksidasi (oleh
NADP+ dan NAD+) gugus hidroksil cicncin menjadi gugus keto. Akhirnya gugus
aldehid di rantai samping ABA, aldehid dioksidasi menjadi gugus karboksil ABA.
Yang menarik, oksidasi terakhir ini hampir dipastikan membutuhkan koenzim yang
mengandung molibdenium, yang menunjukkan fungsi penting lain dari molibdenium
bagi tumbuhan.
ABA dapat dinonaktifkan dengan dua cara. Pertama, dengan penempelan
glukosa pada gugus karboksilnya untuk membentuk ester ABA glukosa. Ester ini
tampaknya hanya terdapat di vakuola (cara penonaktifan serupa dengan penempelan
glukosa juga terjadi pada IAA, giberelin, dan sitokinin). Proses penonaktifan lainnya
adalah oksidasi dengan O2 membentuk asam faseat dan asam dihidrofaseat. ABA
diangkut dengan mudah dalam xilem dan floem, dan juga dalam sel parenkim di luar
berkas pembuluh. Pada sel parenkim, biasanya tak ada polaritas (berbeda dengan
auksin), sehingga pergerakan ABA dalam tumbuhan serupa dengan pergerakan
giberelin.
Rangkaian cara kerja Asam absisat (ABA) secara kimia, yaitu melalui dua cara yaitu :
1. Jalur Asam mevalonat : Asam mevalonat → farnesylpyrofosfat → ABA
2. Jalur Violaxanthin : Violaxanthin → Xanthoxin → ABA
Asam Absisat diperoleh melalui pemberian dari luar tubuh baik itu Asam Absisat
Sintetik maupun yang diekstrak dari tumbuhan lain, misalnya Alga. Cara kerja dari
asam absisat ini seperti merangsang penutupan stomata pada waktu kekurangan air,
mempertahankan dormansi dan biasanya terdapat di daun, batang, akar, buah
berwarna hijau. Pengangkutan hormon ABA dapat terjadi baik di xilem maupun
floem dan arah pergerakannya bisa naik atau turun. Transportasi ABA dari floem
menuju ke daun dapat dirangsang oleh salinitas (kegaraman tinggi). Pada tumbuhan
tertentu, terdapat perbedaan transportasi ABA dalam siklus hidupnya. Daun muda
memerlukan ABA dari xilem dan floem, sedangkan daun dewasa merupakan sumber
dari ABA dan dapat ditranspor ke luar daun.
Daun dan buah pada tumbuhan dapat menjadi rontok karena adanya pengaruh
kerja hormon Asam Absisat (ABA). Hormon ini menghambat pertumbuhan dan
pembelahan sel.  Karena itu, jika hormon ini bekerja, proses yang terjadi di dalam sel
akan berkurang dan kelamaan akan berhenti.  Berhentinya aktivitas sel, berarti
juga berhentinya asupan nutrisi ke dalam sel tumbuhan tersebut, sehingga bagian
tumbuhan seperti daun akan kekurangan nutrisi, dan kering karena penguapan terus
terjadi, namun tidak ada asupan air, dan kelamaan daun akan rontok.

1.4. Fungsi Hormon Retardan


1. Retardan berfungsi untuk menghambat pembentukan giberelin, yang
merupakan hormon tanaman utama yang berperan dalam pemanjangan sel
contohnhya pada penelitian Surya dkk., 2015 penambahan retardan PBZ
(senyawa triazole) dengan konsentrasi 3,4 µM pada media penyimpanan in
vitro dua aksesi ubi kayu, yaitu aksesi 433 dan 450, menghasilkan efek
retardansi yang menghambat pertumbuhan biakan hingga dapat disimpan
selama 9 bulan tanpa subkultur. Pertumbuhan eksplan ubi kayu aksesi 450
dengan perlakuan PBZ 3,4 µM dengan cepat normal kembali pada media
pemulihan setelah penyimpanan selama 9 bulan, sedangkan pertumbuhan
pada aksesi 433 lebih lambat.
2. Berfungsi untuk meningkatkan kualitas penampilan tanaman dengan mengatur
tinggi dan bentuk tanaman dari cekaman stress selama tanaman dalam proses
pengangkutan dari produsen ke konsumen.
3. Sebagai senyawa organik sintetik yang menghambat pemanjangan batang,
meningkatkan warna hijau daun, dan secara tidak langsung mempengaruhi
pembungaan tanpa menyebabkan pertumbuhan yang abnormal.
4. Menyerempakkan ukuran tanaman, biasanya digunakan pada tanaman hias
bunga pot seperti krisan, gerbera, poinsettia, Lisianthus.
5. Mengerdilkan ukuran tanaman baik secara permanen atau tidak
6. Memaksa tanaman berbunga. Umumnya digunakan untuk tanaman hias bunga
potong atau tanaman buah.
7. Menghambat pertumbuhan penyakit. Triazole adalah retardan sejenis
paclobutrazole yang digunakan untuk fungisida. Contoh yang menggunakan
triazole adalah Antracol dan Dithane M45, atau semua fungisida berbahan
aktif maneb dan mankozeb.
8. Akibat pengerdilan warna tanaman akan menjadi lebih mencolok dan
ngejreng. Pada pemakaian retardan seperti paclobutrazole, efek ini akan
permanen pada daun2 yang terpapar paclo, tapi pada daun2 yang tumbuh
setelah efek paclo menghilang, maka warnanya tidak akan sekuat yang
sebelumnya.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Asam absisat adalah molekul seskuiterpenoid (memiliki 15 atom karbon) yang
merupakan salah satu hormon tumbuhan yang menghambat pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan dengasn cara tertentu.
Cara kerja dari asam absisat ini seperti merangsang penutupan stomata pada
waktu kekurangan air dan ABA akan menghentikan pertumbuhan primer dan
sekunder. Fungsi asam absisat, yaitu: Menghambat perkecambahan biji,
Mempengaruhi pembungaan tanaman, Memperpanjang masa dormansi umbi-umbian,
Mempengaruhi pucuk tumbuhan untuk melakukan dormansi, untuk maturasi biji dan
menjaga biji agar berkecambah di musim yang diinginkan, untuk menghadapi
lingkungan dengan suhu rendah dan kadar garam atau salinitas yang tinggi,
menghambat pembelahan sel kambium pembuluh.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 1993. Dasar-dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa,


Bandung. 84 hal.
Acquaah, G. 2002. Horticulture – Principles and Practices. 2nd Edition. Prentice Hall,
New Jersey. 787 p.
Dewi, I.S., G.S. Jawak, B.S. Purwoko, M. Sabda. 2014. Respon pertumbuhan kultur
in vitro jeruk besar (Citrus maxima (Burm.) Merr.) cv. Nambangan terhadap
osmotikum dan ratardan. J. Hort Indonesia. 5(1): 21-28.
Kwon, Y.M., Yim. 1986. Paclobutrazol in Rice. In Plant Growth Yama I. ASPAC,
Taipe.
Mahgoub, M H., N. G. Abd El Aziz and A. A. Youssef. 2006. Influence of foliar
spray with paklobutrazol or glutathione on growth, flowering and chemical
composition of calendula officinalis L. Plant. J. App Sci Res. 2 (11): 879 –
883.
Rubiyanti dan Rochyat. 2015. Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Aplikasi Terhadap
Mawar Batik (Rosa hybrida L.). J. Kultivasi Vol. 14(1) Universitas
Padjajaran, Bandung.
Sakhidin, S.R. Suparto. 2011. Kandungan giberelin, kinetin, dan asam absisat pada
tanaman durian yang diberi paclobutrazol dan etepon. J. Hort Indoneia. 2(1):
21-26.
Salisbury, F.B., C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3 (diterjemahkan oleh
Dian, L., Lukman, Sumaryono) ITB, Bandung.
Surya, D.I. 2015. Pengaruh Retardan Paklobutrazol Terhadap Pertumbuhan dan
Pemulihan Dua Aksesi Ubi Kayu (Manihot esculanta crans). Yang
Disimpan Secara In Vitro.
Wattimena, G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Lembaga Sumber Daya
Informasi IPB. Bogor.
Weaver, R. J. 1972. Plant Growth Substances in Agriculture. W. H. Freeman Co. San
Fransisco. pp 119 - 121.

Anda mungkin juga menyukai